PENDIDIKAN KESEHATAN
DAN ILMU PERILAKU
(Dalam Kesehatan Masyarakat)
A. Kesehatan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, sehat adalah keadaan baik seluruh badan
serta bagian bagiannya (bebas dari rasa sakit); waras. Sedangkan menurut World
Health Organization, kesehatan merupakan suatu keadaan yang sempurna baik
fisik, mental dan sosial tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan. Undangundang Kesehatan No. 36 Tahun 2009 memberikan batasan bahwa kesehatan
merupakan keadaan sejahtera baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial
yang memungkingkan seseorang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
Batasan ini berangkat dari batasan kesehatan menurut World Health Organization
(WHO), yang mengatakan bahwa kesehatan adalah suatu keadaan yang sempurna
baik fisik, mental dan sosial tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan.
Berdasarkan batasan kesehatan menurut Undang-undang Kesehatan No. 36 Tahun
2009, kesehatan tidak hanya mencakup aspek fisik, mental,
spritual dan sosial tetapi juga melihat dari aspek ekonomi. Hal ini berarti bahwa
kesehatan sesorang juga dinilai dari produktifitasnya baik secara ekonomi
(pekerjaan yang menghasilkan nilai ekonomis) maupun secara sosial (kegiatan yang
memberikan manfaat sosial bagi diri dan orang lain).
Keempat dimensi kesehatan tersebut (fisik, mental, spritual dan sosial) saling
mempengaruh dalam mewujudkan tingka kesehatanindividu, kelompok, atau
masyarakat. Sehingga kesehatan itu tidak hanya dinilai dari satu atau dua aspek,
tapi melihat secara menyeluh dari semua aspek (holistik). Wujud dari masingmasing aspek tersebut dalam kesehatan seseorang antara lain sebagai berikut :
1. Kesehatan fisik (badan) terwujud apabila seseorang tidak merasakan sakit,
dimana fungsi fisiologis tubuh berfungsi sebagaimana mestinya.
2. Kesehatan mental (jiwa) mencakup dua komponen utama yakni pikiran dan
emosional. Pikiran sehat tercermin dari cara berpikir seseorang secara logis (masuk
akal). Emosional yang sehat tercermin dari kemampuan seseorang untuk
mengekspresikan emosinya semisal takut, gembira, sedih, khawatir, dll.
3. Kesehatan spiritual tercermin dari cara seseorang dalam mengekspresikan rasa
syukur dan ibadahnya terhadap sang pencipta alam beserta isinya. Atau dengan
kata lain, sehat secara spiritual dapat dilihat dari praktek keagamaan atau
kepercayaannya.
Public Health
Individu
Sasaran
Masyarakat
Pelayanan
Kesehatan
Angka Kematian
Indikator
Angka Kesakitan
Tidak cacat
Sembuh dari penyakit,
Kesehatan pulih
kembali
Output/Keberhasila
n
Kesejahteraan
masyarakat meningkat
Perilaku
Keturunan
Lingkungan
Pelayanan Kesehatan
Status Kesh
Keturunan
Lingkungan
Perilaku
Proses Perubahan
Predisposisi ; Pengetahuan, sikap, nilai, kebiasaan)
Enabling ; sarana & sumber daya
Reinforcing ; Sikap & perilaku petugas
Penyuluhan
Pemberdayaan
Masyarakat
Pelatihan
Pendidikan/Promosi Kesehatan
merokok, minum minuman keras, ibu hamil yang tidak memeriksakan kehamilannya
pada petugas kesehatan, termasuk bermalasan-malasan juga merupakan salah satu
perilaku yang harus diubah, dan sebagainya.
2. Pembinaan Perilaku ; Pembinaan ini ditujukan kepada perilaku individu, keluarga
dan masyarakat yang sudah sehat agar dipertahankan. Misalnya olahraga teratur,
makan dengan menu seimbang, membuang sampah pada tempatnya, dan
sebagainya.
3. Pengembangan Perilaku ; pengembangan perilaku sehat ditujukan membiasakan
hidup sehat pada usia dini. Misalnya membiasakan anak untuk mencuci angan
sebelum makan dan setelah melakukan aktifitas fisik, mengosok gigi dan mandi
secara teratur, dan sebagainya.
Dari uraian diatas, secara konsep pendidikan kesehatan merupakan upaya untuk
mempengaruhi individu, keluarga dan masyarakat agar melaksanakan perilaku
hidup bersih dan sehat. Sedangkan secara operasional pendidikan kesehatan
adalah upaya untuk memberikan dan atau meningkatkan pengetahuan
(knowledge), sikap (attitude) dan keterampilan (psikomotorik) kepada individu,
keluarga dan masyarakat dalam meningkatkan dan memelihata kesehatannya
secara mandiri.
Dalam pelaksanaan pendidikan kesehatan selama bertahun-tahun, mengalami
beberapa kendala dalam mengintervensi faktor perilaku. Hambatan yang paling
dirasakan adalah upaya intervensi pada faktor pendukung dari perilaku itu
sendiri (enabling factor) antara lain penyediaan sarana dan prasarana sebagai
konsekuensi dari upaya perubahan perilaku. Maka dari itu dilakukanlah upaya
promosi kesehatan yang merupakan revitalisasi dari pendidikan kesehatan masa
lampau, dimana dalam promosi kesehatan bukan hanya proses pemberian dan/atau
peningkatan pengetahuan, pemahaman dan kesadaran akan kesehatan saja, tetapi
juga disertai upaya-upaya memfasilitasi perubahan perilaku tersebut dalam bentuk
penyediaan sarana dan prasarana.
WHO merumuskan bahwa Health promotion is the process of enabling people to
control over and improve their health. To reach a state of complete physical,
mental, and social well-being, and individual or group must be able to identify and
realize aspiration, to satisfy needs, and to charge or cope with the environment
(Ottawa Charter, 1986). Atau Promosi kesehatan merupakan proses untuk
meningkatkan kemampuan orang (individu dan masyarakat) untuk
mengontrol/memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Selain itu untuk
mencapai keadaan yang sejahtera (fisik, mental, dan sosial), maka
individu/masyarakat harus mampu mengidentifikasi dan mewujudkan aspirasi untuk
memenuhi kebutuhan dan mengatasi lingkungannya (Piagam Ottawa, 1986).
Hal ini berarti bahwa promosi kesehatan tidak hanya berkonsentrasi pada
peningkatan pengetahuan, sikap dan keterampilan saja tetapi lebih dari itu promosi