Anda di halaman 1dari 11

TUGAS MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN GIGI DAN MULUT


Tenaga Kesehatan Gigi dan Mulut di Uganda dan Zambia

Kelompok 4 :
Ayu Yulianingsih
Della Imaisa
Nia Komalasari
Rai Alfiah

JURUSAN KEPERAWATAN GIGI


POLTEKKES KEMENKES RI BANDUNG

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Asuhan Keperawatan Gigi dan
Mulut. Adapun makalah ini membahas mengenai Dental Auxilaries di Uganda dan
Zambia
Kami mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah mendukung dan
memberikan bimbingan dalam penyusunan makalah ini. Kami menyadari bahwa dalam
penulisan makalah ini masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan karena faktor
batasan pengetahuan penyusunan, maka kami dengan senang hati menerima kritikan serta
saran-saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga hasil dari penyusunan makalah ini dapat dimanfaatkan bagi generasi
mendatang, khususnya mahasiswa jurusan keperawatan gigi Poltekkes Kemenkes Bandung.
Akhir kata, melalui kesempatan ini kami penyusun makalah mengucapkan terimakasih.

Bandung, 12 April 2016

Penyusun

BAB I

PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Kesehatan gigi merupakan bagian integral dari kesehatan pada umumnya. Selain itu gigi
geligi merupakan salah satu organ pencernaan yang berperan penting dalam proses
pengunyahan makanan, sehingga pemeliharaan kesehatan gigi penting dilakukan (Depkes RI,
1999). Hasil laporan morbiditas 2001, menunjukkan bahwa kesehatan gigi dan mulut di
Indonesia masih menjadi keluhan masyarakat yaitu sekitar 60%, diantaranya karies gigi dan
penyakit periodontal (Depkes RI,2002).
Dengan proporsi jenis perawatan pengobatan yaitu berupa tindakan penambalan,
pencabutan dan bedah gigi yaitu sebesar 60,3%. Tindakan pencegahan terhadap penyakit gigi
dan mulut perlu dilakukan agar tidak terjadi gangguan fungsi, aktivitas (belajar dan bekerja)
dan penurunan produktivitas kerja yang tentunya akan mempegaruhi kualitas hidup (Depkes
RI, 1999). 2 Menurut Kidd dan Joyston-Bechal (1992), karies gigi merupakan penyakit yang
dapat dicegah, hal ini dapat dilihat dari terjadinya penurunan angka karies gigi di negaranegara maju. Dalam upaya pencegahan karies gigi ini kerjasama antara petugas kesehatan
dengan pasien sangat dibutuhkan. Prinsip tindakan pencegahan dapat dilakukan dengan
mengintervensi faktor penyebab penyakit melalui pelayanan pencegahan primer (Sriyono,
2005).
Pemerintah telah melaksanakan berbagai kegiatan untuk meningkatkan derajat kesehatan
gigi dan mulut, salah satu diantaranya adalah melaksanakan upaya pelayanan kesehatan gigi
pencegahan, yang pelaksanaannya dipercayakan kepada Puskesmas (Depkes RI 1997).
Menurut Depkes RI (2000) Upaya kesehatan gigi puskesmas sampai saat ini belum dapat
berjalan dengan optimal oleh karena adanya berbagai kendala, antara lain :keterbatasan
tenaga, sarana,biaya operasional maupun kondisi sosial dan ekonomi masyarakat. Mengingat
kendala tersebut telah dikembangkan suatu model pelayanan berupa pelayanan berlapis
( level of care ) sesuai sumber daya yang ada, dalam bentuk Primary Health Care ( PHC ).
Salah satu model pelayanan berlapis kesehatan gigi dan mulut melalui pendekatan PHC
adalah pelayanan yang bersifat pencegahan ( preventive care ), pelayanan ini terdiri dari
pelayanan pencegahan yang ditujukan kepada komunitas, pelayanan pencegahan yang
ditujukan pada kelompok masyarakat dan pelayanan pencegahan yang ditujukan pada
individu. Pelayanan preventive care dapat dilakukan oleh daerah yang sudah memiliki
fasilitas balai pengobatan gigi di puskesmas, dan bila sudah ada tenaga perawat gigi maka
pelayanan preventive 3 care yang ditujukan kepada individu ( pasien ) harus dilakukan .
Pelayanan tersebut antara lain ; 1) hygiene gigi dan mulut atau kontrol plak ;2) pembersihan
karang gigi ; 3) fissure sealant; dan 4) ART (Atraumatic Restorative Treatment) Status
kesehatan gigi masyarakat Indonesia menunjukkan indikasi kebutuhan pelayanan kesehatan
gigi dan mulut tinggi.
Namun di sisi lain permintaan masyarakat untuk memeriksakan serta berobat gigi sedini
mungkin masih rendah (Depkes RI, 1992). Permintaan adalah keinginan terhadap produk
spesifik yang didukung oleh kemampuan dan kesediaan untuk membelinya. Dengan
demikian permintaan adalah kebutuhan dan keinginan yang didukung oleh daya beli (Kotler
dan Andersen, 1995). Menurut Dharmmesta dan Handoko (2000), kelompok referensi adalah
kelompok sosial yang menjadi ukuran seseorang (bukan anggota kelompok tersebut) untuk
membentuk keperibadian dan perilakunya. Kelompok referensi ini juga memhubungakan

perilaku seseorang dalam meminta pelayanan kesehatan. Hasil penelitian Andari (2006)
menunjukkan bahwa kelompok referensi mempunyai hubungan yang positif terhadap
pemanfaatan puskesmas di Kecamatan Bangli. Hasil ini mendukung penelitian Laela (2001),
kelompok referensi mempunyai hubungan yang bermakna terhadap permintaan pelayanan
kesehatan gigi di AKG Bandung.
Selain Kelompok referensi, ada faktor lain yang mempengaruhi permintaan konsumen
terhadap permintaan pelayanan kesehatan diantaranya faktor aksessibilitas dan faktor
kelengkapan fasilitas kesehatan. Menurut Mills & 4 Gilson (1990) hubungan antara teori
permintaan dengan pelayanan kesehatan di negara-negara berkembang ada beberapa faktor
yang mempengaruhi, salah satunya adalah karena sulitnya pencapaian sarana pelayanan
kesehatan secara fisik akan menurunkan permintaan. Lane dan Lindquist (1988) serta javalgi
dkk.(1991), menyimpulkan bahwa fackor kedekatan tempat pelayanan kesehatan dengan
rumah tempat tinggal menjadi urutan pertama terhadap permintaan konsumen dalam
pemanfaatan pelayanan kesehatan. Penampilan fasilitas jasa mempengaruhi sikap dan
perilaku konsumen untuk meminta pelayanan jasa. Kotler(1995) dalam Dharmmesta dan
handoko, (2000), menyatakan bahwa kelengkapan fasilitas , tata ruang yang benar dapat
mempengaruhi sikap dan perilaku konsumen, seperti perasaan aman, nyaman dan
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud Dental Auxilaries?
2. Bagaimana penyebaran kesehatan gigi di Uganda dan Zambia?
3. Berapa banyak nya jumlah tenaga kesehatan gigi di Uganda dan Zambia?
C. Tujuan
1. Memberikan informasi tentang tenaga kesehatan gigi di Uganda dan Zambia
2. Memberikan pengetahuan tentang dental auxilaries

BAB II
PEMBAHASAN
Dental Auxillaries
1. Tim pendukung dokter gigi dalam memberikan pengobatan gigi.
2. Terdiri dari :
a. Dental assistants / Dental Nurse
b. Dental therapist
c. Dental hygienist
d. Dental technicians
e. Dental surgery
3. Peran Dental Auxillaries biasanya dibatasi oleh peraturan daerah yang membantu menentukan
batas-batas kewenangan yang dapat dilakukan Dental assistants (dental nurses) adalah
pekerjaan/profesi yang bertugas membantu para dokter gigi dalam melaksankan tugasnya. Sebagai
tenaga bantu kesehatan gigi (dental auxillaries), dental assistants mempunyai kewenangan terbatas
hanya kepada bantuan-bantuan administratif, bantuan transfering alat, manipulasi bahan serta
sterilisasi dan pemeliharaan alat-alat pada saat dokter gigi sedang bekerja Profesi ini tidak
memiliki kemandirian profesi yang luas karena setiap pekerjaannya dilaksanakan berdasarkan
instruksi dari dokter gigi.
a. Dental Assistants / Dental Nurse Dental Therapist
Dental therapists dilisensikan/terdaftar sebagai pendukung perawatan gigi di beberapa negara.
Mereka mengkhususkan diri dalam merawat gigi anak-anak dan kebersihan mulut. Peraturan
perawatan gigi dibeberapa negara mengizinkan Dental therapist melakukan beberapa tindakan
perawatan gigi. Biasanya, terapis di bawah resep dokter gigi berlisensi untuk memeriksa gigi anak,
mengelola beberapa bentuk anestesi lokal , mengambil radiografi , dan menyediakan sealant ,
scaling, dan membersihkan untuk anak-anak. Mereka juga dapat bekerja dalam perawatan gigi
tetap dan mengelola perawatan pulpa vital seperti pulpotomies.
b. Dental Hygienist
Dental hygienist dilisensikan/terdaftar sebagai pendukung perawatan gigi yang
mengkhususkan diri dalam promosi dan pencegahan penyakit gigi dan mulut. Peraturan dibeberapa
negara mengijinkan Hiegenis melakukan perawatan gigi pencegahan, mengelola beberapa anestesi
lokal, radiografi, sealant, scaling, root planing dan pembersihan gigi. Profesi ini berkembang dan
dikenal luas terutama di negara-negara maju seperti Amerika, Kanada, Inggris, dan Australia.
c. Dental technicians
Dental technicians adalah tim pembuatan peralatan pendukung gigi : gigi tiruan lepasan dan
cekat, bahan tumpatan rigid/onlay, crown, bridges for the dental.
Sejarah Dental hygiene dan Dental hygienists
Tahun 1913, Dr. Albert Civilion Fones, (drg Amerika) memelopori pendidikan
(wanita) tenaga penyuluh kesehatan gigi dan pelaksana perawatan pencegahan
penyakit gigi khusus anak-anak (Bridgeport, Connecticut, Amerika Serikat) Sekolah
Dental hygienists
Dr. Fones Bapak Dental hygienists Sejarah Dental hygiene dan Dental hygienists

Teori Dental hygiene menekankan pentingnya upaya pendidikan dan pencegahan


penyakit gigi untuk meningkatkan status kesehatan gigi masyarakat secara optimal.
Pelaku konsep dental hygiene dinamakan Dental hygienists berkembang keluar dari
Amerika : Inggris, Kanada, Autralia, Belanda, Jepang
Tahun 1973 terbentuk wadah The International Liaision Committee on Dental
Hygiene
Tanggal 28 Juni 1986 di Oslo, Norwegia terbentuk organisasi internasional :
International Federation of Dental Hygienist (IFDH). Sejarah Dental hygiene dan
Dental hygienists
Anggota IFDH sampai tahun 2007 terdiri dari 25 negara : Amerika Serikat, Australia,
Austria, Afrika Selatan, Belanda, Kanada, Denmark, Jerman, Finlandia, Irlandia,
Israel, Inggris, Italia, Republik Slovakia, Swedia, Spanyol, Swiss, Portugis,
Norwegia, Nigeria, Selandia Barum, Lituania, Latvia, Jepang dan Korea. Sejarah
Dental hygiene dan Dental hygienists
Tujuan IFDH : Mewakili dan memajukan profesi dental hygienist dalam ruang lingkup
international dengan jalan memfasilitasi forum-forum pengembangan ilmiah dental hygiene
yang diharapkan menjadi dasar pengembangan profesi dental hygienist yang pada gilirannya
diharapkan dapat mendorong peningkatan status kesehatan gigi masyarakat secara luas.
Perbandingan Pendidikan Pembuatan peralatan pendukung gigi : gigi tiruan lepasan dan
cekat, bahan tumpatan rigid/onlay, crown, bridges for the dental Perawatan gigi anak,
mengelola beberapa bentuk anestesi lokal , mengambil radiografi , dan menyediakan sealant ,
scaling, dan membersihkan untuk anak-anak.
Mereka juga dapat merawat gigi tetap dan mengelola perawatan pulp vital seperti
pulpotomies Pendidikan/Pen yuluhan, Pencegahan penyakit gigi dan mulut, mengelola
beberapa anestesi lokal, radiografi, sealant, scaling, root planing dan pembersihan gigi
Membantu/me mudahkan dokter gigi memberikan pelayanan pada pasien Tugas / Kewenanga
n 2,5 Tahun Pendidikan + 3 tahun Pengalaman 2 tahun sebagai Dental Nurse 2 tahun
Pendidikan + 2 tahun pengalaman kerja di RS Lama 1 Tahun Pendidikan Pendidikan Kursus
Diploma Diploma Diploma Luar Negeri Uraian Dental Nurse Dental Hygienist Dental.

e. Dental surgery assistant


Orang yang dilatih membantu dokter gigi dan bertanggung jawab bagi kebersihan
dan kerapihan peralatan, instrumen, dan material klinik gigi. DSA harus memiliki
pemahaman dan pengetahuan mengenai sterilisasi dan desinfeksi instrumen dan
peralatan praktek serta bertanggung jawab atas persiapan ruang praktek bagi semua
prosedur dental.
STATUS KESEHATAN GIGI DI DUNIA TERUTAMA BENUA AFRIKA
Status kesehatan gigi di dunia itu tergantung pada baik buruknya mereka
memandang kesehatan dan banyak tidaknya tenaga kesehatan. Di semua negaranegara Afrika, telah ditetapkan bahwa dalam domain kedokteran gigi, situasi telah
memburuk secara dramatis selama tiga puluh tahun terakhir.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), kita menyaksikan peningkatan
menghancurkan dalam jumlah gigi berlubang dan penyakit gusi di daerah ini dari
dunia. Berbagai faktor seperti kebiasaan makan meliputi asupan gula yang berlebihan,
kurangnya pengetahuan tentang mulut dan penyakit gigi dan pencegahannya,

kekurangan layanan kesehatan yang tersedia termasuk staf yang berkualitas dan
manajemen, kurangnya peralatan, miskin keseluruhan kesehatan populasi umum
sering dapat menutupi atau memperburuk masalah gigi. Belum lagi lingkungan yang
keras dengan masalah demografi kedua sosio-ekonomi dan geografis, semua bisa
dikaitkan dengan penurunan ini dalam kesehatan mulut.
Karena terbatasnya tenaga kesehatan di Afrika, banyak dari negara luar
membentuk suatu organisasi untuk membantu masyarakat dalam kesehatan gigi
contohnya organisasi Make A Dentist.
Make A Dentist (MAD) adalah Organisasi Nasional Inggris yang awalnya
didirikan pada tahun 2009 dengan nama Bluz oleh mahasiswa Kedokteran Gigi
Universitas London (Barts dan The London). Kampanye ini diawasi oleh Presiden
Gigi dan Dekan Kedokteran Gigi setiap tahun dan telah sukses besar terhadap
penyebabnya.
Cara kampanye MAD :
1. Mengumpulkan data alat dan bahan apa yang di perlukan dalam membantu
masyarakat akan kesehatan gigi.
2. Mengirimkan alat dan bahan yang di perlukan.
3. Mencari donasi untuk membantu lancarnya kegiatan ini dengan berbagai cara
pendonasian seperti melalui website MAD
UGANDA

Jumlah Dokter Gigi Dan Dental Assitant Di Uganda

Sebanyak 117 dokter gigi dan 246 dental assistant tersebar tidak merata di
negara Uganda. Beberapa wilayah mendapatkan perwatan dan pelayanan kesehatan

gigi namun di hampir seluruh wilayah Uganda tidak mendapatkan perawatan dan
pelayanan kesehatan gigi adapun dokter gigi dan dental assitant yang tersedia
bukanlah berasal dari negara Uganda tenaga kesehatan gigi tersebut berasal dari
mahasiswa kedokteran gigi asal London yang menjadi relawan dalam meningkatkan
kesehatan gigi dan mulut di wilayah yang tidak tersentuh akan pendidikan kesehatan
gigi dan mulut.

ZAMBIA

Jumlah Dokter Gigi Dan Dental Assitant Di Uganda

Sebanyak 269 dokter gigi dan 222 dental assistant tersebar tidak merata di
negara Zambia. Beberapa wilayah mendapatkan perwatan dan pelayanan kesehatan
gigi namun di hampir seluruh wilayah Zambia tidak mendapatkan perawatan dan
pelayanan kesehatan gigi. Sebagian tenaga kesehatan gigi di Zambia merupakan
warga asli Zambia yang mendapatkan pendidikan kesehatan gigi sebagai dental
technology, oral health therapy dan doctor of dental surgery (MDS). Berikut data
pendidikan tenaga kesehatan gigi.

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Tenaga kesehatan gigi di Uganda dan di Zambia tidak jauh berbeda seperti di
Indonesia. Oral health therapy berperan sebagai dental terapi sedangkan dental technology
sama seperti tehniker gigi. Adapun pendidikan bergelar MDS setara dengan Dokter Spesialis
Bedah di Indonesia. Adapun dental nurse dan dental hygiene di Uganda dan di Zambia tidak
ada.

Saran
Semoga dengan kehadiran relawan dari London serta pendidikan kesehatan
gigi yang terus berkembang dapat meningkatkan status kesehatan gigi di Afrika terutama di
wilayah Uganda dan Zambia. Dan makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

DAFTAR PUSTAKA
http://thesis.binus.ac.id/Doc/Bab1NoPass/2011-2-00669%20STIF%20Bab%201.pdf
file:///C:/Users/ASUS/Downloads/4DentalAuxillaries.pdf
http://downloads.ziddu.com/downloadfile/22560903/4DentalAuxillaries.pdf.html

Anda mungkin juga menyukai