Anda di halaman 1dari 8

Pengkajian Dan Pencegahan Jatuh Pada Lansia

Pengkajian Dan Pencegahan Jatuh Pada Lansia A. Definisi


Jatuh adalah suatu kejadian yang di laporkan penderita atau saksi mata ,yang melibatkan seseorang mendadak terbaring/terduduk di lantai /tempat yang lebih rendah atau tanpa kehilangan kesadaran atau luka (Reuben) Jatuh sering terjadi atau dialami oleh usia lanjut .Banyak faktor berperan di dalamnya ,kelemahan otot ekstremitas bawah kekakuan sendi ,sinkope dan dizzines ,serta faktor ekstrinsik sertai lantai yang licin dan tidak rata tersandung benda-benda ,pengelihatan kurang terang dan sebagainya. Tidak mengejutkan bahwa jatuh merupakan kejadian yang mempercepat patah tulang pada orang dengan kepadatan mineral tulang {Bone Mineral Density(BMD)} rendah. Jatuh dapat dicegah sehingga akan mengurangi risiko patah tulang. Jatuh adalah penyebab terbesar untuk patah tulang pinggul dan berkaitan dengan meningkatnya risiko yang berarti terhadap berbagai patah tulang meliputi punggung, pergelangan tangan, pinggul, lengan bagian atas.Jatuh dapat disebabkan oleh banyak faktor, sehingga strategi pencegahan harus meliputi berbagai komponen agar sukses. Aktivitas fisik meliputi pola gerakan yang beragam seperti latihan kekuatan atau kelas aerobik dapat meningkatkan massa tulang sehingga tulang lebih padat dan dapat menurunkan risiko jatuh. Mengurangi Risiko JatuhBanyak hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko jatuh dan meminimalisir dampak dari jatuh yang terjadi. Pedoman yang dikeluarkan oleh American Geriatrics Society, British Geriatrics Society, dan American Academy of Orthopedi Surgeons pada pencegahan jatuh meliputi beberapa rekomendasi untuk orang tua (AGS et al.2001) Faktor faktor lingkungan yang sering dihubungan dengan kecelakaan pada lansia Faktor penyebab jatuh pada lansia dapat dibagi dalam 2 golongan besar, yaitu: a. Faktor Intrinsik Faktor instrinsik dapat disebabkan oleh proses penuaan dan berbagai penyakit sepertiStroke dan TIA yang mengakibatkan kelemahan tubuh sesisi , Parkinson yang mengakibatkan kekakuan alat gerak, maupun Depresi yang menyebabkan lansia tidak terlalu perhatian saat berjalan . Gangguan penglihatan pun seperti misalnya katarak meningkatkan risiko jatuh pada lansia. Gangguan sistem kardiovaskuler akan menyebabkan syncope, syncope lah yang sering menyebabkan jatuh pada lansia.Jatuh dapat juga disebabkan oleh dehidrasi. Dehidrasi bisa disebabkan oleh diare, demam, asupan cairan yang kurang atau penggunaan diuretik yang berlebihan. b. Ekstrinsik Alat-alat atau perlengkapan rumah tangga yang sudah tua atau tergeletak di bawah,tempat tidur tidak stabil atau kamar mandi yang rendah dan tempat berpegangan yang tidak kuat atau tidak mudah dipegang, lantai tidak datar, licin atau menurun, karpet yang tidak dilem dengan baik, keset yang tebal/menekuk pinggirnya, dan benda-benda alas lantai yang licin atau mudah tergeser,lantai licin atau basah, penerangan yang tidak baik (kurang atau menyilaukan), alat bantu jalan yang tidak tepat ukuran, berat, maupun cara penggunaannya.

B. Pencegahan Pencegahan dilakukan berdasar atas faktor resiko apa yang dapat menyebabkan jatuh seperti faktor neuromuskular, muskuloskeletal, penyakit yang sedang diderita, pengobatan yang sedang dijalani, gangguan keseimbangan dan gaya berjalan, gangguan visual, ataupun faktor lingkungan.dibawah ini akan di uraikan beberapa metode pencegahan jatuh pada orang tua : 1. Latihan fisik Latihan fisik diharapkan mengurangi resiko jatuh dengan meningkatkan kekuatan tungkai dan tangan, memperbaiki keseimbangan, koordinasi, dan meningkatkan reaksi terhadap bahaya lingkungan, latihan fisik juga bisa mengurangi kebutuhan obat-obatan sedatif. Latihan fisik yang dianjurkan yang melatih kekuatan tungkai, tidak terlalu berat dan semampunya, salah satunya adalah berjalan kaki.(1,4,5,6) 2. Managemen obat-obatan Gunakan dosis terkecil yang efektif dan spesifik di antara: a. Perhatikan terhadap efek samping dan interaksi obat b. Gunakan alat bantu berjalan jika memang di perlukan selama pengobatan c. Kurangi pemberian obat-obatan yang sifatnya untuk waktu lama terutama sedatif dan tranquilisers d. Hindari pemberian obat multiple (lebih dari empat macam) kecuali atas indikasi klinis kuat e. Menghentikan obat yang tidak terlalu diperlukan 3. Modifikasi lingkungan Atur suhu ruangan supaya tidak terlalu panas atau dingin untuk menghindari pusing akibat suhu di antara: a. Taruhlah barang-barang yang memang seringkali diperlukan berada dalam jangkauan tanpa harus berjalan dulu b. Gunakan karpet antislip di kamar mandi. c. Perhatikan kualitas penerangan di rumah. d. Jangan sampai ada kabel listrik pada lantai yang biasa untuk melintas. e. Pasang pegangan tangan pada tangga, bila perlu pasang lampu tambahan untuk daerah tangga. f. Singkirkan barang-barang yang bisa membuat terpeleset dari jalan yang biasa untuk melintas. g. Gunakan lantai yang tidak licin. h. Atur letak furnitur supaya jalan untuk melintas mudah, menghindari tersandung. i. Pasang pegangan tangan ditempat yang di perlukan seperti misalnya di kamar mandi. 4. memperbaiki kebiasaan pasien lansia misalnya : a. Berdiri dari posisi duduk atau jangkok jangan terlalu cepat. b. Jangan mengangkat barang yang berat sekaligus. c. Mengambil barang dengan cara yang benar dari lantai. d. Hindari olahraga berlebihan. 5. Alas kaki Perhatikan pada saat orang tua memakai alas kaki: a. Hindari sepatu berhak tinggi, pakai sepatu berhak lebar b. Jangan berjalan hanya dengan kaus kaki karena sulit untuk menjaga keseimbangan c. Pakai sepatu yang antislip 6. Alat bantu jalan

Terapi untuk pasien dengan gangguan berjalan dan keseimbangan difokuskan untuk mengatasi atau mengeliminasi penyebabnya atau faktor yang mendasarinya. a. Penggunaannya alat bantu jalan memang membantu meingkatkan keseimbangan, namun di sisi lain menyebabkan langkah yang terputus dan kecenderungan tubuh untuk membungkuk, terlebih jika alat bantu tidak menggunakan roda., karena itu penggunaan alat bantu ini haruslah direkomendasikan secara individual. b. Apabila pada lansia yang kasus gangguan berjalannya tidak dapat ditangani dengan obatobatan maupun pembedahan. Oleh karena itu, penanganannya adalah dengan alat bantu jalan seperti cane (tongkat), crutch (tongkat ketiak) dan walker. (Jika hanya 1 ekstremitas atas yang digunakan, pasien dianjurkan pakai cane. Pemilihan cane type apa yang digunakan, ditentukan oleh kebutuhan dan frekuensi menunjang berat badan. Jika ke-2 ekstremitas atas diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan dan tidak perlu menunjang berat badan, alat yang paling cocok adalah four-wheeled walker. Jika kedua ekstremitas atas diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan dan menunjang berat badan, maka pemilihan alat ditentukan oleh frekuensi yang diperlukan dalam menunjang berat badan. 7. Periksa fungsi penglihatan dan pendengaran. 8. Hip protektor : terbukti mengurangi resiko fraktur pelvis. 9. Memelihara kekuatan tulang a. Suplemen nutrisi terutama kalsium dan vitamin D terbukti meningkatkan densitas tulang dan mengurangi resiko fraktur akibat terjatuh pada orang tua b. Berhenti merokok c. Hindari konsumsi alkohol d. Latihan fisik e. Anti-resorbsi seperti biophosphonates dan modulator reseptor estrogen f. Suplementasi hormon estrogen / terapi hormon pengganti. C. Pengkajian Pengkajian klien dengan resiko injuri meliputi: pengkajian resiko (Risk assessment tools) dan adanya bahaya dilingkungan klien (home hazards appraisal). Pengkajian Resiko a) Jatuh Usia klien lebih dari 65 tahun Riwayat jatuh di rumah atau RS Mengalami gangguan penglihatan atau pendengaran Kesulitan berjalan atau gangguan mobilitas Menggunakan alat bantu (tongkat, kursi roda, dll) Penurunan status mental (disorientasi, penurunan daya ingat) - Mendapatkan obat tertentu (sedatif, hypnotik, tranquilizers, analgesics, diuretics, or laxatives) b) Riwayat kecelakaan Beberapa orang memiliki kecenderungan mengalami kecelakaan berulang, oleh karena itu riwayat sebelumnya perlu dikaji untuk memprediksi kemungkinan kecelakaan itu terulang kembali c) Keracunan Beberapa anak dan orang tua sangat beresiko tinggi terhadap keracunan. Pengkajian meliputi seluruh aspek pengetahuan keluarga tentang resiko bahaya keracunan dan upaya pencegahannya. d) Kebakaran

Beberapa penyebab kebakaran dirumah perlu ditanyakan tentang sejauh mana klien mengantisipasi resiko terjadi kebakaran, termasuk pengetahuan klien dan keluarga tentang upaya proteksi dari bahaya kecelakaan akibat api. e) Pengkajian Bahaya Meliputi mengkaji keadaan: lantai, peralatan rumah tangga, kamar mandi, dapur, kamar tidur, pelindung kebakaran, zat-zat berbahaya, listrik, dll apakah dalam keadaan aman atau dapat mengakibatkan kecelakaan. f) Keamanan (spesifik pada lansia di rumah) Gangguan keamanan berupa jatuh di rumah pada lansia memiliki insidensi yang cukup tinggi, banyak diantara lansia tersebut yang akhirnya cedera berat bahkan meninggal. Bahaya yang menyebabkan jatuh cenderung mudah dilihat tetapi sulit untuk diperbaiki, oleh karena itu diperlukan pengkajian yang spesifik tentang keadaan rumah yang terstuktur. Contoh pengkajian checklist pencegahan jatuh pada lansia yang dikeluarkan oleh Departemen kesehatan dan pelayanan masyarakat Amerika. D. Diagnosa Diagnosa umum sering muncul pada kasus keamanan fisik menurut NANDA adalah Resiko tinggi terjadinya cedera (High risk for injury). Seorang klien dikatakan mengalami masalah keperawatan resiko tinggi terjadinya cidera bila kondisi lingkungan dan adaptasi atau pertahanan seseorang beresiko menimbulkan cedera. Resiko terjadinya keracunan: adanya resiko terjadinya kecelakaan akivat terpapar, atau tertelannya obat atau zat berbahaya dalam dosis yang dapat menyebabkan keracunan. Resiko terjadinya sufokasi: adanya resiko kecelakaan yang menyebabkan tidak adekuatnya udara untuk proses bernafas. Resiko terjadinya trauma: adanya resiko yang menyebabkan cedera pada jaringan (ms. Luka, luka bakar, atau fraktur). Respon alergi lateks: respon alergi terhadap produk yang terbuat dari lateks. Resiko respon alergi lateks: kondisi beresiko terhadap respon alergi terhadap produk yang terbuat dari lateks. Resiko terjadinya aspirasi: klien beresiko akan masuknya sekresi gastrointestinal, sekresi orofaringeal, benda padat atau cairan kedalam saluran pernafasan. Resiko terjadinya sindrom disuse (gejala yang tidak diinginkan): klien beresiko terhadap kerusakan sistem tubuh akibat inaktifitas sistem muskuloskeletal yang direncanakan atau tidak dapat dihindari. Contoh kasus: Tn. ED, 70 tahun tinggal seorang diri dirumahnya. Klien memiliki riwayat glaukoma sehingga klien harus menggunakan obat tetes mata dua kali sehari. Klien mengatakan sulit memfokuskan penglihatan, kehilangan penglihatan sebelah, dan tidak bisa melihat dalam gelap. Diagnosa yang muncul adalah: Resiko tinggi cedera: jatuh berhubungan dengan penurunan sensori (tidak mampu melihat) E. Perencanaan Secara umum rencana asuhan keperawatan harus mencakup dua aspek yaitu: Pendidikan kesehatan tentang tindakan pencegahan dan memodifikasi lingkungan agar lebih aman. Contoh rencana asuhan keperawatan: (sesuai kasus pada bagian E)

Diagnosa: Resiko tinggi cedera: jatuh berhubungan dengan penurunan sensori (tidak mampu melihat) Tujuan: Klien memperlihatkan upaya menghindari cedera (jatuh) atau cidera (jatuh) tidak terjadi Kriteria hasil: Setelah dilakukan tindakan keperawatan berupa modifikasi lingkungan dan pendidikan kesehatan dalam 1 hari kunjungan diharapkan Klien mampu: 1. Mengidentifikasi bahaya lingkungan yang dapat meningkatkan kemungkinan cidera 2. Mengidentifikasi tindakan preventif atas bahaya tertentu, 3. Melaporkan penggunaan cara yang tepat dalam melindungi diri dari cidera. F. Intervensi 1. Kaji ulang adanya faktor-faktor resiko jatuh pada klien. 2. Tulis dan laporkan adanya faktor-faktor resiko 3. Lakukan modifikasi lingkungan agar lebih aman (memasang pinggiran tempat tidur, dll) sesuai hasil pengkajian bahaya jatuh pada poin 1 4. Monitor klien secara berkala terutama 3 hari pertama kunjungan rumah 5. Ajarkan klien tentang upaya pencegahan cidera (menggunakan pencahayaan yang baik, memasang penghalang tempat tidur, menempatkan benda berbahaya ditempat yang aman) 6. Kolaborasi dengan dokter untuk penatalaksanaan glaukoma dan gangguan penglihatannya, serta pekerja sosial untuk pemantauan secara berkala. Secara umum kriteria hasil paling penting pada kasus resiko tinggi cidera adalah membantu klien untuk mengidentifikasi bahaya, dan mampu melakukan tindakan menjaga keamanan. Kriteria hasil yang lebih spesifik diantaranya Klien mampu: mengidentifikasi bahaya lingkungan yang dapat meningkatkan kemungkinan cidera, mengidentifikasi tindakan preventif atas bahaya tertentu, melaporkan penggunaan cara yang tepat dalam melindungi diri dari cidera. G. Implementasi Rencana tindakan lain dapat dilihat pada poin G (Implementasi). Implementasi berikut bersifat spesifik untuk beberapa bahaya tertentu (tidak berhubungan dengan kasus): 1. Meningkatkan keamanan sepanjang hayat manusia Memastikan keamanan klien pada semua usia berfokus pada: obsevasi atau prediksi situasi yang mungkin membahayakan sehingga dapat dihindari dan memberikan pendidikan kesehatan yang memberikan kekuatan bagi klien untuk menjaga dirinya dan keluarganya dari cedera secara mandiri. Aspek pendidikan kesehatan yang lebih spesifik sesuai rentang usia klien dapat anda lihat pada Kozier, 2004: 674-675. 2. Mempertahankan kondisi aman dari api dan kebakaran Upaya pencegahan yang bisa dilakukan perawat adalah memastikan bahwa ketiga elemen tersebut dapat dihilangkan. Jika kebakaran sudah terjadi ada dua tujuan yang harus dicapai yaitu: melindungi klien dari cedera dan membatasi serta memadakan api. Di pusat pelayanan kesehatan Upaya pencegahan: Memastikan nomor telpon darurat ada disemua pesawat, Mengatur situasi sehingga alat-alat atau benda-benda yang tidak perlu tidak berada di lorong jalan, Menempatkan prosedur evakuasi dan penanganan kebakaran disemua tempat, Mengorientasikan seluruh karyawan tentang jenis-jenis kebakaran dan penanganannya.

Jika kebakaran terjadi: Mengevakuasi klien kearea yang aman, aktifkan alarm, jika api kecil lakukan pemadaman dengan alat pemadam yang ada, tutup pintu dan jendela jika perlu ketahui derajat kebakaran untuk menentukan jenis pemadam yang tepat. 3. Mencegah terjadinya jatuh pada klien - Orientasikan klien pada saat masuk rumah sakit dan jelaskan sistem komunikasi yang ada Hati-hati saat mengkaji klien dengan keterbatasan gerak Supervisi ketat pada awal klien dirawat terutama malam hari Anjurkan klien menggunakan bel bila membutuhkan bantuan Berikan alas kaki yang tidak licin Berikan pencahayaan yang adekuat - Pasang pengaman tempat tidur terutama pada klien dengan penurunan kesadaran dan gangguan mobilitas Jaga lantai kamar mandi agar tidak licin - Lengkapnya bisa dilihat pada Kozier, 2004:679 4. Melakukan tindakan pengamanan pada klien kejang: - Pasang pengaman tempat tidur dengan dilapisi kain tebal (mencegah nyeri saat terbentur) Pasang spatel lidah untuk mencegah terhambatnya aliran udara Longgarkan baju dan ikatan leher (kerah baju) Kolaborasi pemberian obat antikonvulsi. - Berikan masker oksigen jika diperlukan 5. Memberikan pertolongan bila terjadi keracunan Perawat dapat memberikan pendidikan kesehatan pada masyarakat bila terjadi keracunan melalui identifikasi adanya zat-zat beracun dirumah yang terkonsumsi, segera laporkan ke institusi kesehatan terdekat serta menyebutkan nama dan gejala yang dialami klien, jaga klien pada posisi tenang ke satu sisi atau dengan kepala ditempatkan diantara kedua kaki untuk mencegah aspirasi. 6. Memberikan pertolongan bagi klien yang terkena sengatan listrik Jika seseorang terkena macroshock (sengatan listrik yang cukup besar) jangan sentuh klien tersebut sampai pusat listrik dimatikan dan klien aman dari arus listrik. Macroshock sangat berbahaya karena dapat menyebabkan luka bakar, kontraksi otot, dan henti nafas serta henti jantung. Untuk mencegah macroshock gunakan mesin/alat listrik yang berfungsi dengan baik, pakai sepatu dengan alas karet, berdirilah diatas lantai nonkonduktif, dan gunakan sarung tangan non konduktif. 7. Melakukan penanganan bagi klien yang terpapar kebisingan Kebisingan memiliki efek psikososial dan efek fisiologis. Efek psikososial seperti rasa jengkel, tidur dan istirahat terganggu, serta gangguan konsentrasi dan pola komunikasi. Efek fisiologis meliputi peningkatan nadi dan respirasi, peningkatan aktifitas otot, mual, dan kehilangan pendengaran jika intensitas suara tepat. Kebisingan dapat diminimalisir dengan memasang genting, dinding, dan lantai yang kedap suara; memasang gorden; memasang karpet; atau memutar background music. 8. Melakukan Heimlich maneuver pada klien yang mengalami tersedak. 9. Melakukan perlindungan terhadap radiasi Tingkat bahaya radiasi tergantung dari: lamanya, kedekatan dengan sumber radioaktif, dan pelindung yang digunakan selama terpapar radiasi. Upaya yang harus dilakukan oleh perawat

dalam hal ini adalah memakai baju khusus, memakai sarung tangan, mencuci tangan sebelum dan sesudah memakai sarung tangan, dan membuang semua benda yang terkontaminasi. 10. Melakukan pemasangan restrain pada klien Restrain adalah alat atau tindakan pelindung untuk membatasi gerakan/aktifitas fisik klien atau bagian tubuh klien. Restrain diklasifikasikan menjadi fisikal(physical) dan kemikal(chemical) restrain. Fisikal restrain adalah restrain dengan metode manual atau alat bantu mekanik, atau latalat yang dipasang pada tubuh klien sehingga klien tidak dapat bergerak dengan mudah dan terbatas gerakannya. Kemikal restrain adalah restrain dalam bentuk zat kimia neuroleptics, anxioulytics, sedatif, dan psikotropika yang digunakan untuk mengontrol tingkahlaku sosial yang merusak. Restrain sebaiknya dihindari sebab berbagai komplikasi sering dikeluhkan akibat pemasangan restrain. Komplikasi fisik diantaranya luka tekan, retensi urin, inkontinensia, dan sulit BAB, bahkan kematian pun dilaporkan. Komplikasi psikologisnya adalah penurunan harga diri, bingung, pelupa, depresi, takut, dan marah. Restrain hendaknya digunakan sebagai alternatif terakhir. Bila dilakukan maka haruslah (a) dibawah pengawasan dokter dengan perintah tertulis, apa penyebabnya, dan untuk berapa lama (b) klien setuju dengan tindakan tersebut. Implikasi legal pemasangan restrain Untuk melindungi klien dan mencegah masalah legal, perawat perlu mengikuti aturan berikut: 1. Perhatikan panduan tiap-tiap restrain yang akan digunakan 2. Gunakan restrain hanya bila dibutuhkan untuk kesehatan dan keselamatan klien 3. Jika dilakukan pemasangan restrain, dokumentasikan: penyebab, tipe, informed consent yang diberikan, respon klien, waktu pemasangan dan pelepasan, asuhan keperawatan yang diberikan, tanda-tangan dokter dan perawat 4. Lakukan evaluasi secara periodik Memilih restrain Dalam memilih restrain perlu memenuhi lima kriteria berikut: 1. Membatasi gerak klien sesedikit mungkin 2. Paling masuk akal/bisa diterima oleh klien dan keluarga 3. Tidak mempengaruhi proses perawatan klien 4. Mudah dilepas/diganti 5. Aman untuk klien Macam-macam restrain 1. limb restraints (restrain pergelangan tangan), elbow restraints (khusus untuk daerah sikut) 2. mummy restraints (pada bayi), crib nets (box bayi dengan penghalang) 3. Jacket restraints (jaket), 4. belt restraints (sabuk), 5. mitt or hand restraints (restrain tangan), I. EVALUASI Melalui data yang dikumpulkan selama pemberian asuhan keperawatan perawat dapat menilai apakah tujuan asuhan telah tercapai. Jika belum tercapai maka perawat perlu melakukan eksplorasi penyebabnya. Diantaranya perawat dapat menanyakan beberapa hal berikut pada klien: Sudahkan anda melakukan semua tindakan pencegahan? Tindakan pencegahan apa yang klien tahu? Apakah klien menyetujui semua tindakan pencegahan yang diajarkan?

- Sudahkah perawat menulis dan mengimplementasikan rencana pendidikan kesehatan pada klien? J. Kesimpulan Jatuh merupakan salah satu geriatric giant,sering terjadi pada usia lanjut ,penyebab tersering adalah masalah di dalam dirinya sendiri (ganaauan gait,sensorik,kognitif,sistem syaraf pusat)di dukung oleh keadaan lingkungan rumahnya yang berbahaya (alat rumah tangga yang yua/tidak stabil,lantai yang licin dan tidak rata,dan lain-lain ) Jatuh sering mengakibatkan mengakibatkan komplikasi dari yang paling ringan berubah memar dan keseleo sampai dengan patah tulang bahkan kematian , oleh karena itu harus di cegah agar jatuh tidak terjadi berulang-ulang ,dengan cara identifikasi faktor resiko ,penilaian keseimbangan dan gaya berjalan ,serta mengatur / mengatasi faktor situasional Pada prinsipnya mencegah terjadinya jatuh pada usia lanjutsangat penting dan lebih utama dari pada mengobati akibatnya . DAFTAR PUSTAKA Craven & Hinrle. (2000). Pain perception and Management. Fundamentals of nursing: Human health and function (3rd ed.). Philadelphia: Lippincott. Kozier & Erb. (2004). Pain Management. Fundamentals of nursing: Concepts, process, and practice (7th ed.). New Jersey: Pearson prentice hall. Taylor, Lillis, & Le Mone. (1997). Comfort. Fundamentals of nursing: The art & Science of nursing care (3rd ed.). Philadelphia: Lippincott. Wilkinson,J.M. (2000). Nursing diagnosis handbook with NIC interventions and NOC outcomes (7th ed.). Upper Saddle River, NJ: Prentice Hall Health http://.en.wikipedia.org/wiki/safety www.nmsu.edu/safety/program-link.htm http://wps.prenhall.com/chet_kozier_fundamentals_7/0,7865,764086-,00.html

Anda mungkin juga menyukai