Anda di halaman 1dari 9

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian Harga Diri Rendah


Harga diri rendah adalah semua pikiran, keyakinan dan kepercayan yang merupakan
pengetahuan individu tentang dirinya dan mempengaruhi hubungannya dengan orang
lain. Harga diri tidak terbentuk waktu lahir, tetapi dipelajari sebagai hasil pengalaman
unik seseorang dalam dirinya sendiri, dengan orang terdekat dan dengan realitas dunia (
Stuart & Gail, 2006 ).
Harga diri rendah adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan
menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Pencapaian ideal diri atau
cita-cita atau harapan langsung menghasilkan perasaan bahagia ( Keliat, 2005 ). Harga
diri rendah dapat digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri termasuk
hilangnya percaya diri dan harga diri. Harga diri rendah dapat terjadi secara situasional (
trauma ) atau kronis ( kritik diri yang telah berlangsung lama) dapat di ekspresikan secara
langsung atau tidak langsung.
( Stuart & Sundeen,2006 ).
Psikodinamika
1. Etiologi
Gangguan harga diri rendah menurut ( Carpenito, 2007 ) dapat terjadi secara :
Kronis dan situasional. Harga diri rendah kronis adalah keadaan individu mengalami
evaluasi diri negatif yang mengenai diri sendiri atau kemampuan dalam waktu lama,
misalnya kegagalan untuk memecahkan suatu masalah atau berbagai stress berurutan
dapat mengakibatkan harga diri rendah kronik. Sedangkan harga diri rendah

situasional adalah suatu keadaan ketika individu yang sebelumnya memiliki harga diri
positif mengalami perasaan negatif mengenai diri dalam berespons terhadap suatu
kejadian

( kehilangan, perubahan ).

Harga diri rendah biasanya terjadi karena adanya kritik diri sendiri dan orang
lain, yang menimbulkan penurunan produktifitas yang berkepanjangan, yang dapat
menimbulkan gangguan dalam berhubungan dengan orang lain dan dapat
menimbulkan perasaan ketidakmampuan dari dalam tubuh, selalu merasa bersalah
terhadap orang lain, mudah sekali tersinggung atau marah yang berlebihan terhadap
orang lain, selalu berperasaan negatif tentang tubuhnya sendiri. Karena itu dapat
menimbulkan ketegangan peran yang dirasakan kepada klien yang mempunyai
gangguan harga diri rendah. Harga diri rendah juga selalu mempunyai pandangan
hidup yang pesimis dan selalu beranggapan mempunyai keluhan fisik, pandangan
hidup yang bertentangan, penolakan terhadap kemampuan yang dimiliki, dapat
menimbulkan penarikan diri secara sosial, yang dapat menimbulkan kekhawatiran
pada klien ( Stuart & Gail, 2007 ).
Klien yang mempunyai gangguan harga diri rendah akan mengisolasi diri dari
orang lain dan akan muncul perilaku menarik diri, gangguan sensori persepsi
halusinasi bisa juga mengakibatkan adanya waham ( Stuart & Gail W, 2007 ).

B. Rentang Respon
Respons harga diri rendah sepanjang sehat-sakit berkisar dari status aktualisasi
diri yang paling adaptif sampai status kerancuan identitas serta depersonalisasi yang lebih

maladaptive.

Kerancuan

identitas

merupakan suatu

kegagalan

individu

untuk

mengintegrasikan berbagai identifikasi masa kanak-kanak ke dalam kepribadian


psikososial dewasa yang harmonis. Depersonalisasi ialah suatu perasaan tidak realistis
dan merasa asing dengan diri sendiri, hal ini berhubungan dengan tingkat ansietas panik
dan kegagalan dalam uji realitas. Individu mengalami kesulitan memberikan diri sendiri
dari orang lain, dan tubuhnya sendiri terasa tidak nyata dan asing baginya.

Respon Adaptif

Aktualisasi
diri

Respon maladaptif

konsep diri
positif

harga diri

kerancuan

rendah

Identitas

Depersonalisasi

Rentang respons harga diri rendah ( Stuart & Gail, 2007 )

C. Pengkajian keperawatan
1. Faktor Predisposisi
Faktor yang mempengaruhi harga diri rendah seseorang sebagai berikut :
a. Faktor yang mempengaruhi harga diri meliputi penolakan orang tua, harapan
orang tua yang tidak realistis, sekolah, ditolak, pekerjaan. Faktor yang
mempengaruhi performa peran adalah stereotip peran gender, tuntutan peran
kerja, harapan peran budaya.
b. Faktor yang mempengaruhi indentitas pribadi meliputi ketidakkepercayaan orang
tua, tekanan dari kelompok sebaya dan perubahan struktur sosial.
2. Faktor Presipitasi

Ketegangan peran oleh stress yang berhubungan dengan frustasi yang dialami dalam
peran/posisi, halusinasi pendengaran dan penglihatan, kebingungan tentang
seksualitas diri sendiri, kesulitan membedakan diri sendiri dari orang lain, gangguan
citra tubuh, mengalami dunia seperti dalam mimpi.
3. Manifestasi klinis
a. Perasaan malu pada diri sendiri akibat penyakit dan akibat terhadap tindakan
penyakit. Misalnya malu dan sedih karena rambut menjadi rontok (botak) karena
pengobatan akibat penyakit kronis seperti kanker.
b. Rasa bersalah terhadap diri sendiri misalnya ini terjadi jika saya tidak ke rumah
sakit menyalahkan dan mengejek diri sendiri.
c. Merendahkan martabat misalnya, saya tidak bisa, saya tidak mampu, saya
memang bodoh dan tidak tahu apa-apa.
d. Gangguan hubungan sosial, seperti menarik diri, klien tidak mau bertemu orang
lain, lebih suka menyendiri.
e. Percaya diri kurang, klien sukar mengambil keputusan yang suram mungkin
memilih alternatif tindakan.
f. Mencederai diri dan akibat harga diri rendah disertai dengan harapan yang suram
mungkin klien ingin mengakhiri kehidupan.

4. Sumber koping
Semua orang tanpa memperhatikan gangguan prilakunya, mempunyai beberapa
bidang kelebihan personal yang meliputi : Aktifitas olah raga dan aktifitas diluar
rumah, hobi dan kerajinan tangan, seni yang ekspresif, kesehatan dan perwatan diri,
pendidikan atau pelatihan, pekerjaan, vokasi atau posisi, bakat tertentu, kecerdasan,
imajinasi dan kreatifitas, hubungan interpersonal. ( Stuart & Gail,2007 ).

5. Mekanisme koping
Mekanisme koping termasuk pertahan koping jangka pendek atau jangka panjang
serta penggunaan mekanisme pertahanan ego untuk melindungi diri sendiri dalam
menghadapi persepsi diri yang menyakitkan ( Stuart & Gail, 2007 ).
a. Pertahanan jangka pendek mencakup berikut ini :
1. Aktifitas yang memberikan pelarian sementara dari krisis indentitas diri (
misalnya, konser musik, bekerja keras, menonton televisi secara obsesif )
2. Aktifitas yang memberikan identitas pengganti sementara ( misalnya, ikut
serta dalam klub sosial, agama, politik, kelompok, gerakan atau genk )
3. Aktifitas sementara menguatkan atau meningkatkan perasaan diri yang tidak
menentu ( misalnya, olahraga yang kompetitif, prestasi akademik, kontes
untuk mendapatkan popularitas )
4. Aktifitas yang merupakan upaya jangka pendek untuk membuat identitas
diluar dari hidup yang tidak bermakna saat ini ( misalnya, penyalahgunaan
obat )
b. Pertahanan jangka panjang mencakup berikut ini :
1. Penutupan identitas-adopsi identitas prematur yang diinginkan oleh orang
terdekat tanpa memperhatikan keinginan, aspirasi, atau potensi diri individu.
2. Identitas negatif, asumsi identitas yang tidak sesuai dengan nilai dan harapan
yang diterima masyarakat.
6. Pohon Masalah
Isolasi sosial

harga diri rendah

Gangguan citra tubuh

( Stuart & Gail, 2007 )

7. Masalah Keperawatan
a) Harga Diri Rendah
b) Isolasi sosial
c) Gangguan citra tubuh

D. Diagnosa Keperawatan
1)

Harga diri rendah

2)

Isolasi sosial

3)

Gangguan citra tubuh

E. Perencanaan Keperawatan
1. Diagnosa keperawatan : isolasi sosial : harga diri rendah. Tujuan Umun : klien
dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal. Tujuan Khusus Pertama :
klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat. Kriteria Evaluasi :
setelah tiga kali pertemuan klien dapat menunjukan ekpresi wajah bersahabat,
menunjukan rasa senang, ada kontak mata, mau menjabat tangan, mau menyebutkan
nama, mau menjawab salam, klien mau duduk berdampingan dengan perawat, mau
mengutarakan masalah yang sedang dihadapi. Rencana Tindakan Keperawatan :
bina hubungan saling percaya, salam terapeutik, perkenalkan diri, jelaskan tujuan
interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat kontak yang jelas, beri kesempatan
untuk mengungkapkan perasaannya tentang penyakit yang diderita, sediakan waktu

untuk mendengarkan klien, katakan pada klien bahwa ia adalah seorang yang
berharga dan bertanggung jawab serta mampu menolong dirinya sendiri.
Tujuan Khusus Kedua : klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek
positif yang dimiliki : aspek intelektual, aspek sosial budaya, aspek fisik, aspek
emosional atau pribadian yang dimiliki klien. Kriteria Evaluasi : Setelah dua kali
pertemuan klien dapat mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki klien, aspek positif
keluarga dan aspek lingkungan yang dimiliki klien. Tindakan Keperawatan : diskusi
kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien, diskusikan pula kemampuan yang
dapat dilanjutkan penggunaannya, setelah pulang sesuai dengan kondisi sakit klien.
Tujuan Khusus Ketiga : klien dapat menilai kemampuan yang dapat
digunakan. Kriteria Evaluasi : setelah tiga kali pertemuan klien dapat menyebutkan
kemampuan yang digunakan. Rencana Keperawatan : yaitu diskusikan dengan klien
kemampuan yang masih digunakan selama sakit.
Tujuan Khusus Empat : klien dapat menetapkan ( merencanakan ) kegiatan
sesuai kondisi sakit dan kemampuan yang dimiliki dengan Kriteria Evaluasinya :
setelah dua kali pertemuan klien dapat membuat rencana harian. Rencana
Keperawatan : rencanakan bersama klien aktifitas yang dapat dilakukan setiap hari
sesuai kemampuan, tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien, beri
contoh pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan.
Tujuan Khusus Lima : klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit
dan sesuai kemampuan. Kriteria Evaluasinya : setelah dua kali pertemuan dapat
melakukan kegiatan sesuai dengan kondisi dan kemampuan. Rencana keperawatan
beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah direncanakan, beri
pujian atas keberhasilan klien, diskusikan kemungkinan pelaksanaan dirumah.

Tujuan Khusus Enam : klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang


ada dengan Kriteria Evaluasinya setelah dua kali pertemuan klien dapat
memanfaatkan sistem pendukung yang ada. Rencana Keperawatan berikan
pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien harga diri rendah,
bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat, bantu keluarga menyiapkan
lingkungan rumah.

F. Pelaksanaan Keperawatan
Pelaksanaan keperawatan kepada klien dengan harga diri rendah didasarkan pada
prinsip tindakan keperawatan, mengacu kepada rencana tindakan namun tetap disesuaikan
dengan kondisi klien. Tindakan yang dilakukan bertujuan membantu klien dalam
mengatasi permasalahan yang dihadapi, dengan melakukan :
1. Membina hubungan saling percaya.
2. Menemani klien dalam mengidentifikasi aspek-aspek positif dari diri dan dalam
mengembangkan rencana-rencana untuk merubah karakteristik yang dilihatnya
sebagai negatif.
3. Membantu klien dalam mengurangi penyangkalan sebagai suatu mekanisme sikap
defensif.
4. Memberikan bantuan yang positif bagi identifikasi masalah dan pengembangan dari
perilaku-perilaku koping yang lebih adaptif.
5. Memberikan reinforcement terhadap keputusan yang bersifat positif.

6. Memberi dorongan dan dukungan kepada klien dalam menghadapi rasa takut terhadap
kegagalan dengan mengikuti aktivitas-aktivitas terapi dan melaksankan tugas-tugas
baru.
7. Beri kegiatan yang sesuai dengan kemampuan klien.
8. Tidak memberikan pendapat yang negatif yang dapat menurunkan harga diri klien.

G. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan adalah akhir dari proses keperawatan yang bertujuan untuk
menilai hasil dari keseluruhan, dapat pula bersifat sumatif yaitu evaluasi yang dilakukan
pada akhir semua tindakan yang telah dilakukan. Adapun hasil akhir dari klien dengan
harga diri rendah setelah dilakukan pelaksanaan keperawatan adalah sebagai berikut :
a. Klien mengungkapkan perasaanya terhadap penyakit yang diderita.
b. Klien menyebutkan aspek positif dan kemampuan dirinya ( fisik, intelektual, sistem
pendukung ).
c. Klien berperan serta dalam perawatan dirinya.
d. Percaya diri klien dengan menetapkan keinginan atau tujuan yang realistis.

Anda mungkin juga menyukai