Faktor Intrinsik
Faktor instrinsik dapat disebabkan oleh proses penuaan dan berbagai penyakit
sepertiStroke dan TIA yang mengakibatkan kelemahan tubuh sesisi , Parkinson yang
mengakibatkan kekakuan alat gerak, maupun Depresi yang menyebabkan lansia
tidak terlalu perhatian saat berjalan . Gangguan penglihatan pun seperti misalnya
katarak meningkatkan risiko jatuh pada lansia. Gangguan sistem kardiovaskuler
akan menyebabkan syncope, syncope lah yang sering menyebabkan jatuh pada
lansia.Jatuh dapat juga disebabkan oleh dehidrasi. Dehidrasi bisa disebabkan oleh
diare, demam, asupan cairan yang kurang atau penggunaan diuretik yang
berlebihan.
Ekstrinsik
Alat-alat atau perlengkapan rumah tangga yang sudah tua atau tergeletak di
bawah,tempat tidur tidak stabil atau kamar mandi yang rendah dan tempat
berpegangan yang tidak kuat atau tidak mudah dipegang, lantai tidak datar, licin
atau menurun, karpet yang tidak dilem dengan baik, keset yang tebal/menekuk
pinggirnya, dan benda-benda alas lantai yang licin atau mudah tergeser,lantai licin
atau basah, penerangan yang tidak baik (kurang atau menyilaukan), alat bantu
jalan yang tidak tepat ukuran, berat, maupun cara penggunaannya.
B. PENCEGAHAN
Pencegahan dilakukan berdasar atas faktor resiko apa yang dapat menyebabkan
jatuh seperti faktor neuromuskular, muskuloskeletal, penyakit yang sedang diderita,
pengobatan yang sedang dijalani, gangguan keseimbangan dan gaya berjalan,
gangguan visual, ataupun faktor lingkungan.dibawah ini akan di uraikan beberapa
metode pencegahan jatuh pada orang tua :
1. Latihan fisik
Latihan fisik diharapkan mengurangi resiko jatuh dengan meningkatkan kekuatan
tungkai dan tangan, memperbaiki keseimbangan, koordinasi, dan meningkatkan
reaksi terhadap bahaya lingkungan, latihan fisik juga bisa mengurangi kebutuhan
obat-obatan sedatif. Latihan fisik yang dianjurkan yang melatih kekuatan tungkai,
tidak terlalu berat dan semampunya, salah satunya adalah berjalan kaki.(1,4,5,6)
2. Managemen obat-obatan
Gunakan dosis terkecil yang efektif dan spesifik di antara:
1. Perhatikan terhadap efek samping dan interaksi obat
2. Gunakan alat bantu berjalan jika memang di perlukan selama pengobatan
3. Kurangi pemberian obat-obatan yang sifatnya untuk waktu lama terutama
sedatif dan tranquilisers
4. Hindari pemberian obat multiple (lebih dari empat macam) kecuali atas
indikasi klinis kuat
5. Menghentikan obat yang tidak terlalu diperlukan
3. Modifikasi lingkungan
Atur suhu ruangan supaya tidak terlalu panas atau dingin untuk menghindari pusing
akibat suhu di antara:
1. Taruhlah barang-barang yang memang seringkali diperlukan berada dalam
jangkauan tanpa harus berjalan dulu
2. Gunakan karpet antislip di kamar mandi.
3. Perhatikan kualitas penerangan di rumah.
4. Jangan sampai ada kabel listrik pada lantai yang biasa untuk melintas.
5. Pasang pegangan tangan pada tangga, bila perlu pasang lampu tambahan
untuk daerah tangga.
6. Singkirkan barang-barang yang bisa membuat terpeleset dari jalan yang
biasa untuk melintas.
7. Gunakan lantai yang tidak licin.
8. Atur letak furnitur supaya jalan untuk melintas mudah, menghindari
tersandung.
9. Pasang pegangan tangan ditempat yang di perlukan seperti misalnya di
kamar mandi.
4. memperbaiki kebiasaan pasien lansia misalnya :
1. Berdiri dari posisi duduk atau jangkok jangan terlalu cepat.
2. Jangan mengangkat barang yang berat sekaligus.
3. Mengambil barang dengan cara yang benar dari lantai.
4. Hindari olahraga berlebihan.
5. 5. Alas kaki
Perhatikan pada saat orang tua memakai alas kaki:
1. Hindari sepatu berhak tinggi, pakai sepatu berhak lebar
2. Jangan berjalan hanya dengan kaus kaki karena sulit untuk menjaga
keseimbangan
3. Pakai sepatu yang antislip
6. Alat bantu jalan
Terapi untuk pasien dengan gangguan berjalan dan keseimbangan difokuskan untuk
mengatasi atau mengeliminasi penyebabnya atau faktor yang mendasarinya.
1. Penggunaannya alat bantu jalan memang membantu meingkatkan
keseimbangan, namun di sisi lain menyebabkan langkah yang terputus dan
kecenderungan tubuh untuk membungkuk, terlebih jika alat bantu tidak
menggunakan roda., karena itu penggunaan alat bantu ini haruslah
direkomendasikan secara individual.
2. Apabila pada lansia yang kasus gangguan berjalannya tidak dapat ditangani
dengan obat-obatan maupun pembedahan. Oleh karena itu, penanganannya
adalah dengan alat bantu jalan seperti cane (tongkat), crutch (tongkat ketiak)
dan walker. (Jika hanya 1 ekstremitas atas yang digunakan, pasien dianjurkan
pakai cane. Pemilihan cane type apa yang digunakan, ditentukan oleh
kebutuhan dan frekuensi menunjang berat badan. Jika ke-2 ekstremitas atas
diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan dan tidak perlu menunjang
berat badan, alat yang paling cocok adalah four-wheeled walker. Jika kedua
ekstremitas atas diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan dan
menunjang berat badan, maka pemilihan alat ditentukan oleh frekuensi yang
diperlukan dalam menunjang berat badan.
7. Periksa fungsi penglihatan dan pendengaran.
8. Hip protektor : terbukti mengurangi resiko fraktur pelvis.
9. Memelihara kekuatan tulang
1. Suplemen nutrisi terutama kalsium dan vitamin D terbukti meningkatkan
densitas tulang dan mengurangi resiko fraktur akibat terjatuh pada orang tua
2. Berhenti merokok
3. Hindari konsumsi alkohol
4. Latihan fisik
5. Anti-resorbsi seperti biophosphonates dan modulator reseptor estrogen
6. Suplementasi hormon estrogen / terapi hormon pengganti.
C. PENGKAJIAN
Pengkajian klien dengan resiko injuri meliputi: pengkajian resiko (Risk assessment
tools) dan adanya bahaya dilingkungan klien (home hazards appraisal). Pengkajian
Resiko
a) Jatuh
Usia klien lebih dari 65 tahun
Riwayat jatuh di rumah atau RS
Mengalami gangguan penglihatan atau pendengaran
Kesulitan berjalan atau gangguan mobilitas
Menggunakan alat bantu (tongkat, kursi roda, dll)
Penurunan status mental (disorientasi, penurunan daya ingat)
Mendapatkan obat tertentu (sedatif, hypnotik, tranquilizers, analgesics, diuretics,
or laxatives)
b) Riwayat kecelakaan
Diagnosa umum sering muncul pada kasus keamanan fisik menurut NANDA
adalah
Resiko tinggi terjadinya cedera (High risk for injury). Seorang klien dikatakan
mengalami masalah keperawatan resiko tinggi terjadinya cidera bila kondisi
lingkungan dan adaptasi atau pertahanan seseorang beresiko menimbulkan cedera.
Resiko terjadinya keracunan: adanya resiko terjadinya kecelakaan akivat
terpapar, atau tertelannya obat atau zat berbahaya dalam dosis yang dapat
menyebabkan keracunan.
Resiko terjadinya sufokasi: adanya resiko kecelakaan yang menyebabkan tidak
adekuatnya udara untuk proses bernafas.
Respon alergi lateks: respon alergi terhadap produk yang terbuat dari lateks.
Resiko respon alergi lateks: kondisi beresiko terhadap respon alergi terhadap
produk yang terbuat dari lateks.
Resiko terjadinya aspirasi: klien beresiko akan masuknya sekresi
gastrointestinal, sekresi orofaringeal, benda padat atau cairan kedalam saluran
pernafasan.
Resiko terjadinya sindrom disuse (gejala yang tidak diinginkan): klien beresiko
terhadap kerusakan sistem tubuh akibat inaktifitas sistem muskuloskeletal yang
direncanakan atau tidak dapat dihindari.
Contoh kasus:
Tn. ED, 70 tahun tinggal seorang diri dirumahnya. Klien memiliki riwayat glaukoma
sehingga klien harus menggunakan obat tetes mata dua kali sehari. Klien
mengatakan sulit memfokuskan penglihatan, kehilangan penglihatan sebelah, dan
tidak bisa melihat dalam gelap.
F. INTERVENSI
1. Kaji ulang adanya faktor-faktor resiko jatuh pada klien.
2. Tulis dan laporkan adanya faktor-faktor resiko
3. Lakukan modifikasi lingkungan agar lebih aman (memasang pinggiran tempat
tidur, dll) sesuai hasil pengkajian bahaya jatuh pada poin 1
4. Monitor klien secara berkala terutama 3 hari pertama kunjungan rumah
5. Ajarkan klien tentang upaya pencegahan cidera (menggunakan
pencahayaanyang baik, memasang penghalang tempat tidur, menempatkan benda
berbahayaditempat yang aman)
6. Kolaborasi dengan dokter untuk penatalaksanaan glaukoma dan gangguan
penglihatannya, serta pekerja sosial untuk pemantauan secara berkala.
Secara umum kriteria hasil paling penting pada kasus resiko tinggi cidera adalah
membantu klien untuk mengidentifikasi bahaya, dan mampu melakukan tindakan
menjaga keamanan. Kriteria hasil yang lebih spesifik diantaranya Klien mampu:
mengidentifikasi bahaya lingkungan yang dapat meningkatkan kemungkinan cidera,
mengidentifikasi tindakan preventif atas bahaya tertentu, melaporkan penggunaan
cara yang tepat dalam melindungi diri dari cidera.
G. IMPLEMENTASI
Rencana tindakan lain dapat dilihat pada poin G (Implementasi).
Implementasi berikut bersifat spesifik untuk beberapa bahaya tertentu (tidak
berhubungan dengan kasus):
1. Meningkatkan keamanan sepanjang hayat manusia
Memastikan keamanan klien pada semua usia berfokus pada: obsevasi atau prediksi
situasi yang mungkin membahayakan sehingga dapat dihindari dan memberikan
pendidikan kesehatan yang memberikan kekuatan bagi klien untuk menjaga dirinya
dan keluarganya dari cedera secara mandiri. Aspek pendidikan kesehatan yang
lebih spesifik sesuai rentang usia klien dapat anda lihat pada Kozier, 2004: 674-675.
2. Mempertahankan kondisi aman dari api dan kebakaran
Upaya pencegahan yang bisa dilakukan perawat adalah memastikan bahwa ketiga
elemen tersebut dapat dihilangkan. Jika kebakaran sudah terjadi ada dua tujuan
yang harus dicapai yaitu: melindungi klien dari cedera dan membatasi serta
memadakan api.
EVALUASI
rumahnya yang berbahaya (alat rumah tangga yang yua/tidak stabil,lantai yang
licin dan tidak rata,dan lain-lain )
Jatuh sering mengakibatkan mengakibatkan komplikasi dari yang paling ringan
berubah memar dan keseleo sampai dengan patah tulang bahkan kematian , oleh
karena itu harus di cegah agar jatuh tidak terjadi berulang-ulang ,dengan cara
identifikasi faktor resiko ,penilaian keseimbangan dan gaya berjalan ,serta
mengatur / mengatasi faktor situasional
Pada prinsipnya mencegah terjadinya jatuh pada usia lanjutsangat penting dan
lebih utama dari pada mengobati akibatnya .
DAFTAR PUSTAKA
Craven & Hinrle. (2000). Pain perception and Management.
Fundamentals of nursing: Human health and function (3rd ed.). Philadelphia:
Lippincott.
Kozier & Erb. (2004). Pain Management.
Fundamentals of nursing: Concepts, process, and practice (7th ed.). New Jersey:
Pearson prentice hall.
Taylor, Lillis, & Le Mone. (1997). Comfort.
Fundamentals of nursing: The art & Science of nursing care (3rd ed.). Philadelphia:
Lippincott.
Wilkinson,J.M. (2000). Nursing diagnosis handbook with NIC interventions and NOC
outcomes (7th ed.). Upper Saddle River, NJ: Prentice Hall Health
http://.en.wikipedia.org/wiki/safety
www.nmsu.edu/safety/program-link.htm
http://wps.prenhall.com/chet_kozier_fundamentals_7/0,7865,764086-,00.html
TGS GERONTIK IIS CHOLILAH(07 40 71).doc