Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

Muawwiyah Ibn Abi Sofyan adalah pendiri Dinasti Umayyah yang


berasal dari suku Quraisy keturunan Bani Umayyah yang merupakan
khalifah pertama dari tahun 661-750 M, nama lengkapnya ialah Muawwiyah
bin Abi Harb bin Umayyah bin Abdi Syam bin Manaf. Muawwiyah lahir 4
tahun menjelang Nabi Muhammad SAW menjalankan Dakwah Islam di Kota
Makkah, ia beriman dalam usia muda dan ikut hijrah bersama Nabi ke
Yastrib. Disamping itu termasuk salah seorang pencatat wahyu, dan ambil
bagian dalam beberapa peperangan bersama Nabi.

Pada masa khalifah Abu Bakar Siddiq dan Kalifah Umar ibn Khattab,
Umayyah menjabat sebagai panglima pasukan dibawah pimpinan Ubaidah ibn
Jarrah untuk wilayah Palestina, Suriah dan Mesir. Pada masa khalifah
Usman ibn Affan ia diangkat menjadi Wali untuk wilayah Suriah yang
berkedudukan di Damaskus. Pada masa pemerintahan Ali ibn Abi Thalib
tahun 661 M diwarnai dengan krisis dan pertentangan yang sangat tajam di
wilayah Islam dimana ditandai dengan perang Shuffin yang pada akhirnya
Ali ibn Abi Thalib mati terbunuh sewaktu shalat shubuh di Mesjid Nabawi
Madinah.

Sepeninggal Ali ibn Abi Thalib tahun 661 M sebagian umat Islam di
Iraq memilih dan mengangkat Hasan ibn Ali ibn Thalib menjadi Khalifah.

Akan tetapi Hasan adalah orang yang taat, bersikap damai serta tidak tega
dengan perpecahan dalam Islam. Akhirnya diadakanlah serah terima
kekuasaan di Kota Khuffah. Dengan demikian dimulailah Dinasti Umayyah.

Setelah Muawwiyah diangkat jadi khalifah ia menukar system


pemerintahan dari Theo Demikrasi menjadi Monarci (Kerajaan/Dinasti) dan
sekaligus memindahkan Ibu Kota Negara dari Kota Madinah ke Kota
Damaskus. Hingga masa Ali, pemimpin negara berlaku sebagai seorang biasa.
Tinggal di rumah sederhana, menjadi imam masjid, dan memenuhi kebutuhan
sendiri secara biasa. Muawiyah meniru sistem kerajaan untuk dirinya. Ia
hidup bagai raja -dalam benteng, bergelimang kemewahan, bepengawalan
lengkap dengan kekuasaan mutlak. Untuk jabatannya, ia menyebut diri
sebagai khalifatullah (wakil Allah di bumi) -istilah yang banyak dipakai
para sultan kemudian.

Daulah Umayyah memegang tampuk kekhalifahan selama dua period,


di Suriah hampir satu abad, iaitu sejak 30:132 H atau 660:750 M dan di
Spanyol selama 275 tahun, iaitu 756:1031 M. Perluasan wilayah kekuasaan
Islam pada masa Daulah Umayyah telah memasuki benua Eropah bahkan
telah mencapai wilayah Byzantium sampai ke timur dan barat. Begitu juga
dengan daerah Selatan yang merupakan tambahan dari Daerah Islam di
zaman Khulafa ar Rasyidin yaitu: Hijaz, Syiria, Iraq, Persia dan Mesir.
Penyebaran Islam pada kekhalifahan Bani Umayyah meliputi wilayah Asia
Kecil, iaitu kerajaan Romawi (Konstantinopel), Asia Utara sampai ke wilayah
Sepanyol, dan Selat Jabal Tarik, hingga mencapai Asia Tengah sampai
perbatasan Tiongkok (China).

Disamping ekspansi kekuasaan Islam, Bani Umayyah juga banyak


berjasa dalam pembangunan di berbagai bidang. Muawiyah Radhiallahu anhu
mendirikan dinas pos dan tempat-tempat tertentu dengan menyediakan
kuda yang lengkap dengan peralatannya di sepanjang jalan. Dia juga
berusaha menertibkan angkatan bersenjata dan mencetak mata uang. Pada
masanya, jabatan khusus seorang hakim (qadhi) mulai berkembang menjadi
profesi tersendiri, Qadhi adalah seorang spesialis dibidangnya. Abdul-Malik

Rahimahullah mengubah mata uang Bizantium dan Persia yang dipakai di


daerah-daerah yang dikuasai Islam. Untuk itu, dia mencetak uang tersendiri
pada tahun 659 M dengan memakai kata-kata dan tulisan Arab. Khalifah
Abdul-Malik

Rahimahullah

juga

berhasil

melakukan

pembenahan-

pembenahan administrasi pemerintahan dan memberlakukan bahasa Arab


sebagai bahasa resmi administrasi pemerintahan Islam. Keberhasilan
Khalifah Abdul-Malik Rahimahullah diikuti oleh puteranya Al-Walid ibn Abd
al-Malik Rahimahullah (705-715 M) seorang yang berkemauan keras dan
berkemampuan melaksanakan pembangunan. Dia membangun panti-panti
untuk orang cacat. Semua personel yang terlibat dalam kegiatan yang
humanis ini digaji oleh negara secara tetap. Dia juga membangun jalan-jalan
raya yang menghubungkan suatu daerah dengan daerah lainnya, pabrikpabrik, gedung-gedung pemerintahan dan masjid-masjid yang megah.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Nama-nama khalifah masa Bani Umayyah

Para Khalifah pada masa Bani Umayyah, antara lain:


1.Muawiyah bin Abu Sufyan (661-680 M),
2.

Yazid bin Muawiyah

3.

Muawiyah binYazid

4.

Marwan bin Hakam

5.

Abdul Malik bin Marwan (Interegnum)

6.

AL-Walid bin Abdul Malik (685- 705 M)

7.

Sulaiman bin Abdul Malik (705-715 M)

8.

Umar bin Abdul Azis

9.

Yazid bin Abdul Malik (717- 720 M)

10. Hisyam bin Abdul Malik (724- 743 M)

B. Perkembangan Ilmu Pengetahuan


Pada masa Daulah Bani Umayyah Perkembangan Ilmu Pengetahuan
mengalami kemajuan dan juga bidang seni, terutama seni bahasa, seni suara,
seni rupa, dan seni bangunan (Arsitektur).

Adapun kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan, berkembangnya


dilakukan dengan jalan memberikan dorongan atau motivasi dari para
khalifah. Para khalifah selaku memberikan hadiah-hadiah cukup besar bagi
para ulama, ilmuwan serta para seniman yang berprestasi dalam bidang ilmu
pengetahuan dan kebudayaan dan untuk kepentingan ilmu pengetahuan di
sediakan

anggaran

oleh

negara,

itulah

sebabnya

ilmu

pengetahuan

berkembang dengan pesatnya. Pusat penyebaran ilmu pengetahuan pada


masa itu terdapat di masjid-masjid. Di masjid-masjid itulah terdapat
kelompok belajar dengan masing-masing gurunya yang mengajar ilmu
pengetahuan agama dan umum.

Pada bidang pendidikan yang menekankan ciri ilmiah pada Mesjid


sehingga menjadi pusat perkembangan ilmu pengetahuan tinggi dalam
masyarakat Islam.

Dengan penekanan ini di Mesjid diajarkan beberapa

macam ilmu, diantaranya syair, sastra dan ilmu lainnya. Dengan demikian
periode antara permulaan abad ke dua hijrah sampai akhir abad ketiga
hijrah merupakan zaman pendidikan Mesjid yang paling cemerlang. Ilmu
pengetahuan agama yang berkembang pada saat itu antara lain ialah, ilmu
Qiraat, Tafsir, Hadits Fiqih, Nahwu, Balaqhah dan lain-lain.

Ilmu agama

yang berkembang amat pesat adalah Ilmu Qiraat, yaitu ilmu yang
membahas fadh-lafadh Al-Quran yang baik dan benar. Abu Amr al-Dani
Utsman ibn Said adalah ulama ahli Qiraat kenamaan dari Andalusia yang
mewakili generasinya.

Nampaknya pendidikan Islam pada masa periode Dinasti Umayyah ini


hampir sama dengan pendidikan pada masa Khulafa ar Rasyiddin. Sejalan
dengan perkembangan filsafat, berkembang pula ilmu-ilmu lain. Ilmu pasti
yang banyak digemari bangsa Arab semuanya berpangkal dari buku India
Sinbad yang diterjemahkan ke dalam bahasa Arab oleh Ibrahim al-Fazari.

Perkembangan pesat ilmu pengetahuan dan filsafat pada masa itu


tidak terlepas kaitannya dari kerjasama yang harmonis antara penguasa,
hartawan dan ulama. Umat Islam di Negara-negara Islam pada masa itu
berkeyakinan
umumnya,

bahwa

memajukan

merupakansalah

satu

ilmu

pengetahuan

kewajiban

dan

kebudayaan

pemerinthan.Kesadaran

kemanusiaan dan kecintaan akan ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh para
pendukung ilmu telah menimbulkan hasrat untuk mengadakan perpustakaanperpustakaan, disamping mendirikan lembaga-lembaga pendidikan. Sekolah
dan perpustakaan, baik perpustakaan umum maupun perpustakaan pribadi,
banyak dibangun di berbagai penjuru kerajaan, sejak dari kota-kota besar
hingga ke desa-desa.

Untuk perkembangan ilmu Hadits sendiri terjadi setelah ditemukan


banyak penyimpangan dan penyelewengan dalam meriwayatkan hadits atau

setelah diketahui banyaknya hadits-hadits palsu yang dibuat oleh kelompok


tertentu untuk kepentingan politik.

Kerana itulah dirasakan adanya keperluan untuk menyusun buku


hadits. Di antara para ahli Hadits (Muhaddits) yang terkenal masa itu ialah
Muhammad bin Syihab A-Zuhri, beliau pula yang mula-mula menyusun ilmu
hadits dan mula-mula membukukan perkataan, perbuatan, ketepatan
ataupun sifat-sifat Nabi s.a.w yang disebut dengan hadits itu.

Sedangkan Ilmu tafsir pada masa itu belum mengalami perkembangan


pesat sebagaimana yang terjadi pada masa pemerintahan Daulah Bani
Abbasiyah. Tafsir berkembang dari lisan ke lisan sampai akhirnya tertulis.
Ahli tafsir yang pertama pada masa itu ialah Ibnu Abbas, salah seorang
sahabat

Nabi

yang

sekaligus

juga

paman

Nabi

yang

terkenal.

Dibidang fiqh secara garis besarnya dapat dibedakan menjadi dua


kelompok yaitu aliran ahli al-Ray dan aliran al hadist, kelompok aliran
pertama ini mengembangkan hukum Islam dengan menggunakan analogi atau
Qiyas, sedangkan aliran yang kedua lebih berpegang pada dalil-dalil, bahkan
aliran ini tidak akan memberikan fatwa jika tidak ada ayat Al Quran dan
hadits yang menerangkannya.

Nampaknya disiplin ilmu fiqh menunjukkan

perkembangan yang sangat berarti. Periode ini telah melahirkan sejumlah


mujtahid fiqh.

Terbukti ketika akhir masa Umayyah telah lahir tokoh

mazhab yakni Imam Abu Hanifah di Irak dan Imam Malik Ibn Anas di
Madinah, sedangkan Imam Syafii dan Imam Ahmad ibn Hanbal lahir pada
masa Abbasyiyah.

Pola

pendidikan

Islam

pada

periode

Dinasti

Umayyah

telah

berkembang bila dibandingkan pada masa Khulafa ar Rasyidin yang ditandai


dengan semaraknya kegiatan ilmiah di mesjid-mesjid dan berkembangnya
Khuttab serta Majelis Sastra.

Dan tempat pendidikan yang sering di

gunakan pada periode Dinasti Umayyah adalah :

1.

Khuttab
Khuttab atau Maktab berasaal dari kata dasar kataba yang berarti

menulis atau tempat menulis, jadi Khuttab adalah tempat belajar menulis.
Khuttab merupakan tempat anak-anak belajar menulis dan membaca,
menghafal Al Quran serta belajar pokok-pokok ajaran Islam.

2. Mesjid
Setelah pelajaran anak-anak di khutab selesai mereka melanjutkan
pendidikan ke tingkat menengah yang dilakukan di mesjid. Peranan Mesjid
sebagai pusat pendidikan dan pengajaran senantiasa terbuka lebar bagi
setiap orang yang merasa dirinya tetap dan mampu untuk memberikan atau
mengajarkan ilmunya kepada orang-orang yang haus akan ilmu pengetahuan.
Pada Dinsti Umayyah, Mesjid merupakan tempat pendidikan tingkat
menengah dan tingkat tinggi setelah khuttab.

Pelajaran yang diajarkan

meliputi Al Quran, Tafsir, Hadist dan Fiqh. Juga diajarkan kesusasteraan,


sajak, gramatika bahasa, ilmu hitung dan ilmu perbintangan.

Diantara

jasa

besar

pada

periode

Dinasti

Umayyah

dalam

perkembangan ilmu pengetahuan adalah menjadikan Mesjid sebagai pusat


aktifitas ilmiah termasuk syair

2. Majelis Sastra
Majelis sastra merupakan balai pertemuan yang disiapkan oleh
khalifah dihiasi dengan hiasan yang indah, hanya diperuntukkan bagi
sastrawan dan ulama terkemuka. Dalam balai-balai pertemuan seperti ini
disediakan pokok-pokok persoalan untuk dibicarakan, didiskusikan dan
diperdebatkan.

Adapun kemajuan dalam bidang bidang seni, terutama seni bahasa,


seni suara, seni rupa, seni suara dan seni bangunan (Arsitektur) adalah :

1.

Seni Bahasa
Kemajuan seni bahasa sangat erat kaitannya dengan
perkembangan

bahasa.

Sedangkan

kemajuan

bahasa

mengikuti

kemajuan bangsa. Pada masa Daulah Bani Umayyah kaum muslimin


sudah mencapai kemajuan dalam berbagai bidang, iaitu bidang politik,
ekonomi, sosial, dan ilmu pengetahuan. Dengan sendirinya kosakata
bahasa menjadi bertambah dengan kata-kata dan istilah istilah baru
yang tidak terdapat pada zaman sebelumnya.

Kota Basrah dan Kufah pada zaman itu merupakan pusat


perkembangan ilmu dan sastra (adab). Di kedua kota itu orang-orang
Arab muslim bertukar pikiran dalam diskusi-diskusi ilmiah dengan

orang-orang dari bangsa yang telah mengalami kemajuan terlebih


dahulu. Di kota itu pula banyak kaum muslimin yang aktif menyusun
dan menuangkan karya mereka dalam berbagai bidang ilmu. Maka
dengan demikian berkembanglah ilmu tata bahasa (Ilmu Nahwu dan
sharaf) dan Ilmu Balaghah, serta banyak pula lahir-lahir penyairpenyair terkenal.

2.

: Seni Rupa
Seni rupa yang berkembang pada zaman Daulah Bani Umayyah
hanyalah seni ukir, seni pahat, sama halnya dengan zaman permulaan,
seni ukir yang berkembang pesat pada zaman itu ialah penggunaan
khat arab (kaligrafi) sebagai motif ukiran.

Yang terkenal dan maju ialah seni ukir di dinding tembok.


Banyak Al-Quran, Hadits Nabi dan rangkuman syair yang di pahat
dan diukir pada tembok dinding bangunan masjid, istana dan gedunggedung.

3.

: Seni Suara
Perkembangan seni suara pada zaman pemerintahan Daulat Bani
Umayyah yang terpenting ialah Qiraatul Quran, Qasidah, Musik dan
lagu-lagu lainnya yang bertema cinta kasih.

4.

: Seni Bangunan (Arsitektur)


Seni bangunan atau Arsitektur pada masa pemerintahan Daulah
Bani Umayyah pada umumnya masih berpusat pada seni bangunan

sipil, seperti bangunan kota Damaskus, kota Kairuwan, kota Al-Zahra.


Adapun seni bangunan agama antara lain bangunan Masjid Damaskus
dan Masjid Kairuwan, begitu juga seni bangunan yang terdapat pada
benteng-benteng pertahanan masa itu.

BAB III
PENUTUP

Usaha yang tidak kalah pentingnya pada masa Dinasti Umayyah ini
dimulainya penterjemahan ilmu-ilmu dari bahasa lain ke dalam Bahasa Arab,
seperti yang dilakukan oleh Khalid ibn Yazid ia memerintahkan beberapa
sarjana Yunani da Qibti ke dalam Bahasa Arab tentang ilmu Kimia,
Kedokteran dan Ilmu Falaq. Tetapi penerjemahan itu terbatas pada ilmuilmu yang mempunyai kepentingan praktis, seperti ilmu kimia, kedokteran,
ilmu tata laksana dan seni bangunan. Pada umumnya gerakan penerjemahan
ini terbatas keadaan orang-orang tertentu dan atas usaha sendiri, bukan
atas dorongan negara dan tidak dilembagakan.
Adapun cara yang dilakukan oleh pendidik disamping mengajarkan Al
Quran mereka juga belajar menulis dan tata bahasa serta tulisan.
Perhatian mereka bukan tertumpu mengajarkan Al Quran semata dengan
mengabaikan pelajaran yang lain, akan tetapi perhatian mereka pada
pelajaran sangat pesat.

Al Quran dipakai sebagai bahasa bacaan untuk

belajar membaca, kemudian dipilih ayat-ayat yang akan ditulis untuk


dipelajari.

Disamping belajar menulis dan membaca murid-murid juga

mempelajari tatabahasa Arab, cerita-cerita Nabi, hadist dan pokok agama.

Dan Hal-hal penting yang dicapai pada masa Bani Umayyah, iaitu:
- Menetapkan Bahasa Arab sebagai Bahasa resmi

- Mendirikan masjid Agung di Damaskus


- Membuat mata uang bertuliskan kalimat syahadat
- Mendirikan rumah sakit di berbagai wilayah
- Menyempurnakan peraturan pemerintah
- Melakukan pembukuan Hadits Nabi

KATA PENGANTAR
Segenap Puji dan syukur kita panjatkan keharibaan Allah SWT.
Karena Limpahan segala Rahmat dan Rahim-Nya kita masih dapat
melanjutkan hidup dan kehidupan di dunia ini, kemudian dengan Izin-Nya
pulalah saya dapat menyeleasaikan tugas makalah ini dengan sebaik-baiknya
dan tepat pada waktunya. Akan tetapi saya merasa makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan, dan tentunya bertujuan untuk pembelajaran saya pada
masa selanjutnya. Untuk inilah saya sangat mengharapkan keritik dan saran,
untuk menjadi masukan dalam menambah pengalaman serta perbaikan dari
makalah ini.
Tentunya dalam pembuatan makalah ini tidak terlepas dari dukungan
dari pihak lain, untuk kesemuanya ini saya sangat

bererima kasih yang

sebasar-besarnya kepada seluruh pihak yang telah membantu saya dalam


penyelesaian makalah ini. Terima kasih juga saya ucapkan kepada Bapak/Ibu
Guru yang membimbing saya.
Sebelumnya sekali lagi saya ucapkan terima kasih atas kritik dan
saranya. Dan semoga makalah ini dapat bermanfaat.

Pekanbaru, 10 mei 2009.

Penulis

Daftar Isi

KATA PENGANTAR . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
DAFTAR ISI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
BAB I PENDAHULUAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
BAB II PEMBAHASAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
A. Nama-nama khalifah masa Bani Umayyah. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
B. Perkembangan Ilmu Pengetahuan. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
BAB III PENUTUP . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

Anda mungkin juga menyukai