TESIS
Oleh
FERRY ANDERSON SIHOMBING
077020016/AR
PA
K O L A
A S A R JA
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2008
Ferry Anderson Sihombing : Studi Pemanfaatan Pencahayaan Alami Pada Beberapa Rancangan Ruang Kelas
Perguruan Tinggi Di Medan, 2008
USU Repository 2008
TESIS
Untuk Memperoleh Gelar Magister Teknik
dalam Program Studi Teknik Arsitektur
pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Oleh
FERRY ANDERSON SIHOMBING
077020016/AR
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2008
Judul Tesis
Menyetujui
Komisi Pembimbing
Direktur
Anggota
ABSTRAK
Pencahayaan alami pada ruang dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan ruang akan
cahaya. Kualitas ruang yang tidak sesuai dengan fungsi ruang menyebabkan kegiatan
didalam ruang tersebut tidak berfungsi dengan baik. Isu yang berkembang menyatakan
bahwa Kualitas Pencahayaan Alami dipengaruhi oleh distribusi cahaya yang masuk melalui
jendela (bukaan) dan orientasi bukaan. Semakin luas bukaan maka akan semakin banyak
cahaya yang masuk ke dalam ruang. Berdasarkan hal tersebut diperlukan kontrol terhadap
jumlah cahaya yang masuk kedalam ruangan.
Tujuan dari Penelitian ini adalah untuk mengetahui Permasalahan dalam
Pemanfaatan Pencahayaan alami dalam Ruang Kelas Perguruan Tinggi yaitu Pengaruh letak
Bukaan Pencahayaan Alami terhadap kualitas pencahayaan dalam Ruang Kelas, Kondisi
Intensitas pencahayaan alami didalam Ruang Kelas, Kebutuhan pencahayaan alami didalam
Ruang Kelas.
Ruang Kelas yang menjadi objek penelitian dipilih berdasarkan kondisi pencahayaan
alaminya yaitu: Universitas HKBP Nomensen, Universitas Medan Area, Universitas
Pembinaan Masyarakat Indonesia. Hasil Penelitian menyimpulkan bahwa Ruang Kelas yang
memenuhi persyaratan Pencahayaan Alami adalah Ruang Kelas Universitas Medan Area.
Ruang Kelas Universitas HKBP Nomensen dan Ruang Kelas Universitas Pembinaan
Masyarakat Indonesia kurang memenuhi persyaratan.
Kata Kunci :
ABSTRACT
KATA PENGANTAR
Sujud syukur kepada Allah SWT atas limpahan rahmat dan karuniaNya
sehingga Penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul: Studi Pemanfaatan
Pencahayaan Alami pada beberapa Rancangan Ruang Kelas perguruan tinggi di
Medan. Tesis ini merupakan syarat untuk memperoleh gelar Magster Teknik
Arsitektur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Penulis menyadari
bahwa isi tesis ini masih jauh dari sempurna dan pada kesempatan ini penulis dengan
segala kerendahan hati Sangat mengharapkan kritik dan saran.
Penulis juga ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu dalam menyusun tesis ini. Ungkapan terima kasih penulis
kepada
Rektor
Universitas
Sumatera
Utara
Bapak
Prof.
Chairuddin
RIWAYAT HIDUP
DATA PRIBADI
Nama Lengkap
Tempat/tanggal lahir
Alamat
Telepon/HP
: (061) 77956269
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Status
: Belum Menikah
Agama
: Islam
Kegemaran
PENDIDIKAN FORMAL
SD
SLTP
SMU
SARJANA S-1
PASCASARJANA S-2
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ..........................................................................................................
ABSTRACT ........................................................................................................
ii
iii
vi
ix
DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................
xvi
BAB
I. PENDAHULUAN ..............................................................................
BAB
BAB
BAB
12
17
20
22
24
29
32
38
40
53
84
84
87
88
90
90
96
BAB
113
113
124
129
129
129
131
BAB
DAFTAR TABEL
Nomor
Judul
Halaman
43
65
65
66
73
78
7. Hubungan antara jarak ke samping dengan Nilai Faktor Langit Relatif ..........
79
83
125
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Judul
Halaman
1.
2.
11
12
13
14
15
16
17
9. Pantheon ...........................................................................................................
22
25
25
26
13. View of an Atrium in the Center for British Art and Studies .........................
27
28
29
16. A university classroom with permanently-installed deskchairs and green chalkboards .......................................................................
31
31
33
33
40
42
44
44
45
46
47
48
48
49
49
50
50
51
51
53
36. Tiga Komponen cahaya langit yang sampai pada suatu titik
di bidang kerja ................................................................................................
57
61
62
70
72
76
79
84
85
86
87
88
90
91
92
93
93
94
54. Denah Lokasi Penelitian Ruang Kelas 4.3. Fakultas Teknik Universitas
Medan Area.....................................................................................................
94
95
95
96
97
97
60. Kondisi Bukaan pada Sisi Selatan Ruang Kelas L.4.7 ..................................
98
61. Kondisi Bukaan pada Sisi Selatan Ruang Kelas L.4.7 .................................
98
99
100
100
101
101
102
102
103
103
104
104
105
106
106
107
107
108
108
109
109
110
111
111
112
112
114
115
116
90. Ukuran Bidang Bukaan pada Sisi Selatan Ruang Kelas L 4.7. ......................
116
117
92. Bidang Bukaan pada Sisi Utara Ruang Kelas L 4.7. .....................................
117
118
119
95. Ukuran Bidang Bukaan pada Sisi Utara Ruang Kelas I.2. .............................
119
120
97. Ukuran Bidang Bukaan pada Sisi Selatan Ruang Kelas I.2. ..........................
120
121
122
122
101. Ukuran Bidang Bukaan pada Sisi Utara Ruang Kelas 4.3. ..........................
122
123
103. Ukuran Bidang Bukaan pada Sisi Selatan Ruang Kelas 4.3. .......................
123
124
126
127
127
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Judul
Halaman
1.
2.
3.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Fenomena pada objek dan ruang juga merupakan fenomena dari cahaya.
Secara umum, keseluruhan bagian tersebut merupakan fenomena bumi dan langit.
Langit sebagai asal cahaya dan bumi sebagai manifestasinya. Oleh karena itu cahaya
adalah kesatuan dari alam semesta. Selalu sama dan berbeda, cahaya menyatakan
sesuatu.
Di dalam arsitektur pemanfaatan Pencahayaan Alami selalu menjadi bagian
penting yang selalu diperhitungkan dalam perancangan. Pencahayaan Alami mampu
menciptakan ruang secara visual. Menurut Lechner perancang yang peka selalu
menyadari bahwa apa yang kita lihat merupakan suatu konsekuensi baik dari kualitas
rancangan maupun kualitas cahaya yang jatuh keatasnya.
Pencahayaan Alami pada ruang difungsikan untuk memenuhi kebutuhan
ruang akan cahaya, dan untuk segi estetika. Kualitas ruang yang tidak sesuai dengan
fungsi ruang berakibat pada tidak berjalannya dengan baik kegiatan yang ada. Ruang
dengan cahaya yang sedikit menyebabkan ruangan tersebut menjadi gelap dan dingin.
Pencahayaan yang terlalu terang akan menyebabkan silau dan kurang baik bagi mata.
Kenyamanan berada pada suatu ruang dapat diciptakan dari kualitas pencahayaan di
dalam ruangan tersebut. Untuk memperoleh kenyamanan visual dalam ruang,
pencahayaan dapat dirancang untuk menonjolkan obyek, atau menambah daya tarik
khusus dari sudut-sudut ruang.
Isu yang berkembang tentang pembahasan Pencahayaan Alami menyatakan
bahwa Kualitas Pencahayaan Alami yang baik tidak terlepas dari distribusi cahaya
yang masuk melalui jendela (bukaan) dan orientasi arah bukaan. Semakin luas
bukaan maka akan semakin banyak cahaya yang masuk kedalam ruang. Untuk itu
diperlukan kontrol terhadap jumlah cahaya yang masuk ke dalam ruangan. Kualitas
Pencahayaan Alami yang baik juga dipengaruhi oleh letak bukaan terhadap arah
datangnya sinar matahari.
Ruang Kelas (untuk kegiatan perkuliahan) merupakan memiliki arti penting
bagi mahasiswa dalam membantu kegiatan belajar sehingga mampu meningkatkan
perkembangan ilmu pengetahuan serta menambah tingkat kecerdasan dalam berpikir
dan merespon perkembangan jaman.
Selain itu kondisi ruang kelas juga berperan penting dalam memberikan
kenyamanan bagi pemakainya. Dalam hal ini dari kebutuhan pencahayaan untuk
membantu penglihatan. Pengguna ruang dihadapkan kepada seberapa besar
kebutuhan pencahayaan ruang kelas. Beberapa referensi dapat digunakan untuk
mengetahui hal-hal yang mendasar tentang ruang kelas.
Dalam sebuah penelitian kita membutuhkan objek penelitian yang akan kita
gunakan sebagai studi kasus. Dalam penelitian ini penulis memakai ruang kelas
perguruan tinggi yang setiap harinya digunakan untuk belajar dan mengajar sebagai
objek penelitian yang representatif. Pemilihan objek penelitian dengan lokasi dan
1.2.
Perumusan Masalah
Rumusan permasalahan yang menjadi pembahasan adalah:
1.3.
Landasan Teori
Dampak dari pencahayaan alami pada penampilan sekolah menjadi subyek
(pencahayaan buatan) menjadi lazim, secara umum diperkirakan bahwa semua ruang
sekolah akan menggunakan pencahayaan alami. Departemen Pendidikan California
mempunyai suatu proses tinjauan ulang yang ketat untuk rancangan arsitektural dari
kelas-kelas untuk memastikan bahwa standar penerangan alami telah dipenuhi.
Sebagai hasilnya, kelas-kelas di California yang dibangun pada tahun 1950 dan awal
1960 menjadi contoh-contoh sempurna tentang praktek pencahayaan alami. Cakupan
pencahayaan alami di dalam kelas-kelas sudah menjadi suatu fitur yang terkemuka
dari gerakan untuk sekolah-sekolah berpenampilan tinggi, yaitu. gedung sekolah
yang dapat berpotensi memperbaiki penampilan siswa, mengurangi biaya operasional
dan memperkecil dampak negatif pada lingkungan.
1.4.
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengetahui Pengaruh Letak Bukaan Pencahayaan Alami terhadap kualitas
pencahayaan Ruang Kelas.
2. Mengetahui Kondisi Intensitas Pencahayaan di dalam Ruang Kelas.
1.5.
Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini baik dalam disiplin ilmu
arsitektur maupun disipiln ilmu pasti lainnya, yang bertujuan untuk mengetahui
tentang pemanfaatan Pencahayaan Alami dalam membentuk kualitas visual ruang
1.6.
Kerangka Berfikir
STUDI PEMANFAATAN
PENCAHAYAAN ALAMI PADA
BEBERAPA RANCANGAN RUANG
KELAS PERGURUAN TINGGI DI
MEDAN
Studi Kasus : Universitas HKBP Nomensen,
Universitas Medan Area, Universitas
Pembinaan Masyarakat Indonesia
STUDI KASUS
Rancangan Ruang Kelas : Universitas
HKBP Nomensen, Universitas
Medan Area, Universitas Pembinaan
Masyarakat Indonesia
PERMASALAHAN
Pengaruh kualitas Pencahayaan
Alami terhadap pencahayaan dalam
ruang kelas (kualitas visual)
METODE PENELITIAN
Metode Pengukuran (Standar
Nasional Indonesia) dan Alat
Penelitian (Software dan Kamera
Di it l)
FINAL REPORT
Hasil dari Penelitian yang telah dilakukan :
Kesimpulan Teoritis
Hasil yang didapat dari pembahasan
Kesimpulan Praktis
Saran dan Rekomendasi yang dihasilkan
PEMBAHASAN
Analisa Menggunakan Alat Ukur
Analisa menggunakan Metode
Perhitungan
1.7.
BAB I
PENDAHULUAN
Pembahasan pada bagian ini berisi kerangka awal penelitian yang
terdiri dari Latar Belakang, Perumusan Masalah, Landasan Teori, Tujuan,
Kerangka Berfikir, Struktur Penulisan Tesis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pembahasan pada bagian ini berisi tinjauan teori yang digunakan pada
BAB III
BAB IV
KAWASAN PENELITIAN
Pembahasan pada bagian ini berisi kawasan yang menjadi obyek
BAB V
BAB VI
PENCAHAYAAN
ALAMI
PADA
BEBERAPA
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pencahayaan alami dapat juga diartikan sebagai cahaya yang masuk ke dalam
ruangan pada bangunan yang berasal dari cahaya matahari. Sebelum masuk kedalam
ruangan melalui bukaan, cahaya ini dapat diproses terlebih dahulu dengan
menggunakan shading. Shading dimaksudkan sebagai penyaring cahaya yang
masuk kedalam ruangan sehingga menghasilkan kualitas pencahayaan pada ruang
yang diinginkan.
2.1.
Pengertian Cahaya
Menurut The Concise Oxford English Dictionary
Cahaya didefinisikan sebagai unsur alam yang mampu merangsang indera
penglihat (mata) atau media atau kondisi dari ruang dimana memungkinkan
mata untuk melihat atau bagian dari spektrum elektromagnetik yang dapat
ditangkap oleh mata.
Semua cahaya yang terlihat seolah-olah terdiri dari kumpulan satu atau lebih
photon yang menyebar melalui ruang seperti gelombang elektromagnetik. Pada saat
gelap total, mata mampu untuk merasakan photon tunggal, tetapi secara umum apa
yang terlihat pada kehidupan sehari-hari adalah cahaya yang terbentuk dari milyaran
photon yang dihasilkan oleh sumber cahaya dan dari pantulan objek. Bila melihat ke
sekeliling ruangan, kemungkinan sumber cahaya di dalam ruang memproduksi
photon dan objek dalam ruang yang memantulkan photon tersebut. Mata dapat
menyerap beberapa dari photon ini mengalir melalui ruang dan inilah cahaya yang
terlihat.
Satuan kuat cahaya yang dikeluarkan oleh sumber cahaya adalah lumen,
namun lumen tidak mendeskripsikan bagaimana keluaran cahaya didistribusikan.
Kandela (Candlepower) mendeskripsikan intensitas sinar pada semua arah. Lumen
dari suatu sumber cahaya akan menerangi permukaan, maka Iluminasi adalah satuan
dari jumlah kekuatan cahaya yang jatuh pada setiap meter persegi permukaan semu
suatu sumber cahaya atau suatu permukaan yang diterangi.
Pada saat gelombang cahaya menyentuh sebuah objek, apa yang terjadi padanya
tergantung energi yang terdapat pada gelombang cahaya tersebut.
Berdasarkan tiga faktor, empat hal yang berbeda dapat terjadi saat cahaya
menyentuh sebuah objek adalah sebagai berikut:
1. Gelombang dapat dipantulkan atau menyebar pada objek.
2. Gelombang dapat diserap oleh objek.
3. Gelombang dapat dibelokkan melalui objek.
4. Gelombang dapat melewati objek tanpa ada efek dan lebih dari satu dari beberapa
kemungkinan dapat terjadi dengan segera.
5. Tranmisi adalah bila frekwensi atau energi dari gelombang cahaya berikutnya
lebih tinggi atau lebih rendah dari frekwensi yang dibutuhkan untuk membuat
elektron dalam material bergetar, kemudian elektron tidak akan menangkap
energi dalam cahaya dan gelombang akan melewati material tanpa berubah.
Sebagai hasil, material akan transparan pada frekwensi cahaya.
Untuk memperlihatkan hubungan antara kekuatan penerangan (E), arus
cahaya (), kekuatan cahaya dengan luas permukaan yang diterangi disini dapat
dipergunakan suatu persamaan-persamaan yang sederhana yaitu:
Untuk arus cahaya adalah jumlah cahaya yang dipancarkan setiap detik oleh
sebuah sumber cahaya.
=
( n)
.. (2.1)
(t )
Untuk kekuatan penerangan adalah arus cahaya yang jatuh pada sebuah satuan
permukaan.
E=
( )
................................................................................. (2.2)
( A)
Akan tetapi jika hendak menghitung kekuatan penerangan diukur pada satu titik yang
ditentukan dengan jalan menurunkan sebuah garis tegak lurus dari sumber cahaya
kepada permukaan kerja, maka persamaan yang digunakan adalah :
E=
(I )
cos 3 .................................................................... (2.3)
(h 2 )
dimana:
E = kekuatan penerangan mendatar pada P dalam lux
I = kekuatan cahaya dari sumber cahaya ke arah P dalam cd
h = tinggi sumber cahaya L diatas permukaan kerja
= sudut antara garis tegak lurus dari sumber cahaya pada permukaan kerja dan garis
L ke P
(I )
.................................................................................... (2.4)
( A)
2.2.
Gambar 3. The seasons are a consequence of the tilt of the earths axis of rotation
Gambar 4. The Earths Axis of Rotation in tilted to the plane of the elliptical orbit
Pada gambar diatas terlihat adanya pola gelap dan terang, hal itu disebabkan
wavelet-wavelet baru yang terbentuk di dalam celah sempit tersebut saling
berinterferensi satu sama lain.
Intensitas radiasi matahari ditentukan oleh energi radiasi absolut, hilangnya
energi pada atmosfir, sudut jatuh pada bidang yang disinari dan penyebaran radiasi.
Diagram matahari adalah cara paling mudah yang digunakan untuk mengetahui
pergerakan tahunan matahari pada kondisi langit cerah dengan diagram 2 dimensi.
Sudut azimuth dan altitude dapat terlihat secara langsung pada setiap hari. Dengan
menggunakan diagram matahari dapat dilihat posisi harian matahari pada setiap jam
Sudut jatuh ditentukan oleh posisi relatif matahari dan tempat pengamatan di
bumi serta tergantung pada sudut lintang geografis tempat pengamatan, musim dan
lama penyinaran harian yang ditentukan oleh garis bujur geografis tempat
pengamatan.
Menurut Lippsmeier untuk orientasi bangunan dan perlindungan terhadap
cahaya matahari, berlaku aturan-aturan dasar berikut:
1. Sebaiknya fasade terbuka menghadap ke selatan atau utara, agar meniadakan
radiasi langsung dari cahaya matahari rendah dan konsentrasi tertentu yang
menimbulkan panas
2. Pada daerah iklim tropika basah diperlukan pelindung untuk semua lubang
bangunan terhadap cahaya langsung dan tidak langsung, bahkan bila perlu
untuk seluruh bidang bangunan, karena bila langit tertutup awan, seluruh
bidang langit merupakan sumber cahaya.
2.3.
Suatu ruang terasa muram bila diharapkan terang, namun ternyata tidak. Maka
kombinasi dari cahaya langsung, tidak langsung dan aksentuasi cahaya dapat
menciptakan rancangan yang menarik dan menyenangkan
7. Kebutuhan untuk masukan visual yang menarik
Ruang yang membosankan tidak langsung terlihat menarik hanya dengan
meningkatkan level cahaya
8. Kebutuhan akan susunan pada lingkungan visual
Saat order diharapkan namun tidak didapatkan maka akan terlihat kekacauan
9. Kebutuhan untuk keamanan
Kegelapan merupakan keadaan dimana informasi visual yang diterima oleh
otak sangat kurang. Pada situasi yang dirasa membahayakan, kekurangan
informasi menyebabkan ketakutan
Vitalitas optikal adalah upaya pemasukan cahaya ke dalam ruangan dengan
kapasitas dan intensitas yang tepat berdasarkan kebutuhan dan kenyamanan
beraktivitas terutama kegiatan mengamati untuk mengapresiasi. Benda-benda
cemerlang yang disertai dengan pola cahaya yang dinamis terhadap gelap akan
menyebabkan terlihat lebih cerah dan dapat menampilkan aktivitas yang nyata.
Efek foto elektrik menyebabkan efek cahaya dramatis dan perubahan elektrik
dengan kemungkinan hubungan antara energisitas yang disaksikan dan permainan
cahaya juga material. Tidak dapat dibayangkan kenyamanan optikal itu sesuatu yang
dapat dipastikan secara mutlak, karena kekuatannya dapat dirasakan sebagaimana
fitur material atau dimensi lainya dan nyata secara persepsi dan artistikal.
2.4.
survival yang penting karena jika tidak maka tidak dapat mengenali rumah sendiri
bila pulang pada waktu yang berbeda. Namun color constancy tidak dapat digunakan
bila lebih dari satu tipe sumber cahaya digunakan secara simultan
Fenomena persepsi warna lainnya
Warna-warna hangat (merah, oranye dan kuning) terlihat lebih dekat pada mata,
sementara warna-warna dingin (biru, hijau dan abu-abu gelap) terlihat lebih jauh.
Maka pemilihan warna dinding dapat membuat ruang menjadi lebih luas atau lebih
sempit.
Efek Foreground
Otak selalu berusaha untuk memilah sinyal visual dari gangguan visual. Bila hal ini
menjadi sulit atau tidak mungkin, maka pemandangan tersebut dirasakan
mengganggu.
Teori Gestalt
Tujuan melihat adalah untuk mengumpulkan informasi. Otak senantiasa mencari
pola-pola yang dimengerti. Pencarian otak terhadap pengertian keseluruhan dari
bagian-bagian terpisah disebut teori gestalt. Sebuah rancangan pencahayaan yang
berhasil bukanlah bila setiap bagiannya dirancang dengan baik, namun bila
keseluruhan komposisi rancangan merupakan satu kesatuan utuh yang memiliki arti
dan tidak mengganggu.
2.5.
Pada masa Mesir Kuno, cahaya matahari dianggap hanya sebagai pemenuhan
kebutuhan biologis dan tidak dianggap sebagai elemen pembentuk ruang. Pada masa
Yunani Kuno, cahaya matahari mulai diperhitungkan sebagai pembentuk ruang dan
tidak hanya sebagai pemenuhan kebutuhan biologis semata. Kuil-kuil pada masa
Yunani Kuno selalu berorientasi ke Timur sehingga saat matahari terbit sinarnya
dapat menerangi patung didalam kuil sehingga mendapatkan efek dramatis. Pada
masa
Romawi
Kuno,
perkembangan
Arsitektur
menyebabkan
peningkatan
Gambar 9. Pantheeon
Pantheon
merupakan
bangunan
pertama
yang
sungguh-sungguh
melalui lubang berbentuk lingkaran diujung dome, membentuk efek dramatis dalam
ruang.
Apabila matahari tengah bersinar, cahaya mampu menjadi suatu penggerak
(animator) yang sangat ampuh terhadap sifat-sifat bentuk dan skala sebuah bangunan,
sebuah hal bagi perancang yang sangat peka, kenali dan sering digunakan.
Bagaimanapun efek dari hari-hari mendung dan bahkan hujan pada bentuk dan skala
harus diketahui dan dipadukan ke dalam rancangan bangunan.
Cahaya pada interior bangunan lebih dapat dikendalikan oleh perancang,
melalui pengendalian cahaya alamiah. Efek dramatis dan juga keteraturan ruang dan
ketegasan skala, dapat dihasilkan dan ditingkatkan oleh pembedaan penggunaan dan
pengendalian cahaya. Pada bagian ini peranan arsitek sangat penting untuk bersama
ahli penerangan mengendalikan rancangan penerangan.
Disamping terlepas dari betapa efektif dan pekanya penerangan buatan
dipakai, hal itu tetap tidak dapat pernah menggantikan cahaya alamiah dari matahari.
Jika hal ini diabaikan maka untuk kehidupan sehari-hari akan kehilangan suatu rasa
waktu dan suatu rasa bidang apabila pertalian ini diputuskan. Sinar matahari adalah
suatu gaya dinamik yang bekerja pada bangunan dan bentuk lain dengan beberapa
tingkat kekuatan dan beberapa karakter yang dapat dikenal setiap hari.
Dipertimbangkan sebagai suatu prinsip perancangan, sinar matahari tidak sematamata menghias sendiri dengan pasif pada bentuk melainkan diperlukan untuk
mengambil bagian secara aktif dalam proses perancangan.
2.6.
Bentuk Linear
termal. Apabila Bentuk Linear memiliki aspek panjang dan pendek, kesempatan yang
berbeda pada setiap sisi bangunan. Tergantung kepada orientasi, iklim, arah mata
angin, dan program, setiap faade mungkin ditampilkan secara berbeda untuk
memasukkan atau mengendalikan pencahayaan, pemanfaatan matahari, dan ventilasi.
Bentuk Terpusat
Bentuk Terpusat memiliki internal core yang secara tipikal sebuah focal point
disekitarnya dimana ruang yang lain terorganisasi. Kecenderungan kepada fokus
internal, dimana melihat bagian sebaik melihat bagian dalam. Massa Bangunan yang
tebal dihasilkan dari pemusatan dimana secara umum sama dengan rasio panjanglebar. Biasanya untuk mengurangi kedalamna yang nyata dari bentuk terpusat dengan
memasukkan atrium, lightwells atau courtyard, secara keseluruhan cenderung
menjadi focal point dari bangunan. Bentuk Terpusat mungkin hanya menggunakan
satudari strategi ini, meskipun tidak biasa untuk menemukan atrium, lightwells atau
courtyard pada bangunan yang sama, profil bangunan yang tipis dan zoning aktivitas
luminasi secara hati-hati (penempatan wilayah servis, gudang dan sirkulasi pada
interior melawan pencahayaan didekat selubung batas) dapat membantu untuk
menyediakan pencahayaan. Dimana massa yang tebal dengan banyak lantai tidak
dapat dihindarkan pada lokasi, programmatic, estetika dan perhatian ekonomis,
Massa harus skulptur untuk memaksimalkan pencahayaan.
Gambar 13. View of an atrium in the Center for British Art and Studies
Bentuk Cluster
wilayah permukaan yang luas sangat baik untuk toplighting atau sidelighting. Ruang
negative antara massa (bagian dalam dan bagian luar) dan sayap bangunan dapat juga
digunakan untuk menghasilkan dan membawa cahaya menuju ruang yang
bersebelahan.
2.7.
1. Ruang kelas atau Ruang Tatap Muka, ruang ini berfungsi sebagai ruangan
tempat siswa menerima pelajaran melalui proses interaktif antara peserta
didik dengan pendidik, ruang belajar terdiri dari berbagai ukuran, dan
fungsi.
2. Ruang Praktik/Laboratorium ruang yang berfungsi sebagai ruang tempat
peserta didik menggali ilmu pengetahuan dan meningkatkan keahlian
melalui praktik, latihan, penelitian, percobaan. Ruang ini mempunyai
kekhususan dan diberi nama sesuai kekhususannya tersebut, diantaranya:
a.
Laboratorium Fisika/Kimia/Biologi,
b.
Laboratorium bahasa,
c.
Laboratorium komputer,
d.
Ruang Kelas pada bahasan ini yaitu ruang yang berfungsi sebagai tempat
mengadakan aktivitas belajar mengajar. Ruang Kelas ini lokasinya berada pada
bangunan perguruan tinggi. Untuk mendukung fungsinya tersebut maka pada
Ruangan Kelas dibutuhkan kualitas pencahayaan yang baik sebagai media yang dapat
membangun suasana dan menghasilkan kualitas visual yang baik bagi penggunanya.
Kata jendela Window berasal dari Old Norse vindauga, asal kata vindr
"wind" dan auga "eye". Kata "Vindauga" masih digunakan di Icelandic, dialek
bangsa Norwegia yang digunakan untuk menyebut window. Kata window dikenal
pada awal abad 13, dimaksudkan kepada lubang tanpa kaca pada bagian dalam atap.
Secara historis windows dirancang dengan permukaan paralel pada dinding vertikal
bangunan. Rancangannya membolehkan cahaya matahari dan panas menekan masuk
kedalam bangunan. Rancangan umum kemiringannya kira-kira 45
datangnya cahaya matahari.
0-
35
dari sudut
untuk mengendalikan sifat yang kompleks dari jendela dengan termasuk pencahayaan
bagian atas di dalam studi yang akan memperkenalkan kemurnian pencahayaan
alami ke dalam suatu kelas tanpa semua isu dari pandangan, kebingungan, dan
komunikasi yang diperkenalkan oleh jendela.
Trend yang serupa terjadi seluruh negara, dan secara internasional, meskipun
demikian barangkali tanpa pergeseran yang dramatis dalam praktek desain di
California. Memperhatikan kecenderungan pada sekolah-sekolah, dan semua tipe dari
bangunan, tanpa jendela, Belinda Collins dari National Bureau of Standards
menyelenggarakan suatu literatur review yang utama pada studi dari jendela pada
tahun 1974. Collins menemukan bahwa banyak peneliti dari waktu adalah dismissive
salah arti dari pentingnya jendela, mengutip ketiadaan bukti dari manfaat-manfaat
mereka dan bukti yang mudah dari penghematan biaya. Dia menyimpulkan penelitian
yang diselesaikan mulai dari 1974 menyuarakan pentingnya jendela, hanya yang
belum selesai:
Banyak, meskipun demikian belum keseluruhan, bukti dari studi-studi kelas
tanpa jendela
Ukuran Jendela
hubungan pada bagian luar, fokus perhatian pada tampilan lingkungan yang spesial
atau unik. Sebaliknya ukuran jendela yang besar menciptakan kekurangan batasan
diskriminasi antara bagian luar dan bagian dalam-hal itu memasukkan lokasi dan
landscape kepada interior.
Posisi Jendela
Posisi jendela pada dinding atau plafon berpengaruh bagaimana cahaya akan
didistribusikan dan hubungan apa yang akan terjadi dengan pekerjaan, aktivitas dan
pengalaman dalam ruang. Jendela rendah, sebagai contoh, menyediakan kesempatan
untuk mengambil keuntungan dari pemantulan cahaya dari tanah, yang mana dapat
dilangsungkan kembali dari permukaan eksterior dan lantai untuk membawa cahaya
kedalam ruang (mengasumsikan bahwa warna-cahaya permukaan digunakan dan
lantai tidak dihalangi oleh objek). Posisi jendela yang rendah, kesempatan yang
terbaik untuk memberikan hubungan visual langsung kepada lokasi dan landscape.
Posisi jendela yang sedang sangat populer untuk mengkombinasikan pemandangan,
pemantulan cahaya, dan optimalisasi lokasi untuk ventilasi dalam yang dekat dengan
penghuni. Apabila tinggi jendela ditambah, menjadi sangat privasi. Jendela yang
tinggi menggantikan hubungan visual dari bumi menuju langit, yang juga
membolehkan cahaya untuk menekan kedalam pada ruang. Harus lebih hati-hati
dengan jendela yang tinggi karena permukaan dibawah jendela mungkin keluar dari
pembayangan, dapat menciptakan kontras yang berlebihan antara jendela dan
Detail Jendela
2.9.
Persepsi
Dalam ilmu psikologi dan cognitif, persepsi diartikan sebagai sebuah proses
untuk memperoleh, menginterpretasi, memilih dan mengorganisasi informasi yang
berhubungan dengan panca indera (stimulus).
Kata persepsi perception berasal dari bahasa Latin capere yang berarti "to
take" atau mengambil makna awal secara lengkap "completely."
Persepsi (perception) merupakan salah satu elemen dalam proses komunikasi
yang berarti makna lisan atau tulisan yang diberi oleh penghantar kepada penerima,
dipengaruhi perkara yang dilihat, pengalaman, sistem nilai dan tahap kematangan
seseorang.
Jenis-jenis persepsi
1. Amodal perception
Amodal perception adalah istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan persepsi
struktur fisik secara penuh disaat hanya sebagian yang dipersepsikan.
Sebagai contoh meja akan dipersepsikan sebagai struktur volumetrik yang
lengkap meskipun hanya sebagian dari meja yang terlihat.
2. Colour perception
Colour perception adalah kemampuan mempersepsi warna yang ada pada tubuh
mamalia melalui color receptors yang berisi pigmen-pigmen dengan spectral
sensitivities yang berbeda.
3. Depth perception
Depth perception adalah kemampuan visual untuk mempersepsi dunia dalam
wujud tiga dimensi. Depth perception memberikan kemampuan untuk melihat
gambaran objek pada jarak tertentu secara akurat.
Hubungan sudut pandang dengan jarak objek pengamatan amat berpengaruh
sekali bagi pengguna ruang kelas. Hal ini berhubungan langsung dengan tingkat
kenyamanan visual dan apresiasi pengguna ruang kelas.
Bagian kaca pada interior kantor disimulasikan dengan cat abu-abu yang memiliki
pemantulan 25 %.
Model yang ditampilkan hanya sebagian dari keseluruhan bangunan. Untuk
percobaan, area ini telah dilengkapi dengan penutup berupa enclose untuk mencegah
masuknya cahaya yang tidak dibutuhkan. Dinding penutup, disepanjang sisi samping
dari model dicat untuk mencapai pemantulan 25 % untuk mensimulasikan cahaya
pada ruang terbuka. Skylight pada model dibuat dengan skala, dengan diameter
membuka 1,2 meter dan pada bagian atas ditutup dengan flat plastik transparan yang
memiliki nilai transmisi 49 %. Material flat ini mendekati bentuk kubah skylight dari
plastik padat.
Tes diadakan dinegara bagian Blackburg, Virginia yang dapat disamakan
dengan Saudi Arabia. Untuk memperkirakan matahari dan langit Saudi yang
diperkirakan akan menghasilkan iluminasi 12.000 footcandles pada bidang horizontal
dibagian atap, faktor perkalian diterapkan pada level cahaya yang diukur pada model.
Hasil pada tes daylighting ditunjukkan pada tabel
1. Kolom 1 memberikan ukuran level cahaya dengan model dasar (skylight 1,2
meter; lapisan transmisi skylight 49 %) dengan iluminasi dari matahari dan langit
pada atap horizontal (Eh) 6000 foot candles
2. Kolom 2 mengindikasikan jumlah level cahaya pada model untuk bidang atap,
level iluminasi 12.000 footcandles
3. Kolom 3 mengindikasikan jumlah level cahaya pada skylight lebih kecil
POSITION
Level 4
Level 3
2
CALCULATED
Eh = 12.000
d = 1,2 m
t = 49 %
3
CALCULATED
Eh = 12.000
d = 1,0 m
t = 49 %
4
CALCULATED
Eh = 12.000
d = 1,0 m
t = 49 %
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
14,3
12,7
5,8
20,5
17,2
6,9
9,6
8,8
2,9
16,7
14,1
3,6
26,1
23,2
10,5
37,3
31,2
12,5
17,4
15,9
5,2
30,2
25,5
6,5
18
16
7
26
22
9
12
11
4
21
18
5
25
23
9
37
31
13
17
15
6
30
25
7
A
B
C
D
E
F
G
H
30,1
39,5
33,6
30,1
15,6
27,7
36,9
8,7
54,3
71,2
60,5
54,2
28,1
49,8
66,5
15,7
38
49
42
38
20
35
46
11
54
69
59
54
28
49
65
15
d = Diameter of skylight
Sumber : Benyamin H. Evans; Daylight in Architecture, Mc Graw-Hill, 1981
atau Selatan. Ruang kelas memiliki tinted view dan clerestory windows, dengan
overhangs membentuk shade pada bagian Selatan clerestory windows.
Pemandangan Jendela pada sisi Utara dan clerestory windows pada sisi
Selatan memiliki Venetian blinds; Pemandangan Jendela pada sisi Selatan memiliki
peneduh melengkung yang berlubang/perforated roller shades. Slop langit-langit
berada pada jendela untuk menambah reflektivitas ke dalam ruang kelas.
Rancangan Bangunan yang membagi penggunaan listrik pada empat ruang
kelas. Ruang 121 dan 133 terletak pada lantai ke dua pada sisi bagian Utara bangunan
dan dikendalikan oleh photo sensor. Ruang 140 dan 141 adalah yang terbesar, ruang
kelas Tk di ground-floor terletak pada sisi Selatan bangunan dan dikendalikan oleh
kendali photosensor sisi Selatan. Pencahayaan untuk setiap ruang kelas berisi bank of
windows pada satu dinding, parallel dengan dinding ini, empat baris lampu OSI
T8/841.
Gambar 26. Section View Of Classroom Showing Lamp Placement And Sloped Ceilings
Pada ruang 140 dan 141, yang terbesar, ada dua baris tambahan lampu
manual, dan switches terpisah untuk setiap baris lampu photo-control.
DaylightingDesign
2.
3.
Curriculum Integration
4.
Rainwater CatchmentSystem
5.
7.
LEED Certification
8.
Cost Data
2.11.
1.
Ruang Lingkup
Acuan
a) SNI. No. 03-2396-1991: Tata cara perancangan Penerangan alami siang hari
untuk rumah dan gedung.
b) Natuurkundige
Grondslagen
Voor
Bouurvorrschriften,
1951,
Deel
11,
bagian dari bidang lubang cahaya efektif lewat mana titik ukur itu melihat
langit.
5. terang langit
Kriteria Perancangan
1. Ketentuan Dasar
Pencahayaan Alami Siang Hari yang Baik
Gambar 36. Tiga Komponen cahaya langit yang sampai pada suatu titik di bidang kerja
ruangan, dari cahaya yang masuk ke dalam ruangan akibat refleksi bendabenda di luar ruangan maupun dari cahaya langit
b) Persamaan-persamaan untuk menentukan faktor pencahayaan alami
Faktor pencahayaan alami siang hari ditentukan oleh persamaan-persamaan
berikut ini:
1. fl
{arctan L/D -
1
1 + ( H / D) 2
arctan
L/D
1 ( H / D) 2
} ........... (2.5)
keterangan :
L
2. fr
= (fl) x Lrata-rata
3. frd
kaca
A(1 R )
..................................................................... (2.6)
x (C R fw + 5 R cw)
............................................. (2.7)
keterangan :
(fl)
Rcw
Rfw
= faktor refleksi rata-rata lantai dan dinding bagian bawah dimulai dari
bidang yang melalui tengah-tengah lubang cahaya, tidak termasuk
dinding dimana lubang cahaya terletak
Langit Perancangan
a) Dalam ketentuan ini sebagai terang langit diambil kekuatan terangnya langit yang
dinyatakan dalam lux
b) Karena keadaan langit menunjukkan variabilitas yang besar, maka syarat-syarat
yang harus dipenuhi oleh keadaan langit untuk dipilih dan ditetapkan sebagai
Langit Perancangan adalah:
1) bahwa langit yang demikian sering dijumpai
2) memberikan tingkat pencahayaan pada bidang datar di lapangan terbuka,
dengan nilai dekat minimum, sedemikian rendahnya hingga frekuensi
kegagalan untuk mencapai nilai pencahayaan ini cukup rendah
3) nilai tingkat pencahayaan tersebut dalam butir 2) pasal ini tidak boleh
terlampau rendah sehingga persyaratan tekno konstruksi menjadi terlampau
tinggi
Faktor langit (fl) suatu titik pada suatu bidang di dalam suatu ruangan adalah
angka perbandingan tingkat pencahayaan langsung dari langit di titik tersebut dengan
tingkat pencahayaan oleh Terang Langit pada bidang datar di lapangan terbuka.
Pengukuran kedua tingkat pencahayaan tersebut dilakukan dalam keadaan
sebagai berikut:
a) Dilakukan pada saat yang sama
b) Keadaan langit adalah keadaan Langit Perancangan dengan distribusi terang yang
merata di mana-mana
c) Semua jendela atau lubang cahaya diperhitungkan seolah-olah tidak ditutup
dengan kaca
Suatu titik pada suatu bidang tidak hanya menerima cahaya langsung dari
langit tetapi juga cahaya langit yang direfleksikan oleh permukaan di luar dan di
dalam ruangan. Perbandingan antara tingkat pencahayaan yang berasal dari cahaya
langit baik yang langsung maupun karena refleksi, terhadap tingkat pencahayaan pada
bidang datar di lapangan terbuka di sebut faktor pencahayaan alami siang hari.
Dengan demikian faktor langit adalah selalu lebih kecil dari faktor pencahayaan alami
siang hari. Pemilihan Faktor Langit sebagai angka karakteristik untuk digunakan
sebagai ukuran keadaan pencahayaan alami siang hari adalah untuk memudahkan
perhitungan oleh karena fl merupakan komponen yang terbesar pada titik ukur.
Titik Ukur
a) Titik ukur diambil pada suatu bidang datar yang letaknya pada tinggi 0,75 meter
di atas lantai. Bidang datar tersebut disebut bidang kerja
1) titik ukur utama (TUU), diambil pada tengah-tengah antar kedua dinding
samping, yang berada pada jarak d dari bidang lubang cahaya efektif
2) titik ukur samping (TUS), diambil pada jarak 0,50 meter dari dinding
samping, yang juga berada pada jarak d dari bidang lubang cahaya efektif,
dengan d adalah ukuran kedalaman ruangan, diukur dari mulai bidang lubang
cahaya efektif hingga pada dinding seberangnya, atau hingga pada bidang
batas dalam ruangan yang hendak dihitung pencahayaannya itu (lihat gambar
dibawah ini)
Untuk ruang dengan ukuran d sama dengan atau kurang daripada 6 meter, maka
ketentuan jarak 1/3.d diganti dengan jarak minimum 2 meter.
Lubang Cahaya Efektif
Bila suatu ruangan mendapatkan pencahayaan dari langit melalui lubanglubang cahaya di beberapa dinding, maka masing-masing dinding ini mempunyai
bidang lubang cahaya efektifnya sendiri-sendiri.
Umumnya lubang cahaya efektif dapat berbentuk dan berukuran lain daripada lubang
cahaya itu sendiri.
Hal ini, antara lain disebabkan oleh:
a) penghalangan cahaya oleh bangunan lain dan atau oleh pohon.
b) bagian-bagian dari bangunan itu sendiri yang karena menonjol menyempitkan
pandangan ke luar, seperti balkon, konstruksi sunbreakers dan sebagainya.
c) pembatasan-pembatasan oleh letak bidang kerja terhadap bidang lubang cahaya.
d) bagian dari jendela yang dibuat dari bahan yang tidak tembus cahaya.
2. Persyaratan Teknis
Klasifikasi Berdasarkan Kualitas Pencahayaan
perhatian dan penglihatan yang tepat, atau dapat pula secara periodik dimana
mata dapat beristirahat
b) Klasifikasi Kualitas Pencahayaan
1) Kualitas A: kerja halus sekali, pekerjaan secara cermat terus menerus, seperti
menggambar detil, menggravir, menjahit kain warna gelap, dan sebagainya.
2) Kualitas B : kerja halus, pekerjaan cermat tidak secara intensif terus menerus,
seperti menulis, membaca, membuat alat atau merakit komponen-komponen
kecil, dan sebagainya.
3) Kualitas C: kerja sedang, pekerjaan tanpa konsentrasi yang besar dari si
pelaku, seperti pekerjaan kayu, merakit suku cadang yang agak besar, dan
sebagainya.
4) Kualitas D: kerja kasar, pekerjaan dimana hanya detil-detil yang besar harus
dikenal, seperti pada gudang, lorong lalu lintas orang, dan sebagainya.
Persyaratan Faktor Langit Dalam Ruangan
a) Nilai faktor langit (fl) dari suatu titik ukur dalam ruangan harus memenuhi syaratsyarat sebagai berikut :
1) sekurang-kurangnya memenuhi nilai-nilai faktor langit minimum (flmin) yang
tertera pada Tabel 1, 2, dan 3, dan dipilih menurut klasifikasi kualitas
pencahayaan yang dikehendaki dan dirancang untuk bangunan tersebut.
2) nilai flmin dalam prosen untuk ruangan-ruangan dalam BANGUNAN UMUM
untuk TUUnya, adalah seperti tertera pada tabel 1 dimana d adalah jarak
antara bidang lubang efektif ke dinding di seberangnya, dinyatakan dalam
meter. Faktor langit minimum untuk TUS nilainya 40 % dari flmin untuk TUU
dan tidak boleh kurang dari 0,10 d.
Tabel 2. Nilai Faktor Langit untuk Bangunan Umum
Klasifikasi Pencahayaan
A
B
C
D
flmin TUU
0,45 d
0,35 d
0,25 d
0,15 d
Flmin TUU
0,35 d
0,45 d
0,35 d
0,25 d
0,25 d
0,35 d
0,20 d
Flmin TUS
0,20 d
0,20 d
0,20 d
0,20 d
0,20 d
0,15 d
0,20 d
3) nilai dari fl min dalam prosen untuk ruangan-ruangan dalam bangunan sekolah,
adalah seperti pada tabel 2; Untuk ruangan-ruangan kelas biasa, kelas khusus
dan laboratorium dimana dipergunakan papan tulis sebagai alat penjelasan,
maka flmin pada tempat 1/3 d di papan tulis pada tinggi 1.20 m, ditetapkan
sama dengan flmin = 50 % TUU.
4) nilai dari flmin dalam prosentase untuk ruangan-ruangan dalam bangunan
tempat tinggal seperti pada tabel 3;
fl min TUU
0,35 d
0,35 d
0,18 d
0,20 d
flmin TUS
0,16 d
0,16 d
0,05 d
0,20 d
5) untuk ruangan-ruangan lain yang lain yang tidak khusus disebut dalam tabel
ini dapat diperlakukan ketentuan-ketentuan dalam tabel 1
b) Ruangan dengan pencahayaan langsung dari lubang cahaya di satu dinding nilai fl
ditentukan sebagai berikut:
1) dari setiap ruangan yang menerima pencahayaan langsung dari langit melalui
lubang-lubang atau jendela-jendela di satu dinding saja, harus diteliti fl dari
satu TUU dan TUS
2) Jarak antara dua titik ukur tidak boleh lebih besar dari 3 m. Misalnya untuk
suatu ruangan yang panjangnya lebih dari 7 m, harus diperiksa (fl) lebih dari
tiga titik ukur (jumlah TUU ditambah)
c) Ruangan dengan pencahayaan langsung dari lubang cahaya di dua dinding yang
berhadapan.
Nilai faktor langit (fl) untuk ruangan semacam ini harus diperhatikan hal-hal
sebagai berikut:
1. bila suatu ruangan menerima pencahayaan langsung dari langit melalui
lubang-lubang atau jendela-jendela di dua dinding yang berhadapan (sejajar),
maka setiap bidang lubang cahaya efektif mempunyai kelompok titik ukurnya
sendiri.
2. untuk kelompok titik ukur yang pertama, yaitu dari bidang lubang cahaya
efektif yang paling penting, berlaku ketentuan dari tabel diatas.
3. untuk kelompok titik ukur yang kedua ditetapkan syarat minimum sebesar 30
% dari yang tercantum pada ketentuan-ketentuan dari tabel diatas.
4. dalam hal ini (fl) untuk setiap titik ukur adalah jumlah faktor langit yang
diperolehnya dari lubang-lubang cahaya di kedua dinding.
5. ketentuan untuk kelompok titik ukur yang kedua ini seperti yang termaksud
dalam ayat 3, tidak berlaku apabila jarak antara kedua bidang lubang cahaya
efektif kurang dari 6 meter.
6. bila jarak tersebut dalam butir 5) adalah lebih dari 4 meter dan kurang dari 9
meter dianggap telah dipenuhi apabila luas lubang cahaya efektif kedua ini
sekurang-kurangnya 40 % dari luas lubang cahaya efektif pertama. Dalam hal
yang belakangan ini, luas lubang cahaya efektif kedua adalah bagian dari
bidang lubang cahaya yang letaknya di antara tinggi 1 meter dan tinggi 3
meter.
d) Ruangan dengan pencahayaan langsung dari lubang cahaya di dua dinding yang
saling memotong.
1. bila suatu ruangan menerima pencahayaan langsung dari langit melalui
lubang-lubang atau jendela-jendela di dua dinding yang saling memotong
kurang lebih tegak lurus, maka untuk dinding kedua, yang tidak begitu
penting, hanya diperhitungkan satu Titik Ukur Utama saja.
2. syarat untuk titik ukur yang dimaksud dalam butir 1) pasal ini adalah 50 %
dari yang berlaku untuk titik ukur utama bidang lubang cahaya efektif yang
pertama.
3. jarak titik ukur utama tambahan ini sampai pada bidang lubang cahaya efektif
kedua diambil d, dimana d adalah ukuran dalam menurut bidang lubang
cahaya efektif pertama (lihat gambar 3).
e) Ruangan dengan lebih dari satu jenis penggunaan.
Apabila suatu ruangan digunakan sekaligus untuk dua jenis keperluan, maka
untuk ruangan ini diberlakukan syarat-syarat yang terberat dari kedua jenis
keperluan tersebut.
f) Penerimaan cahaya pada koridor atau gang dalam bangunan rumah tinggal.
Setiap koridor atau gang dalam bangunan rumah tinggal harus dapat menerima
cahaya melalui luas kaca sekurang-kurangnya 0,10 m2 dengan ketentuan, bahwa
untuk:
1. luas kaca dinding luar atau atap diperhitungkan 100%
2. luas kaca dinding dalam, yang dapat merupakan batas dengan kamar tidur,
kamar tinggal, kamar meja dan sebagainya, diperhitungkan 30%
3. luas kaca ruangan lainnya, seperti gudang, kamar mandi, dan sebagainya,
diperhitungkan 0%
g) Penerimaan cahaya siang hari pada koridor atau gang/lorong dalam bangunan.
Setiap gang atau lorong dalam bangunan umum harus sekurang-kurangnya dapat
menerima cahaya siang hari melalui luas kaca minimal 0,30 m2.
Untuk setiap 5 meter panjang gang atau lorong, dengan ketentuan, bahwa untuk :
1. luas kaca dinding luar atau atap, diperhitungkan 100%
2. luas kaca dinding dalam yang merupakan batas dengan ruangan dengan
kualitas pencahayaan A dan B, diperhitungkan 20%
3. luas kaca untuk perbatasan dengan ruangan dengan pencahayaan kualitas C,
diperhitungkan 10%
4. luas kaca ruangan lainnya diperhitungkan 0%
h) Penerimaan cahaya siang hari pada ruang tangga umum.
Ruang tangga umum harus dapat menerima cahaya siang hari melalui luas kaca
sekurang-kurangnya 0,75 m2 . (Lihat gambar dibawah).
Untuk setiap setengah tinggi lantai dengan ketentuan:
1. lubang cahaya dinding luar, diperhitungkan 100%
2. apabila terdapat kaca diatap maka cahaya di
100 %
50 %
25 %
12,5 %
0%
Gambar 40. Cara mengukur persentase cahaya yang masuk ke dalam ruangan
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0.7
0.8
0.9
H/D
0.10
0.02
0.03
0.05
0.06
0.07
0.08
0.09
0.09
0.10
0.10
0.20
0.06
0.12
0.17
0.22
0.27
0.30
0.33
0.36
0.38
0.40
0.30
0.13
0.26
0.37
0.48
0.57
0.65
0.72
0.77
0.82
0.86
0.40
0.22
0.43
0.52
0.80
0.96
1.09
1.20
1.30
1.38
1.44
0.50
0.32
0.62
0.91
1.17
1.39
1.59
1.76
1.90
2.02
2.11
0.60
0.42
0.62
1.20
1.55
1.85
2.12
2.34
2.53
2.69
2.83
0.70
0.52
1.02
1.50
1.93
2.31
2.64
2.93
3.18
3.38
3.55
0.80
0.62
1.22
1.78
2.29
2.75
3.26
3.50
3.80
4.05
4.26
0.90
0.71
1.40
2.04
2.64
3.17
3.63
4.04
4.39
4.69
4.94
1.00
0.79
1.56
2.29
2.95
3.56
4.09
4.55
4.95
5.29
5.57
1.50
1.10
2.17
4.13
4.13
4.99
5.77
5.45
7.05
7.58
8.03
2.00
1.27
2.51
4.80
4.80
5.81
5.74
7.56
8.29
8.94
9.51
10.40
2.50
1.37
2.70
3.98
3.95
6.29
7.31
8.22
9.03
9.75
3.00
1.43
2.82
4.16
4.16
6.59
7.66
8.62
9.49
10.27
10.96
3.50
1.47
2.90
4.28
4.28
6.78
7.89
8.89
9.79
10.60
11.33
4.00
1.49
2.96
4.36
4.36
6.91
8.04
9.07
10.00
10.83
11.58
4.50
1.51
2.99
4.41
4.41
7.01
8.15
9.20
10.15
11.00
11.76
5.00
1.53
3.02
4.46
4.46
7.07
8.24
9.29
10.25
12.12
11.90
L/D
1.5
2.5
3.5
4.5
6
0.12
H/D
0.10
0.11
0.12
0.12
0.12
0.12
0.12
0.12
0.12
0.20
0.45
0.47
0.48
0.48
0.48
0.48
0.48
0.48
0.49
0.30
0.97
1.01
1.03
1.04
1.04
1.05
1.05
1.05
1.05
0.40
1.63
1.71
1.74
1.76
1.77
1.78
1.78
1.78
1.78
0.50
2.40
2.52
2.57
2.60
2.61
2.63
2.63
2.63
2.63
0.60
3.22
3.39
3.46
3.50
3.52
3.54
3.54
3.54
3.55
0.70
4.07
4.29
4.39
4.40
4.47
4.48
4.50
4.50
4.51
0.80
4.90
5.18
5.31
5.37
5.41
5.43
5.45
5.45
5.46
0.90
5.71
6.04
6.04
6.20
6.28
6.33
6.36
6.39
6.40
1.00
5.47
6.87
7.06
7.16
7.22
7.25
7.28
7.26
7.30
1.50
9.52
10.23
10.59
10.79
10.90
10.97
11.05
11.05
11.08
2.00
11.44
12.43
12.96
13.26
13.44
13.55
13.62
13.67
13.73
2.50
12.64
13.85
14.52
14.92
15.16
15.32
15.42
15.49
15.58
16.91
3.00
13.41
14.78
15.58
16.06
16.36
16.56
16.70
16.79
3.50
13.93
15.42
16.31
16.87
17.22
17.46
17.64
17.74
17.89
4.00
14.30
15.88
16.84
17.45
17.85
18.13
18.32
18.46
18.63
4.50
14.56
16.21
17.23
17.89
18.33
18.63
18.85
19.01
19.21
5.00
14.75
16.45
17.52
18.22
18.69
19.03
19.26
19.44
19.67
6.00
15.01
16.79
Sumber : Standar Nasional Indonesia
17.92
18.68
19.20
19.58
19.85
20.06
20.33
5.
FAKTOR PENCAHAYAAN
SIANG HARI MINIMUM
YANG DIPERLUKAN
ORIENTASI,
LEBAR, TERITIS
(OVERSTEK),
ALAT PENEDUH
UKURAN LUBANG
CAHAYA
POSISI LUBANG
HITUNG :
TINGGI LUBANG CAHAYA
EFEKTIF, HD
LEBAR LUBANG CAHAYA
EFEKTIF, L
HITUNG :
KOMPONEN REFLEKSI
LUAR
KOMPONEN REFLEKSI
DALAM
HITUNG :
KOMPONEN REFLEKSI
LUAR
KOMPONEN REFLEKSI
DALAM
HITUNG FAKTOR
PENCAHAYAAN SIANG
a) Letak atau posisi lubang cahaya berpengaruh kepada nilai faktor langit serta
distribusi cahaya ke dalam ruang sebagai berikut:
1) lubang cahaya yang sama besarnya mempunyai nilai fl yang lebih besar untuk
kedudukan yang lebih tinggi. Hingga suatu ketinggian tertentu nilai fl akan
menurun lagi. (lihat tabel dibawah).
2) dalam tabel dibawah telah dihitung nilai faktor langit untuk titik ukur yang
terletak 2 m dari bidang lubang cahaya efektif. Titik ukur tersebut
memperoleh pencahayaan dari lubang cahaya efektif yang berbentuk bujur
sangkar dengan sisi 20 cm dengan letak tinggi yang berbeda-beda.
Tabel 6. Hubungan antara tinggi tempat lubang cahaya dengan nilai faktor
langit relatif
Tinggi tempat lubang cahaya (cm)
0 20
20 40
40 60
60 80
80 100
100 120
120 140
140 160
160 180
180 200
Salah satu sisi dari lubang cahaya efektif berimpit dengan garis potong bidang
vertikal yang melalui titik ukur. Proyeksi titik ukur pada bidang lubang
cahaya efektif disebut titik O (lihat gambar 7). Nilai faktor langit diambil
terhadap tempat yang terendah.
Gambar 42. Pengaruh kedudukan lubang cahaya atas besarnya faktor langit
4) nilai faktor langit untuk lubang cahaya efektif yang letaknya sentral dan tinggi
terhadap titik ukur, lebih efektif dibandingkan lubang cahaya yang letaknya
ke samping dan rendah.
5) bagian-bagian dari lubang cahaya efektif yang letaknya tinggi akan lebih
efektif dalam distribusi cahaya ke bagian-bagian dari ruangan yang letaknya
lebih dalam dari pada ke samping
b) Bentuk lubang cahaya memberikan pengaruh terhadap distribusi cahaya sebagai
berikut :
c) Penghalang cahaya
d) Penghalang cahaya lainnya yang berupa bagian dari bangunan itu sendiri seperti :
e) Bangunan lain yang berada di hadapan lubang cahaya umumnya akan membatasi
bagian bawah dari lubang cahaya efektif. Apabila pada saat perancangan
bangunan belum ada bangunan lain di sekitarnya, sedangkan dalam rencana kota
akan dibangun bangunan lain maka hal ini harus dipertimbangkan pada saat
perancangan bangunan.
f) Tanaman dapat merupakan penghalang cahaya karena hal ini sukar sekali untuk
diperkirakan
maka
pengaruhnya
sering
tidak
diperhitungkan.
Untuk
6.
1. Pengujian
rumus-rumus
yang
ada
pada
CIBSE
Publication
TM
10.
Indeks Kesilauan
Maksimum
28
25
22
19
16
2. Pemeliharaan
BAB III
METODE PENELITIAN/PERALATAN
3.1
Peralatan Penelitian
84
pada lokasi penelitian. Dengan demikian kita mengetahui dimensi dari lokasi
penelitian. Dalam penelitian ini penulis menggunakan Software Design Grafis yaitu
sebagai berikut :
PERALATAN PENELITIAN
KAMERA DIGITAL
Rekam Gambar Lokasi
Penelitian
SOFTWARE
DESIGN GRAFIS
Simulasi Lokasi
3.2
Rancangan Penelitian
Pengukuran
Standar
Nasional
Indonesia
dilakukan
untuk
SOFTWARE
DESIGN GRAFIS
Simulasi Lokasi
3.3
nyaman berada didalam ruang dan kegiatan belajar mengajar menjadi lebih
efektif.
2. Kekuatan cahaya dari sumber cahaya = I (cd),
Kekuatan cahaya dari sumber cahaya adalah kekuatan penerangan di kali tinggi
sumber cahaya. Hal ini menentukan kekuatan penerangan pada bidang ruang
kelas. Dengan mengetahui nilai I kita dapat mengetahui daerah yang berkualitas
rendah dan tinggi pada Ruang Kelas.
3. Kekuatan cahaya per m 2 = L (cd/m2),
Luminasi adalah kekuatan cahaya per m2. Dengan mengetahui nilai luminasi kita
dapat menentukan posisi meja dan kursi.
4. Arus cahaya = (lumen)
Arus cahaya adalah jumlah cahaya yang dipancarkan setiap detik oleh sebuah
sumber cahaya. Dengan mengetahui arus cahaya kita dapat menentukan waktu
penggunaan penerangan tambahan pada Ruang Kelas
5. Banyak cahaya yang masuk ke dalam ruangan (%)
Banyak cahaya yang masuk ke dalam ruangan adalah persentase cahaya yang
masuk kedalam Ruang Kelas pada waktu penyinaran tertentu.
BAB IV
KAWASAN PENELITIAN
4.1.
Lokasi Penelitian
KOTA MEDAN
90
UMA
UHN
UPMI
Kec. Medan Kota
1.
GEDUNG
L
GEDUNG L
FAKULTAS
TEKNIK
Gambar 53. Universitas Medan Area
FAKULTAS TEKNIK
3.
FAKULTAS
TEKNIK
Gambar 55. Universitas Pembinaan Masyarakat Indonesia
FAKULTAS TEKNIK
FAKULTAS
TEKNIK
4.2.
Ruang Kelas L4.7 Universitas HKBP Nomensen (dapat kita lihat dari gambar
dokumentasi) memperlihatkan ruangan dengan kondisi pencahayaan alami yang
kurang memenuhi kebutuhan untuk fungsi belajar mengajar di dalam ruang. Cahaya
alami (difusse light) yang masuk dari sisi Utara dan sisi Selatan memberikan
pencahayaan alami untuk kebutuhan melihat objek di dalam ruang. Pada saat tertentu
(pada saat matahari terbit dan saat matahari terbenam) kondisi pencahayaan didalam
ruang kelas menjadi gelap (lihat gambar 18 dan gambar 19). Kondisi ini memberikan
makna negatif untuk fungsi belajar mengajar di dalam ruang.
Gambar 60. Kondisi Bukaan pada Sisi Selatan Ruang Kelas L.4.7
Gambar 61. Kondisi Bukaan pada Sisi Selatan Ruang Kelas L.4.7
Cahaya matahari terhalang oleh over-hang yang berada pada sisi Selatan
bangunan sehingga intensitas cahaya yang masuk ke dalam ruang berkurang. Selain
itu jarak antara tepi (selubung bangunan) yang demikian dekat dengan bangunan
disebelahnya sehingga pada saat tertentu bayangan bangunan tersebut memberi
pengaruh terhadap ruang kelas L4.7.
Koridor pada sisi Selatan yang digunakan sebagai area sirkulasi dengan jarak
3 meter sehingga pantulan cahaya matahari dari lingkungan sekitar (pada kondisi
langit terang) tidak mencapai bagian dalam ruang kelas (cahaya pantul matahari
(diffuse) jatuh pada wilayah ini).
2.
Ruang Kelas 4.3 Universitas Medan Area (dapat kita lihat dari gambar
dokumentasi) memperlihatkan ruangan dengan kondisi pencahayaan alami yang
memenuhi kebutuhan untuk fungsi belajar mengajar di dalam ruang. Cahaya alami
(difusse light) yang masuk dari sisi Utara dan sisi Selatan memberikan pencahayaan
alami untuk kebutuhan melihat objek di dalam ruang. Pada saat tertentu (pukul 12.00
wib) kondisi pencahayaan alami mengakibatkan silau didalam ruang kelas (lihat
gambar dibawah) diakibatkan dari pantulan cahaya dari sekitar ruang kelas.
3.
dari
gambar
dokumentasi)
memperlihatkan
ruangan
dengan
kondisi
pencahayaan alami yang kurang memenuhi kebutuhan untuk fungsi belajar mengajar
di dalam ruang. Cahaya alami (difusse light) yang masuk dari sisi Utara dan sisi
Selatan memberikan pencahayaan alami untuk kebutuhan melihat objek di dalam
ruang. Secara keseluruhan kondisi pencahayaan alami didalam ruang kelas I.2 tidak
cocok untuk fungsi belajar mengajar (kondisi ruang kelas cukup gelap).
Gambar 86. Pemantulan cahaya pada permukaan lantai Koridor didepan Ruang Kelas 1.2
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1.
Cahaya yang masuk ke dalam ruang kelas merupakan cahaya diffuse yaitu
cahaya yang menyebar merata di dalam ruang setelah melalui shading (penyaring
cahaya). Disamping itu Rancangan Bangunan, cerahnya cahaya matahari serta
rancangan bukaan terhadap sudut datangnya cahaya sangat berpengaruh terhadap
kualitas pencahayaan pada ruang kelas.
Penggunaan
Jendela
pada
Rancangan
Ruang
Kelas
(Perkuliahan)
113
Titik Pengukuran
Gambar 90. Ukuran Bidang Bukaan pada Sisi Selatan Ruang Kelas L4.7
Gambar 92. Bidang Bukaan pada Sisi Utara Ruang Kelas L4.7
Panjang Ruang
=6m
Lebar Ruang
= 12 m
Tinggi Ruang
= 4,5 m
Jalusi
= 1,2 m
= 1,2 + 2 = 3,2 m
= 33,8m2
Luas Posisi 4 = 2 x 6 = 12 m 2
Luas Posisi 5 = 2 x 6 = 12 m 2
Luas Posisi 6 = 2 x 6 = 12 m 2
2.
Titik Pengukuran
Gambar 95. Ukuran Bidang Bukaan pada Sisi Utara Ruang Kelas I.2
Gambar 97. Ukuran Bidang Bukaan pada Sisi Selatan Ruang Kelas I.2
Jendela 4 Daun
= 3 buah
Jendela 3 Daun
= 1 buah
Tinggi Jalusi
= 83 cm
Tinggi Jendela
= 95 cm
= 117 cm
Panjang Ruang Lt 12
= 7,72 m
Lebar Ruang Lt 12
= 8,81 m
Tinggi Ruang Lt 12
= 3,78 m
= (1,78 m x 2,8 m) x 4 = 20 m2
Luas Posisi 4
= 11,334 m 2
Luas Posisi 5
= 11,334 m 2
Luas Posisi 6
= 11,334 m 2
3.
Titik Pengukuran
Gambar 101. Ukuran Bidang Bukaan pada Sisi Utara Ruang Kelas 4.3
Gambar 103. Ukuran Bidang Bukaan pada Sisi Selatan Ruang Kelas 4.3
= 8,55 m
Tinggi Ruang Lt 43
= 3,65 m
= 2m x 2,5m x 6 = 30m2
Luas Posisi 4
=9m2
Luas Posisi 5
= 9 m2
Luas Posisi 6
= 9 m2
5.2.
Data Penelitian
DATA
Hasil pengukuran
(10 hari kerja)
DATA HASIL
Analisa data dengan
metoda perhitungan
Sunpath Diagram Kotamadya Medan diambil pada bulan Mei saat lintasan
matahari condong kearah Utara. Hasil pengukuran dapat dilihat pada tabel dibawah
ini.
Tabel 9. Medan Sky Diagram/General Position, 2008-05-04
Waktu Pengukuran
07.00
170
08.00
160
30
09.00
150
45
10.00
130
55
11.00
120
60
12.00
100
70
13.00
90
80
14.00
70
60
15.00
60
50
16.00
40
45
17.00
25
30
18.00
10
15
UNIVE R S IT A S HK B P NOME NS E N
P eng ukuranmeng g unakanpenc ahayaanA lami
2000
1800
1720
1600
1590
1400
1380
1450
1420
1450
1400
1200
1110
1000
800
765
600
505
400
200
S eries 1
220
140
0
7:00
8:00
9:00
10:00
11:00
12:00
13: 00
14:00
15:00
16:00
17:00
18:00
Wa ktu
Gambar 105. Grafik Nilai Rata-rata Pengukuran Menggunakan Pencahayan Alami pada
Ruang Kelas L.4.7. Universitas HKBP Nomensen
Pada Gambar 5.19 diatas kita bisa melihat peningkatan intensitas cahaya pada
ruang kelas dimulai pada pukul 07.00 wib sebesar 220 lux hingga 12.00 wib sebesar
1720 lux. Penurunan intensitas cahaya dimulai pada pukul 13.00 sebesar 1175 lux.
Kemudian akibat pergerakan awan terjadi peningkatan intensitas pada pukul 14.00
wib menjadi sebesar 1450 lux. Selanjutnya penurunan intensitas terjadi dari pukul
15.00 wib menjadi sebesar 1400 lux hingga pukul 18.00 wib nilai intensitas cahaya
sebesar 140 lux. Dari grafik diatas terlihat pergerakan awan mempengaruhi intensitas
cahaya didalam ruang kelas L.4.7. Jadi selain rancangan bangunan dan bukaan
terhadap lintasan matahari intensitas cahaya didalam ruang kelas dipengaruhi oleh
pergerakan awan.
600000
504250
500000
400000
592850 582650
541190
530970
393720
377330
Series1
300000
204200
200000
111380
100000
48360
22725
0
7:00
8:00
9:00
10:00
11:00
12:00
13:00
14:00
15:00
16:00
17:00
18:00
Waktu
Gambar 106. Grafik Nilai Rata-rata Pengukuran Menggunakan Pencahayan Alami pada
Ruang Kelas 4.3. Universitas Medan Area
6000
5140
5000
4000
3380
3000
2480
2000
5470
4880
4680
4490
3570
3140
S eries 1
2160
2065
1000
300
0
7:00
8:00
9:00
Gambar 107. Grafik Nilai Rata-rata Pengukuran Menggunakan Pencahayan Alami pada
Ruang Kelas 1.2. Universitas Pembinaan Masyarakat Indonesia
Pada Gambar 5.20 diatas kita melihat Grafik peningkatan intensitas cahaya
pada ruang kelas 4.3. Universitas Medan Area dimulai pada pukul 07.00 wib sebesar
48360 lux hingga titik puncak (kulminasi) pada pukul 12.00 wib sebesar 612770 lux.
Selanjutnya terjadi penurunan pada setiap jam hingga pukul 18.00 wib sebesar 22725
lux. Tidak terjadi pergerakan awan yang mengakibatkan perubahan intensitas cahaya
didalam ruang kelas. Perubahan intensitas cahaya dipengaruhi oleh lintasan matahari
dan rancangan bangunan dan bukaan pada ruang kelas.
Pada Gambar 5.21 diatas kita melihat Grafik peningkatan intensitas cahaya
pada ruang kelas 1.2. Universitas Pembinaan Masyarakat Indonesia dimulai pada
pukul 07.00 wib sebesar 2480 lux. Pada pukul 08.00 wib terjadi penurunan menjadi
sebesar 2065 lux. Peningkatan intensitas cahaya terjadi pada pukul 09.00 wib hingga
pada pukul 11.00 wib sebesar 5140 lux. Selanjutnya terjadi penurunan pada jam
12.00-13.00 wib menjadi sebesar 4680 lux. Kemudian terjadi peningkatan intensitas
cahaya didalam ruang kelas menjadi sebesar 5470 lux (nilai intensitas tertinggi).
Penurunan terjadi pada pukul 15.00 wib hingga pukul 18.00 wib menjadi sebesar 300
lux. Naik turunnya intensitas cahaya di dalam ruang kelas dipengaruhi oleh lintasan
matahari, pergerakan awan dan pembayangan yang terjadi karena dekatnya jarak
antar bangunan.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1.
Kesimpulan
6.2.
Saran
dan
pada
Ruang
Kelas
1.2
Universitas
PEMBINAAN
yang
diberikan
pada
perguruan
tinggi
swasta
yang
kualitas
DAFTAR PUSTAKA
Buku :
Architecture and Urbanism ; Louis. I. Kahn, A+U Publishing Co. Ltd., 1975.
Architecture and Urbanism ; Poetics of Light, Henry Plummer, A+U Publishing Co.
Ltd. Tokyo, 1987.
Brown, G.Z ; Matahari Angin dan Cahaya Strategi Perancangan Arsitektur,
Penerbit Intermatra, Bandung, 1994.
Buku Panduan dan Penulisan Tesis Magister Teknik Arsitektur Sekolah Pascasarjana
USU, Universitas Sumatera Utara, Medan, 2006.
CALIFORNIA Energy Commission; Windows and Classroom: A Study of Student
Performance and the Indoor Environment. California, 2003
Departemen Pendidikan Nasional; Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga,
Penerbit Balai Pustaka, Jakarta, 2003.
Echols, John. M ; An English-Indonesian Dictionary, Penerbit Gramedia, Jakarta,
2000.
Evans, Benyamin. H ; Daylight in Architecture, Mc Graw-Hill, 1981.
Gibson, James.J ; The Perception of the Visual World, 1950.
Guzowski, Mary ; Daylighting for Sustainable Design, McGraw-Hill, 2000.
Hopkinson, R. G. and KAY J.D ; The Lighting of Building ; Faber and Faber Limited,
1969.
Lam, William M.C ; Perception and Lighting as Formgivers for Architecture,
McGraw-Hill Education, 1977.
Lechner, N ; Heating, Cooling, Lighting, Design Methods for Architect, John Willey
and Sons Inc, 1991.
Lippsmeier, Georg ; Building in the Tropics, Callwey Verlag Munchen, 1980.
Neufert ; Architects Data, Third Edition, Blackwell, 2000
Orr, Frank, Skala dalam Arsitektur, Penerbit Abdi Widya, Bandung, 1995.
Jurnal :
Standar Nasional Indonesia, Tata Cara Perancangan Sistem Pencahayaan Alami pada
Bangunan Gedung, Badan Standardisasi Nasional, 2001.
Internet Connection/Web Site :
http://www.arcspace.com
http://en.wikipedia.org.
http://en.wikipedia.org/wiki/Pantheon,_Rome
http://www.findarticles.com
http://schorsch.com
http://squ1.org/wiki/Sun-Path_Diagram