Anda di halaman 1dari 6

Adalah PTKP sebulan.

Tetapi , bagi pegawai tidak tetap yang penghasilan


sebulannya lebih dari Rp 2.025.000, maka menggunakan PTKP harian
sebenarnya yang di peroleh dari PTKP setahun di bagi 360 hari.
Sementara itu, bagi pegawai yang penghasilan sebulannya kurang dari atau
sama dengan Rp 2.025.000, maka sebelum PPh 21 di hitung, penghasilan bruto
pegawai tersebut di kurangi terlebih dahulu dengan batasan penghasilan bruto
yang tidak di potong PPh 21. Berdasarkan ketentuan pasal 1 PMK206/PMK.011/2012 batas penghasilan bruto yang di terima/ di peroleh pegawai
harian dan mingguan serta pegawai tidak tetap lainnya yang tidak di potong PPh
21 adalah Rp 200.000 per hari. Sedangkan apabila penghasilan perbulannya
lebih dari Rp 7.000.000, maka PTKP yang digunakan adalah PTKP setahun.
Perhitungan PPh 21 untuk pegawai tidak tetap adalah :
Mekanisme pembayaran
dan besaran penghasilan
1. Di bayar bulanan

2. Tidak di bayar bulanan


a. Jumlah satu bulan
Rp 2.025.000
- Penghasilan sehari
Rp 200.000
- Penghasilan sehari
> Rp 200.000
b. Jumlah satu bulan >
Rp 2.025.000
- Penghasilan sehari
Rp 200.000
- Penghasilan sehari
> Rp 200.000
c. Jumlah satu buan >
Rp 7.000.000

Rumus PPh 21

Keterangan

Tarif pasal 17 x PhKP

PhKP = Ph.bruto
disetahunkan PTKP
setahun

5% x ( Ph.Bruto
200.000)

Tidak terutang PPh 21


karena Ph bruto sehari
200.000

5% x ( Ph.Bruto
200.000)

5% x ( Ph.Bruto PTKP
sebenarnya/360.000)
5% x ( Ph.Bruto PTKP
sebenarnya/360.000)
Tarif pasal 17 x PhKP di
setahunkan

PhKP = Ph.Bruto
disetahunkan PTKP
setahun

Kewajiban teknis pemotongan dlakukan oleh pemberi penghasilan terkait dengan


pemotongan PPh 21 untuk pegawai tidak tetap adalah menghitung dan
memotong PPh 21 pada masa oajak terutangnya penghasilan. Pembuatan bukti
potong bagi pegawai tidak tetap dibuatkan setiap kali pemotongan pajak
dilakukan. Kemudian pemberi penghasilan harus menyetorkan PPh 21 paling
lambat tanggal 10 bulan takwin berikutnya setelah masa pajak berakhir dan
dilaporkan paling lambat tanggal 20 bulan takwin berikutnya setelah masa pajak
berakhir.

Menurut PER-31/PJ/2012 imbalan kepada bukan pegawai yang bersifat


berkesinambungan adalah imbalan kepada bukan pegawai yang dibayar atau
terutang lebih dari satu kali dalam satu tahun kalender sehubungan dengan
pekerjaan,jasa,atau kegiatan. Selain pengertian diatas, maka syarat
berkesinambungan adalah sesuai dengan pasal 13 ayat (1) yaitu telah memiliki
NPWP dan hanya memperoleh penghasilan dari hubungan kerja dengan
pemotong PPh 21 dan/atau PPh 26 serta tidak memperoleh penghasilan lainnya.
Apabila syarat-syarat tersebut terpenuhi maka di anggap bersifat
berkesinambungan, yang akan di potong PPh 21 dengan rumus :
[( 50% x jumlah penghasilan Bruto) PTKP perbulan ] x tarif PPh pasal 17 ayat
(1) huruf a
Namun, apabila tidak memenuhi syarat dalam pasal 13 ayat (1), maka di anggap
bersifat tidak berkesinambungan, sehingga PPh 21 yang akan di potong adalah
sebesar 50% dari jumlah penghasilan bruto berdasarkan tarif pasal 17 ayat 1.
Pajak Penghasilan 23
utang PPh 23 merupakan PPh 23 yang telah di potong oleh pihak yang
membayarkan meskipun belum di setorkan ke kas negara pada akhir bulan
pemotongan.
Berdasarkan UU PPh nomor 36tahun 2008 pasal 23 ayat (1) a, besarnya
pungutan di bedakan antara WP yang ber-NPWP dengan WP yang tidak berNPWP. Tarif WP yang tidak memiliki NPWP lebih tinggi 100% dari pada tarif yang
di terapkan terhadap WP yang dapat menunjukan NPWP.
DIVIDEN
Dividen merupakan bagian lab yang di peroleh pemegang saham atau
pemegang polis asuransi atau pembagian sisa hasil usaha ( SHU ) koprasi yang
di peroleh anggota koprasi, termasuk dalam pengertian dividen sesuai dengan
penjelasan UU PPh Nomor 36 Tahun 2008 pasal 4 ayat (1) Huruf G, adalah ;
1. Pembagian laba, secara langsung maupun tidak langsung, dengan nama
dan dalam bentuk apapun
2. Pembayaran kembali karena likuidasi yang melebihi jumlah modal saham
3. Pemberian saham bonus yang di lakukan tanpa penyetoran, termasuk
saham bonus yang berasal dari kapitalisasi agio saham
4. Pencatatan tambahan modal yang di lakukan tanpa penyetoran
5. Jumlah yang melebihi jumlah setoran sahamnya yang di terima/ di peroleh
pemegang saham karena pembelian embali saham-saham oleh perseroan
yang bersangkutan
6. Pembayaran kembali seluruhnya/ sebagian dari modal saham, jika dalam
tahun-tahun sebelumnya di peroleh keuntungan, kecuali jika pembayaran
kembali itu adalah akibat dari pengecilan modal dasar yang di lakukan
secara sah
7. Pembayarn sehubungan dengan tanda-tanda laba, termasuk yang
diterima sebgai penebusan tanda-tanda laba tersebut

8. Bagian laba sehubungan dengan pemilikan obligasi


9. Bagian laba yang diterima oleh pemegang polis
10.Pembagian berupa SHU kepada anggota oprasi dan
11.Pengeluaran perusahaan untuk keperluan pribadi pemegang saham yang
dibebankan sebagai biaya usaha
Berdasarkan UU PPh Nomor 36 Tahun 2008 pasal 17 Ayat (2c) Jo. PP 19 tahun
2009 Jo.SE-01/Pj.03/2009, dividen yang di kenakan pajak adalah dividen yang
diterima oleh org pribadi, dengan tarif sebesar 10 % bersfat Final. Namun,
dividen yang di kecualikan dari objek PPh 23 adalah dividen yang diterima oleh
PT sebagai WP dalam Negeri, Koprasi, BUMN/D dari pernyataan modal pada
badan usaha yang di dirikan dan bertempat kedudukan di indonesia, dengan
syarat : dividen yang di bagikan berasal daari cadangan saldo laba dan
kepemilikan saham paling rendah 25% dari jumlah modal saham sesua dengan
UU PPh Nomor 36 tahun 2008 pasal 4 ayat (3).
BUNGA
Berdasarkan UU PPh nomor 36 tahun 2008 pasal 23 ayat (4) bunga yang bukan
merupakan objek PPh adalah bunga yang di terima bank karena di masukkan
sebgai penghasilan bank.
Rotalti/imbalan atas penggunaan hak
royalti adalah suatu jumlah yang di bayarkan/ terutang dengan cara atau
perhitungan apapun, baik di lakukan secara berkala maupun tidak. Khusus untuk
royalti dari hasil karya sinematografi, perlakuan PPh 23 di atur dalan PER
33/PJ/2009 jo.SE-58/PJ/2009.
Hadiah, penghargaan, bnus dan sejenisnya
Hadiah yang termasuk sebagai objek pajak PPh 23 adalah hadiah perlombaan,
penghargaan dan prestasi tertentu, hadiah sehubungan dengan pekerjaan atau
pemberian jasa selain yang telah di potong PPh 21 ayat (1) huruf E, kecuali
hadiah yang di berikan kepada semua pembeli atau konsumen akhir tanpa di
undi dan hadiah yang di terima langsung oleh konsumen akhir pada saat
pembelian barang atau jasa.
Sementara itu, hadiah undian (UU PPh nomor 36 tahun 2008 pasal 4 ayat (2)
huruf B jo. PP 132 tahun 2000 jo.Kep-395/Pj/2001 jo.SE-19/Pj.43/2001) di kenakan
pajak sebesar 25% dari jumlah bruto yang bersifat final.
SEWA
Mulai 1 januari 2009 sewa kenderaan angkutan darat dan sewa harta lainnya di
kenakan PPh 23 sebesar 2%. Sementara itu, untuk tahun 2007 dan 2008 (PER70/Pj./2007), sewa angkutan darat dengan persentase penghasilan neto sebesar
10% dari penghasilan bruto. Sewa harta lainnya dengan persentase penghasilan
neto sebsar 30% dari penghasilan bruto. Persewaan tanah dan/atau bangunan di
kecualikan dan PPh 23 karena telah di kenakan PPh pasal 4 ayat 2 sesuai dengan
PP 5 tahun 2002 jo.KMK-120/KMK.03/2002 jo.Kep-227/pj/2002.

Imbalan Jasa
Menurut UU PPh nomor 36 tahun 2008 pasal 23 ayat (1) huruf C, imbalan jasa
yang menjadi objek PPh 23 adalah imbalan dengan sehubungan dengan jasa
teknik, jasa manajemen, jasa kontruksi, jasa konsultan, dan jasa lain yang di
tetapkan oleh Dirjen Pajak, selain yang telah di potong PPh 21.
PMK-224/PMK.03/2008jo.SE-53/Pj/2009 mengatur mengenai imbalan jasa yang
menjadi objek pasal 23 ayat (1) huruf C UU PPh nomor 36 tahun 2008 di kenakan
PPh sebesar 2% x penghasilan bruto tidak termasuk PPN
Pajak penhasilan 26
PPh 26 adalah PPh yang di kenakan / di potong atas penghasilan yang bersumber
dari indonesia yang di terima/di peroleh WP luar negeri selain BUT di indonesia.
Karena BUT merupakan WP luar negeri tetapi pengenaan pajaknya di
persamakan dengan WP badan dalam negeri. Namun, tidak semua pembayaran
kepada WP luar negeri harus di potong PPh 26, karena harus memperhatikan ada
atau tidaknya perjanjian penghindaran pajak berganda (P3B) dengan negara
asing.
WP luar negeri adalah sebgai berikut.
a. Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di indonesia atau berada di
indonesia tidak lebih dari 180 hari dalam jangka waktu 12 bulan, dn badan
yang tidak didirikan dan idak bertempat kedudukan di indonesia yang
menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui BUT di indonesia ;
dan
b. Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di indonesia ata berada di
indonesia tidak lebih dari 183 har dalam jangka waktu 12 bulan, dan
badan yang tidak di dirikan dan tdak bertempat kedudukan di indonesia
yang dapat menerima/memperoleh penghaslan dari indonesia bukan dari
menjalankan usaha atau melakukan kegiatan BUT di indonesia.
Pemotong PPh 26 adaah sebgai berikut
1. Badan pemerintah setiap unit tertentu dari pemerintah baik pusat
maupun daerah termasuk BUMN/D
2. Subjek pajak dalam negeri
WP badan dan orang pribadi dalam negeri
selain BUT
3. Penyelenggara kegiatan
4. BUT/perwakilan perusahaan luar negeri lainnya
Objek PPh 26 adalah semua penghasilan yang di terima/di peroleh WP luar
negeri selain BUT dengan nama dan dalam bentuk apapun yang bersumber dari
indonesia.
Tarif PPh 26 dan dasar pengenaan pajak (DPP) adalah sebgai berikut
1. 20% dari umlah penghasilan bruto yang di terima/di peroleh WP luar
negeri,selain BUT di indonesia berupa ;

a. Dividen
b. Bunga, termasuk premiun, diskonto, premisuap dan imbalan
sehubungan dengan jaminan pengembalian utang
c. Royalti, sewa, dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan
harta
d. Imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan, dan kegiatan
e. Hadiah dan penghargaan
f. Pensiun dan pembayaran berkala lainnya
2. 20% dari perkiraan penghasilan neto atas penhasilan dari penjualan harta
di indonesia yang di terima/di peroleh WP luar negeri (selain BUT di
indonesia) dan premi asunransi yang di bayarkan kepada perusahaan
asuransi luar negeri
a. PMK-82/PMK.03/2009jo.PER-52 /Pj/2009 penghasilan dari penjualan
harta (selain saham) yang di peroleh WP luar negeri selain BUT di
indonesia di potong pajak sebesar 20% x 25% dari harga jual
Pihak yang wajib pemotong PPh 26 adalah ;

Pembeli yang ditunjuk sebagai pemotong pajak dengan membuat bukti


pemotongan PPh 26 : dan
WP orang pribadi luar negeri yang menerima penghasilan dari penjualan
harta yang tidak melebihi 10.000.000 untuk tiap jenis transaksi,
dikecualikan dari pemotongan PPh 26.
b. PMK-258/PMK.03/2008 penghasilan penjualan saham yang diperoleh
WP luar negeri selain BUT di indonesia, diluar bursa efek dipotong
pajak 20% x 25% dari harga jual.

Pihak yang wajib memotong PPH 26 adalah.

Pembeli(Wp dalam negeri) yang ditunjukkan sebagai pemotong pajak


dengan membuat bukti pemotongan PPh 26 : dan
Perseroan ( WP luar negeri)
c. KMK-624/KMK.04/1994 penghasilan premi asuransi dan premi re
asuransi yang dibayarkan kepada perusahaan asuaransi di luar negeri
dipotong pajak sebesar 20% dari perkiraan penghasilan neto.

Besar perkiraan penghasilan neto adalah sebagai berikut.

50% dari jumlah premi yang dibayarkan kepada perusahaan asuaransi


diluar negeri, secara langsung melalui pialang.
10% premi yang dibayarkan kepada perusahaan asuransi diluar negeri
oleh perusahaan asuransi yang berkedudukan diindonesia, secara
langsung atau melalui pialang.
5% dari premi yang dibayarkan kepada perusahaan asuransi diluar negeri
oleh perusahaan re asuransi yang berkedudukan diindonesia , baik secara
langsung maupun pialang.
3. 20 % PhKP sesudah dikurangi PPh terutang dari suatu BUT diindonesia,
kecuali penghasilan tersebut ditanamkan kembali di indonesia, (PMK141/PMK.03/2011) BUT yang melakukan penanaman kembali wajib
menyampaikan pemberitahuan secara tertulis mengenai bentuk

penanaman yang di lakukan kepada KPP tempat WP terdaftar, dan


melampirkan SPT tahunan PPh.
4. Tarif berdasarkan P3B (Tax treaty) anatar pemerintah indonesia dengan
pihak negara yang telah memiliki persetujuan, dengan syarat WP luar
negeri yang bersangkutan harus menunujukan surat keterangan domisili
(SKD) atau certificate of residence tax payer (CRT) dari pejabat berwenang
di negara asal WP pemotong pajak dan meyampaikan foto copy kepada
kepala KPP tempat pemotong pajak terdaftar. (PER-61/PJ/2009jo.PER24/PJ/2010).
Pada prinsipnya pemotongan pajak atas WP luar negeri adalah bersifat final,
namun atas penghasilan WP orang pribadi atau badan luar negeri yang berubah
status menjadi WP dalam negeri atau BUT, maka pemotongan pajaknya tidak
bersifat final sehingga potongan pajak tersebut dapat di kreditkan dalam SPT
tahunan PPh.

Anda mungkin juga menyukai

  • PPKN 1
    PPKN 1
    Dokumen15 halaman
    PPKN 1
    Tata Citra
    Belum ada peringkat
  • Titi
    Titi
    Dokumen16 halaman
    Titi
    Tata Citra
    Belum ada peringkat
  • PPKN
    PPKN
    Dokumen7 halaman
    PPKN
    Tata Citra
    100% (1)
  • Titi
    Titi
    Dokumen16 halaman
    Titi
    Tata Citra
    Belum ada peringkat
  • Tingkat
    Tingkat
    Dokumen14 halaman
    Tingkat
    Tata Citra
    Belum ada peringkat
  • Titi
    Titi
    Dokumen16 halaman
    Titi
    Tata Citra
    Belum ada peringkat
  • Kartu Peserta
    Kartu Peserta
    Dokumen1 halaman
    Kartu Peserta
    Tata Citra
    Belum ada peringkat
  • Utang Jangka Pendek
    Utang Jangka Pendek
    Dokumen21 halaman
    Utang Jangka Pendek
    Icun Ndari Lulu
    Belum ada peringkat
  • COA1
    COA1
    Dokumen2 halaman
    COA1
    Tata Citra
    Belum ada peringkat
  • Utang Jangka Pendek
    Utang Jangka Pendek
    Dokumen21 halaman
    Utang Jangka Pendek
    Icun Ndari Lulu
    Belum ada peringkat
  • Surat Pernyataan Kesediaan
    Surat Pernyataan Kesediaan
    Dokumen1 halaman
    Surat Pernyataan Kesediaan
    Tata Citra
    Belum ada peringkat
  • Tia Tugas
    Tia Tugas
    Dokumen9 halaman
    Tia Tugas
    Tata Citra
    Belum ada peringkat
  • Kisi-Kisi Kelas A
    Kisi-Kisi Kelas A
    Dokumen1 halaman
    Kisi-Kisi Kelas A
    Tata Citra
    Belum ada peringkat
  • Resep Masakan Ayam Bakar Iloni Sedap Gurih Ala Gorontalo
    Resep Masakan Ayam Bakar Iloni Sedap Gurih Ala Gorontalo
    Dokumen2 halaman
    Resep Masakan Ayam Bakar Iloni Sedap Gurih Ala Gorontalo
    Tata Citra
    Belum ada peringkat
  • Pembahasan Baru1
    Pembahasan Baru1
    Dokumen13 halaman
    Pembahasan Baru1
    Tata Citra
    Belum ada peringkat
  • Tugas Perekonomian Indo Bab 3 Dan Bab 4
    Tugas Perekonomian Indo Bab 3 Dan Bab 4
    Dokumen1 halaman
    Tugas Perekonomian Indo Bab 3 Dan Bab 4
    Tata Citra
    75% (4)
  • Seni Budaya
    Seni Budaya
    Dokumen4 halaman
    Seni Budaya
    Tata Citra
    Belum ada peringkat
  • COA1
    COA1
    Dokumen4 halaman
    COA1
    Tata Citra
    Belum ada peringkat
  • COA1
    COA1
    Dokumen4 halaman
    COA1
    Tata Citra
    Belum ada peringkat
  • Harta Apa Saja
    Harta Apa Saja
    Dokumen4 halaman
    Harta Apa Saja
    Tata Citra
    Belum ada peringkat
  • COA1
    COA1
    Dokumen2 halaman
    COA1
    Tata Citra
    Belum ada peringkat
  • COA1
    COA1
    Dokumen4 halaman
    COA1
    Tata Citra
    Belum ada peringkat
  • Cover Now
    Cover Now
    Dokumen1 halaman
    Cover Now
    Tata Citra
    Belum ada peringkat
  • Analisis Kelayakan Usaha
    Analisis Kelayakan Usaha
    Dokumen2 halaman
    Analisis Kelayakan Usaha
    Tata Citra
    Belum ada peringkat
  • Daftar
    Daftar
    Dokumen16 halaman
    Daftar
    Tata Citra
    Belum ada peringkat
  • Seni Budaya
    Seni Budaya
    Dokumen4 halaman
    Seni Budaya
    Tata Citra
    Belum ada peringkat
  • Seni Budaya
    Seni Budaya
    Dokumen4 halaman
    Seni Budaya
    Tata Citra
    Belum ada peringkat
  • Tia Tugas
    Tia Tugas
    Dokumen5 halaman
    Tia Tugas
    Tata Citra
    Belum ada peringkat
  • Daftar
    Daftar
    Dokumen16 halaman
    Daftar
    Tata Citra
    Belum ada peringkat