BAB I PENDAHULAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
2
3
4
BAB II PEMBAHASAN
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
5
6
6
8
11
13
15
A. KESIMPULAN
B. SARAN
15
15
DAFTAR PUSTAKA
16
BAB I
PENDAHULUAN
A Latar Belakang
Seperti yang kita ketahui, Indonesia atau Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI) adalah negara berbentuk kepulauan dengan wilayah yang
luas terbentang dari Sabang sampai Merauke. Indonesia merupakan negara
maritim terbesar di dunia, yang memiliki 17.504 pulau yang membentang dari
barat sampai timur dengan panjang garis pantai kurang lebih 81.000 km serta
luas wilayah laut sekitar 5,9 juta km2.
Indonesia juga terletak pada garis khatulistiwa, posisi silang yang sangat
strategis di antara benua Asia dan Australia dimana di dalamnya terkandung
kekayaan sumber daya alam, energi, mineral, hayati dan hewani yang
beraneka macam. Kondisi geografis Indonesia sebagai negara kepulauan
menempatkan sektor transportasi laut sebagai jalur utama penghubung pulaupulau di Indonesia. Indonesia memiliki banyak pulau dengan berbagai macam
kebudayaan, suku, ras, agama, dan bahasa didalamnya.
Kondisi komunitas masyarakat di masing-masing wilayah sangat
beragam dan sangat dipengaruhi oleh berbagai macam faktor. Faktor-faktor
tersebut di antaranya letak geografis, kondisi sosial, budaya, ekonomi, sarana
dan prasarana wilayah serta pendidikannya. Masyarakat Indonesia juga sangat
beraneka ragam dalam matapencaharian, banyak diantara mereka yang
bekerja sebagai petani, nelayan, pedagang, peternak, dan lain-lain.
Namun, karena lapangan pekerjaan yang masih minim dan melimpahnya
Sumber Daya Manusia yang ada maka mayoritas Masayarakat Indonesia
bekerja sebagai Nelayan. Hal ini juga didukung oleh wilayah laut di Indonesia
yang sangat luas. Masyarakat yang bekerja sebagai nelayan dan tinggal di
pesisir inilah yang disebut masyarakat maritim.
Tentu saja karena wilayah tempat tinggal dan juga pekerjaan mereka
yang berada di daerah pesisir maka masalah yang dihadapi juga beragam,
seperti kemiskinan, kesenjangan sosial, dan tekanan ekonomi yang datang
setiap saat. Selain itu keterbatasan akses modal, teknologi dan pasar, juga
kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang rendah akibat minimnya
pendidikan yang didapatkan menjadi masalah yang mempengaruhi dinamika
usaha.
Selama ini potensi laut tersebut belum dimanfaatkan dengan baik dalam
meningkatkan kesejahteraan bangsa pada umumnya, dan pemasukan devisa
negara khususnya. Bahkan, sebagian besar hasil pemanfaatan laut selama ini
justru lari atau tercuri ke luar negeri oleh para nelayan asing yang memiliki
perlengkapan modern dan beroperasi hingga perairan Indonesia secara ilegal.
Salah satu daerah yang terkenal dengan perairan yang cukup luas di
Indonesia ialah Pulau Sulawesi, khususnya di Sulawesi Selatan.Di daerah ini
sendiri banyak dari masyarakatnya yang bermata pencaharian sebagai
nelayan. Namun selama ini potensi laut tersebut belum dimanfaatkan dengan
baik dalam meningkatkan kesejahteraan bangsa pada umumnya, dan
pemasukan devisa negara khususnya. Bahkan, sebagian besar hasil
pemanfaatan laut selama ini justru lari atau tercuri ke luar negeri oleh para
nelayan asing yang memiliki perlengkapan modern dan beroperasi hingga
perairan Indonesia secara ilegal.
Dalam konteks inilah kerjasama dalam pengelolaan potensi sumberdaya
tersebut sangat diperlukan, karena yang diinginkan bukan saja peningkatan
hasil pemanfaatan laut, tetapi juga pemerataan hasil pemanfaatan yang
dinikmati seluas-luasnya oleh masyarakat.
B Rumusan Masalah
Adapun dalam makalah ini rumusan masalah yang akan kami bahas antara lain
1
2
3
4
sebagai berikut:
Apa yang dimaksud dengan Masyarakat Maritim?
Bagaimana ciri-ciri masyarakat maritim di Sulawei Selatan?
Bagaimana kondisi umum dan kondisi perairan dari daerah Sulawesi Selatan?
Apa saja masalah yang dihadapi oleh masyarakat maritim di Sulawesi Selatan
3 Mendeskripsikan letak dan kondisi dari daerah Sulawesi Selatan itu sendiri.
4 Memaparkan apa saja faktor yang memengaruhi timbulnya masalah pada
masyarakat maritim di Indonesia
5 Menjelaskan pengaruh dari dampak permasalahan tersebut pada kehidupan
masyarakat maritim.
6 Mengetahui solusi atau cara menangani permasalahan tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN
A Pengertian Masyarakat Maritim
Menurut Koentjaraningrat (1980), masyarakat merupakan kesatuan
hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat-istiadat tertentu
yang bersifat kontinu dan yang terikat oleh suatu rasa identitas bersama.
Kesatuan hidup manusia yang disebut masyarakat ialah berupa kelompok,
golongan, komunitas, kesatuan suku bangsa atau masyarakat Negara bangsa.
Adat istiadat dan identitas ialah kebudayaan masyarakat itu sendiri.
Sedangkan maritim adalah segala aktivitas pelayaran dan
perniagaan/perdagangan yang berhubungan dengan kelautan atau disebut
pelayaran niaga. Jadi, masyrakat maritim adalah sekelompok manusia atau
individu yang hidup dalam suatu sistem adat istiadat dengan aktivitas
antara lain:
sumber daya alam yang rendah
walaupun wilayah laut di daerah Makassar cukup luas namun ada kalanya
sumber daya yang ada di dalamnya akan habis suatu saat nanti jika tak di
rawat. Sumber daya yang akan habis ini jika tak dimanfaatkan dengan baik
maka objek yang menjadi penghasilan utama mereka akan berkurang dan
teknologi yang ada dapat menjangkau wilayah tersebut namun masalah dana
akan menjadi masalah yang tetap ada. Seperti yang kita ketahui untuk membeli
dan melakukan perawat untuk teknologi seperti itu membutuhkan biaya yang
Kedua, konflik orientasi, adalah konflik yang terjadi antar nelayan yang
memiliki perbedaan orientasi dalam pemanfaatan sumberdaya, yaitu antara
nelayan yang memiliki kepedulian terhadap cara-cara pemanfaatan
sumberdaya yang ramah lingkungan (orientasi jangka panjang) dengan nelayan
yang melakukan kegiatan pemanfaatan yang bersifat merusak lingkungan,
seperti penggunaan bom, potasium, dan lain sebagainya (orientasi jangka
pendek).
Ketiga, konflik agraria, merupakan konflik yang terjadi akibat perebutan
fishing ground, yang bisa terjadi antar kelas nelayan, maupun inter-kelas
nelayan. Ini juga bisa terjadi antara nelayan dengan pihak lain non-nelayan,
seperti antara nelayan dengan pelaku usaha lain, seperti akuakultur, wisata,
pertambangan, yang oleh Charles (2001) diistilahkan sebagai external
allocation conflict.
Keempat, konflik primordial, merupakan konflik yang terjadi akibat
perbedaan identitas, seperti etnik, asal daerah, dan seterusnya. Anatomi konflik
di atas menggambarkan betapa kompleksnya konflik nelayan. Keempat tipe
tersebut terjadi baik sebelum maupun sesudah otonomi daerah. Perebutan
sumberdaya ikan yang semakin langka menjadi salah satu akar konflik
perikanan saat ini, sehingga menuntut kita untuk bepikir ulang tentang cara
mengelola sumberdaya ini. Banyak kepentingan nelayan terkalahkan oleh
kepentingan non nelayan karena nelayan tidak memiliki organisasi dengan
posisi tawar yang kuat. Di era otonomi daerah ini lebih-lebih adanya
kecenderungan Pemda mengejar kepentingan jangka pendek dengan
mengedepankan proyek-proyek yang quick yielding yang seringkali
bersebarangan dengan kepentingan nelayan, kehadiran organisasi nelayan
yang solid menjadi kian mendesak.
10
secara destruktif ternyata tidak bisa lepas dari perspektif ekonomi. Ketika
nelayan dengan alat tangkap yang sangat terbatas dan menghasilkan
tangkapan ikan yang secara minimal, maka dorongan untuk melakukan praktik
penangkapan secara destruktif menjadi besar. Akibatnya konflik orientasi pun
sering terjadi. Tentu aspek ekonomi ini juga mesti diiringi dengan aspek sosial
budaya yaitu dengan melakukan pengkayaan pengetahuan dan pola sikap para
nelayan terhadap sumberdaya laut yang di beberapa tempat sudah mulai
bergeser.
Untuk dapat menjamin efektifitas pembangunan maritim berbagai
masalah tersebut harus dapat diatasi secara tuntas, paling tidak yang terkait
dengan:
1 Penataan peraturan perundang-undangan dalam pengelolaan pembangunan
maritim.
2 Pembentukkan wadah untuk penyusunan dan pendekatan mekanisme
perencanaan dan pengawasan terpadu, pengelolaan yang dikoordinasikan
serta pengendalian yang sinkron
3 Penciptaan dan peningkatan sumber daya maritim yang handal dan
professional
4 Penataan peraturan perundang-undangan disertai upaya penegakkan
peraturan hukum yang konsisten
5 Penetapan tata ruang maritim disertai pola pengelolaan, pemanfaatan dan
pendayagunaannya.
6 Sistem pengumpulan dan pengolahan informasi maritim yang dapat diakses
secara luas.
7 Memperbesar kemampuan pengadaan sumber dana yang dapat diserap
dalam upaya pembangunan maritim dengan kemudahannya.
8 Pembentukkan wadah untuk menyuburkan upaya penelitian dan
perngembangan maritim untuk dapat mempermudah penerapan ilmu dan
teknologi kelautan, utamanya bagi nelayan tradisional.
Integrasi perikanan kedalam pembangunan desa perlu didorong untuk
menghindarkan pembangunan yang bersifat sektoral. Berkembangnya usahausaha berbasis kelompok seperti pengolahan dan perdagangan ikan, budidaya
ikan/udang, pertanian lahan pasir, peternakan, dan pariwisata termasuk usaha
berbasis wanita di beberapa wilayah pesisir menjadi modal sosial untuk
mengintegrasikan perikanan ke dalam pembangunan desa. Berbagai upaya ini
11
tentu sangat tergantung pada pemerintah yang saat ini banyak memegang
kendali pengelolaan perikanan.
12
Setelah menentukan program kerja dibutuhkan detail yang lebih rinci agar
setiap program kerja dapat terlaksana dengan baik.
7. Penyaluran dan pelaksanaan bantuan langsung kepada masyarakat
Saat proyek ini berlangsung tentu saja dibutuhkan suatu penyaluran
bantuan agar kegiatan tersebut dapat berjalan dengan baik.
8. Memonitoring dan mengevaluasi setiap perkembangan yang ada
Dalam melakukan suatu proyek tentu saja dibutuhkan monitoring agar dapat
melihat perkembangan yang terjadi selama proyek berlangsung. Dan
setelah melakukan suatu proyek dibutuhkan evaluasi untuk melihat apa saja
yang terlaksana dan tidak terlaksana selama proyek berlangsung.
Dengan adanya proyek ini diharapkan agar tatanan kehidupan masyarakat
maritim yang tertinggal dapat pulih kembali dan memenuhi kebutuhan mereka
kembali. Dan juga yang pasti diharapkan agar proyek ini dapat berjalan dengan
lancar dan terus dievaluasi sehingga proyek ini dapat berhasil dalam rangka
menaikkan pertumbuhan ekonomi masyarakat maritim.
BAB III
PENUTUP
13
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat kami tarik dari penjelasan seputar makalah ini
ialah masyarakat maritim ialah masyarakat yang tinggal di daerah pesisir.
Masyarakat maritim secara keseluruhan bermatapencaharian sebagai nelayan
hal ini disebabkan karena masyarakat maritim sadar bahwa mata pencaharian
mereka sesuai dengan kondisi lingkungan tempat tinggal mereka. Namun
banyak pula masalah yang dihadapi oleh masyarakat maritim ini dan secara
keseluruhan ialah masalah tentang biaya yang dibutuhkan sebagai modal juga
biaya untuk merawat seluruh sarana dan prasaran yang mereka miliki. Selain
itu ada masalah lain seperti konflik antar warga, adanya para penangkap ikan
liar yang mengeksploitasi sumber daya alam secara tak bertanggung jawab.
Solusi dari masalah tersebut ialah dengan melakukan proyek pembangunan
masyarakat pesisir sehingga para masyarakat pesisir dapat diperhatikan
perkembangannya agar tak luput dari perhatian pemerintah.
B. Saran
Saran kami ialah agar seluruh proyek pembangunan tersebut dijalankan
dengan baik sehingga kehidupan masyarakat maritim tidak lagi terlantarkan.
Dan juga agar perundang undangan mengenai seluruh hal yang berkaitan
dengan masalah sumber daya laut lebih ditegakkan agar tidak adanya lagi
penangkap ikan liar yang dapat mengeksploitasi sumber daya yang ada.
DAFTAR PUSTAKA
14
15