Anda di halaman 1dari 28

ASUHAN KEBIDANAN

PADA Ny S 31 TAHUN GI P0000 Ab000 UK 38-39 MINGGU TUNGGAL,


HIDUP, INTRAUTERIN, DENGAN LETAK SUNGSANG
DI RUMAH SAKIT BERSALIN PEMKOT MALANG

Disusun Oleh :
WIDHI RESTU INDRIASARI
0504.95

AKADEMI KEBIDANAN WIDYAGAMA HUSADA


MALANG
2007

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan studi kasus ini telah mendapatkan persetujuan dan pengesahan


oleh pembimbing kami selama melaksanakan Praktek Klinik Kebidanan di
Rumah Sakit Bersalin Pemkot Malang pada tanggal 29 Januari - 24 Februari
2007, yang disusun oleh :
Nama : Zella Cory Dewi T
NIM

: 0504.100
Disahkan dan disetujui pada :

Hari

Tanggal :
Malang, Februari 2007
Mahasiswa,

(Zella Cory D.T)


NIM. 0504.100
Mengetahui,
Pembimbing Akademik

Pembimbing Lapangan

(Novita Mayasari, S.SiT)

(Lilik Amalia)
Kepala RSB Pemkot

(dr. Agus Suhartono, Sp.OG)

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas praktek klinik kebidanan
dalam bentuk Asuhan Kebidanan dengan judul Asuhan Kebidanan pada Ny Y
usia 33 tahun GII P1001 Ab000 UK 12-13 Minggu dengan Abortus Incompletus. Pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Yulianik, SKM selaku Direktur Akademi Kebidanan Widyagama Husada
Malang.
2. dr. Agus Suhartono, SpOG selaku Kepala Rumah Sakit Bersalin Pemkot
Malang.
3. Ibu Lilik Amalia selaku pembimbing lapangan
4. Ibu Siti Nurcahyaningsih selaku pembimbing lapangan
5. Ibu Novita Mayasari, S.SiT selaku pembimbing akademik.
6. Orang tua yang telah memberikan dukungan moril dan spiritual.
7. Semua pihak yang terkait dalam penyusunan makalah ini.
Semoga dengan terususunnya Asuhan Kebidanan ini dapat memberikan
manfaat bagi pembaca pada umumnya dan penulis pada khususnya. Penulis
menyadari bahwa penulisan laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu,
kritik dan saran yang bersifat membangun akan menjadi sumber penyempurnaan
dalam penyusunan laporan selanjutnya.
Malang, Februari 2007

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Caput Succedaneum adalah pembengkakan difus jaringan lunak kepala
yang dapat melampaui sutura garis tengah. Kelainan ini akibat dari tekanan
uterus atau dinding vagina pada kepala bayi.
Dengan

ini

diharapkan

perawatan

pada

bayi

dengan

caput

succedaneum lebih diperhatikan walaupun kelainan ini akan menghilang


sendiri setelah 2-5 hari. Sehingga bayi mendapatkan perawatan yang sesuai
untuk menghindari terjadinya infeksi atau penyakit lainnya.
1.2 Tujuan Penulisan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memberikan asuhan kebidanan pada bayi dengan
caput succedaneum.
1.2.2 Tujuan khusus
Dengan disusunnya laporan ini diharapkan mahasiswa mampu :
Mengumpulkan data yang dibutuhkan
Melakukan pengkajian dengan data pada bayi dengan caput
succedaneum
Melakukan asuhan kebidanan pada bayi dengan caput succedaneum
Mengevaluasi hasil asuhan kebidanan yang telah dilakukan.
1.3 Metode Penulisan
1.3.1 Metode Penulisan
Laporan ini menggunakan metode studi kasus dengan menggunakan
pendekatan manajemen kebidanan 7 langkah.
1.3.2 Teknik Pengumpulan Data
a. Wawancara
Tujuannya untuk memperoleh data secara langsung dari sumber data.

b. Observasi
Pengamatan secara langsung yang meliputi inspeksi, palpasi, perkusi
dan auskultasi.
c. Studi Dokumenter
Dengan melihat medis terhadap pengobatan dan perawatan agar
dapat membantu perkembangan kesehatan klien.
d. Studi Kepustakaan
Tujuannya adalah untuk mendapatkan data dasar yang tertulis dan
bersifat ilmiah.
1.4 Sistematika Penulisan
Didalam penyusunan laporan asuhan kebidanan ini meliputi :
BAB I

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Penulisan
Metode Penulisan
Sistematika Penulisan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


Landasan Teori
Manajemen Kebidanan
BAB III TINJAUAN KASUS
Pengkajian Data
Identifikasi Diagnosa dan Masalah
Antisipasi Masalah Potensial
Identifikasi Kebutuhan Segera
Intervensi
Implementasi
Evaluasi
BAB IV PEMBAHASAN
BAB V PENUTUP

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Caput succedaneum adalah odema dari kulit kepala anak yang terjadi
karena tekanan dari jalan lahir kepada kepala anak.
(Staf Pengajar FKUI, 1983 : 254)
Caput succedaneum adalah pembengkakan jaringan lunak kepala yang
dapat melampaui sutura garis tengah.
(Sarwono Prawirohardjo, 1983 : 225)
Caput succedaneum adalah pembengkakan difus jaringan lunak kepala
yang dapat melampaui sutura garis tengah.
(Sarwono Prawirohardjo, 2002 : 400)
Caput succedaneum merupakan oedema bagian presentasi janin (karena
tekanan tepi pelvis)
(Kapita Selekta, 1995 : 34)
Caput Succedaneum adalah pembengkakan di atas area kulit kepala yang
terdapat pada kelahiran verteks. Hal ini disebabkan oleh efusi serum dan
darah ke dalam jaringan sebagai akibat tekanan pada kepala selama
persalinan.
(Dasar-Dasar Keperawatan, 1995 : 56)
Caput succedaneum adalah pembengkakan kulit kepala setempat yang
terjadi karena efusi serum.
(Persalinan Normal, 1993 : 15)
2.2 Etiologi
Partus lama
Pertolongan dengan ekstraksi vakum
Ketuban pecah dulu
Akibat persalinan dengan disporporsi cepalopelvis (CPD)
Selalu terjadi pada bagian terendah dari kepala
His cukup kuat, makin kuat his, makin besar caput succedaneum
Tekanan uterus atau dinding vagina pada kepala bayi

Tekanan tepi pelvis.


(Staf Pengajar FKUI, 1983 : 254)
Besar caput succedaneum menunjukkan besarnya tekanan his dan besarnya
tahanan jalan lahir terhadap kepala. Caput yang besar terdapat pada
disproporsi sefalo pelvik, sedangkan caput yang kecil terdapat pada his lemah
atau tahanan jalan lahir yang ringan. Partus lama dengan caput yang besar
mengacu pada dispoporsi sefalo pelvik, sedangkan kalau caputnya kecil
mengacu pada inersia uteri.
(Persalinan Normal, 1993 : 15)
2.3 Lokasi Caput Succedaneum
Tempat caput succedaneum tergantung dari posisi kepala
Pada posisi ubun-ubun kecil di depan (uuk dep), caput terdapat pada
verteks (belakang kepala)
Pada ubun-ubun kecil kiri depan (uuk kidep), caput terdapat disebelah
kanan sutura segitalis.
Pada ubun-ubun kecil kanan depan, caput terdapat disebelah kiri sutura
segitalis.
Makin lanjut persalinan, makin fleksi kepala janin, makin ke belakang letak
caput succedaneum, ke kiri atau kanan sedikit.
(Persalinan Normal, 1993 : 15)
2.4 Ciri-Ciri Caput Succedaneum
Tampak sewaktu lahir
Lunak dan legok pada tekanan
Pembengkakan difus
Melewati sutura
Timbul sewaktu lahir, kemudian mengecil dan menghilang beberapa jam
kemudian (24-36 jam)
(Persalinan Normal, 1993 : 18)

2.5 Penanganan

Caput succedaneum tidak memerlukan pengobatan khusus dan


biasanya menghilang sendiri setelah 2-5 hari.
(Sarwono Prawirohardjo, 2005 : 717)
2.6 Konsep Asuhan Kebidanan
I. Pengkajian Data
Untuk mengetahui waktu dan tempat dilaksanakannya pengkajian
1. Data Subyektif
1.1 Biodata
-

Nama bayi

: Untuk memudahkan pengambilan data pasien

Tanggal lahir : Untuk mengetahui umur bayi


Jenis kelamin : Untuk mengetahui jenis kelamin bayi
Umur

Alamat

: Mempermudah dalam melakukan kunjungan


rumah

Nama Ibu

: Untuk memudahkan pengambilan data pasien

Umur

: Untuk mengetahui apakah ibu termasuk resiko


rendah/ tinggi

Pendidikan

: Untuk memudahkan KIE

Pekerjaan

: Untuk mengkaji tingkat sosial ekonomi

Agama

: Untuk mengetahui agama yang dianut

Alamat

: Mempermudah dalam melakukan kunjungan


rumah

Nama ayah

Umur

Pendidikan

Pekerjaan

Agama

Alamat

1.2 Keluhan Utama


Ibu mengatakan terdapat benjolan pada kepala bayinya sejak lahir.
1.3 Riwayat kehamilan dan persalinan
1.3.1 Riwayat Prenatal
Sebelum hamil

Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit menular,


menurun maupun menahun seperti hipertensi, DM,
penyakit jantung, asma, hepatitis.
Selama hamil
Ibu mengatakan mengalami mual-muntah pada bulanbulan pertama kehamilan dan pada akhir kehamilan tidak
ada keluhan, hanya sering BAK.
1.3.2 Riwayat Persalinan
Mengetahui tanggal persalinan, jenis persalinan spontan/
tindakan, lama persalinan, BB 2500-4000 gram, PB 48-52
cm.
1.3.3 Riwayat Post Natal
Ibu
Untuk mengetahui keadaan umum ibu setelah melahirkan.
Bayi
Untuk mengetahui keadaan umum bayi segera setelah
lahir.
1.4 Kebutuhan dasar
1.4.1 Pola nutrisi
Untuk mengetahui nutrisi yang diberikan pada bayi, apakah
ASI atau susu formula.
1.4.2 Pola eliminasi
Untuk mengetahui apakah bayi sudah BAB/ BAK.
1.4.3 Pola istirahat
Untuk mengetahui pola istirahat pada bayi berapa jam/ hari.
Normalnya bayi tidur 16-20 jam/ hari.
1.4.4 Pola aktivitas
Untuk mengetahui aktivitas yang sudah bisa dilakukan bayi,
seperti menangis.
1.5 Riwayat Penyakit Keluarga
Untuk mengetahui penyakit yang pernah diderita oleh keluarga,
baik penyakit menular maupun penyakit menurun.
1.6 Riwayat psikososial

Untuk mengetahui kesiapan keluarga dalam menerima anggota


baru dan kesanggupan ibu dalam menerima dan merawat bayinya,
dan hubungan ibu dengan keluarga maupun dengan masyarakat.
2. Data Obyektif
2.1 Keadaan umum
Untuk mengetahui warna kulit bayi, tangisan, pernafasan, gerakan
dan kemampuan menghisap.
2.2 Tanda-tanda Vital
Nadi

: Normalnya 120-160 x/menit

Pernafasan : Normalnya 40-60 x/menit


Suhu

: Normalnya 36 37 0C

2.3 Pemeriksaan fisik


Kepala

: Rambut hitam, terdapat caput succedaneum

Muka

: Warna kulit merah

Mata

: Simetris, konjungtiva tidak pucat, sclera tidak


kuning.

Hidung

: Simetris, tidak ada pernafasan cuping hidung

Telinga

: Simetris, tidak ada pengeluaran secret

Mulut

: Bibir merah, tidak terdapat labioskisis maupun


labiopalatoskisis, gusi merah.

Leher

: Simetris, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid,


tidak ada pembesaran kelenjar limfe, tidak ada
bendungan vena jugularis.

Dada

: tidak ada retraksi dinding dada

Abdomen

: tidak ada kelainan pada tali pusat

Genetalia

: testis sudah turun ke dalam scrotum, scrotum


besar dan mengkerut

Anus

: ada lubang anus dan ada pengeluaran mekonium

Ekstremitas

: simetris, tidak pucat, tidak ada kelainan seperti


sindaktil, polydaktil.

2.4 Pemeriksaan neurologis


2.4.1 Reflek moro/ reflek terkejut

Apabila bayi diberi sentuhan mendadak khususnya dengan


jari dan tangan maka akan menimbulkan gerak terkejut.
2.4.2 Reflek menggenggam
Apabila telapak tangan disentuh dengan jari pemeriksa, maka
bayi akan berusaha menggenggam jari pemeriksa.
2.4.3 Reflek menghisap/ sucking refleks
Apabila bayi diberi puting atau dot di mulutnya, maka ia akan
berusaha menghisap.
2.4.4 Reflek rooting/ mencari
Apabila pipi bayi disentuh dengan jari, maka ia akan
menolehkan kepalanya mencari sentuhan itu.
2.4.5 Glabella reflek
Bayi disentuh di daerah os glabella atau pangkal hidung
dengan jari tangan pemeriksa, maka ia akan mengerutkan
keningnya atau mengedipkan mata.
2.4.6 Gland reflek
Bayi disentuh pada lipatan paha kanan dan kiri dengan jari
tangan, maka ia akan berusaha untuk mengangkat kedua
pahanya.
2.4.7 Conjungtiva mandibularis reflek
Apabila diberi rangsangan mulai pangkal kelopak mata ke
atas kemudian membentuk garis lurus menuju mandibularis,
bayi akan menutup mata kemudian membuka dan disertai
reflek mengangkat pipi.
2.5 Pemeriksaan antropometri
2.5.1 Berat badan
Normalnya 2500 4000 gram
2.5.2 Panjang badan
Normalnya 48 52 cm
2.5.2 Lingkar kepala
Normalnya 33 35 cm
2.5.3 Lingkar lengan atas

Normalnya 10-11 cm
2.5.4 Diameter fronto oksipitalis
Normalnya 12 cm
2.6 Pemeriksaan tingkat perkembangan
2.6.1 Adaptasi sosial
Sejauh mana bayi dapat beradaptasi sosial baik dengan orang
tua, keluarga, maupun orang lain.
2.6.2 Bahasa
Untuk

mengetahui

kemampuan

bayi

mengungkapkan

perasaannya melalui tangisan untuk menyatakan rasa lapar,


BAB, BAK, kesakitan.
2.6.3 Motorik halus
Untuk mengetahui kemampuan bayi dalam menggerakkan
bagian kecil dari anggota badannya.
2.6.4 Motorik kasar
Kemampuan

bayi

untuk

melakukan

aktivitas

dengan

menggerakkan anggota tubuhnya.


II. Identifikasi Diagnosa dan Masalah
Dx : Neonatus usia .......... dengan caput succedaneum
Ds : Ibu mengatakan terdapat benjolan pada kepala bayinya
Do : -

KU : baik
TTV
Nadi

: Normalnya 120 160 x/menit

Pernafasan : Normalnya 40 60 x/menit


Suhu

: Normalnya 36 37 0C

Kepala

: Terdapat benjolan lunak yang berisi cairan getah


bening, melewati sutura.

III.Antisipasi Masalah Potensial


Terjadi infeksi
Terjadi icterus
Perdarahan intrakranial

IV. Identifikasi Kebutuhan Segera


Memberikan ASI pada bayi
V. Intervensi
Tanggal

: ............

Dx

: Neonatus usia ............ dengan caput succedaneum

Tujuan

: Bayi dalam keadaan baik dan sehat

Kriteria hasil : -

Jam : ...............

Caput succedaneum menghilang

Pemenuhan nutrisi baik/ cukup

Tidak terdapat tanda-tanda infeksi

Intervensi
1. Jelaskan pada ibu tentang kondisi bayinya.
R/ Ibu mengerti dengan keadaan/ kondisi bayinya
2. Beri KIE pada ibu tentang caput succedaneum dan perawatannya.
R/ agar caput succedaneum cepat menghilang dan mengantisipasi
terjadinya komplikasi.
3. Lakukan perawatan dengan teknik aseptik
R/ Perawatan dengan teknik aseptik untuk mencegah infeksi.
4. Jelaskan pada ibu untuk memberikan susu yang pertama kali keluar
atau kolostrum pada bayinya.
R/ kolostrum mengandung antibodi.
5. Berikan ASI setiap 2 jam sekali.
R/ Pemenuhan kebutuhan nutrisi
6. Jelaskan pada ibu untuk memberikan ASI ekslusif selama 6 bulan.
R/ saluran pencernaan pada bayi usia 0-6 bulan belum siap untuk
mencerna makanan selain ASI.
7. Ajarkan pada ibu cara menyusui yang benar.
R/ mencegah agar bayi tidak kembung, muntah dan gumoh serta
tersedak
8. Ajarkan pada ibu tentang perawatan payudara
R/ menjaga kebersihan dan kesehatan payudara serta meningkatkan
produksi ASI.
9. Ajarkan pada ibu tentang perawatan tali pusat secara teratur.

R/ perawatan tali pusat secara teratur untuk mencegah infeksi dan


mempercepat pengeringan tali pusat.
10. Anjurkan pada ibu dan keluarga untuk tidak memijat benjolan pada
kepala.
R/ agar tidak terjadi perdarahan intrakranial atau caput bertambah
parah.
VI. Implementasi
Tanggal : .......
Jam

: .......

Dx

: Neonatus usia ...... dengan caput succedaneum

Implementasi
1. Menjelaskan pada ibu tentang caput succedaneum yaitu suatu
pembengkakan jaringan lunak kepala yang dapat melampaui sutura
garis tengah, yang berisi cairan getah bening. Hal ini dapat disebabkan
oleh persalinan yang lama, his yang cukup kuat dan tekanan uterus
atau dinding vagina pada kepala bayi.
2. Memberikan KIE pada ibu tentang perawatan bayi dengan caput
succedaneum yaitu tidak memerlukan pengobatan khusus dan biasanya
akan menghilang sendiri setelah 2-5 hari.
3. Melakukan perawatan dengan teknik aseptik untuk mencegah infeksi,
dengan cara mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan bayi.
4. Menjelaskan pada ibu untuk memberikan susu yang pertama kali
keluar (kolostrum) pada bayinya, karena kolostrum mengandung
antibodi yang diperlukan oleh bayi.
5. Memberikan ASI setiap 2 jam sekali untuk memenuhi nutrisi bayi dan
mencegah terjadinya icterus.
6. Menjelaskan pada ibu tentang pemberian ASI ekslusif selama 6 bulan
karena ASI mengandung zat gizi yang cukup serta dapat digunakan
sebagai alat kontrasepsi dengan metode MAL (Metode Amenorhea
Lactasi).
7. Mengajari pada ibu tentang cara menyusui yang benar yaitu dengan
cara :

Sebelum menyusui, terlebih dahulu mencuci tangan dengan sabun


sampai bersih

Putting dibersihkan dengan kapas yang telah direndam air hangat.

Badan bayi menempel pada perut ibu

Telinga dan tangan bayi terletak pada satu garis lurus

Dagu menempel pada payudara ibu

Payudara dipegang dengan ibu jari di atas dan jari lain menopang
dibawah

Bayi diberi rangsangan agar membuka mulut dengan cara


menyentuh pipi dengan puting susu atau menyentuh mulut bayi.

Setelah bayi membuka mulut, puting serta areola dimasukkan ke


dalam bayi.

Melepas isapan bayi dengan cara kelingking dimasukkan ke mulut


bayi melalui sudut mulut atau dagu bayi ditekan ke bawah.

Setelah selesai menyusui, mulut bayi dan kedua pipi dibersihkan


dengan kapas yang telah direndam dengan air hangat.

Sebelum ditidurkan, bayi disendawakan dengan tujuan untuk


mengeluarkan udara dari lambung agar bayi tidak muntah/ gumoh
setelah menyusu.

8. Mengajari ibu tentang perawatan payudara dengan cara :


-

Kompres puting susu dengan kapas yang sudah dibasahi minyak/


baby oil selama 5 menit

Melakukan pengenyalan puting susu dengan gerakan merangsang


puting susu ke dalam dan keluar 20 kali.

Tempatkan kedua telapak tangan diantara kedua payudara,


kemudian urut ke arah atas, samping, bawah dan melintang,
sehingga tangan menyangga payudara, kemudian lepaskan tangan
dari payudara, lakukan berulang-ulang 10-15 kali.

Rangsang payudara dengan air hangat dan air dingin, dengan


dikompres selang-seling dimulai air hangat dan diakhiri air dingin.

Melakukan perawatan payudara 2x sehari setiap mandi.

9. Mengajari ibu tentang perawatan tali pusat dengan menggunakan kasa


steril secara teratur setelah bayi dimandikan dan tidak boleh diberi
ramuan-ramuan yang dapat menyebabkan infeksi tali pusat.
10. Menganjurkan pada ibu dan keluarga untuk tidak memijat benjolan
pada kepala agar caput tidak bertambah parah dan tidak terjadi
perdarahan intrakranial.
VII. Evaluasi
Tanggal : ......
Jam

: ......

Tempat : ......
Dx

: Neonatus usia .... dengan caput succedaneum

: Ibu mengatakan terdapat benjolan pada kepala bayinya sejak


lahir

: -

Ibu mengerti tentang keadaan bayinya dan merespon


tentang KIE yang telah diberikan dengan banyak bertanya
pada petugas.

Ibu dan keluarga tidak memijat benjolan pada kepala bayi

Caput succedaneum berkurang.

: Neonatus usia .....dengan caput succedaneum

: -

Perawatan tali pusat

Observasi TTV

Perawatan payudara

Cara menyusui yang benar

BAB III
TINJAUAN KASUS

I. PENGKAJIAN DATA
Tanggal

: 30 Januari 2007

Jam

: 11.45 WIB

Tempat

: RSB Pemkot Malang

1. Data Subyektif
1.1 Biodata
Nama bayi

: Bayi Ny S

Tanggal lahir : 30 Januari 2007


Jenis kelamin : Laki-laki
Umur

: 1 jam

Alamat

: Jl. Teluk Cendrawasih

Nama Ibu

: Ny S

Nama Ayah : Tn A

Umur

: 24 tahun

Umur

: 28 tahun

Pendidikan : SMA

Pendidikan : SMA

Pekerjaan

Pekerjaan

: IRT

: Swasta

Penghasilan : -

Penghasilan : Rp 800.000,.

Agama

: Islam

Agama

: Islam

Alamat

: Jl. Teluk Cendrawasih

Alamat

: Jl. Teluk Cendrawasih

1.2 Keluhan Utama


Ibu mengatakan terdapat benjolan pada kepala bayinya sejak lahir.
1.3 Riwayat kehamilan dan persalinan
1.3.1 Riwayat Prenatal
Sebelum hamil
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit menular,
menurun maupun menahun seperti hipertensi, DM, penyakit
jantung, asma, hepatitis.
Selama hamil

Ibu mengatakan mengalami mual-muntah pada bulan-bulan


pertama kehamilan dan pada akhir kehamilan tidak ada
keluhan, hanya sering BAK.
1.3.2 Riwayat persalinan
Tanggal persalinan : 30 Januari 2007
Jam

: 10.45 WIB

Cara persalinan

: normal

Lama kala II

: 15 menit

BB

: 3200 gram

PB

: 50 cm

1.3.3 Riwayat post natal


Ibu
-

Tidak terjadi pendarahan post partum

TFU 2 jari dibawah pusat

Lochea

: rubra

TD

: 110/80 mmHg

Nadi

: 80 x/menit

Pernafasan : 20 x/menit

Suhu

: 36,5 0C

Bayi
Tidak terjadi perdarahan tali pusat.
1.4 Kebutuhan Dasar
1.4.1 Pola nutrisi
Setelah bayi lahir tidak disusukan pada ibunya.
1.4.2 Pola eliminasi
Ibu mengatakan bayinya sudah BAB dan BAK.
1.4.3 Pola istirahat
Ibu mengatakan bayinya tidur nyenyak dan menangis kalau lapar,
BAK, BAB.
1.4.4 Pola aktivitas
Bayi menangis keras bila lapar, BAK, BAB.
1.5 Riwayat Penyakit Keluarga

Ibu mengatakan dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit


menular maupun menahun seperti DM, hipertensi, jantung, hepatitis.
1.6 Riwayat Psikososial
Ibu mengatakan suami dan keluarga sangat senang dengan kelahiran
bayinya dan berharap bayinya segera bisa rawat gabung.
2. Data Obyektif
2.1 KU : Baik
2.2 TTV :
-

Nadi

: 120 x/menit

Pernafasan : 40 x/menit

Suhu

: 36,4 0C

2.3 Pemeriksaan fisik


-

Kepala

: Rambut hitam, terdapat caput succedaneum

Muka

: Warna kulit merah

Mata

: Simetris, konjungtiva tidak pucat, sclera tidak


kuning.

Hidung

: Simetris, tidak ada pernafasan cuping hidung

Telinga

: Simetris, tidak ada pengeluaran secret

Mulut

: Bibir merah, tidak terdapat labioskisis maupun


labiopalatoskisis, gusi merah.

Leher

: Simetris, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid,


tidak ada pembesaran kelenjar limfe, tidak ada
bendungan vena jugularis.

Dada

: tidak ada retraksi dinding dada

Abdomen

: tidak ada kelainan pada tali pusat

Genetalia

: testis sudah turun ke dalam scrotum, scrotum


besar dan mengkerut

Anus

: ada lubang anus dan ada pengeluaran mekonium

Ekstremitas

: simetris, tidak pucat, tidak ada kelainan seperti


sindaktil, polydaktil.

2.4 Pemeriksaan Neurologis


-

Reflek moro/ reflek terkejut

:+

Reflek menggenggam

:+

Reflek rooting/ mencari

:+

Reflek menghisap/ sucking

:+

Glabella reflek

:+

Gland reflek

:+

Conjungtiva mandibularis reflek : +

2.5 Pemeriksaan antopometri


-

BB

: 3200 gram

PB

: 50 cm

Lila

: 10 cm

Diameter fronto occipitalis : 14 cm

Lingkar kepala

: 37 cm.

2.6 Pemeriksaan tingkat perkembangan


-

Adaptasi sosial
Bayi menangis bila lapar, BAK atau BAB. Dan akan diam
digendong tetapi bayi dengan caput succedaneum tidak boleh
sering digendong.

Motorik kasar
Bayi dapat menggerakkan kaki dan tangannya dan kondisi kaki dan
tangannya fleksi.

II. IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH


Dx : Neonatus usia 1 jam dengan caput succedaneum
Ds : Ibu mengatakan terdapat benjolan pada kepala bayinya sejak lahir.
Do : KU : baik
TTV :
-

Nadi

: Normalnya 120 160 x/menit

Pernafasan : Normalnya 40 60 x/menit

Suhu

: Normalnya 36 37 0C

Kepala

: Terdapat benjolan lunak yang berisi cairan getah bening,


melewati sutura.

III.ANTISIPASI MASALAH POTENSIAL

Terjadi infeksi
Terjadi icterus
Perdarahan intrakranial
IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA
Memberikan ASI pada bayi.
V. INTERVENSI
Tanggal

: 30 Januari 2007

Dx

: Neonatus usia 1 jam dengan caput succedaneum

Tujuan

: Bayi dalam keadaan baik dan sehat

Kriteria hasil : -

Jam : 11.45 WIB

Caput succedaneum menghilang

Pemenuhan nutrisi baik/ cukup

Tidak terdapat tanda-tanda infeksi

Intervensi
1

Jelaskan pada ibu tentang kondisi bayinya.


R/ Ibu mengerti dengan keadaan/ kondisi bayinya

Beri KIE pada ibu tentang caput succedaneum dan perawatannya.


R/ agar caput succedaneum cepat menghilang dan mengantisipasi
terjadinya komplikasi.

Lakukan perawatan dengan teknik aseptik


R/ Perawatan dengan teknik aseptik untuk mencegah infeksi.

Jelaskan pada ibu untuk memberikan susu yang pertama kali keluar atau
kolostrum pada bayinya.
R/ kolostrum mengandung antibodi.

Berikan ASI setiap 2 jam sekali.


R/ Pemenuhan kebutuhan nutrisi

Jelaskan pada ibu untuk memberikan ASI ekslusif selama 6 bulan.


R/ saluran pencernaan pada bayi usia 0-6 bulan belum siap untuk
mencerna makanan selain ASI.

Ajarkan pada ibu cara menyusui yang benar.


R/ mencegah agar bayi tidak kembung, muntah dan gumoh serta tersedak

Ajarkan pada ibu tentang perawatan payudara


R/ menjaga kebersihan dan kesehatan payudara serta meningkatkan
produksi ASI.

Ajarkan pada ibu tentang perawatan tali pusat secara teratur.


R/ perawatan tali pusat secara teratur untuk mencegah infeksi dan
mempercepat pengeringan tali pusat.

10 Anjurkan pada ibu dan keluarga untuk tidak memijat benjolan pada kepala.
R/ agar tidak terjadi perdarahan intrakranial atau caput bertambah parah.
VI. IMPLEMENTASI
Tanggal : 30 Januari 2007
Jam

: 11.45 WIB

Dx

: Neonatus usia 1 jam dengan caput succedaneum

Implementasi
1. Menjelaskan

pada

ibu

tentang

caput

succedaneum

yaitu

suatu

pembengkakan jaringan lunak kepala yang dapat melampaui sutura garis


tengah, yang berisi cairan getah bening. Hal ini dapat disebabkan oleh
persalinan yang lama, his yang cukup kuat dan tekanan uterus atau dinding
vagina pada kepala bayi.
2. Memberikan KIE pada ibu tentang perawatan bayi dengan caput
succedaneum yaitu tidak memerlukan pengobatan khusus dan biasanya
akan menghilang sendiri setelah 2-5 hari.
3. Melakukan perawatan dengan teknik aseptik untuk mencegah infeksi,
dengan cara mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan bayi.
4. Menjelaskan pada ibu untuk memberikan susu yang pertama kali keluar
(kolostrum) pada bayinya, karena kolostrum mengandung antibodi yang
diperlukan oleh bayi.
5. Memberikan ASI setiap 2 jam sekali untuk memenuhi nutrisi bayi dan
mencegah terjadinya icterus.
6. Menjelaskan pada ibu tentang pemberian ASI ekslusif selama 6 bulan
karena ASI mengandung zat gizi yang cukup serta dapat digunakan
sebagai alat kontrasepsi dengan metode MAL (Metode Amenorhea
lactasi).

7. Mengajari pada ibu tentang cara menyusui yang benar yaitu dengan cara :
-

Sebelum menyusui, terlebih dahulu mencuci tangan dengan sabun


sampai bersih

Putting dibersihkan dengan kapas yang telah direndam air hangat.

Badan bayi menempel pada perut ibu

Telinga dan tangan bayi terletak pada satu garis lurus

Dagu menempel pada payudara ibu

Payudara dipegang dengan ibu jari di atas dan jari lain menopang
dibawah

Bayi diberi rangsangan agar membuka mulut dengan cara menyentuh


pipi dengan puting susu atau menyentuh mulut bayi.

Setelah bayi membuka mulut, puting serta areola dimasukkan ke dalam


bayi.

Melepas isapan bayi dengan cara kelingking dimasukkan ke mulut


bayi melalui sudut mulut atau dagu bayi ditekan ke bawah.

Setelah selesai menyusui, mulut bayi dan kedua pipi dibersihkan


dengan kapas yang telah direndam dengan air hangat.

Sebelum ditidurkan, bayi disendawakan dengan tujuan untuk


mengeluarkan udara dari lambung agar bayi tidak muntah/ gumoh
setelah menyusu.

8. Mengajari ibu tentang perawatan payudara dengan cara :


-

Kompres puting susu dengan kapas yang sudah dibasahi minyak/ baby
oil selama 5 menit

Melakukan pengenyalan puting susu dengan gerakan merangsang


puting susu ke dalam dan keluar 20 kali.

Tempatkan kedua telapak tangan diantara kedua payudara, kemudian


urut ke arah atas, samping, bawah dan melintang, sehingga tangan
menyangga payudara, kemudian lepaskan tangan dari payudara,
lakukan berulang-ulang 10-15 kali.

Rangsang payudara dengan air hangat dan air dingin, dengan


dikompres selang-seling dimulai air hangat dan diakhiri air dingin.

Melakukan perawatan payudara 2x sehari setiap mandi.

Mengajari ibu tentang perawatan tali pusat dengan menggunakan kasa


steril secara teratur setelah bayi dimandikan dan tidak boleh diberi
ramuan-ramuan yang dapat menyebabkan infeksi tali pusat.

10 Menganjurkan pada ibu dan keluarga untuk tidak memijat benjolan pada
kepala agar caput tidak bertambah parah dan tidak terjadi perdarahan
intrakranial.
VII. EVALUASI
Tanggal : 31 Januari 2007
Jam

: 08.00 WIB

Tempat : RSB Pemkot Malang


Dx

: Neonatus usia 1 jam dengan caput succedaneum

: Ibu mengatakan terdapat benjolan pada kepala bayinya sejak lahir

: -

Ibu mengerti tentang keadaan bayinya dan merespon tentang


KIE yang telah diberikan dengan banyak bertanya pada
petugas.

Ibu dan keluarga tidak memijat benjolan pada kepala bayi

Caput succedaneum berkurang.

: Neonatus usia 1 jam dengan caput succedaneum

: -

Perawatan tali pusat

Observasi TTV

Perawatan payudara

Cara menyusui yang benar

BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Pengkajian Data


Setelah dilakukan pengkajian data pada neonatus Ny S usia 1 jam
dengan caput succedaneum pada tanggal 30 Januari 2007 jam 11.45 WIB di
RSB Pemkot Malang tidak ada kesenjangan yang terjadi dalam teori maupun
di lapangan.
4.2 Identifikasi diagnosa dan Masalah
Dari data yang diperoleh dapat disimpulkan diagnosa yaitu neonatus
usia 1 jam dengan caput succedaneum. Hal ini sangat tepat dengan teori,
sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dengan praktek.
4.3 Antisipasi Masalah Potensial
Antisipasi masalah potensial pada neonatus dengan caput succedaneum
antara lain :
-

Terjadi infeksi

Terjadi icterus

Perdarahan intrakranial

Hal ini sudah sesuai dengan teori dan tidak terjadi kesenjangan dalam praktek.
4.4 Identifikasi Kebutuhan Segera
Yang harus kita lakukan segera adalah memberikan ASI pada bayi,
karena sewaktu bayi lahir, tidak segera disusukan pada ibunya. Hal ini sudah
diterapkan di lapangan, sehingga tidak terjadi kesenjangan.
4.5 Intervensi
Perencanaan yang akan dilakukan pada kasus neonatus dengan caput
succedaneum antara lain :

a. Jelaskan pada ibu tentang kondisi bayinya.


b. Beri KIE pada ibu tentang caput succedaneum dan perawatannya.
c. Lakukan perawatan dengan teknik aseptik
d. Jelaskan pada ibu untuk memberikan susu yang pertama kali keluar
(kolostrum) pada bayinya.
e. Berikan ASI setiap 2 jam sekali
f. Jelaskan pada ibu untuk memberikan ASI ekslusif selama 6 bulan
g. Ajarkan pada ibu cara menyusui yang benar.
h. Ajarkan pada ibu tentang perawatan payudara
i. Ajarkan pada ibu tentang perawatan tali pusat secara teratur
j. Anjurkan pada ibu dan keluarga untuk tidak memijat benjolan pada kepala
Hal tersebut, sudah sangat tepat dilakukan pada neonatus dengan caput
succedaneum. Dengan demikian ibu akan lebih kooperatif dan mengerti
tentang penjelasan yang telah diberikan tentang kondisi bayinya, sehingga
tidak terjadi kesenjangan.
4.6 Implementasi
Pada implementasi atau pelaksanaannya di lapangan sudah dilakukan
sesuai dengan intervensi atau perencanaan. Dengan demikian, tidak terjadi
kesenjangan antara teori dan praktek.
4.7 Evaluasi
Setelah kita melakukan perencanaan dan pelaksanaannya, kita
mengevaluasi keadaan bayi setelah diberikan penjelasan oleh petugas
kesehatan tentang keadaan bayinya dan tidak memerlukan penanganan khusus.
Dalam responnya, ibu tampak mengerti tentang penjelasan yang telah
diberikan dan caput dapat berkurang. Dengan demikian tidak terjadi
kesenjangan antara teori dan praktek mulai dari pengkajian data sampai
evaluasi dalam asuhan kebidanan ini.

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dalam menegakkan diagnosa yang tepat pada kasus caput succedaneum
diperlukan data subyektif maupun obyektif yang saling terkait antara lain
tentang keluhan utama, riwayat persalinan, pemeriksaan fisik (inspeksi) di
kepala, pemeriksaan antropometri dan lainnya.
Pada kasus neonatus dengan caput succedaneum tidak memerlukan
penanganan secara khusus, dan tidak diperbolehkan untuk memijat
benjolan pada kepala. Caput succedaneum akan menghilang sendiri setelah
2-5 hari.
5.2 Saran
Petugas kesehatan harus memberikan konseling yang jelas pada keluarga
tentang perawatan bayi dengan caput succedaneum, agar caput dapat
menghilang dengan cepat dan tidak terjadi komplikasi pada bayi.

DAFTAR PUSTAKA

FKUI. 1993. Persalinan Normal. Jakarta : Gaya Baru

Pillitteri, Adele. 2002. Perawatan Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta : EGC

Prawirohardjo, Sarwono. 1999. Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBPSP

Prawirohardjo, Sarwono. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBPSP

Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak. 1985. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai