Anda di halaman 1dari 29

Asuhan Keperawatan Demensia pada Lansia

Ruang Wijaya Kusuma, PSTW RIA Pembangunan


Praktik Keperawatan Gerontik

Kelas A
Oleh :
Kelompok 5 (Dinas Pagi)
Shofura Qonita Lillah

1106089086

Nurullah Agustya

1106089174

Selvyyanny Tedjomuljo 1106089180

Fakultas Ilmu Keperawatan


Universitas Indonesia
2015

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat-Nya, kami
dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah dengan judul Asuhan Keperawatan Demensia pada
Lansia ini kami tujukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Praktik Keperawatan
Gerontik pada semester

delapan tahun 2015. Kami menyadari bahwa tanpa bantuan dan

bimbingan dari berbagai pihak, sangatlah sulit bagi kami untuk menyelesaikan makalah ini. Oleh
karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada:
(1) Ibu Dwi Nurviyandari, S.Kp., MN. selaku fasilitator mata kuliah Praktik Keperawatan
Gerontik;
(2) Perawat dan petugas di PSTW RIA Pembangunan atas penerimaan dan bimbingan selama
praktik
(3) Orangtua yang terus memberikan dorongan dan motivasi kepada kami;
(4) Rekan-rekan yang telah memberikan semangat dan dorongan untuk menyelesaikan
makalah ini; dan
(5) Seluruh pihak yang tak dapat disebutkan satu per satu yang telah banyak membantu
penulis dalam menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh
karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk proses
penyempurnaan makalah kami selanjutnya. Akhir kata penulis berharap makalah ini bermanfaat
bagi keperawatan dan kelompok kami, pada khususnya.
Depok, Maret 2015

Tim Penyusun

ii

Daftar Isi

Kata Pengantar.....................................................................................................................ii
Daftar Isi..............................................................................................................................iii
BAB 1: Pendahuluan...........................................................................................................1
Latar Belakang............................................................................................................1
Rumusan Masalah......................................................................................................3
Tujuan Penulisan.........................................................................................................3
Metode Penulisan........................................................................................................3
Sistematika Penulisan.................................................................................................3
BAB 2: Asuhan Keperawatan.............................................................................................4
Kasus...........................................................................................................................4
Hasil Pengkajian.........................................................................................................4
Rencana Asuhan Keperawatan...................................................................................10
Catatan Perkembangan...............................................................................................14
BAB 3: Pembahasan............................................................................................................19
Analisis Kasus dan Kaitannya dengan Teori .............................................................19
Hambatan yang ditemui..............................................................................................20
Solusi..........................................................................................................................21
BAB 4: Penutup...................................................................................................................22
Kesimpulan.................................................................................................................22
Saran ..........................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iii

Bab 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Setiap individu tidak dapat menghindari terjadinya proses menua dalam kehidupannya.
Proses ini terjadi ketika setiap individu telah melalui tahap dewasa, yang merupakan tahap
maksimal tubuh mengalami perkembangan. Dampak yang ditimbulkan ketika seseorang
setelah melalui tahap tersebut adalah mereka akan mengalami penurunan fungsi dalam tubuh
mereka secara perlahan-lahan (Maryam, dkk, 2008). Penurunan fungsi tubuh pada manusia
dapat terlihat dari penurunan fungsi panca indera serta organ tubuh, penurunan kemampuan
motorik, dan penurunan fungsi sel otak yang menyebabkan penurunan daya ingat jangka
pendek, dan sulit berkonsentrasi (Stanley, 2006).
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 pasal 1 ayat 2 tentang kesejahteraan lansia
menetapkan, bahwa batasan umur lansia di Indonesia adalah 60 tahun ke atas (Depkes,
2013). Indonesia merupakan negara urutan keempat dengan jumlah lansia terbanyak setelah
Cina, India dan Jepang. Jumlah lansia di Indonesia meningkat secara cepat. Hal ini dapat
terlihat dari hasil sensus penduduk tahun 2010 yang menyatakan bahwa jumlah penduduk
lanjut usia Indonesia mencapai 18,04 juta jiwa pada 2010 atau 9,6 persen dari jumlah
penduduk (BPS, 2010). Badan kesehatan dunia (WHO) memprediksikan bahwa jumlah
penduduk lansia di Indonesia pada tahun 2020 mendatang sudah mencapai angka 11,34%
atau tercatat 28,8 juta orang (Depkes, 2013).
Seiring meningkatnya jumlah populasi lansia di Indonesia, maka semakin meningkat pula
masalah kesehatan yang terjadi akibat proses menua. Salah satu masalah kesehatan yang
paling umum terjadi pada kelompok lansia adalah demensia. Demensia merupakan
kerusakan fungsi kognitif yang terjadi secara progresif ditandai dengan hilangnya memori
jangka pendek dan gangguan global fungsi mental, sehingga menimbulkan gangguan dalam
aktivitas sehari-hari dan sosial (Stanley, 2006). Perubahan tingkah laku yang umumnya
ditemukan pada lansia dengan demensia adalah kebingungan, disorientasi, mudah marah,
agitasi, tidak peduli, kurang interaksi sosial, lupa dengan kegiatan yang baru saja dilakukan,
dan kesulitan untuk mengingat nama-nama orang. Kondisi ini menyebabkan lansia dengan
1

demensia memerlukan perhatian dan perawatan yang khusus dari keluarganya (Miller,
2012).
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, satu per tiga dari total penyebab demensia ini
adalah penyakit Alzheimer (World Alzheimers Report, 2009). Demensia tipe ini dilaporkan
bertumbuh dua kali lipat setiap pertambahan usia lima tahun, seperti bila prevalensi
demensia pada usia 65 tahun 3% makan menjadi 6% pada usia 70 tahun (Sampson, et al.
dalam, 2004). Demensia tipe ini sebanyak 4% dialami lansia yang telah berusia 75 tahun,
16% pada usia 85 tahun, dan 32% pada usia 90 tahun (Kuntjoro, 2002). Di Indonesia pada
tahun 2006, dari 20 juta orang lansia diperkirakan satu juta orang mengalami demensia
(Tantomi, Baabdullah, Sagita, 2013).
Sasana Tresna Werdha (STW) Karyabakti Ria Pembangunan Cibubur merupakan salah satu
tempat bagi para lansia yang didirikan pada tanggal 14 Maret 1984 atas prakarsa Ibu Tien
Soeharto. Pada awalnya, lansia yang tinggal di STW ini merupakan pahlawan RI dan janda
dari pahlawan yang telah meninggal. Namun seiring berjalannya waktu, STW ini dibuka
untuk umum, yang artinya setiap lansia dapat tinggal bila sesuai dengan persyaratan yang
telah ditentukan. STW ini memiliki 6 wisma atau ruang, dan salah satunya adalah Wijaya
Kusuma. Ruang ini merupakan ruang yang disediakan khusus untuk merawat lansia yang
mengalami penurunan fungsi tubuh, gangguan kognitif, dan gangguan psikis sehingga lansia
di wisma ini membutuhkan bantuan dari tenaga medis.
Salah satu klien ruang Wijaya Kusuma yang mengalami demensia adalah Opung T (82
tahun). Hal ditunjukkan dengan tingkah laku opung T yang mengalami disorientasi dalam
segi waktu, tempat, dan orang, sering lupa akan kegiatan yang telah ia lakukan baru-baru
saja, dan tidak peduli dengan lingkungan sekitar. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka
penyusun tertarik untuk membuat makalah mengenai asuhan keperawatan klien dengan
demensia pada Opung T di Ruang Wijaya Kusuma STW Karyabakti Ria Pembangunan
Cibubur.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa saja faktor yang menyebabkan demensia pada lansia sesuai dengan kasus?
1.2.2 Bagaimana pengkajian keperawatan terkait penurunan fungsi kognitif pada lansia?
1.2.3 Bagaimana asuhan keperawatan yang dapat dilakukan terkait kasus ?

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Mahasiswa mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan demensia pada lansia pada
1.3.2

lansia
Mahasiswa mengetahui dan mampu melakukan pengkajian terkait penurunan fungsi

1.3.3

kognitif, seperti MMSE dan CDR, dan pengkajian individu pada lansia
Mahasiswa mampu membuat asuhan keperawatan lansia terkait kasus di STW
Karyabakti Ria Pembangunan Cibubur

1.4 Metode Penulisan


Makalah ini disusun dengan metode diskusi kelompok, studi pustaka dan analisis masalah
mengenai klien di STW Karyabakti Ria Pembangunan Cibubur. Materi dan penyelesaian
masalah bersumber dari hasil diskusi kelompok yang kemudian menggunakan berbagai
penelusuran literatur, baik dari buku, jurnal, maupun internet.
1.5 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam makalah ini terdiri dari empat bab. Bab pertama adalah
pendahuluan, yang berisi dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, metode
penulisan dan sistematika penulisan. Bab kedua adalah asuhan keperawatan yang dimulai
dari pengkajian sampai evaluasi. Bab ketiga adalah pembahasan kasus, yang berisi tentang
analisis kesenjangan dari teori yang pernah dipelajari dengan implementasi terkait diagnosis
keperawatan yang ditegakkan. Kemudian, makalah ini diakhiri dengan bab empat yang
berisi kesimpulan dan saran.

BAB 2
Asuhan Keperawatan Demensia pada Lansia
2.1

Kasus
Opung T, 82 tahun, tinggal di PSTW RIA Pembangunan sejak tahun 2007. Kini
Opung T tinggal di Ruang Wijaya Kusuma karena mengalami demensia. Opung T
menghabiskan banyak waktunya di tempat tidur sambil berbaring dan memejamkan mata.
Opung T tampak banyak diam dan enggan memulai percakapan dengan lansia lain.
Selama berkomunikasi, Opung T memiliki kesulitan dalam mengingat hal-hal yang baru
saja dilakukan dan mampu mengingat beberapa hal yang sudah lama sekali terjadi.
Pemeriksaan TTV didaptakan hasil tekanan darah 100/50, nadi 67x/menit teraba kuat dan
tidak teratur, RR 16x permenit, dan suhu 35,80 C.

2.2

Hasil Pengkajian
I. Identitas
A. Nama
B. Jenis Kelamin
C. Umur
D. Agama
E. Status perkawinan
F. Pendidikan terakhir
G. Alamat rumah
II. Alasan berada di Panti

: O.T
: Perempuan
: 82 tahun
: Islam
: Janda
: SMA
: Jakarta
: keinginan sendiri karena klien merasakan kesepian di

rumah dan tidak mau merepotkan keluarga.


III. Riwayat kesehatan
1. Masalah kesehatan yang pernah dialami/dirasakan saat ini: klien mengatakan
sering merasa pusing apabila sendirian, cukup sering merasakan mual dan
kemudian muntah. Klien juga mengatakan sering merasa lemas sehingga lebih
banyak berbaring di tempat tidurnya. Saat berinteraksi hari pertama, klien tidak
dapat duduk terlalu lama karena mengeluhkan pusing.
2. Masalah kesehatan keluarga/keturunan: Klien mengatakan tidak memiliki
penyakit keturunan. Namun, klien mengatakan bahwa ia pernah mengalami sakit
gula.
IV. Kebiasaan sehari-hari
A. Biologis
A.1 Pola Makan: klien makan 3x sehari. Klien makan sesuai dengan jadwal yang
diberikan oleh pihak STW, yaitu makan pagi pukul 06.00, makan siang pukul
12.00, dan makan sore 17.00. Klien diberi makanan ringan seperti biskuit dan kue
4

setelah senam pagi. Klien makan sendiri dengan posisi duduk di tempat tidur.
Menu makanan klien bervariasi setiap hari dan telah memenuhi zat gizi, serta
disajikan saat hangat. Selama melakukan praktik, mahasiswa melihat klien selalu
tidak menghabiskan menu makanan yang telah disediakan (setengah porsi) dan
terkadang tidak mau memakan lauk sumber protein.
A.2 Pola Minum : saat senam, klien minum air mineral sebanyak 240 cc. Setelah
senam pagi, klien minum teh hangat sebanyak 350 cc. Di meja klien, tampak
botol berisi air sebanyak 1 Liter.
A.3 Pola Tidur: klien tidur malam pukul 20.00 karena klien mengatakan sering
kali terbangun di malam hari. Klien biasanya dibangunkan pada pukul 03.00
untuk mandi pagi. Setelah mandi, klien tidur kembali hingga jam 06.00. Saat
siang hari dimulai pukul 10.00-12.00, klien banyak menghabiskan waktu dengan
tidur karena tidak ada kegiatan yang dilakukan. Setelah makan siang kurang lebih
pukul 13.00, klien kembali tidur hingga 15.00. Klien tidur 15 jam per hari
karena klien mengatakan tidak ada kegiatan. Meskipun jumlah tidur klien banyak,
ketika dibangunkan atau terdapat suara bising klien mudah terbangun.
A.4 Pola Eliminasi: klien mengatakan pergi buang air kecil dan besar sendiri di
kamar mandi dengan diawasi caregiver. Namun, saat dilakukan pengkajian fisik
klien menggunakan diapers. Diapers klien diganti setiap klien dimandikan. BAB
klien 2 hari sekali, BAK cukup sering ketika ditanya ke caregiver.
A.5 Kebersihan Diri: Secara umum, penampilan klien baik pakaian hingga wajah
terlihat bersih. Namun, terkadang masih tercium bau tak sedap yang diduga
berasal dari diapers yang digunakan klien. Klien mandi sebanyak 2 kali sehari,
yaitu pada pukul 03.00 dan 15.00. Mulut klien, seperti lidah dan gigi juga nampak
bersih, walaupun gigi klien sudah banyak yang tanggal dan gigi yang tersisa
berwarna kuning kecoklatan. Saat dilakukan pengkajian, ada sedikit kotoran pada
telinga klien, namun tidak mengganggu pendengaran klien. Kuku klien juga
cukup panjang dan klien menolak untuk dipotong kukunya.
B. Psikologis
B.1 Keadaan emosi: Mood klien sering berubah setiap harinya. Pada hari pertama
saat melakukan interaksi, kondisi klien cukup stabil. Saat itu, klien tampak senang
apabila ada teman yang mengajak ngobrol. Hari kedua di pagi hari, klien sempat

mengamuk karena tidak mau diajak berjemur. Namun setelah dibujuk oleh
caregiver, akhirnya klien mau berjemur. Klien mengalami demensia dengan
diagnosis medis Alzheimer. Setelah dilakukan MMSE, klien mendapatkan nilai 19
dari total 30 poin, yang menandakan klien diindikasikan demensia ringan. Setelah
diobservasi dan dilakukan penghitungan CDR, hasilnya adalah 1 yang
menunjukkan klien mengalami demensia ringan. Klien mengalami gangguan
memori jangka pendek, seperti klien lupa bahwa dirinya sudah makan padahal
baru saja makan 10 menit yang lalu, saat ditanya kegiatan yang sudah ia lakukan
klien mengatakan tidak tahu. Klien juga mengalami disorientasi usia, waktu
(tanggal, bulan, tahun) dan tempat. Klien masih bisa membedakan siang dan
malam, serta masih mampu untuk membaca jam bila jamnya diperlihatkan oleh
mahasiswa. Klien masih bisa untuk menghitung, menulis, dan membaca.
C. Sosial
C.1. Dukungan keluarga: Ketika ditanya tentang keluarga, klien selalu
menceritakan tentang ayah, ibu, dan saudara-saudaranya. Ia berasal dari keluarga
yang berpendidikan. Ayahnya merupakan seorang guru bahasa Indonesia. Ibunya
merupakan ibu rumah tangga yang memiliki 16 orang anak. Klien adalah anak ke
10. Klien mengaku pernah menjadi guru, kemudian berhenti dan bekerja kembali
di sebuah perusahaan swasta. Klien mengatakan dulu suaminya sering
memanjakannya dan menyuruhnya berhenti bekerja. Padahal, klien tidak terlalu
suka untuk diberikan sesuatu yang berlebihan. Klien tidak memiliki keturunan,
dan setelah suaminya meninggal klien hanya tinggal bersama pembantu. Oleh
karena itu, klien sering merasa kesepian dan merepotkan keluarga sehingga ia
memilih untuk tinggal di panti. Penanggung jawab klien di panti adalah
keponakannya. Klien dikunjungi oleh pihak keluarga setidaknya satu kali dalam
sebulan.
C.2 Hubungan antar penghuni: klien jarang melakukan komunikasi dengan
sesama lansia di panti, terutama terhadap lansia laki-laki. Namun, beberapa hari
setelah mahasiswa melakukan intervensi, klien mulai mau berinteraksi dengan
lansia lain.

C.3 Hubungan dengan orang lain: klien sangat terbuka dan senang dengan
kehadiran mahasiswa. Menurut caregiver, klien senang diajak berbincangbincang.
D. Spiritual/ kultural
D.1 Pelaksanaan ibadah: kadang-kadang klien mengatakan untuk sholat beliau
butuh tempat khusus. Dalam ruang kamar, tidak ada tempat khusus untuk sholat.
Klien juga mengatakan sering takut jatuh bila harus melakukan sholat di tempat
tidur. Klien sering mengenakan daster di panti dan tidak mengenakan jilbab. Saat
ditanya tentang kehidupannya dahulu, klien pun menjawab tidak mengenakan
jilbab.
D.2 Keyakinan tentang kesehatan: klien mengatakan bahwa dirinya tidak
mempunyai sakit pada bagian tubuh. Klien berpikiran positif terhadap kesehatan
E. Aktivitas Sehari-hari: Kebanyakan aktivitas klien hanya tidur, Klien biasanya
dibangunkan pada pukul 03.00 untuk mandi pagi. Setelah mandi, klien tidur
kembali hingga jam 06.00. Selanjutnya, pukul 07.15 klien berjemur, lalu pukul
08.00 klien melakukan senam bersama lansia lainnya. Setelah senam, klien duduk
bersama dengan lansia lainnya untuk makan makanan ringan dan minum teh. Saat
siang hari dimulai pukul 10.00-12.00, klien banyak menghabiskan waktu dengan
tidur karena tidak ada kegiatan yang dilakukan. Setelah makan siang kurang lebih
pukul 13.00, klien kembali tidur hingga 15.00. Kadang-kadang setelah mandi,
klien berjalan-jalan di lingkungan panti. Kemudian, makan malam hingga klien
tidur malam pukul 20.00 karena klien mengatakan sering kali terbangun di malam
hari.
F. Rekreasi : klien mengatakan sejak di panti dirinya tidak pernah berekreasi.
G. Pemeriksaan fisik
A. Tanda vital
Keadaan umum
Kesadaran: Compos mentis
Suhu: 35,8oC
Nadi: 67x
Tekanan darah: 100/50 ; 90/50; 90/60; 120/80
Pernapasan 16x
Tinggi badan: Diukur menurut tinggi lutut sebab klien bungkuk
Tinggi lutut = 45,7cm
TB wanita= 84,88- (0,24 x usia dalam tahun) + (1,83 x tinggi lutut cm)
= 84,88- (0,24x82) + (1,83x45,7 cm)
7

= 84,88-19,68+83,63
= 148, 83 cm
Berat badan : 48 kg
IMT = 48/(1,4883)2 = 21,67 (Normal)
Lingkar Lengan Atas : 33,5 cm (status gizi klien normal)
B. Kebersihan perorangan
1. Kepala
Rambut: Rambut klien terlihat bersih, sudah memutih, dan

alopecia.
Mata : bersih tidak ada kotoran, tidak anemis, Normal Arcus senilis

, anemis, rabun dekat (hipermetropi).


Hidung: agak kotor
Mulut: gigi sudah banyak yang tanggal, kondisi gigi yang tersisa
tampak tidak utuh dan kuning, lidah bersih, kelembaban mukosa

mulut baik, tidak tercium bau mulut


Telinga : besar, simetris antara telinga kanan dan kiri , ada sedikit

serumen di dalam telinga kiri dan kanan.


2. Leher: tidak terlihat distensi vena jugularis dan pembengkakan getah
bening
3. Dada : tidak ada luka di dada kiri dan kanan.
Paru-paru : suara napas vesikuler
Jantung : tidak terdengar bunyi abnormal
4. Abdomen : terdapat beberapa jaringan scar operasi di abdomen. Klien
ingat bahwa luka itu akibat operasi usus buntu dan kista. Bising usus saat
hari pertama terdengar 8x/menit. Di hari kedua, terdengar 4x/menit.
5. Muskuloskeletal: Klien terlihat bungkuk dan mengalami kifosis. Klien
masih mampu berjalan. Sendi masih berfungsi dengan baik dan tidak ada
keluhan nyeri. Tangan klien tremor saat melakukan aktivitas.
6. Ekstremitas : Pada tangan kanan klien, terdapat bekas jaringan scar
operasi, namun klien mengatakan lupa ketika ditanyakan penyebab dari
adanya jaringan scar tersebut.
H. Keadaan lingkungan sekitar: banyak orang hilir mudik, agak pengap dan gelap.

2.3

Rencana Asuhan Keperawatan

Data

Diagnosa Keperawatan
Kode

NOC

Diagnosis

Kode

NIC
Hasil

Kode

Intervensi

Masalah kesehatan lansia :

Setelah dilakukan intervensi

Intervensi yang dilak

Demensia

keperawatan, individu

untuk individu mam

mampu :

mencapai hasil yang

DS:

Ny. T mengatakan belum

00131

Kerusakan

0901

kognitif dengan

Memori

indikator: mampu

makan, padahal dirinya baru

mengidentifikasi diri

saja makan 10 menit lalu.

sendiri,orang terdekat,

Ny. T mengatakan tidak tahu

tempat saat ini, tanggal,

tempat dia berada saat ini

hari, bulan, tahun.


0905

Ny. T mengatakan tidak ingat

diinginkan adalah :

Memperlihatkan orientasi

mempertahankan

4720
4760
6460
5820

1. Stimulasi kog
2. Memory train
3. Manajemen
Demensia
4. Mengurangi

ansietas
5. Perawatan ja
6. Meningkatka

kegiatan yang sudah dilakukan

konsentrasi

DO:

4040
2550

Hasil pemeriksaan MMSE 19

6440

poin dari total 20 poin

2020

Hasil pemeriksaan CDR 1

6486

(demensia ringan)

keamanan
10. Manajemen c

elektrolit
11. Monitor caira
12. Manajemen

Ny. T mengalami gangguan


memori jangka pendek yang

4120

dibuktikan dengan
ketidakmampuan :

4130

mengulang kembali

2380

informasi yang diberikan

delirium
8. Monitor elek
9. Manajemen
lingkungan:

(demensia ringan)

perfusi sereb
7. Manajemen

menyebutkan kembali

2620

aktivitas yang telah

3320

dilakukan

4820

Ny. T mengalami riwayat

6670

disorientasi tempat, seperti salah

6420

tempat tidur atau kamar

5880
5270

10

medikasi
13. Monitor neur
14. Terapi oskige
15. Orientasi rea
16. Terapi valida
17. Pembatasan a
18. Teknik

menenangka
19. Dukungan em
20. Dukungan ke
21. Terapi Milile
22. Proteksi hak
23. Terapi masa

7140
4390
7460
4860
DS :
Ny. T mengatakan tidak merasa

00052

Kerusakan

1503

Menunjukkan

nyaman dengan lingkungan

Interaksi

keterlibatan sosial

STW yang terlalu bising

Sosial

dengan indikator :

Ny. T mengatakan ingin kembali

5100
4352

perhatian
3. Manajemen

teman satu kamar


4356

berinteraksi
Ny. T mengatakan tidak mau

4360

ngobrol dengan lansia lain,

sosialisasi
2. Manajemen

perilaku: kur

berinteraksi dengan

ke kamarnya saat dirinya diajak

1. Peningkatan

perilaku: sek
4. Modifikasi
perilaku:
kemampuan
5. Peningkatan

khususnya lansia laki-laki


DO :
4974

komunikasi:

pendengaran
6. Peningkatan

Ny. T tidak mampu memulai


percakapan dengan lansia lain

komunikasi:

yang berada di STW

4976

Ny. T terlihat mengabaikan


lansia yang mengajak

Deficit bicara
7. Peningkatan
komunikasi:

berbincang

4978
11

Deficit visua
8. Membangun

hubungan
5000

kompleks
9. Manajemen

demensia
10. Meningkatka
6460

kemampuan
11. Terapi masa
12. Peningkatan

5326

kesadaran dir
13. Peningkatan

4860
5390
5400
5430
5440
5450

12

diri
14. Dukungan
kelompok
15. Peningkatan

support syste
16. Terapi kelom

2.4

Catatan Perkembangan Klien Opung T.

Hari 1 (Senin, 2 Maret 2015)

Hari 2 (Selasa, 3 Maret 2015)

Hari 3 (Senin, 9 Maret 2015)

Diagnosa Keperawatan:

Diagnosa Keperawatan:

Diagnosa Keperawatan:

Kerusakan Memori

Kerusakan Memori

Kerusakan Memori

Implementasi

Implementasi

Implementasi

Menstimulasi orientasi klien mengenai


tempat, waktu, dan orang
Mengidentifikasi dan mengoreksi
orientasi klien yang tidak tepat
Memberikan apresiasi ketika klien
mampu mengorientasikan tempat,
waktu, dan orang secara tepat
Menstimulasi memori klien dengan
menunjukkan foto klien bersama
dengan mahasiswa, lalu menstimulasi
klien untuk bercerita mengenai foto
tersebut
Mengimplementasikan
stimulasi kognitif dengan mencocokkan

Mengedukasi klien mengenai


penggunaan kalender bulan Maret 2015
dengan cara mencoret pada tanggal
yang telah berlalu
Mengedukasi klien mengenai waktu
siang dan malam dengan memberikan
gambar keadaan di siang dan malam
hari
Memotivasi klien melihat jam untuk
mengetahui waktu saat ini
Menstimulasi orientasi klien mengenai
tempat, seperti menjelaskan keberadaan
klien saat ini
Membantu klien mengoreksi orientasi
umur klien saat ini dengan cara

Menstimulasi orientasi klien mengenai


tempat, waktu, dan orang
Mengidentifikasi dan mengoreksi
orientasi klien yang tidak tepat
Memberikan apresiasi ketika klien
mampu mengorientasikan tempat,
waktu, dan orang secara tepat
Mengimplementasikan
stimulasi kognitif dengan mencocokkan
kartu

13

Memonitor tingkah laku klien saat


terapi
Memberikan afirmasi positif ketika

kartu

Memonitor tingkah laku klien saat


terapi
Memberikan apresiasi ketika klien
mampu mencocokkan pasangan kartu
Evaluasi:
S:
-

klien mengatakan dirinya merasa


pusing
Klien menyalahkan dirinya karena
waktu yang dibutuhkan klien untuk
menyelesaikan stimulasi kognitif
terlalu lama

O:
-

Klien mampu mencocokkan


pasangan gambar dimulai dari 3
pasang hingga 5 pasang dalam
waktu 10 menit
A: stimulasi kognitif berhasil dilakukan
namun dibutuhkan waktu yang lama

menghitung bersama
Mengidentifikasi dan mengoreksi
orientasi klien yang tidak tepat
Memberikan apresiasi ketika klien
mampu mengorientasikan tempat,
waktu, dan orang secara tepat
Mengimplementasikan
stimulasi kognitif dengan mencocokkan
kartu

Memonitor tingkah laku klien saat


terapi
Memberikan afirmasi positif ketika
klien mampu mencocokkan pasangan
kartu
Mendorong klien untuk mencatat
kegiatan yang telah dilakukan
Memberikan afirmasi positif ketika
klien menuliskan kegiatan yang telah
dilakukan, walaupun dengan bantuan

Stimulasi kognitif dilakukan secara


rutin

Evaluasi
S:
-

Klien menyangkal ketika


diorientasikan dengan usia saat ini

O:
-

klien tampak marah ketika diberi


tahu usia klien yang sebenarnya
Klien mampu mencocokkan
pasangan kartu dalam waktu 15
menit

A:
Evaluasi:

S:

P:

klien mampu mencocokkan pasangan


kartu
Mengingatkan klien untuk mencatat
kegiatan yang telah dilakukan

klien mengatakan Ya Allah saya


sudah tua

14

orientasi tempat, waktu, dan orang


tidak mendapatkan hasil positif
Catatan kegiatan klien tidak dapat
dilakukan secara mandiri (belum
optimal)

Menstimulus lansia mau mengingat


atau mencatat kegiatan yang telah
dilakukan
Mengorientasi tempat, waktu,
orang secara rutin

Klien mengatakan Saya tinggal di


asrama yang isinya lansia semua
Sekarang hari selasa tanggal 3
Maret

O:
-

klien mampu mengorientasikan


diri, hanya nama dan tempat
- Klien mampu mengorientasikan
waktu, tanggal, hari, bulan dengan
bantuan
A: semua implementasi untuk mengatasi
kerusakan memori belum mendapatkan
hasil optimal
P:

Permainan kartu dapat dilakukan


klien dengan baik

Melakukan orientasi waktu, tempat,


tanggal secara rutin
Memfasilitasi hubungan klien
dengan keluarga
Mengadvokasi perawat dan
caregiver yang telah dikenal klien
untuk tetap mendampingi klien
pada setiap shiftnya.

P:

Diagnosa Keperawatan:
Kerusakan Interaksi Sosial:

Stimulasi kognitif dilakukan secara


rutin
Menstimulus lansia mau mengingat
atau mencatat kegiatan yang telah
dilakukan
Mengorientasi tempat, waktu,
orang secara rutin

Memfasilitasi klien untuk memulai


interaksi (mengajarkan berkenalan dan
memulai perbincangan) dengan teman
sesama lansia
Evaluasi:
S: klien menolak untuk memulai
percakapan dengan lansia laki-laki
O: klien terlihat tidak mengacuhkan ajakan

15

untuk berkenalan
Diagnosa Keperawatan:
Kerusakan Interaksi Sosial
Memfasilitasi klien untuk memulai
interaksi (mengajarkan berkenalan dan
memulai perbincangan) dengan teman
sesama lansia
Mendorong klien untuk memberikan
ucapan selamat pada lansia yang sedang
berulang tahun
Memfasilitasi klien untuk berinteraksi
dengan teman sekamar melalui bermain
mencocokkan pasangan kartu bersama
Memberikan afirmasi positif ketika
klien mau dan mapu melakukan hal-hal
tersebut.
Evaluasi:
S:
-

Klien mengatakan Hei siapa


namanya? Nama saya Kartini

16

A: peningkatan interaksi sosial belum


mendapatkan hasil positif
P:
-

memotivasi klien untuk berinteraksi


dengan lansia lain
fasilitasi klien untuk mengikuti
terapi kelompok

Klien mengucapkan selamat ulang


tahun pada Opa U.

O:
-

klien mampu berkenalan dan mulai


percakapan dengan lansia lain
- klien terlihat menikmati
percakapan dengan lansia lain
A: peningkatan interaksi sosial dilakukan
klien dengan cukup berhasil

P: motivasi klien dan teman klien untuk


saling berinteraksi

17

Bab 3
Pembahasan
3.1 Analisis Kasus dan kaitannya dengan teori
Demensia merupakan keadaan irreversible (tidak dapat kembali) status
mental yang ditandai dengan penurunan fungsi kognitif, perubahan
kepribadian (personality), serta melemahnya judgement dan sering berubah
karena metabolisme otak yang berubah (Ebersole, 2005). Penurunan fungsi
kognitif pada lansia dengan demensia bersifat progresif. Artinya, fungsi
kognitif lansia tersebut semakin hari akan semakin menurun. Nilai MMSE
dan CDR klien pada saat mahasiswa melakukan pengakajian tidak jauh
berbeda dengan hasil saat pertama kali klien didiagnosa menderita alzeimer.
Seharusnya, apabila dilakukan pengkajian ulang MMSE dan CDR, akan
terlihat perubahan hasil ke arah perburukan.
Klien yang didiagnosa medis memiliki masalah di bagian otak pasti memiliki
hasil CT-scan sebagai data penunjang. Hasil CT-scan ini berfungsi untuk
melihat gambaran rusaknya sel otak sehingga membantu dokter menetapkan
diagnosa alzeimer pada klien. Namun, tidak ditemukan hasil CT-scan dalam
rekam medis klien sehingga sulit untuk divalidasi kebenaran klien mengalami
alzeimer.
Penyebab pasti dari alzeimer belum dapat dipastikan sehingga hanya dapat
dianalisa dari faktor risiko. Beberapa faktor risiko seperti usia, genetik, jenis
kelamin, riwayat trauma otak, dan gaya hidup menjadi data pendukung yang
dapat menjelaskan alasan seseorang dapat mengalami alzeimer. Hasil
pengkajian dan data rekam medis klien belum dapat menjelaskan secara pasti
yang menjadi faktor risiko alzeimer pada Opung T. Hal ini disebabkan telah
rusaknya memori jangka pendek klien sehingga kebanyakan klien tidak
mengetahui tentang hal yang terjadi pada diri klien. Tidak adanya riwayat
kesehatan klien saat muda dalam rekam medis juga menjadi kendala untuk
menemukan faktor risiko tersebut.
Ruang Wijayakusuma PSTW RIA Pembangunan cenderung melakukan
asuhan keperawatan terhadap klien yang memiliki masalah fisik. Opung T

18

yang tidak memiliki masalah fisik tidak mendapatkan asuhan keperawatan


terkait demensia yang ia miliki. Terlihat tidak ada interaksi perawat dengan
klien. Klien banyak menghabiskan waktu di tempat tidur. Tidak adanya
kegiatan yang dilakukan klien demensia dapat membuat kualitas hidup lansia
tersebut menurun dan kerusakan memori jangka pendek tidak dapat diatasi.
Klien dengan demensia seharusnya ditempatkan di ruang tersendiri agar
mendapatkan asuhan keperawatan khusus untuk masalah keperawatan yang
muncul akibat demensia.

3.2 Hambatan yang Ditemui


Mood yang tidak stabil dan kerusakan memori jangka pendek menjadi
hambatan dalam melakukan interaksi dengan klien. Perubahan cepat dalam
mood atau emosi klien membuat mahasiswa membutuhkan waktu lebih lama
dalam membina komunikasi yang baik dengan klien. Pada hari pertama
mahasiswa melakukan pengkajian, klien tampak kooperatif dalam menjawab
pertanyaan meskipun tidak mampu menjawab beberapa pertanyaan dan
mengatakan lupa dan tidak tahu. Pada hari berikutnya, klien lebih banyak
menolak saat mahasiswa melakukan pemeriksaan MMSE. Meskipun begitu,
MMSE tetap dapat dilakukan dengan membujuk klien dengan cukup lama
dengan menjelaskan lebih rinci hal-hal apa yang akan dilakukan untuk
keperluan apa. Dengan begitu, klien bersedia melakukan pemeriksaan MMSE.
Klien juga menunjukkan respon yang berbeda-beda ketika diorientasikan
dengan usianya. Dalam perbedaan waktu yang singkat klien menunjukkan
respon yang berbeda yaitu menerima dan menolak dengan keras sampai
sedikit berteriak.
Kerusakan memori juga menyebabkan mahasiswa harus selalu membina
hubungan saling percaya hampir di setiap pertemuan karena klien mudah
sekali lupa dengan orang yang baru ditemuinya. Hal ini juga terjadi ketika
mahasiswa mengorientasikan klien dengan usianya. Dalam rentang waktu
kurang dari 5 menit klien sudah lupa kembali. Begitu pula dengan aktivitas
yang telah dilakukan.. Klien sering menjawab belum melakukan aktivitas
tersebut padahal klien telah melakukannya beberapa saat yang lalu. Langkah

19

preventif sebelum demensia menjadi parah tidak dilakukan sehingga


intervensi untuk membantu memori jangka pendek klien menjadi tidak
optimal. Fungsi kognitif klien yang cenderung berubah setiap harinya
membuat intervensi harus dilakukan secara rutin.
3.3 Solusi
Persiapan ilmu dalam membuat intervensi dan media kreatif menjadi solusi
kedepan dalam menghadapi klien demensia. Keikutsertaan perawat dalam
melakukan intervensi seperti stimulasi kognitif dan memori training juga
menjadi suatu hal penting sehingga intervensi yang dilakukan mahasiswa
dapat menjadi rutinitas klien setiap harinya.

20

BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Penurunan kognitif dan fungsi organ tubuh merupakan hal yang lazim
terjadi pada lansia. Demensia merupakan salah satu penyebab terjadinya
penurunan kemampuan kognitif pada lansia. Penurunan kognitif ini terjadi secara
progresif dan tidak dapat dicegah. Meskipun begitu, asuhan keperawatan perlu
dilakukan untuk menstimulasi dan melatih pasien sejak dini sebelum terjadi
demensia berat.
Tindakan keperawatan yang dilakukan oleh perawat dalam memberikan
asuhan keperawatan pada lansia harus lengkap. Perawat perlu mengidentifikasi
hal-hal khusus yang dialami oleh lansia agar pengkajian dilakukan secara
komprehensif, baik itu pengkajian dan pengkajian kognitif seperti MMSE (Mini
Mental State Exam) dan CDR (Clinical Dementia Rating). Pengkajian yang
komprehensif memudahkan perawat dalam pembuatan intervensi sehingga asuhan
yang diberikan menyeluruh dan menyelesaikan masalah yang dialami lansia.
4.2 Saran
Penurunan fungsi fisiologis pada lansia perlu menjadi perhatian perawat
atau mahasiswa keperawatan selama memberikan asuhan keperawatan. Ketika
melakukan tindakan keperawatan seperti pengkajian maupun implementasi
sebaiknya disesuaikan dengan kemampuan klien, jangan sampai memaksakan
agar mendapat hasil yang maksimal. Informasi yang belum didapatkan karena
keterbatasan kondisi klien dapat ditanyakan kepada perawat atau care giver di
ruangan. Selain itu, mahasiswa juga dapat melakukan tindakan keperawatan di
hari berikutnya sesuai dengan keinginan dan kemampuan klien. Hasil pengkajian
yang didapatkan dari wawancara dengan klien perlu divalidasi kepada perawat
atau care giver yang ada di ruangan sehingga hasil pengkajian yang didapatkan
merupakan hasil yang valid.

21

Daftar Pustaka
Bulechek, G. M. (Eds), et al. (2013). Nursing interventions classification (NIC).
(6th ed.). St. Louis: Mosby
Depkes. (2013). Buletin Jendela Data dan Informasi kesehatan topik utama
gambaran kesehatan lanjut usia di Indonesia. Jakarta: Kementrian
Kesehatan. Diunduh dari http://www.depkes.go.id/download.php?
file=download/pusdatin/buletin/buletin-lansia.pdf. Diakses tanggal 12
Maret 2015; Pukul 03.18
Herdman, T.H. & Kamitsuru, S. (Eds.). (2014). NANDA international nursing
diagnoses: Definitions & classification, 20152017. Oxford: Wiley
Blackwell.
Kuntjoro, Z.S. (2002). Gangguan Psikologis dan Perilaku Pada Demensia.
Diambil dari: http://www.e-psikologi.com/artikel/lanjut-usia/gangguanpsikologis-dan-perilaku-pada-demensia. Senin, 17 Juni 2002
Maryam, R.S., Ekasari, M.F., Rosidawati, Jubaedi, A., Batubara, I. (2008).
Mengenal usia lanjut dan perawatannya. Jakarta : Salemba Medika
Miller, C. A. (2012). Nursing for wellness in older adults: theory and practice.
6th Ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.
Moorhead, S. (Eds).et al. (2013). Nursing outcomes classification (NOC):
Measurement of health outcomes. (5th ed.). St. Louis: Mosby
Sampson, E.L., Warren, J.D., and Rossor, M.N. (2004). Young Onset Dementia.
Postgraduate Medical Journal. 80, 125- 139.
Stanley, M., Beare, P.G. (2006). Gerontological Nursing: A Health
Promotion/Protection Approach 2nd ed. (Terj: Nety Juniarti., Sari
Kurrniangsih). Jakarta: EGC.

22

Lampiran
Hasil Pemeriksaan Status Mental Mini (MMSE)
Inisial: Opung T
Tanggal Pemeriksaan: 24 Februari 2015
Item

Tes

Nilai Max

Nilai

Sekarang (tahun), (musim), (bulan), (tanggal), (hari) apa?

Kita berada di mana? (negara), (propinsi), (kota),

ORIENTASI

(gedung), (ruang)

REGISTRASI
3

Pemeriksa menyebut 3 benda yang berbeda kelompoknya


3

selang 1 detik (misal apel, uang, meja) responden diminta


mengulanginya. Nilai 1 untuk tiap nama benda yang

benar. Ulangi sampai responden dapat menyebutkan


dengan benar dan catat jumlah pengulangan
ATENSI DAN KALKULASI
4

Pengurangan 100 dengan 7 secara berturutan. Nilai 1


untuk tiap jawaban yang benar. Hentikan setelah 5
jawaban.
Atau responden diminta mengeja terbalik kata WAHYU

5
5

(nilai diberi pada huruf yang benar sebelum kesalahan;


misalnya uyahw = 2 nilai)
MENGINGAT KEMBALI (RECALL)
5

Responden diminta menyebut kembali 3 nama benda di


atas

BAHASA
6

Responden diminta menyebutkan nama benda yang


ditunjukkan (perlihatkan pensil dan jam tangan)

Responden diminta mengulang kalimat tanpa kalau dan


atau tetapi

Responden diminta melakukan perintah Ambil kertas ini

23

1
3

dengan tangan anda, lipatlah menjadi dua dan letakkan di


lantai
9

Responden diminta membaca dan melakukan yang


dibacanya: Pejamkanlah mata Anda

10

Responden diminta menulis sebuah kalimat secara

spontan
11

Responden diminta menyalin gambar

Skor Total

30

19

Tingkat kesadaran ____________ Alert Drowsy Stupor Coma


Hasil Skor:

Normal = Nilai MMSE 23-30

Gangguan Ringan = Nilai MMSE 23-17

Gangguan Sedang = Nilai MMSE 11-16

Gangguan Berat = Nilai MMSE <10

Catatan Pemeriksa : Klien kemungkinan mengalami gangguan ringan

Lampiran 2
Hasil Pemeriksaan Clinical Dementia Rating (CDR)
Inisial: Opung T
Tanggal Pemeriksaan: 24 Februari 2015
Impairment Level and CDR Score (0, 0.5, 1, 2, 3)
None

Questionable

Mild

Moderate

Severe

0.5

24

Memory

No memory loss
or slight
inconsistent
forgetfulness

Consistent slight
forgetfulness;
partial
recollection of
events; "benign"
forgetfulness

Moderate
memory loss;
more marked
for recent
events; defect
interferes with
everyday
activities

Severe memory
loss; only
highly learned
material
retained; new
material rapidly
lost

Severe
memory loss;

Orientation Fully oriented

Fully oriented
except for slight
difficulty with
time
relationships

Moderate
difficulty with
time
relationships;
oriented for
place at
examination;
may have
geographic
disorientation
elsewhere

Severe
difficulty with
time
relationships;
usually
disoriented to
time, often to
place

Oriented to
person only

Judgment Solves everyday


& Problem problems &
Solving handles business
& financial
affairs well;
judgment good
in relation to
past performance

Slight
impairment in
solving
problems,
similarities, and
differences

Moderate
difficulty in
handling
problems,
similarities,
and
differences;
social
judgment
usually
maintained

Severely
impaired in
handling
problems,
similarities, and
differences;
social judgment
usually
impaired

Unable to
make
judgments or
solve
problems

Unable to
function
independently
at these
activities
although may
still be engaged
in some;

No pretense of
independent
function outside
home

No pretense
of
independent
function
outside home

Community Independent
Slight
Affairs function at usual impairment in
level in job,
these activities
shopping,
volunteer and
social groups

25

Appears well
enough to
taken to
functions

only
fragments
remain

Appears too
ill to be be
taken to

Home and Life at home,


Hobbies hobbies, and
intellectual
interests well
maintained

Personal
Care

Life at home,
hobbies, and
intellectual
interests slightly
impaired

Fully capable of self-care

appears
normal to
casual
inspection

outside a family functions


home
outside a
family home

Mild but
definite
impairment of
function at
home; more
difficult chores
abandoned;
more
complicated
hobbies and
interests
abandoned

Only simple
chores
preserved; very
restricted
interests, poorly
maintained

No
significant
function in
home

Needs
prompting

Requires
assistance in
dressing,
hygiene,
keeping of
personal
effects

Requires
much help
with personal
care;
frequent
incontinence

Hasil CDR setelah melalui program online yaitu 1 (mild impaired)

26

Anda mungkin juga menyukai