PENDAHULUAN
Otitis media supuratif kronis (OMSK) adalah infeksi kronis di telinga tengah dengan
perforasi membran timpani dan sekret yang keluar dari telinga tengah terus menerus atau
hilang timbul. Sekret dapat berupa encer atau kental, bening atau berupa nanah. OMSK
merupakan komplikasi dari otitis media akut stadium perforasi (OMA), yang mana OMA ini
menjadi kronis jika membran timpani masih perforasi dan mengeluarkan sekret lebih dari
satu setengah sampai dua bulan. OMSK sering ditandai adanya gangguan pendengaran. Jenis
otitis media supuratif kronis dapat terbagi 2 jenis, yaitu OMSK tipe benigna dan OMSK tipe
maligna.1
Pada beberapa penelitian, diperkirakan terjadinya otitis media yaitu 25%
pada anak-anak. Infeksi umumnya terjadi dua tahun pertama kehidupan dan puncaknya pada
tahun pertama masa sekolah. Secara global WHO memperkirakan bahwa pada tahun 2030
terdapat 250 juta (4,2%) penduduk dunia menderita gangguan pendengaran, 75 sampai 140
juta di antaranya terdapat di Asia Tenggara, Indonesia termasuk 4 negara di Asia Tenggara
dengan prevalensi ketulian yang cukup tinggi yaitu 4,6%. Hasil survei kesehatan
menunjukkan bahwa 3,9% penyebab gangguan pendengaran adalah penyakit telinga tengah.
Otitis media supuratif kronis merupakan 3% dari penyebab ini. 2 Kebanyakan penderita
OMSK menganggap penyakit ini merupakan penyakit yang biasa yang nantinya
akan sembuh sendiri. Penyakit ini pada umumnya tidak memberikan rasa sakit
kecuali apabila sudah terjadi komplikasi.3
OMSK mempunyai potensi untuk menjadi serius karena komplikasinya yang dapat
mengancam kesehatan dan dapat menyebabkan kematian. Biasanya komplikasi didapatkan
pada pasien OMSK tipe bahaya, namun demikian OMSK tipe aman pun dapat menyebabkan
suatu komplikasi apabila terinfeksi kuman yang virulen.1 Berdasarkan data WHO pada tahun
2004, meningitis atau radang selaput otak adalah komplikasi intrakranial OMSK yang paling
sering ditemukan di seluruh dunia, biasanya mempunyai gejala demam, sakit kepala serta
adanya tanda-tanda perangsangan meningen seperti kejang. Kematian terjadi pada 18,6 %
kasus OMSK dengan komplikasi intrakranial.4
Perburukan penyakit dan komplikasi akibat OMSK harus dihindari, dengan
demikian perlu ditegakkan diagnosis yang tepat dan dini pada penderita
OMSK sehingga penatalaksanaan yang tepat pun dapat segera dilakukan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Anatomi Telinga
Telinga terdiri atas tiga bagian, yaitu telinga luar, telinga tengah , telinga dalam.
Telinga luar terdiri atas bagian yang melebar seperti corong yang namanya auricula/pinna dan
meatus acusticus externus.5
Telinga Luar
Bagian tepi terluar auricula bernama heliks. Lengkungan lain yang sejajar dan
terletak di depan heliks, disebut anti heliks. Anti heliks ini akan terbagi menjadi dua
crura di bagian atas, daerah diantara dua crura tersebut dinamakan fossa triangularis.
Anti heliks merupakan suatu lengkungan yang mengelilingi daerah rendah yang disebut
concha. Didepan concha, ada proyeksi ke arah luar meatus, yang disebut tragus. Di
bagian yang berlawanan dengan tragus, terdapat tonjolan kecil yang disebut anti tragus.
Dibawah anti tragus, terdapat lobulus yang merupakan satu-satunya bagian auricular
yang tidak mengandung kartilago.
Meatus acusticus eksternus berlanjut dari bagian bawah concha hingga ke
membran timpani ( 2,5 cm). Meatus acusticus externus ini sebagian tersusun atas
kartilago (sepertiga bagian terluar), sebagian lagi atas tulang (2/3 meatus bagian
medial), dan dilapisi oleh kulit yang berambut. Jaringan subdermal meatus dapat
menghasilkan serumen.6
2.1.2
Telinga Tengah
2
Telinga tengah merupakan suatu ruang irregular yang terletak didalam tulang
temporal, terdiri atas cavum timpani dan recessus epitympanicus.
o Cavum timpani terletak di balik membran timpani
o Resesus epitimpanikus terletak di bagian atas membran timpani, mengandung
sebagian tulang maleus dan sebagian besar inkus.
Telinga tengah berisi tulang-tulang pendengaran (maleus, inkus, stapes) juga
otot (m. tensor timpani dan m. stapedius ).
Membran timpani merupakan membran oval yang memisahkan telinga luar
dengan telinga tengah. Sebagian besar membran tebal, ada sebagian kecil di bagian
superior yang lemah, namanya pars flaksida. Di sebelah dalam membran ini
berhubungan dengan tulang maleus, akibatnya, membran timpani tertarik ke arah
telinga tengah. Jadi, kalau dilihat dari sisi luar (ke arah telinga luar) membran itu
cekung, sedangkan bagian yang paling menjorok ke dalam (di bagian tengah membran)
disebut umbo.
2.2
Definisi
Otitis media supuratif kronis (OMSK) adalah infeksi kronis di telinga tengah
dengan perforasi membran timpani dan sekret yang keluar dari telinga tengah terus
menerus atau hilang timbul. Sekret mungkin encer atau kental, bening atau berupa
nanah. OMSK merupakan komplikasi dari otitis media akut stadium perforasi (OMA),
yang mana OMA ini menjadi kronis jika membran timpani masih perforasi dan
mengeluarkan sekret lebih dari satu setengah sampai dua bulan. OMSK sering ditandai
adanya gangguan pendengaran.
Otitis media supuratif kronis terbagi antara benigna dan maligna, maligna
karena terbentuknya kolesteatom yaitu epitel skuamosa yang bersifat osteolitik.
Penyakit OMSK ini biasanya terjadi perlahan-lahan dan penderita datang dengan
gejala-gejala penyakit yang sudah lengkap dan morbiditas penyakit telinga tengah
kronis ini dapat berganda, gangguan pertama berhubungan dengan infeksi telinga
tengah yang terus menerus ( hilang timbul ) dan gangguan kedua adalah kehilangan
fungsi pendengaran yang disebabkan kerusakan mekanisme hantaran suara dan
kerusakan konka karena toksisitas atau perluasan infeksi langsung.2,7
2.2.2
Epidemiologi
Insiden OMSK ini bervariasi pada setiap negara. Secara umum, insiden
OMSK dipengaruhi oleh ras dan faktor sosioekonomi. Misalnya, OMSK lebih sering
4
dijumpai pada orang Eskimo dan Indian Amerika, anak-anak aborigin Australia dan
orang kulit hitam di Afrika Selatan. Walaupun demikian, lebih dari 90% beban dunia
akibat OMSK ini dipikul oleh negara-negara di Asia Tenggara, daerah Pasifik Barat,
Afrika, dan beberapa daerah minoritas di Pasifik. Kehidupan sosial ekonomi yang
rendah, lingkungan kumuh dan status kesehatan serta gizi yang jelek merupakan faktor
yang menjadi dasar untuk meningkatnya prevalensi OMSK pada negara yang sedang
berkembang.1 Survei prevalensi di seluruh dunia, yang walaupun masih bervariasi
dalam hal definisi penyakit, metode sampling serta mutu metodologi, menunjukkan
beban dunia akibat OMSK melibatkan 65330 juta orang dengan telinga berair, 60% di
antaranya (39200 juta) menderita kurang pendengaran yang signifikan. Secara umum,
prevalensi OMSK di Indonesia adalah 3,8% dan pasien OMSK merupakan 25% dari
pasien-pasien yang berobat di poliklinik THT rumah sakit di Indonesia.1
2.2.3
Klasifikasi
OMSK dapat dibagi atas 2 tipe yaitu:8
b.
yang terkontaminasi.
4. Malnutrisi dan hipogammaglobulinemia.
5. Otitis media supuratif akut yang berulang.
Tipe atikoantral (tipe ganas/tipe tidak aman)
1. Kolesteatom kongenital
a) Berkembang dibelakang dari membran timpani yang masih utuh
b) Tidak ada riwayat otitis media sebelumnya
c) Pada mulanya jaringan embrional dari epitel skuamos atau dari
epitel undiferential yang berubah menjadi epitel skuamos selama
perkembangan.
5
2.2.4
Etiologi
Terjadi OMSK hampir selalu dimulai dengan otitis media berulang pada anak,
jarang dimulai setelah dewasa. Faktor infeksi biasanya berasal dari nasofaring
(adenoiditis, tonsilitis, rinitis, sinusitis), mencapai telinga tengah melalui tuba
Eustachius. Fungsi tuba Eustachius yang abnormal merupakan faktor predisposisi yang
dijumpai pada anak dengan cleft palate dan Downs syndrom. Adanya tuba patulous,
menyebabkan refluk isi nasofaring yang merupakan faktor insiden OMSK yang tinggi
di Amerika Serikat. Faktor Host yang berkaitan dengan insiden OMSK yang relatif
tinggi
adalah
defisiensi
immun
sistemik.
Kelainan
humoral
(seperti
factor apa yang menyebabkan satu telinga dan bukan yang lainnya berkembang
menjadi keadaan kronis
d. Infeksi
Bakteri yang diisolasi dari mukopus atau mukosa telinga tengah hampir
tidak bervariasi pada otitis media kronik yang aktif menunjukan bahwa metode
kultur yang digunakan adalah tepat. Organisme yang terutama dijumpai adalah
Gram- negatif, flora tipe-usus, dan beberapa organisme lainnya.
e. Infeksi saluran nafas atas
Banyak penderita mengeluh sekret telinga sesudah terjadi infeksi saluran
nafas atas. Infeksi virus dapat mempengaruhi mukosa telinga tengah
menyebabkan menurunnya daya tahan tubuh terhadap organisme yang secara
normal berada dalam telinga tengah, sehingga memudahkan pertumbuhan
bakteri.
f. Autoimun
Penderita dengan penyakit autoimun akan memiliki insiden lebih besar
terhadap otitis media kronis.
g. Alergi
Penderita alergi mempunyai insiden otitis media kronis yang lebih tinggi
dibanding yang bukan alergi. Yang menarik adalah dijumpainya sebagian
penderita yang alergi terhadap antibiotik tetes telinga atau bakteria atau toksintoksinnya, namun hal ini belum terbukti kemungkinannya.
h. Gangguan fungsi tuba eustachius
Pada otitis kronis aktif, dimana tuba eustachius sering tersumbat oleh
edema tetapi apakah hal ini merupakan fenomen primer atau sekunder masih
belum diketahui. Pada telinga yang inaktif berbagai metode telah digunakan
untuk mengevaluasi fungsi tuba eustachius dan umumnya menyatakan bahwa
tuba tidak mungkin mengembalikan tekanan negatif menjadi normal.
Beberapa faktor-faktor yang menyebabkan perforasi membran timpani
menetap pada OMSK1,2 :
a. Infeksi yang menetap pada telinga tengah mastoid yang mengakibatkan
produksi sekret telinga purulen berlanjut.
b. Berlanjutnya obstruksi tuba eustachius yang mengurangi penutupan spontan
pada perforasi.
c. Beberapa perforasi yang besar mengalami penutupan spontan melalui
mekanisme migrasi epitel.
d. Pada pinggir perforasi dari epitel skuamous dapat mengalami pertumbuhan yang
cepat diatas sisi medial dari membran timpani. Proses ini juga mencegah
penutupan spontan dari perforasi.
e. Faktor-faktor yang menyebabkan penyakit infeksi telinga tengah supuratif
menjadi kronis majemuk, antara lain :
1. Gangguan fungsi tuba eustachius yang kronis atau berulang.
a) Infeksi hidung dan tenggorok yang kronis atau berulang.
b) Obstruksi anatomik tuba Eustachius parsial atau total
2. Perforasi membran timpani yang menetap.
3. Terjadinya metaplasia skumosa atau perubahan patologik menetap lainya
pada telinga tengah.
4. Obstruksi menetap terhadap aerasi telinga atau rongga mastoid. Hal ini
dapat disebabkan oleh jaringan parut, penebalan mukosa, polip, jaringan
granulasi atau timpanosklerosis.
5. Terdapat daerah-daerah dengan sekuester atau osteomielitis persisten di
mastoid.
6. Faktor-faktor konstitusi dasar seperti alergi, kelemahan umum atau
perubahan mekanisme pertahanan tubuh.
2.2.5
Patogenesis
Banyak penelitian pada preparat tulang temporal menemukan bahwa adanya
disfungsi tuba Eustachius, yaitu suatu saluran yang menghubungkan rongga di belakang
hidung (nasofaring) dengan telinga tengah (kavum timpani), merupakan penyebab
utama terjadinya radang telinga tengah ini (otitis media, OM).1
Pada keadaan normal, muara tuba Eustachius berada dalam keadaan tertutup dan
akan
membuka
bila
kita
menelan.
Tuba
Eustachius
ini
berfungsi
untuk
menyeimbangkan tekanan udara telinga tengah dengan tekanan udara luar (tekanan
udara atmosfer). Fungsi tuba yang belum sempurna, tuba yang pendek, penampang
relatif besar pada anak dan posisi tuba yang datar menjelaskan mengapa suatu infeksi
saluran nafas atas pada anak akan lebih mudah menjalar ke telinga tengah sehingga
lebih sering menimbulkan OM daripada dewasa.
berubah
bentuk
dari
satu
lapisan,
epitel
skuamosa
sederhana,
menjadi pseudostratified respiratory epithelium dengan banyak lapisan sel di antara sel
tambahan tersebut. Epitel respirasi ini mempunyai sel goblet dan sel yang bersilia,
mempunyai stroma yang banyak serta pembuluh darah. Penyembuhan OM ditandai
dengan hilangnya sel-sel tambahan tersebut dan kembali ke bentuk lapisan epitel
sederhana.
10
Patologi
Otitis media supuratif kronis lebih sering merupakan penyakit kambuhan dari
pada menetap. Keadaan kronis ini lebih berdasarkan keseragaman waktu dan stadium
dari pada keseragaman gambaran patologi. Ketidakseragaman ini disebabkan karena
proses peradangan yang menetap atau kekambuhan ini ditambah dengan efek kerusakan
jaringan, penyembuhan dan pembentukan jaringan parut. Secara umum gambaran yang
ditemukan adalah :
a. Terdapat perforasi membrana timpani di bagian sentral. Ukurannya dapat bervariasi
mulai kurang dari 20% luas membrana timpani sampai seluruh membrana dan
terkenanya bagian-bagian dari anulus. Dalam proses penyembuhannya dapat terjadi
penumbuhan epitel skuamosa kedalam ketelinga tengah. Pertumbuhan kedalam ini
dapat menutupi tempat perforasi saja atau dapat mengisi seluruh rongga telinga
tengah. Kadang-kadang perluasan lapisan tengah ini kedaerah atik mengakibatan
pembentukan kantong dan kolesteatom didapat sekunder. Kadang-kadang terjadi
pembentukan membrana timpani atrifik dua lapis tanpa unsur jaringan ikat.
Membrana ini cepat rusak pada periode infeksi aktif.
b. Mukosa bervariasi sesuai stadium penyakit. Dalam periode tenang, akan tampak
normal kecuali bila infeksi telah menyebabkan penebalan atau metaplasia mukosa
menjadi epitel transisional. Selama infeksi aktif, mukosa menjadi tebal dan hiperemis
serta menghasilkan sekret mukoid atau mukopurulen. Setelah pengobatan, penebalan
mukosa dan sekret mukoid menetap akibat disfungsi kronik tuba Eustachius. Faktor
11
alergi dapat juga merupakan penyebab terjadinya perubahan mukosa menetap. Dalam
berjalannya waktu, kristal-kristal kolesterin terkumpul dalam kantong mukus,
membentuk granuloma kolesterol. Proses ini bersifat iritatif, menghasilkan granulasi
pada membran mukosa dan infiltrasi sel datia pada cairan mucus kolesterin.
c. Tulang-tulang pendengaran dapat rusak atau tidak, tergantung pada beratnya infeksi
sebelumnya. Biasanya prosesus longus inkus telah mengalami nekrosis karena
penyakit trombotik pada pembuluh darah mukosa yang mendarahi inkus ini. Nekrosis
lebih jarang mengenai maleus dan stapes, kecuali kalau terjadi pertumbuhan
skuamosa secara sekunder kearah ke dalam, sehingga arkus stapes dan lengan maleus
dapat rusak. Proses ini bukan disebabkan oleh osteomielitis tetapi disebabkan oleh
terbentuknnya enzim osteolitik atau kolagenase dalam jaringan ikat subepitel.
d. Mastoid
OMSK paling sering pada masa anak-anak. Pneumatisasi mastoid paling akhir
terjadi antara 5-10 tahun. Proses pneumatisasi ini sering terhenti atau mundur
oleh otitis media yang terjadi paa usia tersebut atau lebih muda. Bila infeksi
kronik terus berlanjut, mastoid mengalami proses sklerotik, sehingga ukuran
prosesus mastoid berkurang. Antrum menjadi lebih kecil dan pneumatisasi
terbatas, hanya ada sedikit sel udara saja sekitar antrum.1
2.2.7
Gejala Klinis
12
fiksasi
dari
rantai
tulang
pendengaran
menghasilkan
penurunan
pendengaran lebih dari 30 db. Beratnya ketulian tergantung dari besar dan letak
perforasi membran timpani serta keutuhan dan mobilitas sistem pengantaran
suara ke telinga tengah. Pada OMSK tipe maligna biasanya didapat tuli
konduktif berat karena putusnya rantai tulang pendengaran, tetapi sering kali
juga kolesteatom bertindak sebagai penghantar suara sehingga ambang
pendengaran yang didapat harus diinterpretasikan secara hati-hati. Penurunan
fungsi kohlea biasanya terjadi perlahan-lahan dengan berulangnya infeksi
karena penetrasi toksin melalui jendela bulat (foramen rotundum) atau fistel
labirin tanpa terjadinya labirinitis supuratif. Bila terjadinya labirinitis supuratif
akan terjadi tuli saraf berat, hantaran tulang dapat menggambarkan sisa fungsi
kohlea.10
c. Otalgia ( nyeri telinga)
Nyeri tidak lazim dikeluhkan penderita OMSK, dan bila ada merupakan
suatu tanda yang serius. Pada OMSK keluhan nyeri dapat karena terbendungnya
drainase pus. Nyeri dapat berarti adanya ancaman komplikasi akibat hambatan
pengaliran sekret, terpaparnya durameter atau dinding sinus lateralis, atau
ancaman pembentukan abses otak. Nyeri telinga mungkin ada tetapi mungkin
oleh adanya otitis eksterna sekunder. Nyeri merupakan tanda berkembang
komplikasi OMSK seperti Petrositis, subperiosteal abses atau trombosis sinus
lateralis.10
d. Vertigo
Vertigo pada penderita OMSK merupakan gejala yang serius lainnya.
Keluhanvertigo seringkali merupakan tanda telah terjadinya fistel labirin akibat
erosi dinding labirin oleh kolesteatom. Vertigo yang timbul biasanya akibat
13
perubahan tekanan udara yang mendadak atau pada panderita yang sensitif
keluhan vertigo dapat terjadi hanya karena perforasi besar membran timpani
yang akan menyebabkan labirin lebih mudah terangsang oleh perbedaan suhu.
Penyebaran infeksi ke dalam labirin juga akan meyebabkan keluhan vertigo.
Vertigo juga bisa terjadi akibat komplikasi serebelum. Fistula merupakan
temuan yang serius, karena infeksi kemudian dapat berlanjut dari telinga tengah
dan mastoid ke telinga dalam sehingga timbul labirinitis dan dari sana mungkin
berlanj ut menjadi meningitis. Uji fistula perlu dilakukan pada kasus OMSK
dengan riwayat vertigo. Uji ini memerlukan pemberian tekanan positif dan
negatif pada membran timpani, dengan demikian dapat diteruskan melalui
rongga telinga tengah.10
Tanda-tanda klinis OMSK tipe maligna :
a.
b.
c.
d.
Pemeriksaan Penunjang
Untuk melengkapi pemeriksaan dapat dilakukan pemeriksaan klinik sebagai berikut: 1,11
a. Pemeriksaan Audiometri
Pada pemeriksaan audiometri penderita OMSK biasanya didapati tuli
konduktif. Tapi dapat pula dijumpai adanya tuli sensotineural, beratnya ketulian
14
tergantung besar dan letak perforasi membran timpani serta keutuhan dan
mobilitas sistim penghantaran suara ditelinga tengah. Paparela, Brady dan Hoel
(1970) melaporkan pada penderita OMSK ditemukan tuli sensorineural yang
dihubungkan dengan difusi produk toksin ke dalam skala timpani melalui
membran fenstra rotundum, sehingga menyebabkan penurunan ambang
hantaran tulang secara temporer/permanen yang pada fase awal terbatas pada
lengkung basal kohlea tapi dapat meluas kebagian apek kohlea. Gangguan
pendengaran dapat dibagi dalam ketulian ringan, sedang, sedang berat, dan
ketulian total, tergantung dari hasil pemeriksaan ( audiometri atau test berbisik).
Derajat ketulian ditentukan dengan membandingkan rata-rata kehilangan
intensitas pendengaran pada frekuensi percakapan terhadap skala ISO 1964
yang ekivalen dengan skala ANSI 1969. Derajat ketulian dan nilai ambang
pendengaran menurut ISO 1964 dan ANSI 1969.
Derajat ketulian Nilai ambang pendengaran
Normal : -10 dB sampai 26 dB
Tuli ringan : 27 dB sampai 40 dB
Tuli sedang : 41 dB sampai 55 dB
Tuli sedang berat : 56 dB sampai 70 dB
Tuli berat : 71 dB sampai 90 dB
Tuli total : lebih dari 90 dB.
Evaluasi audimetri penting untuk menentukan fungsi konduktif dan
fungsi kohlea. Untuk melakukan evaluasi ini, observasi berikut bias membantu :
1. Perforasi biasa umumnya menyebabkan tuli konduktif tidak lebih dari
15-20 dB.
2. Kerusakan rangkaian tulang-tulang pendengaran menyebabkan tuli
konduktif 30-50 dB apabila disertai perforasi.
3. Diskontinuitas rangkaian tulang pendengaran dibelakang membran yang
masih utuh menyebabkan tuli konduktif 55-65 dB.
4. Kelemahan diskriminasi tutur yang rendah, tidak peduli bagaimanapun
keadaan hantaran tulang, menunjukan kerusakan kohlea parah.
Pemeriksaan audiologi pada OMSK harus dimulai oleh penilaian
pendengarandengan menggunakan garpu tala dan test Barani. Audiometri tutur
dengan maskingadalah dianjurkan, terutama pada tuli konduktif bilateral dan
tuli campur.11
b. Pemeriksaan Radiologi
15
Tatalaksana
17
Penyebab penyakit telinga kronis yang efektif harus didasarkan pada faktor
faktor penyebabnya dan pada stadium penyakitnya. Dengan demikian pada waktu
pengobatan haruslah dievaluasi faktor-faktor yang menyebabkan penyakit menjadi
kronis, perubahan-perubahan anatomi
yang menghalangi
penyembuhan
serta
menganggu fungsi, dan proses infeksi yang terdapat ditelinga. Bila didiagnosis
kolesteatom, maka mutlak harus dilakukan operasi, tetapi obat-obatan dapat digunakan
untuk mengontrol infeksi sebelum operasi. prinsip pengobatan tergantung dari jenis
penyakit dan luasnya infeksi, dimana pengobatan dapat dibagi atas12 :
- Konservatif
- Operasi
a. OMSK benigna tenang
Keadaan ini tidak memerlukan pengobatan, dan dinasehatkan untuk
jangan mengorek telinga, air jangan masuk ke telinga sewaktu mandi, dilarang
berenang dan segera berobat bila menderita infeksi saluran nafas atas. Bila
fasilitas
memungkinkan
sebaiknya
dilakukan
operasi
rekonstruksi
terbatas
meningkatnya
melawan
resistensi.
Pseudomonas
Polimiksin
efektif
karena
melawan
efektif
melawan
aminoglikosida
organisme
yang
lain,
gram
positif.
Gentamisin
dan
Biasanya
tetes
telinga
mengandung
kombinasi
ini
dapat
digunakan
Kloramfenikol
carrier
dan
sulfanilaid-steroid
tetes
telinga
telinga
akan
tersedia
sakit
tetes
mata.
dalam
acid
bila
diteteskan.
kuman
panjang
lama
anaerob,
obat
khususnya. Pemakaian
tetes
telinga
yang
jangka
mengandung
tidak
lebih
dari
disertaipembersihan
sekret
profus.
minggu
Bila
dan
terjadi
harus
kegagalan
21
1.
2.
3.
4.
5.
6.
22
MT utuh
MT perforasi
Komplikasi (-)
Kolesteatoma (-)
benigna
Kolesteatoma (+)
Maligna
Lihat algoritma 1
Lihat algoritma 1
Komplikasi (+)
Lihat algoritma 2
23
24
1.
2.
3.
4.
5.
6.
a. Komplikasi otologik
1. Mastoiditis koalesen
2. Petrositis
3. Paresis fasialis
4. Labirinitis
b. Komplikasi Intrakranial
Abses ekstradural
Trombosis sinus lateralis
Abses subdural
Meningitis
Abses otak
Hidrosefalus otitis
1.
2.
3.
4.
5.
1.
2.
3.
4.
a. Komplikasi meningeal
Abses ekstradural dan abses perisinus
Meningitis.
Trombofle bitis sinus lateral
Hidrosefalus otitis
Otore likuor serebrospinal
b. Komplikasi non meningeal.
Abses otak.
Labirinitis.
Petrositis.
Paresis fasial.
Penyebaran Hemotogen
Penyebaran melalui erosi tulang
Penyebaran melalui jalan yang sudah ada.
Perjalanan komplikasi infeksi telinga tengah ke intra kranial harus melewati 3 macam
lintasan:13
- Dari rongga telinga tengah ke selaput otak
- Menembus selaput otak.
- Masuk kejaringan otak.
a. Penyebaran ke selaput otak dapat terjadi akibat dari beberapa faktor:
Melalui jalan yang sudah ada, seperti garis fraktur tulang temporal,
bagian tulang yang lemah atau defek karena pembedahan, dapat memudahkan
masuknya infeksi. Labirin juga dapat dianggap sebagai jalan penyebaran yang
sudah ada begitu telah terinfeksi, menyebabkan mudahnya infeksi ke fosa kranii
media. Jalan lain penyebaran ialah melalui tromboflebitis vena emisaria
menembus dinding mastoid ke dura dan sinus durameter. Tromboflebitis pada
susunan kanal haversian merupakan osteitis atau osteomielitis dan merupakan
faktor utama penyebaran menembus sawar tulang daerah mastoid dan telinga
tengah.
b. Penyebaran menembus selaput otak.
Dimulai begitu penyakit mencapai dura, menyebabkan pakimeningitis.
Dura sangat resisten terhadap penyebaran infeksi, akan menebal, hiperemi, dan
lebih melekat ketulang. Jaringan granulasi terbentuk pada dura yang terbuka,
dan ruang subdura yang berdekatan terobliterasi.
c. Penyebaran ke jaringan otak.
26
BAB III
KESIMPULAN
OMSK atau yang biasa disebut di masyarakat dengan congek adalah infeksi
kronis di telinga tengah dengan perforasi membran timpani dan sekret yang keluar
dari telinga tengah terus menerus atau hilang timbul. Sekret dapat berupa encer atau
kental, bening atau berupa nanah. OMSK merupakan komplikasi dari otitis media
akut stadium perforasi (OMA). OMSK merupakan penyakit yang sering dijumpai
pada negara yang sedang berkembang. Secara umum, ras dan faktor sosioekonomi
mempengaruhi kejadian OMSK, kehidupan sosial ekonomi yang rendah, lingkungan
kumuh dan status kesehatan serta gizi yang jelek merupakan faktor yang menjadi
dasar untuk meningkatnya prevalensi OMSK pada negara yang sedang berkembang.
27
Indonesia merupakan negara dengan prevalensi tinggi untuk kasus OMSK di mana
prevalensi OMSK 3,8%.
Penyakit ini ditandai dengan adanya perforasi membran timpani disertai
dengan keluarnya cairan dari telinga yang lamanya lebih dari 2 bulan. Berdasarkan
tipe klinisnya, OMSK dibagi atas tipe jinak (tipe tubotimpanal) di mana proses
peradangannya hanya terbatas pada mukosa telinga tengah, serta tipe ganas (tipe
atikoantral) disertai kolesteatoma yang proses peradangannya sudah melibatkan
tulang dan dapat mengakibatkan komplikasi di tulang temporal (ekstrakranial) atau ke
dalam otak (intrakranial). Penatalaksanaannya meliputi pembersihan sekret telinga,
medikamentosa dan tindakan operasi untuk mencegah infeksi berulang serta
gangguan pendengaran.
DAFTAR PUSTAKA
1. Djaafar, Zainul, Helmi, Ratna Restuti. 2007. Otitis Media Supuratif Kronis. Dalam:
Kelainan Telinga Tengah, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok
Kepala Dan Leher. Edisi 6. Jakarta: Balai Penerbit FK-UI; 69 74.
2. Adams FL, Boies LR, Higler PA. Buku Ajar Penyakit THT. 6th ed. Jakarta; Balai
Penerbit FKUI; 1997
3. Nursiah, Siti. 2003. Pola Kuman Aerob Penyebab OMSK dan Kepekaan Terhadap
Beberapa Antibiotika di Bagian THT FK USU/RSUP H. Adam Malik Medan. Medan:
FK-USU.
4. Aboet, Askarullah. 2007. Radang Telinga Tengah Menahun dalam: Pidato
Pengukuhan Guru Besar Tetap dalam Bidang Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
Tenggorok Bedah Kepala Leher FK USU. Medan: FK-USU.
28
5. Tortora GJ, Derrickson B. Principles of Anatomy and Physiology. United States. John
Wiley & Sons, Inc. 2009.
6. Guyton AC. Hall JE. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Jakarta. EGC. 2008.
7. Paparella
MM, Adams
GL,
Levine
SC.
Penyakit
telinga
tengah
dan
mastoid. Dalam: Effendi H, Santoso K, Ed. BOIES buku ajar penyakit THT. Edisi 6.
Jakarta: EGC, 1997: 88-118
8. Thapa N, Shirastav RP. Intrakranial complication of chronic suppuratif otitis media,
attico-antral type: experience at TUTH. J Neuroscience. 2004; 1: 36-39 Available
from URL: http://www.jneuro.org/
9. Berman S. Otitis media in developing countries. Pediatrics. July 2006. Available from
URL: http://www.pediatrics.org/
10. Miura MS, Krumennauer RC,
Neto
JFL. Intrakranial
complication
of
29
30