Anda di halaman 1dari 8

Lahan kering adalah bagian dari ekosistem teresterial yang

luasnya
relatif
luas
dibandingkan
dengan
lahan
basah
(Mutmainah, 2009).
Pada saat ini pemanfaatan lahan kering
untuk keperluan pertanian baik tanaman semusim maupun tanaman
tahunan/ perkebunan sudah sangat berkembang.
Pemanfaatan lahan kering di daerah perbukitan dan pegunungan untuk
pertanian semusim untuk menghasilkan bahan pangan banyak dijumpai dan
dilakukan penduduk yang bermukim di pedesaan. Dengan pemanfaatan lahan
kering di pegunungan dan perbukitan secara terus menerus tanpa memperhatikan
kaidah konservasi akan menyebabkan terjadinya erosi dan penurunan kesuburan
yang berat. Sedangkan secara ekologi akan mengganggu keseimbangan ekosistim
terjadi penurunan kekayaan hayati yang berat (Stehr, 1982). Para pakar
lingkungan di Indonesia membagi Agroekosistem lahan kering
kedalam beberapa kategori berdasarkan iklim, ketinggian tempat dari
permukaan laut dan jenis tanah dengan ketentuan sebagai berikut:
Berdasarkan Iklim.
1) Lahan kering iklim basah (LKIB) yaitu daerah yang memiliki curah
hujan diatas 2500 mm/tahun
2) Lahan kering iklim kering (LKIK) yaitu daerah yang memiliki curah
hujan dibawah 2000 mm/ tahun
Berdasarkan ketinggian tempat.
1. Lahan kering dataran tinggi (LKDT) yaitu daerah yang berada pada
ketinggian diatas 700 meter dpl.
2. Lahan kering dataran rendah (LKDR) yaitu daerah yang berada pada
ketinggian 0 700 meter dpl.

Lahan kering adalah lahan yang dapat digunakan untuk usaha pertanian
dengan menggunakan air secara terbatas dan biasanya hanya mengharapkan dari
curah hujan. Secara teoritis, lahan kering di Indonesia dibedakan dalam dua
kategori, yaitu: (1) Lahan kering beriklim kering, banyak terdapat di kawasan
timur Indonesia, dan (2) Lahan kering beriklim basah, banyak ditemui di kawasan
barat Indonesia. Cukup banyak tipologi wilayah pengembangan lahan kering yang
terdapat di dua kategori tersebut. Namun wilayah pengembangan lahan kering
yang dominan di Indonesia diklasifikasikan berdasarkan potensi dan dominasi
vegetasinya. Pendayagunaan lahan atau tanah memerlukan pengelolaan yang tepat
dan sejauh mungkin mencegah dan mengurangi kerusakan dan dapat menjamin
kelestarian sumber daya alam tersebut untuk kepentingan generasi yang akan
datang. Pada sistem lingkungan tanah, usaha-usaha yang perlu dikerjakan ialah
rehabilitasi, pengawetan, perencanaan, dan pendayagunaan tanah yang optimum.
Lahan kering dibagi ke dalam empat kategori, yakni :

1. Hyper Arid : indek kekeringan (rasio antara curah hujan dan

evapotranspirasi potensial) 0.03, tidak ada vegetasi tanaman kecuali


hanya beberapa rumpun rumput di daerah lembah, penggembalaan
ternak berpindah-pindah, hujan tahunan rendah (di bawah 100
mm/tahun), serta hujan terjadi tidak menentu, bahkan kadang-kadang
tidak terjadi hujan sepanjang tahun. Daerah ini terdapat di pe-gurunan Saudi Arabia Rubul Kholi atau yang dikenal dengan empty
quarter.
2. Arid : indek kekeringan 0.03-0.20 yang ditandai dengan adanya
peternakan, kegiatan pertanian dilakukan dengan irigasi tetes dan
sprinkler, terdapat tanaman musiman dan tahunan yang letaknya
terpisah-pisah, dan curah hujan tahunan antara 100 300 mm.Terdapat
di Jeddah, Saudi Arabia dan Negara-negara Timur Tengah pada
umumnya.
3. Semi Arid : indek kekeringan 0.2-0.5 yang ditandai dengan adanya
kegiatan pertanian denga mengandalkan air hujan meski
produktifitasnya masih rendah, terdapat kegiatan peternakan komunal,
dan curah hujan tahunan 300-800 mm.Biasanya terdapat di perbatasan
daerah tropis dan sub-tropis.
4. Sub Humid: indek kekeringan 0.5-0.75. Daerah sub humid juga
dimasukkan ke dalam area lahan kering, meski sebenarnya memiliki
karakter yang dekat dengan daerah lahan basah. Di Indonesia kawasan
timur memiliki karakter Sub-Humid, yang mana terdapat beberapa
kendala untuk budidadaya pertanian di daerah tersebut.
Penggunaan lahan atau tanah yang kurang tepat akan menyebabkan lahan
atau tanah tersebut menjadi rusak (kritis) dan kehilangan fungsinya. Hilangnya
fungsi produksi dari sumber daya tanah dapat terus menerus diperbaharui, karena
diperlukan waktu puluhan bahkan ratusan tahun untuk pembentukan tanah
tersebut.

KOMPONEN PENYUSUN
Lahan kering (tegalan) memiliki 2 komponen penyusun, yaitu:
1. Komponen Abiotik
Komponen abiotic merupakan komponen penyusun ekosistem yang terdiri dari
benda-benda tak hidup. Secara terperinci, komponen abiotic merupakan keadaan
fisik dan kimia di sekitar organisme yang menjadi medium dan substart untuk
menunjang berlangsungnya kehidupan organisme tersebut. Beberapa contoh
komponen abiotic adalah cahaya matahari, air, udara,tanah, topografi dan iklim.
Cahaya matahari
Tingginya radiasi cahaya matahari di daerah lahan kering mengakibatkan
tingginya evapotranspirasi, rendahnya suplai oksigen (O2) dan salinasi atau
penggaraman di tanah.

Air
Hampir semua makluk hidup membutuhkan air. Karena itu, ar merupakan
komponen yang ital. bagi kehidupan. Pada lahan kering, air yag terdapat dalam
tanah dapat ditaha oleh masa tanah, tertahan oleh lapisan kedap air atau keadaan
drainase yang kurang baik. Rendahnya curah hujan pada tegalan, akan menjadi
ciri khas yang hanya memiliki keterbatasan/ketersediaan air.

Tanah
Sifat fisik tanah pada lahan kering kurang baik yaitu berstruktur padat
kelembapan lapisan tanah atas (top soil) maupun lapisan tanah bawah (sub soil)
rendah sirkulasi udara agak terhambat dan kemampuan tanah untuk menyimpan
air relative rendah. Lahan kering sebagian besar terdiri dari tanah-tanah ultisol
incaptisol atau alufial alfisol dan oksisol namun tetap berpotensi untuk
dikembangkan sebagai lahan yang produktif dengan pemilihan teknologi dan jenis
komuditi yang sesuai. Allufial merupakan tanah yang berkembang dari bahan
allufium muda (receen) mempunyai susunan berlapir atau kadar C-organik tak
teratur dengan kadar fraksi pasir kurang dari 60% pada kedalaman antara 25-100
cm dari permukaan tanah mineral. Tanah allufial hanya meliputi lahan yang sering
atau baru saja mengalami banjir atau merupakan hasil endapan bahan-bahan
kolluvial akibat angkutan dari daerah di atasnya

Suhu
Pada semua ekosistem, suhu sangat berpengaruh. Karena di ekosistem yang
berbeda suhu akan berbeda. Seperti pada tegalan, memiliki suhu yang cukup
panas, sehingga jenis tanaman yang dapat ditanam sangat sedikit.

Kelembapan
Kelembapan udara tidak banyak berpengaruh pada pertumbuhan asalkan kadar air
cukup tersedia di dalam tanah, optimumnya < 80%

2. Komponen biotik di dalam lahan kering.


a. Manusia
Manusia merupakan factor komponen biotik yang paling kuat, karena manusia
yang bisa mengatur atau mengolah semua yang ada di bumi. Dalam hal ini, yang
mengolah tegalan adalah manusia. Bukan hanya agroekosistem tegalan saja yang
harus diolah, tapi semua agroekosistem.
b. Biota Tanah
Biota tanah merupakan salah satu komponen ekosistem lahan/tanah yang berperan dalam
memperbaiki struktur tanah melalui penurunan berat jenis, meningkatkan ruang pori, aerasi,
drainase, kapasitas penyimpanan air, dekomposisi sisa organik, pencampuran partikel tanah,
penyebaran mikroba, dan perbaikan struktur agregat tanah. Walaupun pengaruhnya terhadap
pembentukan tanah dan dekomposisi bahan organik bersifat tidak langsung, secara umum
biota tanah dapat dipandang sebagai pengatur proses fisik, kimia maupun biokimia dalam
tanah.
Biota tanah adalah kumpulan jasad hidup yang menjadikan tubuh tanah sebagai ruang hidup
untuk menjalankan sebagai atau seluruh kegiatan ekologisnya. Biota tanah merupakan bagian
tidak dapat terpiahkan tubuh tanah yang antara keduanya terdapat hubungan timbal balik.
Biota tanah merupakan salah factor pembentuk tanah yang kegiatan ekofisiologisnya
mengendalikan aneka proses pedogenik tanah, antara lain melalui perombakan (mineralisasi),
menghancurkan dan merombak bahan organik (humifikasi, mineralisasi) dan mencampur
aduk bahan penyusun tanah (pedoturbasi)

c.

Hewan Ternak
Lahan kering bisa juga menjadi tempat berlangsungnya keanekaragaman hayati
dimana terdapat beberapa hewan yang hidup di lahan kering.

INTERAKSI ANTAR KOMPONEN


Komponen abiotik dan biotik di dalam lahan kering saling berinteraksi
untuk mencapai keseimbangan lahan kering pertanian. Kebutuhan pangan atau
sumber nutrisi bagi faktor biotik tersedia dengan adanya faktor abiotik tanah, air,
unsur hara, dan anasir iklim yang mendukung nutrisi dalam tanah maupun udara
menjadi tersedia. Adanya daur unsur atau daur biogeokimiawi di alam
menunjukkan keterkaitan antara faktor biotik dan abiotik. Komponen biotik dan
abiotic juga membentuk siklus, seperti siklus karbondioksida. siklus ini berjalan
untuk sebagai hasil interaksi komponen yang ada di dalam ekosistem tersebut.
Dalam hal ini interaksi antar komponen, antara komponen biotic dan
komponen abiotic saling berhubungan untuk meningkatkan kualitas di tanaman
tersebut.
Beberapa interaksi antar komponen, yaitu:
1. Cahaya matahari
semua jenis tanaman pasti membutuhkan cahaya matahari, karena matahari dapat
membuat tanaman akan tumbuh dengan segar.
2. Air
Tanaman di lahan kering pasti sangat membutuhkan air. Tanpa air di lahan kering
vegetasi tanaman tidak akan ada. Jenis tanaman di lahan kering juga sedikit
sehingga kebutuhan air sangat banyak dibutuhkan.
3. Suhu
Suhu di lahan kering cukup panas sehingga tanaman yang ditanam tidak terlalu
banyak jenisnya. Dikarenakan suhu yang cukup panas, hasil untuk tanaman
tersebut sangat sulit untuk diperoleh.
4. Tanah
Tanah yang cukup padat dan kering membuat tanaman di tanah yang kering sulit
untuk berproduksi.

ANALISIS AGROEKOSISTEM
A. Produktivitas
Tingkat produktivitas pada lahan kering lebih sedikit dan jenis tanamannya hanya
jenis tanaman yang hanya mmbutuhkan curah hujan. Dalam hal ini produktivitas
merupakan rasio dari total output dengan input yang digunakan dalam produksi.
Produktivitas lahan berkesesuaian dengan kapasitas lahan untuk menyerap input
produksi dan menghasilkan output dalam produksi tanaman. Dibandingkan
dengan wanatani, produktivitas sangat tinggi karena tanaman pada wanatani lebih
banyak dan segi ekonomi pada agroekosistem wanatani lebih tinggi.
B. Keberlanjutan
Dari segi keberlanjutannya, tanaman pada agroekosistem tegalan sangat sulit
untuk bertahan hidup dikarenakan tegalan hanya mengandalkan curah hujan saja.
Sehingga untuk hasilnya sangat minim. Selain itu, tanaman hanya dapat ditanam
pada waktu-waktu tertentu. Dibandingkan dengan wanatani, proses untuk
bertahan hidup lebih lama. Dikarenakan jenis tanamannya beragam dan tidak
bergantung pada curah hujan.
C. Stabilitas
Nilai ekonomi pada agrosistem tegalan sangat rendah dibanding dengan wanatani.
Karena jenis tanamannya hanya satu jenis tanaman yang ditanam pada lahan
tertentu dan panen juga berdasarkan waktu-waktu tertentu.

2.1 Deskripsi Singkong


Singkong dengan nama latin Manihot esculenta merupakan umbi atau akar pohon yang
panjang fisik rata-rata bergaris tengah 2-3 cm dan panjang 50-80 cm, tergantung dari jenis
singkong yang ditanam. Daging umbinya berwarna putih atau kekuning-kuningan. Umbi
singkong tidak tahan disimpan meskipun di tempatkan di lemari pendingin. Gejala kerusakan
ditandai dengan keluarnya warna biru gelap akibat terbentuknya asam sianida yang bersifat
racun bagi manusia.
Umbi singkong merupakan sumber energi yang kaya karbohidrat namun sangat miskin
protein. Sumber protein yang bagus justru terdapat pada daun karena mengandung asam
amino metionin.
Tanaman singkong sangat mudah tumbuh. Tanaman singkong ini banyak ditanam di
pekarangan, tanggul, ataupun sawah. Perbanyakan tanaman singkong ini dapat dilakukan
dengan stek dari batang singkong tua.
1.1 Sejarah singkong
Singkong dengan nama latin Manihot esculenta atau ketela pohon merupakan tanaman
pangan dengan nama lain uni kayu atau kasape. Singkong berasal dari benua Amerika,
tepatnya dari Negara Brasil. Bentuk-bentuk moderen dari spesies yang telah di budidayakan
dapat ditemukan bertumbuh liar di Brasil selatan. Meskipun spesies Manihot yang liar ada
banyak, semua varitas Manihot esculenta dapat dibudidayakan.
Penyebarannya hamper keseluruh dunia, antara lain : Afrika, Madagaskar, India. Singkong
berkembang di Negara-negara yang terkenal wilayah pertaniannya dan masuk ke Indonesia
pada tahun 1852. Singkong ditanam secara komersial di wilayah Indonesia sekitar tahun
1810, setelah sebelumnya diperkenalkan orang Portugis pada abad ke-16 ke Nusantara dari
Brasil.
1.2 Jenis tumbuhan singkong
Klasifikasi tumbuhan singkong adalah sebagai berikut:
Kingdom
: Plantae atau tumbuh-tumbuhan
Divisi
: Spermatophyta atau tumbuhan berbiji
Kelas
: Dicotyledoneae atau biji berkeping dua
Ordo
: Euphorbiales
Famili
: Euphorbiaceae
Genus
: Manihot
Spesies
: Manihot Esculenta, Manihot utilissima
Varietas-verietas singkong unggul yang biasa di tanam antara lain: Valenca, Mangi, Betawi.
Basiorao, Bogor, SPP, Muara, Mentega, Andira 1, Gading, Andira 2, Malang 1, Malang 2, dan
Andira 4. Di beberapa daerah, singkong (Manihot utilissima) di kenal dengan berbagai nama,
seperti ubi kayee (aceh), kasapean (sunda), tela pohong (jawa), tela belada (madura), lame
kayu (makassar), pangala (papua).
1.3 Kandungan singkong
Umbi akar singkong banyak mengandung glukosa dan dapat dimakam mentah. Rasanya
sedikit manis, ada pla yang pahit tergantung pada kandungan racun glukosida yang dapat
membentuk asam sianida. Umbi yang rasanya manis menghasilkan paling sedikit 20 mg HCN
per kilogram umbi akar yang masih segar, dan 50 kali lebih banyak pada umbi yang rasanya
pahit. Pada jenis singkong yang manis proses pemasakan sangat diperlukan untuk
menurunkan kadar racunnya. Dari umbi ini dapat pula di buat tepung tapioca.
Singkong mengandung HCN dan senyawa ini mudah diserap oleh usus halus terbawa oleh

darah keseluruh tubuh yang dapat membahayakan. Kandungan HCN dalam singkong 50
mg/kg, tetapi kadar tersebut tergantung pada jenis singkongnya.
Umbi singkong memiliki kandungan kalori, protein, lemak, hidrat arang, kalsium, fosfor, zat
besi, vitamin B dan C, dan amilum. Pada bagian daun mengandung vitamin A, B1 dan C,
kalsium, kalori, fosfor, protein, lemak, hidrat arang dan besi. Sementara pada bagian batang
mengandung tannin, enzim peroksidase, glikosida, dan kalsium oksalat.
2. Alternatif Pemanfaatan Singkong
Singkong merupakan sumber makanan yang banyak mengandung karbohidrat. Umbi
singkong di minati hamper di seluruh wilayah Tanah Air. Umbi singkong juga dikenal sebagai
makanan pokok di beberapa daerah tertentu. Singkong dapat dimasak denga berbagai
cara,vsingkong banyak digunakan pada berbagai macam masakan. Tepung singkong dapat
digunakan untuk mengganti tepung gandum yang baik untuk pengidap alergi.
Menurut pakar tanaman obat, Prof Hembing Wijayakusuma, efek farmakologis dari simgkong
adalah sebagai antioksidan, antikanker, antitumor, dan menambah napsu makan. Bagian
yang umum dipakai pada tanaman singkong adalah daun dan umbi.
Selain sebagai makanan tanaman singkong memiliki khasiat sebagai obat alternative
misalnya yaitu obat rematik, sakit kepala, demam, luka, diare, cacingan, disentri, rabun senja,
beri-beri, dan bisa meningkatkan stamina.
Mengatasi rematik bisa dilakukan dengan pemakaian dalam dan pemakaian luar. Pada
pemakaian luar dilakukan dengan menyediakan sebanyak lima lembar daun singkong, 15
gram jahe merah, dan kapur sirih secukupnya, dihaluskan dan ditambahkan air secukupnya.
Setelah di aduk, ramuan dioleskan pada bagian tubuh yang sakit. Namun pada pemakaian
dalam dapat dilakukan dengan menyiapkan 100 gram batang singkong , satu batang sereh,
dan 15 gram jahe direbus dengan 1.000 cc air hingga tersisa 400 cc. lalu disaring dan
diminum airnya sebanyak 200 cc. dan dilakukan dua kali sehari.
Adapun pengobatan alternative lainnya yaitu untuk obat demam, yaitu dengan daun singkong
tersebut di tumbuk, lalu digunakan untuk mengkompres. Untuk mengatasi luka bernanah yaitu
dengan menumbuk batang singkong lalu ditempelkan pada bagian tubuh yang sakit.
Namun ada pula digunakan sebagai obat luka garukan, yaitu dengan singkong diparut lalu
ditempelkan pada bagian yang sakit dan diperban. Pada luka karena terkena benda panas,
singkong diparut lalu diperas dan sari patinya dioleskan pada bagian yang terluka.
Mengatasi diare, daun singkong direbus. Lalu disaring dan diminum airnya. Obat cacingan, 60
gram kulit batang singkong dan 30 gram daun ketepeng cina direbus dengan 600 cc air
hingga tersisa 300 cc. Lalu disaring dan diminum airnya menjelang tidur. Mengatasi beri-beri,
200 gram daun singkong dimakan sebagai lalap.Untuk meningkatkan stamina, 100 gram
singkong, 25 gram kencur, dan lima butir angco yang telah dibuang bijinya, diblender dengan
menambahkan air secukupnya. Lalu tambahkan madu dan diminum.

Anda mungkin juga menyukai