Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat
serta
karunia-nya
kami
dapat
menyelesaikan
makalah
tentang
PENGUJIAN
KEKERASAN ini dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga
kami berterimakasih pada Bapak Ir. Riski Elpari Siregar,MT selaku Dosen matakuliah
Pengujian Bahan di UNIVERSITAS NEGERI MEDAN yang telah memberikan tugas ini
kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenai dasar-dasar dan pengertian dari Uji Kekerasan dan
contoh pengujian bahan dengan melakukan Uji Kekerasan. Kami juga menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata
sempurna.Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan
makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu
yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang
yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata
yang kurang berkenandan, kami memohon kritik dan saran yang membangun demi
perbaikan di masa depan.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam bidang teknik, terutama di teknik industri sangat penting mempelajari
secara baik tentang bahan-bahan karena bahan tersebut digunakan untuk berbagai
keperluan, salah satunya seperti sifat mekanik yaitu kekerasan. Pengujian kekerasan
sangat dibutuhkan dalam hal ini Membahas kekerasan bahan tidak lepas dari pembahasan
logam. Logam adalah unsur kimia yang mempunyai sifat kuat, liat, keras, dan mempunyai
titik cair yang tinggi.
Logam terbuat dari bijih logam yang ditemukan dalam keadaan murni atau
bercampur. Bijih logam ini didapat dari proses penambangan mulai dari pendahuluan,
pengeboran, sampai pengolahan logam. Dari pengolahan logam inilah baru didapat logam
yang kita inginkan. Logam yang telah jadi pun masih disebut logam setengah jadi (raw
material) sehingga masih diperlukan pengerjaan-pengerjaan dengan mesin, untuk
mendapatkan bentuk dan kualitas yang lebih baik. Agar memperoleh hasil yang baik,
komponen-komponen dari hasil mesin skrap, mesin bubut, mesin frais, yang selanjutnya
diberi perlakuan panas seperti pengerasan, penempaan, penormalan, yang bertujuan
memperbaiki sifat-sifat logam tersebut. Dari bagian mesin, sering dijumpai suatu bahan
yang diperlukan kekerasan dan keliatannya. Untuk memperoleh hasil yang baik,
komponen-komponen dari mesin-mesin tesebut selanjutnya diberi perlakuan memperbaiki
sifat-sifat logam tersebut.
Perlakuan panas (heat treatment) adalah proses memanaskan bahan sampai suhu
tertentu dan kemudian didinginkan dengan metode tertentu (Amanto, 1999 : 63).
Perlakuan panas terutama ditujukan untuk memperoleh sifat-sifat yang sesuai dengan
penggunaannya, khususnya untuk mendapatkan kekerasan, kekuatan dan sifat liat yang
diperlukan. Untuk mencegah keausan pada logam, maka logam perlu mendapatkan
kekerasan pada bagian permukaan saja sedang inti tetap ulet. Untuk itu perlu dilakukan
proses pengerasan permukaan (surface treatment). Jadi dalam hal ini pengerasan dapat
dilakukan pada bagian-bagian tertentu saja sesuai kebutuhan dan fungsi alat tersebut.
B. Tujuan Pengujian
Melalui pengujian ini diharapkan dapat mengetahui sifat sifat logam seperti sifat
mekanik, sifat fisik dan lain sebagainya. Sifat mekanik adalah kemampuan suatu bahan
untuk menerima beban atau gaya tanpa menimbulkan kerusakan pada benda tersebut.
Dalam pengujian ini, kita melihat sifat mekanik logam dengan kekerasan logam
tersebut,. Dengan menerima tegangan tanpa menyebabkan bahan menjadi patah, maka di
pengujian ini kita melakukan praktek dengan metode vickers.
Manfaat dari penyusunan laporan ini yaitu agar mahasiswa/i :
Memahami pengertian Hardness Tester
Melakukan metode pengujian secara langsung
Mengetahui Mean, Modus, Median, Simpangan dan Kuartil dari data-data
yang telah diperoleh saat pengujian
Membuktikan nilai HV dari teori dengan nilai HV yang telah diperoleh
dari pratikum
Mencari hubungan antara uji tarik dengan uji kekerasan vickers
BAB II
3
TINJAUAN PUSTAKA
Defenisi Kekerasan
Kekerasan suatu bahan pada umumnya, menyatakan terhadap deformasi dan untuk
logam dengan sifat tersebut merupakan ukuran ketahanannya terhadap deformasi plastik
atau deformasi permanen. apabila yang menyatakan kekerasan sebagai ukuran terhadap
lekukan dan ada pula yang mengartikan kekerasan sebagai ukuran kemudahan dan
kuantitas khusus yang menunjukkan sesuatu mengenai kekuatan dan perlakuan panas dari
suatu logam.
Terdapat 3 jenis ukuran kekerasan secara umum, yang bergantung pada cara
pengujian ketiga jenis tersebut adalah:
1. Kekerasan goresan ( Stracht Hardness ), adalah kekerasan yang diukur dari hasil
goresan yang terdapat pada benda kerja. misalnya cara pengujian MOHS.
2. Kekerasan Lekukan ( Identation Hardness ), adalah harga kekerasan yang diukur dari
hasil lekukan yang terdapat pada benda kerja.
3. Kekerasan Pantulan ( Rebound ) atau kekerasan dinamik ( Dinamic Hardness ), adalah
harga kekerasan yang diukur dari hasil pantulan yang lakukan pada saat pengujian.
b) Metode Vickers
Uji kekerasan vickers menggunakan indentor piramida intan yang pada dasarnya
berbentuk bujur sangkar. Besar sudut antar permukaan piramida intan yang saling berhadapan
adalah 136 derajat. Nilai ini dipilih karena mendekati sebagian besar nilai perbandingan yang
diinginkan antar diameter lekukan dan diameter bola penumbuk pada uji kekerasan brinell (dieter,
1987).
2. Metode Elastik/Pantul
Dengan metode ini, kekerasan suatu material ditentukan oleh alat Scleroscope
yang mengukur tinggi pantulan suatu pemukul (hammer) dengan berat tertentu yang
dijatuhkan dari suatu ketinggian terhadap permukaan benda uji. Tinggi pantulan (rebound)
yang dihasilkan mewakili kekerasan benda uji. Semakin tinggi pantulan tersebut, yang
ditunjukkan oleh dial pada alat pengukur, maka kekerasan benda uji dinilai semakin
tinggi.
3. Metode Indentasi
Pengujian dengan metode ini dilakukan dengan penekanan benda uji dengan
indentor dengan gaya tekan dan waktu indentasi yang ditentukan. Kekerasan suatu
material ditentukan oleh dalam ataupun luas area indentasi yang dihasilkan (teergantung
jenis indentor dan jenis pengujian).
Berdasarkan prinsip bekerjanya metode uji kekerasan dengan cara indentasi dapat
di klasifikasikan sebagai berikut :
a. Metode Brinell
Metode uji kekerasan yang diajukan oleh J.A. Brinell pada tahun 1900 ini
merupakan uji kekerasan lekukan yang pertama kali banyak digunakan serta disusun
pembakuannya (Dieter, 1987). Uji kekerasan ini berupa pembentukan lekukan pada
permukaan logam memakai bola baja yang dikeraskan yang ditekan dengan beban
tertentu. Beban diterapkan selama waktu tertentu, biasanya 30 detik, dan diameter lekukan
diukur dengan mikroskop, setelah beban tersebut dihilangkan. Permukaan yang akan
dibuat lekukan harus relatif halus, rata dan bersih dari debu atau kerak.
Angka kekerasan brinell (BHN) dinyatakan sebagai beban P dibagi luas
permukaan lekukan. Pada prakteknya, luas ini dihitung dari pengukuran mikroskopik
panjang diameter jejak. BHN dapat ditentukan dari persamaan berikut:
b. Metode Vickers
Uji kekerasan vickers menggunakan indentor piramida intan yang pada
dasarnya berbentuk bujur sangkar. Besar sudut antar permukaan piramida intan yang
saling berhadapan adalah 136 derajat. Nilai ini dipilih karena mendekati sebagian besar
nilai perbandingan yang diinginkan antar diameter lekukan dan diameter bola penumbuk
pada uji kekerasan brinell (dieter, 1987).
Angka kekerasan vickers didefinisikan sebagai beban dibagi luas permukaan
lekukan. Pada prakteknya. Luas ini dihitung dari pengukuran mikroskopik panjang
diagonal jejak. VHN dapat ditentukan dari persamaan berikut :
Dengan :
Uji kekerasan vickers menggunakan indentor piramida intan yang pada dasarnya
berbentuk bujur sangkar. Besar sudut antar permukaan piramida intan yang saling berhadapan
adalah 136 derajat. Nilai ini dipilih karena mendekati sebagian besar nilai perbandingan yang
diinginkan antar diameter lekukan dan diameter bola penumbuk pada uji kekerasan brinell (dieter,
1987).
Angka kekerasan vickers didefinisikan sebagai beban dibagi luas permukaan lekukan.
Pada prakteknya. Luas ini dihitung dari pengukuran mikroskopik panjang diagonal jejak. VHN
dapat ditentukan dari persamaan berikut :
Dengan :
>Kerugian
-
lebih pada kedalaman dari lebar pada hasil penekanan di benda kerja.
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
Lekukan yang benar yang dibuat oleh penekan piramida intan harus berbentuk bujur
sangkar (gambar 3a). Lekukan bantal jarum (gambar 3b) adalah akibat terjadinya penurunan
logam di sekitar permukaan piramida yang datar. Keadaan demikian terjadi pada logam-logam
yang dilunakkan dan mengakibatkan pengukuran panjang diagonal yang berlebihan. Lekukan
berbentuk tong (gambar 3c) akibat penimbunan ke atas logam-logam di sekitar permukaan
penekan tedapat pada logam-logam yang mengalami proses pengerjaan dingin.
Micro Vickers
Pengujian dilakukan untuk daerah yang sangat kecil (ex. pada satu struktur
mikro), dengan gaya tekan yang sangat kecil (1 1000 gr) dengan menggunakan mesin
10
c. Metode Rockwell
Pengujian rockwell mirip dengan pengujian brinell, yakni angka kekerasan yang
diperoleh merupakan fungsi derajat indentasi. Beban dan indentor yang digunakan
bervariasi tergantung pada kondisi pengujian. Berbeda dengan pengujian brinell, indentor
dan beban yang digunakan lebih kecil sehingga menghasilkan indentasi yang lebih kecil
dan lebih halus. Banyak digunakan di industri karena prosedurnya lebih cepat (Davis,
Troxell, dan Wiskocil, 1955).
Indentor atau penetrator dapat berupa bola baja atau kerucut intan dengan ujung
yang agak membulat (biasa disebut brale). Diameter bola baja umumnya 1/16 inchi,
tetapi terdapat juga indentor dengan diameter lebih besar, yaitu 1/8, 1/4, atau 1/2 inchi
untuk bahan-bahan yang lunak. Pengujian dilakukan dengan terlebih dahulu memberikan
beban minor 10 kg, dan kemudian beban mayor diaplikasikan. Beban mayor biasanya 60
atau 100 kg untuk indentor bola baja dan 150 kg untuk indentor brale. Mesikpun
demikian, dapat digunakan beban dan indentor sesuai kondisi pengujian.
11
indentor dapat terdefomasi dan berubah bentuk. Selain itu, karena bentuknya, bola baja
tidak sesensitif brale untuk membedakan kekerasan bahan-bahan yang keras.
Tetapi jika indentor bola baja dipakai untuk menguji bahan yang lebih lunak dari
B 0, dapat mengakibatkan pemegang indentor mengenai benda uji, sehingga hasil
pengujian tidak benar dan pemegang indentor dapat rusak.
12
Karbon merupakan unsur yang paling banyak selain besi (Fe) yang terdapat pada
sebuah baja, unsur ini berfungsi meningkatkan sifat mekanis baja seperti kekuatan
dan kekerasan yang tinggi meskipun demikian karbon dapat menurunkan keuletan,
ketangguhan, dan mampu tempa, serta berpengaruh pula terhadap pengolahan baja
selanjutnya seperti pada proses perlakuan panas, proses pengubahan bentuk dan
lainnya.
2. Mangan
Unsur ini mempunyai sifat tahan terhadap gesekan dan tahan tekanan unsure ini
mudah berubah kekerasannya pada kondisi temperatur yang tidak tetap.
3. Silicon
Silikon untuk memperbaiki homogenitas pada baja. Selain itu, dapat menaikkan
tegangan tarik dan menurunkan kecepatan pendinginan kritis sehingga baja karbon
lebih elastis dan cocok dijadikan sebagai bahan pembuat pegas.
4. Posfor
Posfor dalam baja dibutuhkan dalam persentase kecil yaitu maksimum 0,04 %
yang berfungsi untuk mempertinggi kualitas serta daya tahan material terhadap
korosi. Penambahan posfor dimaksudkan pula untuk memperoleh serpihan kecil
kecil pada saat permesinan.
5. Chromium
Unsur ini berpengaruh pada ketahanan terhadap korosi dan nilai kekerasannya.
Selain itu unsur ini dapat pula mempermudah baja untuk dikerjakan dengan mesin
bila dilunakkan dan setelah itu dikerjakan dengan proses perlakuan panas.
6. Nikel
Unsur ini berpengaruh pada peningkatan nilai kekerasan, keuletan, tahan korosi,
unsur ini dapat pula mempermudah baja untuk dikerjakan dengan mesin karena
keuletannya.
7. Molibden
13
b) Perlakuan Panas
1. Annealing
Normalizing dilakukan untuk mendapatkan struktur mikro dengan butir yang halus
dan seragam. Proses ini dapat diartikan sebagai pemanasan dan mempertahankan
pemanasan pada suhu yang sesuai diatas batas perubahan diikuti dengan
pendinginan secara bebas didalam udara luar supaya terjadi perubahan ukuran
butiran-butiran. Hal tersebut membuat ukuran menjadi seragam dan juga untuk
memperbaiki sifat-sifat mekanik dari baja tersebut. Pada proses ini baja
dipanaskan untuk membentuk struktur austenit direndam dalam keadaan panas,
dan seterusnya didinginkan secara bebas di udara. Pendinginan yang bebas akan
menghasilkan struktur yang lebih halus daripada struktur yang dihasilkan dengan
jalan annealing. Pengerjaan mesin juga akan menghasilkan permukaan yang lebih
baik (Rubijanto, 2006).
3. Hardening
Menurut Sumiyanto, 2006. Suatu proses pemenasan baja pada suhu dibawah maka
baja akan menjadi lebih kuat dan ulet tanpa kehilangan sifat kekerasannya.
14
BAB III
METODOLOGI PRATIKUM
A. Alat dan Bahan
1. Modul Pratikum
2. Hardness Tester Microvickers Future Tech FM-800
3. Batang Uji,
besi polos diameter 10mm
4. Grinding Machine
B. Keselamatan Kerja
1. Persiapan
Gunakanlah alat pelindung diri (baju praktik, sepatu kerja) sebelum
pekerjaandimulai
Periksa keadaan alat uji dan kelengkapannya
Hubungkan stop kontak, Hidupkan Hardness Tester apakah dapat
berfungsidengan baik
Pasang material pada ragun
Tanyakan hal-hal yang dirasa kurang jelas dan tepat berkaitan dengan alat
uji
kepada instruktur atau teknisi.
15
2. Pengoperasian
Pastikan optic dan mata intan tidak terbentur dengan material kerja
Sebelum dilakukan proses indentasi, optik X50 telah difokuskan terlebih
dahulu
3. Penyelesaian
Posisikan optic pada X10 tepat berada diatas benda kerja
Pastikan sebelum mematikan stop kontak, data-data sudah tercatat di
lembarkerja
Lepaskan benda kerja sebelum mematikan stop kontak
Kembalikan peralatan yang telah digunakan pada tempatnya
C. Langkah Pengerjaan
1. Benda kerja di Ikat pada ragum dan pastikan benda kerja terikat dengan benar dan kuat
2. Fokuskan Optik X50 terhadap benda kerja melalui Eyepiece
3. Putar Measuring Knob sehingga terlihat garis ukur berada di tengah seperti pada
gambar 1
4. Jika Display Diagonal tidak menunjukkan angka 0m, maka posisi garis ukur seperti
pada gambar 2
Gambar 1
Gambar 2
5. Tekan reset pada Touch Screen Display sehingga diagonal 1 dan 2 bernilai 0m
6. Pilih Load pada load selector sesuai dengan pembebanan yang diinginkan
7. Lakukan proses indentasi dengan menekan start pada touch screen display
8. Biarkan selama kurang lebih 15 detik, agar identer dapat melakukan proses indentasi
secara sempurna
9. Lakukan proses pengukuran diagonal 1 seperti gambar 3, kemudian untuk merekam
data dapat menekan tombol READ pada Measuring Microscope
10. Lakukan proses pengukuran diagonal 2 seperti pada gambar 4 dan tekan tombol
16
Gambar diagonal 1
Gambar diagonal 2
11. Cata hasil pengukuran dan buktikan dengan menggunakan rumus HV serta nilai
konversi yang berlaku
12. Lepas benda kerja dari ragum
13. Matikan tombol power dari alat uji
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Perhitungan
No.
1
2
3
4
5
gF
500
300
200
100
50
Load (F)
N
?
?
?
?
?
Diagonal 1 (d1)
m
Mm
63.74
?
50.15
?
42.27
?
28.16
?
20.17
?
Diagonal 2 (d2)
m
mm
63.49
?
48.68
?
39.39
?
28.02
?
16.47
?
Ukur
229.1
227.8
222.5
235
276.3
HV
Hitung
?
?
?
?
?
Ukur
229.1
227.8
HV
Hitung
?
?
gF
500
300
Load (F)
N
4.903325
2.941995
Diagonal 1 (d1)
m
Mm
63.74
0.06374
50.15
0.05015
17
Diagonal 2 (d2)
m
mm
63.49
0.06349
48.68
0.04868
3
4
5
200
100
50
1.96133
0.980665
0.490333
42.27
28.16
20.17
0.04227
0.02816
0.02017
39.39
28.02
16.47
0.03939
0.02802
0.01647
222.5
235
276.3
?
?
?
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
No
.
1
2
3
4
5
Diagonal 2 (d2)
mm
mm
(d1+d2)
mm
500
300
200
100
50
4.903325
2.941995
1.96133
0.980665
0.490333
63.74
50.15
42.27
28.16
20.17
0.06374
0.05015
0.04227
0.02816
0.02017
63.49
48.68
39.39
28.02
16.47
0.06349
0.04868
0.03939
0.02802
0.01647
0.12723
0.09883
0.08166
0.05618
0.03664
Load (F)
No.
Diagonal 1 (d1)
gF
No.
Diagonal 1 (d1)
Diagonal 2 (d2)
gF
Mm
Mm
(d1+d2)
mm
500
300
200
100
50
4.903325
2.941995
1.96133
0.980665
0.490333
63.74
50.15
42.27
28.16
20.17
0.06374
0.05015
0.04227
0.02816
0.02017
63.49
48.68
39.39
28.02
16.47
0.06349
0.04868
0.03939
0.02802
0.01647
0.12723
0.09883
0.08166
0.05618
0.03664
Load (F)
Diagonal 1
(d1)
Diagonal 2
(d2)
gF
Mm
mm
50
0
30
0
20
0
10
0
4.90332
5
2.94199
5
63.7
4
50.1
5
42.2
7
28.1
6
20.1
7
0.0637
4
0.0501
5
0.0422
7
0.0281
6
0.0201
7
63.4
9
48.6
8
39.3
9
28.0
2
16.4
7
0.0634
9
0.0486
8
0.0393
9
0.0280
2
0.0164
7
50
1.96133
0.98066
5
0.49033
3
18
(d1+d2)
mm
0.016187
0.009767
0.006668
0.003156
0.001342
(d1+d2
) mm
(d1+d2
) mm
F/d
0.1272
3
0.0988
3
0.0816
6
0.0561
8
0.0366
4
0.0161
9
0.0097
7
0.0066
7
0.0031
6
0.0013
4
302.90
9
301.20
6
294.12
5
310.71
1
365.24
1
Konstant
a
0.1891
0.1891
0.1891
0.1891
0.1891
HV = 57.28002
Hitung kelima data Load yang diperoleh dengan cara yang sama seperti diatas, sehingga
di peroleh data HV seperti berikut :
Load (F)
No.
1
2
3
4
5
Diagonal 1 (d1)
Diagonal 2 (d2)
gF
mm
mm
(d1+d2)
mm
500
300
200
100
50
4.903325
2.941995
1.96133
0.980665
0.490333
63.74
50.15
42.27
28.16
20.17
0.06374
0.05015
0.04227
0.02816
0.02017
63.49
48.68
39.39
28.02
16.47
0.06349
0.04868
0.03939
0.02802
0.01647
0.12723
0.09883
0.08166
0.05618
0.03664
HV
Ukur
229.1
227.8
222.5
235
276.3
1190.7
238.14
Hitung
57.28002
56.95815
55.61903
58.75553
69.06711
297.6798
59.53597
19
(d1+d2)
mm
F/d
0.01619
0.00977
0.00667
0.00316
0.00134
302.909
301.206
294.125
310.711
365.241
HV
Ukur
Hitung
229.1
227.8
222.5
235
276.3
57.28002
56.95815
55.61903
58.75553
69.06711
Mencari Median
No.
1
2
3
4
5
Ukur
229.1
227.8
222.5
235
276.3
HV
Hitung
57.28002
56.95815
55.61903
58.75553
69.06711
Data
ke 1
2
3
4
5
Ukur
222.5
227.8
229.1
235
276.3
Mencari Modus
Data
ke 1
2
3
4
5
Ukur
222.5
227.8
229.1
235
276.3
HV
Hitung
55.619
56.9581
57.28
58.7555
69.0671
Mencari Kuartil
Q1 = x(n + 3)/4
20
HV
Hitung
55.619
56.9581
57.28
58.7555
69.0671
Q2 = (x n/2 + x n/2 + 1)
Q3 = x(3n + 5)/4
-
Q1 = x (5+3)/4
= x (8/4)
= x ke 2 sehingga nilai Q1 = 56.95815
Q2 = (x n/2 + x n/2 + 1)
= (x 5/2 + x 5/2 + 1)
= (x 2.5 + x 3.5)
= x 6 (data x ke-3)
Sehingga nilai Q2 = 57.28
Q3 = x(3n + 5)/4
= x (15 + 5)/4
= x 5, sehingga diperoleh nilai Q5 = 69.0671
Mencari Simpangan
21
B. Masalah Pengujian
Menurut kelompok kami pada saat melakukan pengujian dan penyusunan
laporan
ini,
tidak
menemukan
Masalah
yang
menghambat
kami
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kekerasan suatu bahan pada umumnya, menyatakan terhadap deformasi
dan untuk logam dengan sifat tersebut merupakan ukuran ketahanannya terhadap
deformasi plastik atau deformasi permanen. apabila yang menyatakan kekerasan
sebagai ukuran terhadap lekukan dan ada pula yang mengartikan kekerasan
sebagai ukuran kemudahan dan kuantitas khusus yang menunjukkan sesuatu
mengenai kekuatan dan perlakuan panas dari suatu logam.
Pengukuran kekerasan digolongkan dalam kelompok pengujian tak
merusak. dan diterapkan untuk inspeksi sebagai suku cadang karena kekerasan
dengan kekuatan tarik sedang ketahanan aus berbanding terbalik dengan
kekerasan.
Pengujian yang paling banyak dipakai adalah penekanan-penekanan
tertentu pada benda kerja dengan bahan tertentu dengan mengukur ukuran
penekanan yang berbentuk diatasnya :
a. Metode Brinel
22
b. Metode Vickers
c. Metode Rockwell
Uji kekerasan vickers menggunakan indentor piramida intan yang pada
dasarnya berbentuk bujur sangkar. Besar sudut antar permukaan piramida intan
yang saling berhadapan adalah 136 derajat. Nilai ini dipilih karena mendekati
sebagian besar nilai perbandingan yang diinginkan antar diameter lekukan dan
diameter bola penumbuk pada uji kekerasan brinell (dieter, 1987).
B. Saran
Setelah melakukan pengujian ini, kami ingin memberikan saran terhadap temanteman pembaca laporan kami. Sebelum melakukan pengujian, baiknya teman-teman
memastikan fungsi dari Hardness Machine benar-benar akurat dan batang uji benar-benar
halus sehingga dalam pratikum dapat mendapat hasil data yang kita harapkan.
DAFTAR PUSTAKA
23