Anda di halaman 1dari 11

Jatuh adalah suatu kejadian yang di laporkan penderita atau saksi mata ,yang

melibatkan seseorang mendadak terbaring/terduduk di lantai /tempat yang lebih


rendah atau tanpa kehilangan kesadaran atau luka (Reuben)
Jatuh sering terjadi atau dialami oleh usia lanjut .Banyak faktor berperan di
dalamnya ,kelemahan otot ekstremitas bawah kekakuan sendi ,sinkope dan dizzines
,serta faktor ekstrinsik sertai lantai yang licin dan tidak rata tersandung bendabenda ,pengelihatan kurang terang dan sebagainya.
Tidak mengejutkan bahwa jatuh merupakan kejadian yang mempercepat patah
tulang pada orang dengan kepadatan mineral tulang {Bone Mineral Density(BMD)}
rendah. Jatuh dapat dicegah sehingga akan mengurangi risiko patah tulang. Jatuh
adalah penyebab terbesar untuk patah tulang pinggul dan berkaitan dengan
meningkatnya risiko yang berarti terhadap berbagai patah tulang meliputi
punggung, pergelangan tangan, pinggul, lengan bagian atas.Jatuh dapat
disebabkan oleh banyak faktor, sehingga strategi pencegahan harus meliputi
berbagai komponen agar sukses. Aktivitas fisik meliputi pola gerakan yang beragam
seperti latihan kekuatan atau kelas aerobik dapat meningkatkan massa tulang
sehingga tulang lebih padat dan dapat menurunkan risiko jatuh. Mengurangi Risiko
JatuhBanyak hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko jatuh dan
meminimalisir dampak dari jatuh yang terjadi. Pedoman yang dikeluarkan oleh
American Geriatrics Society, British Geriatrics Society, dan American Academy of
Orthopedi Surgeons pada pencegahan jatuh meliputi beberapa rekomendasi untuk
orang tua (AGS et al.2001)
Faktor faktor lingkungan yang sering dihubungan dengan kecelakaan
pada lansia Faktor penyebab jatuh pada lansia dapat dibagi dalam 2 golongan
besar, yaitu:

Faktor Intrinsik

Faktor instrinsik dapat disebabkan oleh proses penuaan dan berbagai penyakit
sepertiStroke dan TIA yang mengakibatkan kelemahan tubuh sesisi , Parkinson yang
mengakibatkan kekakuan alat gerak, maupun Depresi yang menyebabkan lansia
tidak terlalu perhatian saat berjalan . Gangguan penglihatan pun seperti misalnya
katarak meningkatkan risiko jatuh pada lansia. Gangguan sistem kardiovaskuler
akan menyebabkan syncope, syncope lah yang sering menyebabkan jatuh pada
lansia.Jatuh dapat juga disebabkan oleh dehidrasi. Dehidrasi bisa disebabkan oleh
diare, demam, asupan cairan yang kurang atau penggunaan diuretik yang
berlebihan.

Ekstrinsik

Alat-alat atau perlengkapan rumah tangga yang sudah tua atau tergeletak di
bawah,tempat tidur tidak stabil atau kamar mandi yang rendah dan tempat
berpegangan yang tidak kuat atau tidak mudah dipegang, lantai tidak datar, licin

atau menurun, karpet yang tidak dilem dengan baik, keset yang tebal/menekuk
pinggirnya, dan benda-benda alas lantai yang licin atau mudah tergeser,lantai licin
atau basah, penerangan yang tidak baik (kurang atau menyilaukan), alat bantu
jalan yang tidak tepat ukuran, berat, maupun cara penggunaannya.
B. PENCEGAHAN
Pencegahan dilakukan berdasar atas faktor resiko apa yang dapat menyebabkan
jatuh seperti faktor neuromuskular, muskuloskeletal, penyakit yang sedang diderita,
pengobatan yang sedang dijalani, gangguan keseimbangan dan gaya berjalan,
gangguan visual, ataupun faktor lingkungan.dibawah ini akan di uraikan beberapa
metode pencegahan jatuh pada orang tua :
1. Latihan fisik
Latihan fisik diharapkan mengurangi resiko jatuh dengan meningkatkan kekuatan
tungkai dan tangan, memperbaiki keseimbangan, koordinasi, dan meningkatkan
reaksi terhadap bahaya lingkungan, latihan fisik juga bisa mengurangi kebutuhan
obat-obatan sedatif. Latihan fisik yang dianjurkan yang melatih kekuatan tungkai,
tidak terlalu berat dan semampunya, salah satunya adalah berjalan kaki.(1,4,5,6)
2. Managemen obat-obatan
Gunakan dosis terkecil yang efektif dan spesifik di antara:
1. Perhatikan terhadap efek samping dan interaksi obat
2. Gunakan alat bantu berjalan jika memang di perlukan selama pengobatan
3. Kurangi pemberian obat-obatan yang sifatnya untuk waktu lama terutama
sedatif dan tranquilisers
4. Hindari pemberian obat multiple (lebih dari empat macam) kecuali atas
indikasi klinis kuat
5. Menghentikan obat yang tidak terlalu diperlukan
3. Modifikasi lingkungan
Atur suhu ruangan supaya tidak terlalu panas atau dingin untuk menghindari pusing
akibat suhu di antara:
1. Taruhlah barang-barang yang memang seringkali diperlukan berada dalam
jangkauan tanpa harus berjalan dulu
2. Gunakan karpet antislip di kamar mandi.
3. Perhatikan kualitas penerangan di rumah.

4. Jangan sampai ada kabel listrik pada lantai yang biasa untuk melintas.
5. Pasang pegangan tangan pada tangga, bila perlu pasang lampu tambahan
untuk daerah tangga.
6. Singkirkan barang-barang yang bisa membuat terpeleset dari jalan yang
biasa untuk melintas.
7. Gunakan lantai yang tidak licin.
8. Atur letak furnitur supaya jalan untuk melintas mudah, menghindari
tersandung.
9. Pasang pegangan tangan ditempat yang di perlukan seperti misalnya di
kamar mandi.
4. memperbaiki kebiasaan pasien lansia misalnya :
1. Berdiri dari posisi duduk atau jangkok jangan terlalu cepat.
2. Jangan mengangkat barang yang berat sekaligus.
3. Mengambil barang dengan cara yang benar dari lantai.
4. Hindari olahraga berlebihan.
5. 5. Alas kaki
Perhatikan pada saat orang tua memakai alas kaki:
1. Hindari sepatu berhak tinggi, pakai sepatu berhak lebar
2. Jangan berjalan hanya dengan kaus kaki karena sulit untuk menjaga
keseimbangan
3. Pakai sepatu yang antislip
6. Alat bantu jalan
Terapi untuk pasien dengan gangguan berjalan dan keseimbangan difokuskan untuk
mengatasi atau mengeliminasi penyebabnya atau faktor yang mendasarinya.
1. Penggunaannya alat bantu jalan memang membantu meingkatkan
keseimbangan, namun di sisi lain menyebabkan langkah yang terputus dan
kecenderungan tubuh untuk membungkuk, terlebih jika alat bantu tidak
menggunakan roda., karena itu penggunaan alat bantu ini haruslah
direkomendasikan secara individual.
2. Apabila pada lansia yang kasus gangguan berjalannya tidak dapat ditangani
dengan obat-obatan maupun pembedahan. Oleh karena itu, penanganannya

adalah dengan alat bantu jalan seperti cane (tongkat), crutch (tongkat ketiak)
dan walker. (Jika hanya 1 ekstremitas atas yang digunakan, pasien dianjurkan
pakai cane. Pemilihan cane type apa yang digunakan, ditentukan oleh
kebutuhan dan frekuensi menunjang berat badan. Jika ke-2 ekstremitas atas
diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan dan tidak perlu menunjang
berat badan, alat yang paling cocok adalah four-wheeled walker. Jika kedua
ekstremitas atas diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan dan
menunjang berat badan, maka pemilihan alat ditentukan oleh frekuensi yang
diperlukan dalam menunjang berat badan.
7. Periksa fungsi penglihatan dan pendengaran.
8. Hip protektor : terbukti mengurangi resiko fraktur pelvis.
9. Memelihara kekuatan tulang
1. Suplemen nutrisi terutama kalsium dan vitamin D terbukti meningkatkan
densitas tulang dan mengurangi resiko fraktur akibat terjatuh pada orang tua
2. Berhenti merokok
3. Hindari konsumsi alkohol
4. Latihan fisik
5. Anti-resorbsi seperti biophosphonates dan modulator reseptor estrogen
6. Suplementasi hormon estrogen / terapi hormon pengganti.
C. PENGKAJIAN
Pengkajian klien dengan resiko injuri meliputi: pengkajian resiko (Risk assessment
tools) dan adanya bahaya dilingkungan klien (home hazards appraisal). Pengkajian
Resiko
a) Jatuh
Usia klien lebih dari 65 tahun
Riwayat jatuh di rumah atau RS
Mengalami gangguan penglihatan atau pendengaran
Kesulitan berjalan atau gangguan mobilitas
Menggunakan alat bantu (tongkat, kursi roda, dll)
Penurunan status mental (disorientasi, penurunan daya ingat)
Mendapatkan obat tertentu (sedatif, hypnotik, tranquilizers, analgesics, diuretics,
or laxatives)
b) Riwayat kecelakaan

Beberapa orang memiliki kecenderungan mengalami kecelakaan berulang, oleh


karena itu riwayat sebelumnya perlu dikaji untuk memprediksi kemungkinan
kecelakaan itu terulang kembali
c) Keracunan
Beberapa anak dan orang tua sangat beresiko tinggi terhadap keracunan.
Pengkajian meliputi seluruh aspek pengetahuan keluarga tentang resiko bahaya
keracunan dan upaya pencegahannya.
d) Kebakaran
Beberapa penyebab kebakaran dirumah perlu ditanyakan tentang sejauh mana
klien mengantisipasi resiko terjadi kebakaran, termasuk pengetahuan klien dan
keluarga tentang upaya proteksi dari bahaya kecelakaan akibat api.
e) Pengkajian Bahaya
Meliputi mengkaji keadaan: lantai, peralatan rumah tangga, kamar mandi, dapur,
kamar tidur, pelindung kebakaran, zat-zat berbahaya, listrik, dll apakah dalam
keadaan aman atau dapat mengakibatkan kecelakaan.
f) Keamanan (spesifik pada lansia di rumah)
Gangguan keamanan berupa jatuh di rumah pada lansia memiliki insidensi yang
cukup tinggi, banyak diantara lansia tersebut yang akhirnya cedera berat bahkan
meninggal. Bahaya yang menyebabkan jatuh cenderung mudah dilihat tetapi sulit
untuk diperbaiki, oleh karena itu diperlukan pengkajian yang spesifik tentang
keadaan rumah yang terstuktur. Contoh pengkajian checklist pencegahan jatuh
pada lansia yang dikeluarkan oleh Departemen kesehatan dan pelayanan
masyarakat Amerika.
D. DIAGNOSA

Diagnosa umum sering muncul pada kasus keamanan fisik menurut NANDA
adalah

Resiko tinggi terjadinya cedera (High risk for injury). Seorang klien dikatakan
mengalami masalah keperawatan resiko tinggi terjadinya cidera bila kondisi
lingkungan dan adaptasi atau pertahanan seseorang beresiko menimbulkan cedera.
Resiko terjadinya keracunan: adanya resiko terjadinya kecelakaan akivat
terpapar, atau tertelannya obat atau zat berbahaya dalam dosis yang dapat
menyebabkan keracunan.
Resiko terjadinya sufokasi: adanya resiko kecelakaan yang menyebabkan tidak
adekuatnya udara untuk proses bernafas.

Resiko terjadinya trauma: adanya resiko yang menyebabkan cedera pada


jaringan (ms. Luka, luka bakar, atau fraktur).

Respon alergi lateks: respon alergi terhadap produk yang terbuat dari lateks.

Resiko respon alergi lateks: kondisi beresiko terhadap respon alergi terhadap
produk yang terbuat dari lateks.
Resiko terjadinya aspirasi: klien beresiko akan masuknya sekresi
gastrointestinal, sekresi orofaringeal, benda padat atau cairan kedalam saluran
pernafasan.
Resiko terjadinya sindrom disuse (gejala yang tidak diinginkan): klien beresiko
terhadap kerusakan sistem tubuh akibat inaktifitas sistem muskuloskeletal yang
direncanakan atau tidak dapat dihindari.
Contoh kasus:
Tn. ED, 70 tahun tinggal seorang diri dirumahnya. Klien memiliki riwayat glaukoma
sehingga klien harus menggunakan obat tetes mata dua kali sehari. Klien
mengatakan sulit memfokuskan penglihatan, kehilangan penglihatan sebelah, dan
tidak bisa melihat dalam gelap.

Diagnosa yang muncul adalah:

Resiko tinggi cedera: jatuh berhubungan dengan penurunan sensori (tidak


mampu melihat)
E. PERENCANAAN
Secara umum rencana asuhan keperawatan harus mencakup dua aspek yaitu:
Pendidikan kesehatan tentang tindakan pencegahan dan memodifikasi lingkungan
agar lebih aman.
1. Contoh rencana asuhan keperawatan: (sesuai kasus pada bagian E)
Diagnosa: Resiko tinggi cedera: jatuh berhubungan dengan penurunan
sensori (tidak mampu melihat)
Tujuan: Klien memperlihatkan upaya menghindari cedera (jatuh) atau cidera
(jatuh) tidak terjadi
Kriteria hasil: Setelah dilakukan tindakan keperawatan berupa modifikasi
lingkungan dan pendidikan kesehatan dalam 1 hari kunjungan diharapkan
Klien mampu:
1. Mengidentifikasi bahaya lingkungan yang dapat meningkatkan
kemungkinancidera
2. Mengidentifikasi tindakan preventif atas bahaya tertentu,
3. Melaporkan penggunaan cara yang tepat dalam melindungi diri dari cidera.

F. INTERVENSI
1. Kaji ulang adanya faktor-faktor resiko jatuh pada klien.
2. Tulis dan laporkan adanya faktor-faktor resiko
3. Lakukan modifikasi lingkungan agar lebih aman (memasang pinggiran tempat
tidur, dll) sesuai hasil pengkajian bahaya jatuh pada poin 1
4. Monitor klien secara berkala terutama 3 hari pertama kunjungan rumah
5. Ajarkan klien tentang upaya pencegahan cidera (menggunakan
pencahayaanyang baik, memasang penghalang tempat tidur, menempatkan benda
berbahayaditempat yang aman)
6. Kolaborasi dengan dokter untuk penatalaksanaan glaukoma dan gangguan
penglihatannya, serta pekerja sosial untuk pemantauan secara berkala.
Secara umum kriteria hasil paling penting pada kasus resiko tinggi cidera adalah
membantu klien untuk mengidentifikasi bahaya, dan mampu melakukan tindakan
menjaga keamanan. Kriteria hasil yang lebih spesifik diantaranya Klien mampu:
mengidentifikasi bahaya lingkungan yang dapat meningkatkan kemungkinan cidera,
mengidentifikasi tindakan preventif atas bahaya tertentu, melaporkan penggunaan
cara yang tepat dalam melindungi diri dari cidera.
G. IMPLEMENTASI
Rencana tindakan lain dapat dilihat pada poin G (Implementasi).
Implementasi berikut bersifat spesifik untuk beberapa bahaya tertentu (tidak
berhubungan dengan kasus):
1. Meningkatkan keamanan sepanjang hayat manusia
Memastikan keamanan klien pada semua usia berfokus pada: obsevasi atau prediksi
situasi yang mungkin membahayakan sehingga dapat dihindari dan memberikan
pendidikan kesehatan yang memberikan kekuatan bagi klien untuk menjaga dirinya
dan keluarganya dari cedera secara mandiri. Aspek pendidikan kesehatan yang
lebih spesifik sesuai rentang usia klien dapat anda lihat pada Kozier, 2004: 674-675.
2. Mempertahankan kondisi aman dari api dan kebakaran
Upaya pencegahan yang bisa dilakukan perawat adalah memastikan bahwa ketiga
elemen tersebut dapat dihilangkan. Jika kebakaran sudah terjadi ada dua tujuan
yang harus dicapai yaitu: melindungi klien dari cedera dan membatasi serta
memadakan api.

Di pusat pelayanan kesehatan


Upaya pencegahan: Memastikan nomor telpon darurat ada disemua pesawat,
Mengatur situasi sehingga alat-alat atau benda-benda yang tidak perlu tidak berada
di lorong jalan, Menempatkan prosedur evakuasi dan penanganan kebakaran
disemua tempat, Mengorientasikan seluruh karyawan tentang jenis-jenis kebakaran
dan penanganannya.
Jika kebakaran terjadi: Mengevakuasi klien kearea yang aman, aktifkan alarm, jika
api kecil lakukan pemadaman dengan alat pemadam yang ada, tutup pintu dan
jendela jika perlu ketahui derajat kebakaran untuk menentukan jenis pemadam
yang tepat.
3. Mencegah terjadinya jatuh pada klien
Orientasikan klien pada saat masuk rumah sakit dan jelaskan sistem komunikasi
yang
ada
Hati-hati saat mengkaji klien dengan keterbatasan gerak
Supervisi ketat pada awal klien dirawat terutama malam hari
Anjurkan klien menggunakan bel bila membutuhkan bantuan
Berikan alas kaki yang tidak licin
Berikan pencahayaan yang adekuat
Pasang pengaman tempat tidur terutama pada klien dengan penurunan kesadaran
dan
gangguan mobilitas
Jaga lantai kamar mandi agar tidak licin
Lengkapnya bisa dilihat pada Kozier, 2004:679
4. Melakukan tindakan pengamanan pada klien kejang:
Pasang pengaman tempat tidur dengan dilapisi kain tebal (mencegah nyeri
saat terbentur)
Pasang spatel lidah untuk mencegah terhambatnya aliran udara
Longgarkan baju dan ikatan leher (kerah baju)
Kolaborasi pemberian obat antikonvulsi.
Berikan masker oksigen jika diperlukan
5. Memberikan pertolongan bila terjadi keracunan
Perawat dapat memberikan pendidikan kesehatan pada masyarakat bila terjadi
keracunan melalui identifikasi adanya zat-zat beracun dirumah yang terkonsumsi,
segera laporkan ke institusi kesehatan terdekat serta menyebutkan nama dan
gejala yang dialami klien, jaga klien pada posisi tenang ke satu sisi atau dengan
kepala ditempatkan diantara kedua kaki untuk mencegah aspirasi.

6. Memberikan pertolongan bagi klien yang terkena sengatan listrik


Jika seseorang terkena macroshock (sengatan listrik yang cukup besar) jangan
sentuh klien tersebut sampai pusat listrik dimatikan dan klien aman dari arus listrik.
Macroshock sangat berbahaya karena dapat menyebabkan luka bakar, kontraksi
otot, dan henti nafas serta henti jantung. Untuk mencegah macroshock gunakan
mesin/alat listrik yang berfungsi dengan baik, pakai sepatu dengan alas karet,
berdirilah diatas lantai nonkonduktif, dan gunakan sarung tangan non konduktif.
7. Melakukan penanganan bagi klien yang terpapar kebisingan
Kebisingan memiliki efek psikososial dan efek fisiologis. Efek psikososial seperti rasa
jengkel, tidur dan istirahat terganggu, serta gangguan konsentrasi dan pola
komunikasi. Efek fisiologis meliputi peningkatan nadi dan respirasi, peningkatan
aktifitas otot, mual, dan kehilangan pendengaran jika intensitas suara tepat.
Kebisingan dapat diminimalisir dengan memasang genting, dinding, dan lantai yang
kedap suara; memasang gorden; memasang karpet; atau memutar background
music.
8. Melakukan Heimlich maneuver pada klien yang mengalami tersedak.
9. Melakukan perlindungan terhadap radiasi
Tingkat bahaya radiasi tergantung dari: lamanya, kedekatan dengan sumber
radioaktif, dan pelindung yang digunakan selama terpapar radiasi. Upaya yang
harus dilakukan oleh perawat dalam hal ini adalah memakai baju khusus, memakai
sarung tangan, mencuci tangan sebelum dan sesudah memakai sarung tangan, dan
membuang semua benda yang terkontaminasi.
10. Melakukan pemasangan restrain pada klien
Restrain adalah alat atau tindakan pelindung untuk membatasi gerakan/aktifitas
fisik klien atau bagian tubuh klien. Restrain diklasifikasikan menjadi fisikal(physical)
dan kemikal(chemical) restrain. Fisikal restrain adalah restrain dengan metode
manual atau alat bantu mekanik, atau lat-alat yang dipasang pada tubuh klien
sehingga klien tidak dapat bergerak dengan mudah dan terbatas gerakannya.
Kemikal restrain adalah restrain dalam bentuk zat kimia neuroleptics, anxioulytics,
sedatif, dan psikotropika yang digunakan untuk mengontrol tingkahlaku sosial yang
merusak.
Restrain sebaiknya dihindari sebab berbagai komplikasi sering dikeluhkan akibat
pemasangan restrain. Komplikasi fisik diantaranya luka tekan, retensi urin,
inkontinensia, dan sulit BAB, bahkan kematian pun dilaporkan. Komplikasi
psikologisnya adalah penurunan harga diri, bingung, pelupa, depresi, takut, dan
marah. Restrain hendaknya digunakan sebagai alternatif terakhir. Bila dilakukan
maka haruslah (a) dibawah pengawasan dokter dengan perintah tertulis, apa
penyebabnya, dan untuk berapa lama (b) klien setuju dengan tindakan tersebut.

Implikasi legal pemasangan restrain


Untuk melindungi klien dan mencegah masalah legal, perawat perlu mengikuti
aturan berikut:
1. Perhatikan panduan tiap-tiap restrain yang akan digunakan
2. Gunakan restrain hanya bila dibutuhkan untuk kesehatan dan keselamatan klien
3. Jika dilakukan pemasangan restrain, dokumentasikan: penyebab, tipe, informed
consent yang diberikan, respon klien, waktu pemasangan dan pelepasan, asuhan
keperawatan yang diberikan, tanda-tangan dokter dan perawat
4. Lakukan evaluasi secara periodik
Memilih restrain
Dalam memilih restrain perlu memenuhi lima kriteria berikut:
1. Membatasi gerak klien sesedikit mungkin
2. Paling masuk akal/bisa diterima oleh klien dan keluarga
3. Tidak mempengaruhi proses perawatan klien
4. Mudah dilepas/diganti
5. Aman untuk klien
Macam-macam restrain
1. limb restraints (restrain pergelangan tangan), elbow restraints (khusus untuk
daerah sikut)
2. mummy restraints (pada bayi), crib nets (box bayi dengan penghalang)
3. Jacket restraints (jaket),
4. belt restraints (sabuk),
5. mitt or hand restraints (restrain tangan),
H.

EVALUASI

Melalui data yang dikumpulkan selama pemberian asuhan keperawatan perawat


dapat menilai apakah tujuan asuhan telah tercapai. Jika belum tercapai maka
perawat perlu melakukan eksplorasi penyebabnya. Diantaranya perawat dapat
menanyakan beberapa hal berikut pada klien:
Sudahkan anda melakukan semua tindakan pencegahan?
Tindakan pencegahan apa yang klien tahu?
Apakah klien menyetujui semua tindakan pencegahan yang diajarkan?
Sudahkah perawat menulis dan mengimplementasikan rencana pendidikan
kesehatan pada klien?
I. KESIMPULAN
Jatuh merupakan salah satu geriatric giant,sering terjadi pada usia lanjut ,penyebab
tersering adalah masalah di dalam dirinya sendiri (ganaauan
gait,sensorik,kognitif,sistem syaraf pusat)di dukung oleh keadaan lingkungan

rumahnya yang berbahaya (alat rumah tangga yang yua/tidak stabil,lantai yang
licin dan tidak rata,dan lain-lain )
Jatuh sering mengakibatkan mengakibatkan komplikasi dari yang paling ringan
berubah memar dan keseleo sampai dengan patah tulang bahkan kematian , oleh
karena itu harus di cegah agar jatuh tidak terjadi berulang-ulang ,dengan cara
identifikasi faktor resiko ,penilaian keseimbangan dan gaya berjalan ,serta
mengatur / mengatasi faktor situasional
Pada prinsipnya mencegah terjadinya jatuh pada usia lanjutsangat penting dan
lebih utama dari pada mengobati akibatnya .
DAFTAR PUSTAKA
Craven & Hinrle. (2000). Pain perception and Management.
Fundamentals of nursing: Human health and function (3rd ed.). Philadelphia:
Lippincott.
Kozier & Erb. (2004). Pain Management.
Fundamentals of nursing: Concepts, process, and practice (7th ed.). New Jersey:
Pearson prentice hall.
Taylor, Lillis, & Le Mone. (1997). Comfort.
Fundamentals of nursing: The art & Science of nursing care (3rd ed.). Philadelphia:
Lippincott.
Wilkinson,J.M. (2000). Nursing diagnosis handbook with NIC interventions and NOC
outcomes (7th ed.). Upper Saddle River, NJ: Prentice Hall Health
http://.en.wikipedia.org/wiki/safety
www.nmsu.edu/safety/program-link.htm
http://wps.prenhall.com/chet_kozier_fundamentals_7/0,7865,764086-,00.html
TGS GERONTIK IIS CHOLILAH(07 40 71).doc

Anda mungkin juga menyukai