Kelas A
Oleh :
Kelompok 5 (Dinas Pagi)
Shofura Qonita Lillah
1106089086
Nurullah Agustya
1106089174
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat-Nya, kami
dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah dengan judul Asuhan Keperawatan Demensia pada
Lansia ini kami tujukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Praktik Keperawatan
Gerontik pada semester
bimbingan dari berbagai pihak, sangatlah sulit bagi kami untuk menyelesaikan makalah ini. Oleh
karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada:
(1) Ibu Dwi Nurviyandari, S.Kp., MN. selaku fasilitator mata kuliah Praktik Keperawatan
Gerontik;
(2) Perawat dan petugas di PSTW RIA Pembangunan atas penerimaan dan bimbingan selama
praktik
(3) Orangtua yang terus memberikan dorongan dan motivasi kepada kami;
(4) Rekan-rekan yang telah memberikan semangat dan dorongan untuk menyelesaikan
makalah ini; dan
(5) Seluruh pihak yang tak dapat disebutkan satu per satu yang telah banyak membantu
penulis dalam menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh
karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk proses
penyempurnaan makalah kami selanjutnya. Akhir kata penulis berharap makalah ini bermanfaat
bagi keperawatan dan kelompok kami, pada khususnya.
Depok, Maret 2015
Tim Penyusun
ii
Daftar Isi
Kata Pengantar.....................................................................................................................ii
Daftar Isi..............................................................................................................................iii
BAB 1: Pendahuluan...........................................................................................................1
Latar Belakang............................................................................................................1
Rumusan Masalah......................................................................................................3
Tujuan Penulisan.........................................................................................................3
Metode Penulisan........................................................................................................3
Sistematika Penulisan.................................................................................................3
BAB 2: Asuhan Keperawatan.............................................................................................4
Kasus...........................................................................................................................4
Hasil Pengkajian.........................................................................................................4
Rencana Asuhan Keperawatan...................................................................................10
Catatan Perkembangan...............................................................................................14
BAB 3: Pembahasan............................................................................................................19
Analisis Kasus dan Kaitannya dengan Teori .............................................................19
Hambatan yang ditemui..............................................................................................20
Solusi..........................................................................................................................21
BAB 4: Penutup...................................................................................................................22
Kesimpulan.................................................................................................................22
Saran ..........................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iii
Bab 1
PENDAHULUAN
demensia memerlukan perhatian dan perawatan yang khusus dari keluarganya (Miller,
2012).
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, satu per tiga dari total penyebab demensia ini
adalah penyakit Alzheimer (World Alzheimers Report, 2009). Demensia tipe ini dilaporkan
bertumbuh dua kali lipat setiap pertambahan usia lima tahun, seperti bila prevalensi
demensia pada usia 65 tahun 3% makan menjadi 6% pada usia 70 tahun (Sampson, et al.
dalam, 2004). Demensia tipe ini sebanyak 4% dialami lansia yang telah berusia 75 tahun,
16% pada usia 85 tahun, dan 32% pada usia 90 tahun (Kuntjoro, 2002). Di Indonesia pada
tahun 2006, dari 20 juta orang lansia diperkirakan satu juta orang mengalami demensia
(Tantomi, Baabdullah, Sagita, 2013).
Sasana Tresna Werdha (STW) Karyabakti Ria Pembangunan Cibubur merupakan salah satu
tempat bagi para lansia yang didirikan pada tanggal 14 Maret 1984 atas prakarsa Ibu Tien
Soeharto. Pada awalnya, lansia yang tinggal di STW ini merupakan pahlawan RI dan janda
dari pahlawan yang telah meninggal. Namun seiring berjalannya waktu, STW ini dibuka
untuk umum, yang artinya setiap lansia dapat tinggal bila sesuai dengan persyaratan yang
telah ditentukan. STW ini memiliki 6 wisma atau ruang, dan salah satunya adalah Wijaya
Kusuma. Ruang ini merupakan ruang yang disediakan khusus untuk merawat lansia yang
mengalami penurunan fungsi tubuh, gangguan kognitif, dan gangguan psikis sehingga lansia
di wisma ini membutuhkan bantuan dari tenaga medis.
Salah satu klien ruang Wijaya Kusuma yang mengalami demensia adalah Opung T (82
tahun). Hal ditunjukkan dengan tingkah laku opung T yang mengalami disorientasi dalam
segi waktu, tempat, dan orang, sering lupa akan kegiatan yang telah ia lakukan baru-baru
saja, dan tidak peduli dengan lingkungan sekitar. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka
penyusun tertarik untuk membuat makalah mengenai asuhan keperawatan klien dengan
demensia pada Opung T di Ruang Wijaya Kusuma STW Karyabakti Ria Pembangunan
Cibubur.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa saja faktor yang menyebabkan demensia pada lansia sesuai dengan kasus?
1.2.2 Bagaimana pengkajian keperawatan terkait penurunan fungsi kognitif pada lansia?
1.2.3 Bagaimana asuhan keperawatan yang dapat dilakukan terkait kasus ?
lansia
Mahasiswa mengetahui dan mampu melakukan pengkajian terkait penurunan fungsi
1.3.3
kognitif, seperti MMSE dan CDR, dan pengkajian individu pada lansia
Mahasiswa mampu membuat asuhan keperawatan lansia terkait kasus di STW
Karyabakti Ria Pembangunan Cibubur
BAB 2
Asuhan Keperawatan Demensia pada Lansia
2.1
Kasus
Opung T, 82 tahun, tinggal di PSTW RIA Pembangunan sejak tahun 2007. Kini
Opung T tinggal di Ruang Wijaya Kusuma karena mengalami demensia. Opung T
menghabiskan banyak waktunya di tempat tidur sambil berbaring dan memejamkan mata.
Opung T tampak banyak diam dan enggan memulai percakapan dengan lansia lain.
Selama berkomunikasi, Opung T memiliki kesulitan dalam mengingat hal-hal yang baru
saja dilakukan dan mampu mengingat beberapa hal yang sudah lama sekali terjadi.
Pemeriksaan TTV didaptakan hasil tekanan darah 100/50, nadi 67x/menit teraba kuat dan
tidak teratur, RR 16x permenit, dan suhu 35,80 C.
2.2
Hasil Pengkajian
I. Identitas
A. Nama
B. Jenis Kelamin
C. Umur
D. Agama
E. Status perkawinan
F. Pendidikan terakhir
G. Alamat rumah
II. Alasan berada di Panti
: O.T
: Perempuan
: 82 tahun
: Islam
: Janda
: SMA
: Jakarta
: keinginan sendiri karena klien merasakan kesepian di
setelah senam pagi. Klien makan sendiri dengan posisi duduk di tempat tidur.
Menu makanan klien bervariasi setiap hari dan telah memenuhi zat gizi, serta
disajikan saat hangat. Selama melakukan praktik, mahasiswa melihat klien selalu
tidak menghabiskan menu makanan yang telah disediakan (setengah porsi) dan
terkadang tidak mau memakan lauk sumber protein.
A.2 Pola Minum : saat senam, klien minum air mineral sebanyak 240 cc. Setelah
senam pagi, klien minum teh hangat sebanyak 350 cc. Di meja klien, tampak
botol berisi air sebanyak 1 Liter.
A.3 Pola Tidur: klien tidur malam pukul 20.00 karena klien mengatakan sering
kali terbangun di malam hari. Klien biasanya dibangunkan pada pukul 03.00
untuk mandi pagi. Setelah mandi, klien tidur kembali hingga jam 06.00. Saat
siang hari dimulai pukul 10.00-12.00, klien banyak menghabiskan waktu dengan
tidur karena tidak ada kegiatan yang dilakukan. Setelah makan siang kurang lebih
pukul 13.00, klien kembali tidur hingga 15.00. Klien tidur 15 jam per hari
karena klien mengatakan tidak ada kegiatan. Meskipun jumlah tidur klien banyak,
ketika dibangunkan atau terdapat suara bising klien mudah terbangun.
A.4 Pola Eliminasi: klien mengatakan pergi buang air kecil dan besar sendiri di
kamar mandi dengan diawasi caregiver. Namun, saat dilakukan pengkajian fisik
klien menggunakan diapers. Diapers klien diganti setiap klien dimandikan. BAB
klien 2 hari sekali, BAK cukup sering ketika ditanya ke caregiver.
A.5 Kebersihan Diri: Secara umum, penampilan klien baik pakaian hingga wajah
terlihat bersih. Namun, terkadang masih tercium bau tak sedap yang diduga
berasal dari diapers yang digunakan klien. Klien mandi sebanyak 2 kali sehari,
yaitu pada pukul 03.00 dan 15.00. Mulut klien, seperti lidah dan gigi juga nampak
bersih, walaupun gigi klien sudah banyak yang tanggal dan gigi yang tersisa
berwarna kuning kecoklatan. Saat dilakukan pengkajian, ada sedikit kotoran pada
telinga klien, namun tidak mengganggu pendengaran klien. Kuku klien juga
cukup panjang dan klien menolak untuk dipotong kukunya.
B. Psikologis
B.1 Keadaan emosi: Mood klien sering berubah setiap harinya. Pada hari pertama
saat melakukan interaksi, kondisi klien cukup stabil. Saat itu, klien tampak senang
apabila ada teman yang mengajak ngobrol. Hari kedua di pagi hari, klien sempat
mengamuk karena tidak mau diajak berjemur. Namun setelah dibujuk oleh
caregiver, akhirnya klien mau berjemur. Klien mengalami demensia dengan
diagnosis medis Alzheimer. Setelah dilakukan MMSE, klien mendapatkan nilai 19
dari total 30 poin, yang menandakan klien diindikasikan demensia ringan. Setelah
diobservasi dan dilakukan penghitungan CDR, hasilnya adalah 1 yang
menunjukkan klien mengalami demensia ringan. Klien mengalami gangguan
memori jangka pendek, seperti klien lupa bahwa dirinya sudah makan padahal
baru saja makan 10 menit yang lalu, saat ditanya kegiatan yang sudah ia lakukan
klien mengatakan tidak tahu. Klien juga mengalami disorientasi usia, waktu
(tanggal, bulan, tahun) dan tempat. Klien masih bisa membedakan siang dan
malam, serta masih mampu untuk membaca jam bila jamnya diperlihatkan oleh
mahasiswa. Klien masih bisa untuk menghitung, menulis, dan membaca.
C. Sosial
C.1. Dukungan keluarga: Ketika ditanya tentang keluarga, klien selalu
menceritakan tentang ayah, ibu, dan saudara-saudaranya. Ia berasal dari keluarga
yang berpendidikan. Ayahnya merupakan seorang guru bahasa Indonesia. Ibunya
merupakan ibu rumah tangga yang memiliki 16 orang anak. Klien adalah anak ke
10. Klien mengaku pernah menjadi guru, kemudian berhenti dan bekerja kembali
di sebuah perusahaan swasta. Klien mengatakan dulu suaminya sering
memanjakannya dan menyuruhnya berhenti bekerja. Padahal, klien tidak terlalu
suka untuk diberikan sesuatu yang berlebihan. Klien tidak memiliki keturunan,
dan setelah suaminya meninggal klien hanya tinggal bersama pembantu. Oleh
karena itu, klien sering merasa kesepian dan merepotkan keluarga sehingga ia
memilih untuk tinggal di panti. Penanggung jawab klien di panti adalah
keponakannya. Klien dikunjungi oleh pihak keluarga setidaknya satu kali dalam
sebulan.
C.2 Hubungan antar penghuni: klien jarang melakukan komunikasi dengan
sesama lansia di panti, terutama terhadap lansia laki-laki. Namun, beberapa hari
setelah mahasiswa melakukan intervensi, klien mulai mau berinteraksi dengan
lansia lain.
C.3 Hubungan dengan orang lain: klien sangat terbuka dan senang dengan
kehadiran mahasiswa. Menurut caregiver, klien senang diajak berbincangbincang.
D. Spiritual/ kultural
D.1 Pelaksanaan ibadah: kadang-kadang klien mengatakan untuk sholat beliau
butuh tempat khusus. Dalam ruang kamar, tidak ada tempat khusus untuk sholat.
Klien juga mengatakan sering takut jatuh bila harus melakukan sholat di tempat
tidur. Klien sering mengenakan daster di panti dan tidak mengenakan jilbab. Saat
ditanya tentang kehidupannya dahulu, klien pun menjawab tidak mengenakan
jilbab.
D.2 Keyakinan tentang kesehatan: klien mengatakan bahwa dirinya tidak
mempunyai sakit pada bagian tubuh. Klien berpikiran positif terhadap kesehatan
E. Aktivitas Sehari-hari: Kebanyakan aktivitas klien hanya tidur, Klien biasanya
dibangunkan pada pukul 03.00 untuk mandi pagi. Setelah mandi, klien tidur
kembali hingga jam 06.00. Selanjutnya, pukul 07.15 klien berjemur, lalu pukul
08.00 klien melakukan senam bersama lansia lainnya. Setelah senam, klien duduk
bersama dengan lansia lainnya untuk makan makanan ringan dan minum teh. Saat
siang hari dimulai pukul 10.00-12.00, klien banyak menghabiskan waktu dengan
tidur karena tidak ada kegiatan yang dilakukan. Setelah makan siang kurang lebih
pukul 13.00, klien kembali tidur hingga 15.00. Kadang-kadang setelah mandi,
klien berjalan-jalan di lingkungan panti. Kemudian, makan malam hingga klien
tidur malam pukul 20.00 karena klien mengatakan sering kali terbangun di malam
hari.
F. Rekreasi : klien mengatakan sejak di panti dirinya tidak pernah berekreasi.
G. Pemeriksaan fisik
A. Tanda vital
Keadaan umum
Kesadaran: Compos mentis
Suhu: 35,8oC
Nadi: 67x
Tekanan darah: 100/50 ; 90/50; 90/60; 120/80
Pernapasan 16x
Tinggi badan: Diukur menurut tinggi lutut sebab klien bungkuk
Tinggi lutut = 45,7cm
TB wanita= 84,88- (0,24 x usia dalam tahun) + (1,83 x tinggi lutut cm)
= 84,88- (0,24x82) + (1,83x45,7 cm)
7
= 84,88-19,68+83,63
= 148, 83 cm
Berat badan : 48 kg
IMT = 48/(1,4883)2 = 21,67 (Normal)
Lingkar Lengan Atas : 33,5 cm (status gizi klien normal)
B. Kebersihan perorangan
1. Kepala
Rambut: Rambut klien terlihat bersih, sudah memutih, dan
alopecia.
Mata : bersih tidak ada kotoran, tidak anemis, Normal Arcus senilis
2.3
Data
Diagnosa Keperawatan
Kode
NOC
Diagnosis
Kode
NIC
Hasil
Kode
Intervensi
Demensia
keperawatan, individu
mampu :
DS:
00131
Kerusakan
0901
kognitif dengan
Memori
indikator: mampu
mengidentifikasi diri
sendiri,orang terdekat,
diinginkan adalah :
Memperlihatkan orientasi
mempertahankan
4720
4760
6460
5820
1. Stimulasi kog
2. Memory train
3. Manajemen
Demensia
4. Mengurangi
ansietas
5. Perawatan ja
6. Meningkatka
konsentrasi
DO:
4040
2550
6440
2020
6486
(demensia ringan)
keamanan
10. Manajemen c
elektrolit
11. Monitor caira
12. Manajemen
4120
dibuktikan dengan
ketidakmampuan :
4130
mengulang kembali
2380
delirium
8. Monitor elek
9. Manajemen
lingkungan:
(demensia ringan)
perfusi sereb
7. Manajemen
menyebutkan kembali
2620
3320
dilakukan
4820
6670
6420
5880
5270
10
medikasi
13. Monitor neur
14. Terapi oskige
15. Orientasi rea
16. Terapi valida
17. Pembatasan a
18. Teknik
menenangka
19. Dukungan em
20. Dukungan ke
21. Terapi Milile
22. Proteksi hak
23. Terapi masa
7140
4390
7460
4860
DS :
Ny. T mengatakan tidak merasa
00052
Kerusakan
1503
Menunjukkan
Interaksi
keterlibatan sosial
Sosial
dengan indikator :
5100
4352
perhatian
3. Manajemen
berinteraksi
Ny. T mengatakan tidak mau
4360
sosialisasi
2. Manajemen
perilaku: kur
berinteraksi dengan
1. Peningkatan
perilaku: sek
4. Modifikasi
perilaku:
kemampuan
5. Peningkatan
komunikasi:
pendengaran
6. Peningkatan
komunikasi:
4976
Deficit bicara
7. Peningkatan
komunikasi:
berbincang
4978
11
Deficit visua
8. Membangun
hubungan
5000
kompleks
9. Manajemen
demensia
10. Meningkatka
6460
kemampuan
11. Terapi masa
12. Peningkatan
5326
kesadaran dir
13. Peningkatan
4860
5390
5400
5430
5440
5450
12
diri
14. Dukungan
kelompok
15. Peningkatan
support syste
16. Terapi kelom
2.4
Diagnosa Keperawatan:
Diagnosa Keperawatan:
Diagnosa Keperawatan:
Kerusakan Memori
Kerusakan Memori
Kerusakan Memori
Implementasi
Implementasi
Implementasi
13
kartu
O:
-
menghitung bersama
Mengidentifikasi dan mengoreksi
orientasi klien yang tidak tepat
Memberikan apresiasi ketika klien
mampu mengorientasikan tempat,
waktu, dan orang secara tepat
Mengimplementasikan
stimulasi kognitif dengan mencocokkan
kartu
Evaluasi
S:
-
O:
-
A:
Evaluasi:
S:
P:
14
O:
-
P:
Diagnosa Keperawatan:
Kerusakan Interaksi Sosial:
15
untuk berkenalan
Diagnosa Keperawatan:
Kerusakan Interaksi Sosial
Memfasilitasi klien untuk memulai
interaksi (mengajarkan berkenalan dan
memulai perbincangan) dengan teman
sesama lansia
Mendorong klien untuk memberikan
ucapan selamat pada lansia yang sedang
berulang tahun
Memfasilitasi klien untuk berinteraksi
dengan teman sekamar melalui bermain
mencocokkan pasangan kartu bersama
Memberikan afirmasi positif ketika
klien mau dan mapu melakukan hal-hal
tersebut.
Evaluasi:
S:
-
16
O:
-
17
Bab 3
Pembahasan
3.1 Analisis Kasus dan kaitannya dengan teori
Demensia merupakan keadaan irreversible (tidak dapat kembali) status
mental yang ditandai dengan penurunan fungsi kognitif, perubahan
kepribadian (personality), serta melemahnya judgement dan sering berubah
karena metabolisme otak yang berubah (Ebersole, 2005). Penurunan fungsi
kognitif pada lansia dengan demensia bersifat progresif. Artinya, fungsi
kognitif lansia tersebut semakin hari akan semakin menurun. Nilai MMSE
dan CDR klien pada saat mahasiswa melakukan pengakajian tidak jauh
berbeda dengan hasil saat pertama kali klien didiagnosa menderita alzeimer.
Seharusnya, apabila dilakukan pengkajian ulang MMSE dan CDR, akan
terlihat perubahan hasil ke arah perburukan.
Klien yang didiagnosa medis memiliki masalah di bagian otak pasti memiliki
hasil CT-scan sebagai data penunjang. Hasil CT-scan ini berfungsi untuk
melihat gambaran rusaknya sel otak sehingga membantu dokter menetapkan
diagnosa alzeimer pada klien. Namun, tidak ditemukan hasil CT-scan dalam
rekam medis klien sehingga sulit untuk divalidasi kebenaran klien mengalami
alzeimer.
Penyebab pasti dari alzeimer belum dapat dipastikan sehingga hanya dapat
dianalisa dari faktor risiko. Beberapa faktor risiko seperti usia, genetik, jenis
kelamin, riwayat trauma otak, dan gaya hidup menjadi data pendukung yang
dapat menjelaskan alasan seseorang dapat mengalami alzeimer. Hasil
pengkajian dan data rekam medis klien belum dapat menjelaskan secara pasti
yang menjadi faktor risiko alzeimer pada Opung T. Hal ini disebabkan telah
rusaknya memori jangka pendek klien sehingga kebanyakan klien tidak
mengetahui tentang hal yang terjadi pada diri klien. Tidak adanya riwayat
kesehatan klien saat muda dalam rekam medis juga menjadi kendala untuk
menemukan faktor risiko tersebut.
Ruang Wijayakusuma PSTW RIA Pembangunan cenderung melakukan
asuhan keperawatan terhadap klien yang memiliki masalah fisik. Opung T
18
19
20
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Penurunan kognitif dan fungsi organ tubuh merupakan hal yang lazim
terjadi pada lansia. Demensia merupakan salah satu penyebab terjadinya
penurunan kemampuan kognitif pada lansia. Penurunan kognitif ini terjadi secara
progresif dan tidak dapat dicegah. Meskipun begitu, asuhan keperawatan perlu
dilakukan untuk menstimulasi dan melatih pasien sejak dini sebelum terjadi
demensia berat.
Tindakan keperawatan yang dilakukan oleh perawat dalam memberikan
asuhan keperawatan pada lansia harus lengkap. Perawat perlu mengidentifikasi
hal-hal khusus yang dialami oleh lansia agar pengkajian dilakukan secara
komprehensif, baik itu pengkajian dan pengkajian kognitif seperti MMSE (Mini
Mental State Exam) dan CDR (Clinical Dementia Rating). Pengkajian yang
komprehensif memudahkan perawat dalam pembuatan intervensi sehingga asuhan
yang diberikan menyeluruh dan menyelesaikan masalah yang dialami lansia.
4.2 Saran
Penurunan fungsi fisiologis pada lansia perlu menjadi perhatian perawat
atau mahasiswa keperawatan selama memberikan asuhan keperawatan. Ketika
melakukan tindakan keperawatan seperti pengkajian maupun implementasi
sebaiknya disesuaikan dengan kemampuan klien, jangan sampai memaksakan
agar mendapat hasil yang maksimal. Informasi yang belum didapatkan karena
keterbatasan kondisi klien dapat ditanyakan kepada perawat atau care giver di
ruangan. Selain itu, mahasiswa juga dapat melakukan tindakan keperawatan di
hari berikutnya sesuai dengan keinginan dan kemampuan klien. Hasil pengkajian
yang didapatkan dari wawancara dengan klien perlu divalidasi kepada perawat
atau care giver yang ada di ruangan sehingga hasil pengkajian yang didapatkan
merupakan hasil yang valid.
21
Daftar Pustaka
Bulechek, G. M. (Eds), et al. (2013). Nursing interventions classification (NIC).
(6th ed.). St. Louis: Mosby
Depkes. (2013). Buletin Jendela Data dan Informasi kesehatan topik utama
gambaran kesehatan lanjut usia di Indonesia. Jakarta: Kementrian
Kesehatan. Diunduh dari http://www.depkes.go.id/download.php?
file=download/pusdatin/buletin/buletin-lansia.pdf. Diakses tanggal 12
Maret 2015; Pukul 03.18
Herdman, T.H. & Kamitsuru, S. (Eds.). (2014). NANDA international nursing
diagnoses: Definitions & classification, 20152017. Oxford: Wiley
Blackwell.
Kuntjoro, Z.S. (2002). Gangguan Psikologis dan Perilaku Pada Demensia.
Diambil dari: http://www.e-psikologi.com/artikel/lanjut-usia/gangguanpsikologis-dan-perilaku-pada-demensia. Senin, 17 Juni 2002
Maryam, R.S., Ekasari, M.F., Rosidawati, Jubaedi, A., Batubara, I. (2008).
Mengenal usia lanjut dan perawatannya. Jakarta : Salemba Medika
Miller, C. A. (2012). Nursing for wellness in older adults: theory and practice.
6th Ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.
Moorhead, S. (Eds).et al. (2013). Nursing outcomes classification (NOC):
Measurement of health outcomes. (5th ed.). St. Louis: Mosby
Sampson, E.L., Warren, J.D., and Rossor, M.N. (2004). Young Onset Dementia.
Postgraduate Medical Journal. 80, 125- 139.
Stanley, M., Beare, P.G. (2006). Gerontological Nursing: A Health
Promotion/Protection Approach 2nd ed. (Terj: Nety Juniarti., Sari
Kurrniangsih). Jakarta: EGC.
22
Lampiran
Hasil Pemeriksaan Status Mental Mini (MMSE)
Inisial: Opung T
Tanggal Pemeriksaan: 24 Februari 2015
Item
Tes
Nilai Max
Nilai
ORIENTASI
(gedung), (ruang)
REGISTRASI
3
5
5
BAHASA
6
23
1
3
10
spontan
11
Skor Total
30
19
Lampiran 2
Hasil Pemeriksaan Clinical Dementia Rating (CDR)
Inisial: Opung T
Tanggal Pemeriksaan: 24 Februari 2015
Impairment Level and CDR Score (0, 0.5, 1, 2, 3)
None
Questionable
Mild
Moderate
Severe
0.5
24
Memory
No memory loss
or slight
inconsistent
forgetfulness
Consistent slight
forgetfulness;
partial
recollection of
events; "benign"
forgetfulness
Moderate
memory loss;
more marked
for recent
events; defect
interferes with
everyday
activities
Severe memory
loss; only
highly learned
material
retained; new
material rapidly
lost
Severe
memory loss;
Fully oriented
except for slight
difficulty with
time
relationships
Moderate
difficulty with
time
relationships;
oriented for
place at
examination;
may have
geographic
disorientation
elsewhere
Severe
difficulty with
time
relationships;
usually
disoriented to
time, often to
place
Oriented to
person only
Slight
impairment in
solving
problems,
similarities, and
differences
Moderate
difficulty in
handling
problems,
similarities,
and
differences;
social
judgment
usually
maintained
Severely
impaired in
handling
problems,
similarities, and
differences;
social judgment
usually
impaired
Unable to
make
judgments or
solve
problems
Unable to
function
independently
at these
activities
although may
still be engaged
in some;
No pretense of
independent
function outside
home
No pretense
of
independent
function
outside home
Community Independent
Slight
Affairs function at usual impairment in
level in job,
these activities
shopping,
volunteer and
social groups
25
Appears well
enough to
taken to
functions
only
fragments
remain
Appears too
ill to be be
taken to
Personal
Care
Life at home,
hobbies, and
intellectual
interests slightly
impaired
appears
normal to
casual
inspection
Mild but
definite
impairment of
function at
home; more
difficult chores
abandoned;
more
complicated
hobbies and
interests
abandoned
Only simple
chores
preserved; very
restricted
interests, poorly
maintained
No
significant
function in
home
Needs
prompting
Requires
assistance in
dressing,
hygiene,
keeping of
personal
effects
Requires
much help
with personal
care;
frequent
incontinence
26