Anda di halaman 1dari 11

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan
ridha dan karunia- Nya sehingga karya tulis yang berjudul Sistem Koloid ini dapat
diselesaikan. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah
membantu kami dalam pembuatan karya ilmiah ini.
Karya tulis ini disusun sebagai sarana bagi siswa untuk lebih memahami pentingnya
disiplin sekolah.
Kami mengharapkan kritik dan saran untuk kesempurnaan karya tulis ini. Semoga
karya tulis ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Bukittinggi,

Maret 2012

Penulis

SISTEM KOLOID

A. PENGERTIAN KOLOID
Kata koloid berasal dari bahasa Yunani kolla yang berarti lem, karena
dahulu koloid dianggap mirip lem. Koloid adalah suatu bentuk campuran
yang keadaannya antara larutan dan suspensi. Larutan memiliki sifat
homogen dan stabil. Suspensi memiliki sifat heterogen dan labil.
Sedangkan koloid memiliki sifat heterogen dan stabil. Koloid merupakan
sistem heterogen, dimana suatu zat "didispersikan" ke dalam suatu media
yang homogen. Ukuran zat yang didispersikan berkisar dari satu
nanometer (nm) hingga satu mikrometer (m).
Perhatikan perbedaan tiga contoh campuran di bawah ini :
1. Campuran antara air dengan sirup.
2. Campuran antara air dengan susu.
3. Campuran antara air dengan pasir.
Jika kita campurkan air dengan sirup maka sirup akan terdispersi
(bercampur) dengan air secara homogen (bening) Jika didiamkan,
campuran itu tidak memisah dan juga tidak dapat dipisahkan dengan
penyaringan biasa maupun penyaringan yang lembut (penyaringan
mikro). Secara makroskopis maupun mikroskopis mcampuran ini tampak
homogen, tidak dapat dibedakan mana yang air dan mana yang sirup.
Campuran seperti inilah yang disebut larutan.
Jika kita campurkan susu (misalnya, susu instan) dengan air,
ternyata susu "larut" tetapi "larutan" itu tidak bening melainkan keruh.
Jika didiamkan, campuran itu tidak memisah dan juga tidak dapat
dipisahkan dengan penyaringan (hasil penyaringan tetap keruh). Secara
makroskopis campuran ini tampak homogen. Akan tetapi, jika diamati
dengan mikroskop ultra ternyata masih dapat dibedakan partikel-partikel
lemak susu yang tersebar di dalam air. Campuran seperti inilah yang
disebut koloid.
Jika kita campurkan air dengan pasir maka pasir akan terdispersi
(bercampur) dengan air secara heterogen dan langsung memisah antara
air dengan pasir, yang keadaannya pasir akan mengendap di dasar air
dan dapat dipisahkan dengan penyaringan biasa, bahkan dapat
dipisahkan dengan cara dituang perlahan-lahan. Secara makroskopis
campuran ini sudah tampak hetrogen, dapat dibedakan mana yang air
dan mana yang pasir. Campuran seperti inilah yang disebut suspensi.
Jadi, koloid tergolong campuran heterogen (dua fase) dan setabil.
Zat yang didipersikan disebut fase terdispersi, sedangkan medium yang

digunakan untuk mendispersikan zat disebut medium dispersi. Fase


terdispersi
bersifat diskontinu (terputus-putus),
sedangkan
medium
dispersi bersifat kontinu. Pada campuran susu dengan air, fase terdispersi
adalah lemak, sedangkan medium dispersinya adalah air.

B. JENIS KOLOID
tabel jenis-jenis koloid
No

Fase
Terdispersi

Medium Pendispersi Nama

Contoh

Padat

Padat

Sol Padat

Gelas Berwarna

Padat

Cair

Sol

Sol Emas

Padat

Gas

Aerosol

Asap

Cair

Padat

Emulsi Padat

Jeli

Cair

Cair

Emulsi

Susu

Cair

Gas

Aerosol Cair

Kabut

Gas

Padat

Buih Padat

Karet

Gas

Cair

Buih

Buih Sabun

1. Sol
adalah sistem koloid yang terdiri atas partikel padat. Contoh
sol :
putih telur, air lumpur, tinta, cat dan lain-lain.
Sistem koloid dari partikel padat yang terdispersi
dalam zat padat disebut sol padat. Contoh sol padat
:
perunggu, kuningan, permata (gem).
Sol

2. Aerosol
Aerosol adalah sistem koloid yang terdiri atas partikel
padat atau partikel cair. Jika zat yang terdispersi berupa zat

padat disebut aerosol padat. Contoh aerosol padat : debu


buangan knalpot. Sedangkan zat yang terdispersi berupa zat
cair disebut aerosol cair. Contoh aerosol cair : hairspray dan
obat semprot. Untuk menghasilkan aerosol diperlukan suatu
bahan pendorong (propelan aerosol). Contoh propelan aerosol
yang banyak digunakan yaitu CFC dan CO2.

3. Emulsi
Emulsi adalah sitem koloid yang fase terdispersi dan medium pendispersinya zat cair. Syarat
terjadinya emulsi yaitu kedua zat cair tidak saling melarutkan. Emulsi digolongkan ke dalam
2 bagian yaitu emulsi minyak dalam air dan emulsi air dalam minyak.. Contoh emulsi minyak
dalam air : santan, susu, lateks. Contoh emulsi air dalam minyak : mayonnaise, minyak ikan,
minyak bumi. Contoh emulsi padat : jelly, mutiara, opal. Emulsi terbentuk karena pengaruh
suatu pengemulsi (emulgator). Misalnya sabun dicampurkan kedalam campuran minyak dan
air, maka akan diproleh campuran stabil yang disebut emulsi.

4. Buih
Buih adalah sistem koloid yang terdiri atas fase terdispersi gas
dalam medium pendispersi zat cair. Buih digunakan dalam
proses pengolahan biji logam dan alat pemadam kebakarn.
Contoh buih cair : krim kocok (whipped cream), busa sabun.
Contoh buih padat : lava, biskuit. Buih dapat dibuat dengan
mengalirkan suatu gas ke dalam zat yang mengandung
pembuih dan distabilkan oleh pembuih seperti sabun dan
protein. Ketika buih tidak dikehendaki, maka buih dapat
dipecah oleh zat-zat seperti eter, isoamil dan alkohol.
5. Gel
Gel adalah koloid yang wujudnya berada diantara padat dan
cair. Gel dapat terbentuk dari suatu sol yang zat terdispersinya

mengadsropsi medium dispersinya sehingga terjadi koloid


yang agak padat. Contoh gel : agar-agar, semir sepatu,
mutiara, mentega.

Sistem koloid dapat dikelompokkan, seperti tabel berikut :


No

Fase
Terdispersi

Medium
Pendispersi

Nama
Koloid

Contoh

Gas

Cair

Busa/Buih

Buih sabun, krim kocok

Gas

Padat

Busa padat Batu apaung, karet busa

Cair

Gas

Aerosol

Awan, kabut

Cair

Cair

Emulsi

Susu, santan

Cair

Padat

Emulsi
padat

Keju, mentega, mutiara

Padat

Gas

Aerosol
padat

Asap, debu

Padat

Cair

Sol

Cat, kanji, tinta

Padat

Padat

Sol padat

Kaca berwarna, paduan


logam

C. SIFAT KOLOID
1.
Efek Tyndall
Efek Tyndall merupakan satu bentuk sifat optik yang dimiliki oleh sistem
koloid. Pada tahun 1869, Tyndall menemukan bahwa apabila suatu berkas
cahaya dilewatkan pada sistem koloid maka berkas cahaya tadi akan
tampak. Tetapi apabila berkas cahaya yang sama dilewatkan pada
dilewatkan pada larutan sejati, berkas cahaya tadi tidak akan tampak.
Singkat kata efek Tyndall merupakan efek penghamburan cahaya oleh sistem
koloid. Pengamatan mengenai efek Tyndall dapat dilihat pada gambar

Efek Tyndal koloid

Hamburan cahaya oleh koloid

Dalam kehidupan sehari-hari, efek Tyndall dapat kita amati seperti:

Di bioskop, jika ada asap mengepul maka cahaya proyektor akan


terlihat lebih terang.

Di daerah berkabut, sorot lampu mobil terlihat lebih jelas

Sinar matahari yang masuk melewati celah ke dalam ruangan


berdebu, maka partikel debu akan terlihat dengan jelas.

Hamburan cahaya oleh asap

2.

ahli
pada
gerak

Gerak Brown
Sistem koloid juga mempunyai sifat kinetik selain sifat optic yang telah
dijelaskan diatas. Sifat kinetik ini dapat terjadi karena disebabkan oleh
gerakan termal dan gravitasi. Dua hal ini menyebabkan sistem koloid
dapat bergerak zig-zag. Gerakan ini pertama ditemukan oleh seorang
biologi yang bernama Robert Brown yang melakukan pengamatan
serbuk sari dengan menggunakan mikroskop, sehingga dinamakan
Brown.
Pengamatan mengenai gerak Brown dapat dilihat pada gambar dibawah.

Gerak Brown

3. Adsorbsi
Beberapa sistem koloid mempunyai sifat dapat melakukan
penyerapan (adsorbsi) terhadap partikel atau ion atau senyawa lain
(Gambar 6.9). Penyerapan pada permukaan disebut adsorbsi, sedangkan
penyerapan sampai pada lapisan dalam disebut absorbsi. Daya
penyerapan ini menyebabkan beberapa sistem koloid mempunyai muatan
tertentu sesuai muatan yang diserap.

Adsorbsi ion oleh koloid

4. Elektroforesis
Elektroferesis ialah peristiwa pemisahan partikel
koloid yang bermuatan dengan menggunakan arus
listrik. Jika partikel-partikel koloid dapat bergerak
dalam medan listrik, berarti partikel koloid
tersebut
bermuatan
listrik.
Jika
sepasang
elektrode dimasukkan ke dalam sistem koloid,
partikel koloid yang bermuaran positif akan
menuju elektrode negatif (katode) dan partikel
koloid yang bermuatan negatif akan menuju
elektrode positif (anode). Pergerakan partikelpartikel koloid dalam medan listrik ke masing-masing elektrode disebut
elektroforesis . Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa
elektroforesis dapat digunakan untuk menentukan jenis muatan koloid
5. Koagulasi
Koagulasi atau pengendapan/penggumpalan yang disebabkan oleh
gaya gravitasi akan terjadi jika sistem koloid dalam keadaan tidak
bermuatan. Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan koloid bersifat
netral, yaitu: Menggunakan Prinsip Elektroforesis. Proses elektroforesis
adalah pergerakan partikel-partikel koloid yang bermuatan ke elektrode
dengan muatan yang berlawanan. Ketika partikel ini mencapai elektrode,
maka sistem koloid akan kehilangan muatannya dan bersifat netral.
Penambahan koloid lain dengan muatan yang berlawanan. Ketika
koloid bermuatan positif dicampurkan dengan koloid bermuatan negatif,
maka muatan tersebut akan saling menghilangkan dan bersifat netral.
Penambahan Elektrolit. Jika suatu elektrolit ditambahkan pada
sistem koloid, maka partikel koloid yang bermuatan negatif akan
mengadsorpsi koloid dengan muatan positif (kation) dari elektrolit. Begitu
juga sebaliknya, partikel positif akan mengadsorpsi partikel negatif (anion)
dari elektrolit. Dari adsorpsi diatas, maka terjadi koagulasi. Pendidihan.
Kenaikan suhu sistem koloid menyebabkan tumbukan antar partikel-

partikel sol dengan molekul-molekul air bertambah banyak. Hal ini


melepaskan elektrolit yang teradsorpsi pada permukaan koloid. Akibatnya
partikel tidak bermuatan.

6. Koloid pelindung
Koloid pelindung ialah koloid yang mempunyai sifat dapat
melindungikoloid lain dari proses koagulasi. Koloid pelindung ini akan
membungkus atau membentuk lapisan di sekeliling partikel koloid yang
dilindungi. Koloid pelindung ini sering digunakan pada sistem koloid tinta,
cat, es krim, dan sebagainya; agar partikel-partikel koloidnya tidak
menggumpal. Koloid pelindung yang berfungsi untuk menstabilkan emulsi
disebut emulgator (zat pengemulsi). Contohnya, susu yang merupakan
emulsi lemak dalam air, emulgatornya adalah kasein (suatu protein yang
dikandung air susu). Sabun dan detergen juga termasuk koloid pehindung
dari emulsi antara minyak dengan air.
D. PEMBUATAN KOLOID
1. Cara Kondensasi
Cara Kondensasi dilakukan melalui reaksi kimia seperti reaksi
redoks, reaksi hidrolisis, reaksi dekomposisi rangkap, dan reaksi
pergantian pelarut.
a. Reaksi Redoks
Reaksi redoks adalah reaksi yang disertai perubahan bilangan
oksidasi. Pembuatan sol belerang dari reaksi antara hidrogen sulfida (H 2
S) dengan belerang dioksida (SO 2 ), yaitu dengan mengalirkan gas H2S
kedalam larutan SO2.
2H 2 S (g) + SO 2 (aq) 2H 2 O (l) + 3S (s)
b. Reaksi Hidrolisis
Misalnya larutan natrium tiosulfat direaksikan dengan larutan asam
klorida , maka akan terbentuk belerang. Partikel belerang akan bergabung
menjadi semakin besar sampai berukuran koloid sehingga terbentuk sel
belerang. Seperti reaksi :
Na 2 SO 3 (aq) + 2HCl (aq) 2 NaCl (aq) + H 2 O (l) + S (s)
c. Reaksi Substitusi

Misalnya larutan natrium tiosulfat direaksikan dengan larutan asam


klorida , maka akan terbentuk belerang. Partikel belerang akan bergabung
menjadi semakin besar sampai berukuran koloid sehingga terbentuk sel
belerang. Seperti reaksi
Na 2 SO 3 (aq) + 2HCl (aq) 2 NaCl (aq) + H 2 O (l) + S (s)

d. Reaksi Dekomposisi Rangkap


Contohnya adalah pembuatan sol As 2 S 3 dengan mereaksikan
larutan H 3 AsO 3 dengan larutan H 2 S. Reaksinya adalah sebagai
berikut:
2H 3 AsO 3 (aq) + 3H 2 S (aq) As 2 S 3 (s) + 6H 2 O (l)
e. Penggantian Pelarut
Cara ini dilakukan dengan menggnti medium pendispersi sehingga
fase terdispersi yang semula larut menjadi berukuran koloid. Misalnya
larutan jenuh kalsium asetat jika dicampur dengan alcohol akan terbentuk
suatu koloid berupa gel.
2. Cara Dispersi
Dengan cara dispersi partikel kasar dipecah menjadi partikel koloid.
Cara dispersi dapat dilakukan secara mekanik, peptisasi, atu dengan
loncatan bunga listrik(busur bredig).
1) Cara mekanik
Dengan cara ini, butir-butir kasar digerus dengan lumpang, sampai
diperoleh tingkat kehalusan tertentu, kemudian diaduk dengan medium
pendispersi. Contoh pembuatan sol belerang dengan menggerus serbuk
belerang bersama zat inert seperti gula pasir, kemudian mencampur
dengan air.
2) Cara peptisasi
Cara peptisasi adalah pembuatan koloid dari butir-butir kasar atau
dari suatu endapan dengan bantuan zat pemecah (pemeptisasi).
3) Cara busur bredig
Cara busur bredig digunakan untuk membuat sol-sol logam. Logam
yang akan dijadikan koloid digunakan sebagai elktrode yang dicelupkan
kedalam medium dispersi, kemudian diberi loncatan listrik dikedua
ujungnya. Mula-mula atom logam akan terlempar kedalam air, lalu atom

tersebut mengalami kondensasi sehingga membentuk partikel koloid. Jadi


cara busur bredig ini merupakan gabungan cara disperse dan kondensasi

PEMERINTAH KOTA BUKITTINGGI


DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA
SMA NEGERI 1 BUKITTINGGI

TUGAS KIMIA
SISTEM KOLOID

Oleh:
Wira Putri Winata
XI IPA 7

SMA NEGERI 1 BUKITTINGGI


Jl. Syekh M.Jamil jambek no.36 Telp (0752) 22549 Fax 626202
Website: www.smsn1bukittinggi.sch.id

Anda mungkin juga menyukai