Oleh: Firdaus Putra, HC. | Direktur Kopkun Institute dan Peneliti LSP2I Jakarta3
Yang miskin makin miskin yang kaya makin kaya
Thomas Piketty
Even Adam Smith was not an economist. Yes, he was a moral philosopher!
HS. Dillon
PARAMETER SOSIAL-EKONOMI-POLITIK
1. Pemerataan di level bawah justru mendongkrang pertumbuhan ekonomi. Kertas kerja diskusi internal peneliti
4
IMF merekomendasikan rubah haluan dari pertumbuhan ke pemerataan (IMF, Juni 2015) . Mereka
menemukan, More importantly, we find an inverse relationship between the income share accruing to the
rich (top 20 percent) and economic growth. If the income share of the top 20 percent increases by 1
percentage point, GDP growth is actually 0.08 percentage point lower in the following five years, suggesting
that the benefits do not trickle down. Instead, a similar increase in the income share of the bottom 20 percent
(the poor) is associated with 0.38 percentage point higher growth. Maka, bila ingin mengejar pertumbuhan
pun justru lebih besar angkanya (0,38) dengan meningkatkan pendapatan dari 20% kelas bawah.
2.
Makalah untuk pengantar Diskusi pada Pelantikan Pengurus BEM FISIP Unsoed, Jumat 29 April 2016.
Saya pinjam terminologi dan konsepsi ini dari HS. Dillon, An Indonesian Renaissance: Kebangkitan Kembali Republik Perspektif HS. Dillon, 2012.
3
Lembaga semi-otonom Koperasi Konsumen Kopkun yang bergerak di bidang: riset-pengembangan, pendidikan-pelatihan dan pemberdayaan.
Korespondensi: WA 082134921369 | Email: firdaus@kopkuninstitute.org
4
IMF Strategy, Policy, and Review Department, Causes and Consequences of Income Inequality: A Global Perspective, Juni 2015.
5
Sumber: http://print.kompas.com/baca/2015/12/16/Sumber-dan-Solusi-Ketimpangan-Sosial
6
Ibid.
2
Page | 1
3.
Konsentrasi kemiskinan masih berada di area perdesaan dengan penghidupan utama sebagai petani.
Page | 2
Masalah kemiskinan di perdesaan merupakan dampak kebijakan pembangunan yang bias kota. Masalah
turunannya adalah laju urbanisasi yang tinggi tiap tahun. Gejala yang paling kasat mata adalah adanya budaya
7
mudik dari kota kembali ke kampung saban lebaran tiap tahun .
4.
Akar kemiskinan dan kekayaan bermula dari masalah kepemilikan. Indonesia masih bermasalah dalam
pemilikan alat produksi berupa tanah/ sawah untuk petani. Laju penyusutan lahan pertanian mencapai
angka 1,935 juta ha selama 15 tahun, atau 129.000 ha/tahun. Setiap hari, lebih dari 353 ha lahan pertanian
berubah menjadi non-pertanian (14,7 ha per jam, 0,25 ha per menit). Setiap hari, 1.408 rumah tangga (59
rumah tangga tani per jam, atau 1 menit 1 rumah tangga tani) terpaksa meninggalkan posisi kelas dan
pekerjaannya.
Sensus Pertanian 2013 menunjukkan rumah tangga tani di Indonesia mencapai 26,13 juta, berarti selama
sepuluh tahun terjadi penurunan 5,07 juta rumah tangga pertanian, dibanding hasil Sensus Pertanian 2003.
Luas lahan pertanian keluarga semakin sempit dan arus alih profesi/migrasi petani ke sektor lain makin besar.
Pada 2003-2013 terjadi penurunan 5,04 juta petani dengan lahan di bawah 0,1 ha.
Total luas lahan yang dikuasai petani menyusut dari 10,5 persen menjadi 4,9 persen. Jumlah petani kecil
dengan luasan kepemilikan lahan kurang dari 0,5 hektar dan petani tak bertanah 56 persen (Indonesia) dan
78 persen (Jawa). Tidak heran, petani merupakan kelompok dengan pendapatan terendah di Indonesia, ratarata Rp 1,03 juta/bulan (BPS 2014)8.
5.
Struktur pelaku ekonomi utama Indonesia dilihat dari kontribusi terhadap PDB dimana UMKM menyumbang
9
59% . UMKM itu menyerap hampir 97% lapangan kerja di Indonesia. Kemudian 70% UMKM merupakan para
pelaku Usaha Mikro. Di lapangan Usaha Mikro tersebut wujudnya beraneka rupa mulai dari: penjual bakso,
sate, warung makan, warung kelontong, pedagang kaki lima, tukang becak, tukang ojek, kuli bangunan dan
seterusnya. Yang oleh banyak kalangan aneka ragam usaha rakyat itu disebut sebagai ekonomi kerakyatan/
10
ekonomi populis .
UMKM merupakan salah satu sektor strategis dalam perekonomian nasonal. Hal ini tercermin dari besarnya
penyerapan tenaga kerja oleh sektor UMKM. Data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2012 menyebutkan Page | 3
jumlah tenaga kerja di sektor UMKM sebesar 107,6 juta pekerja atau sekitar 97 persen dari jumlah pekerja di
Indonesia. Sebagian besar tenaga kerja berada pada usaha Mikro yang mencapai 90 persen. Adapun
persentase tenaga kerja pada usaha Kecil dan Menengah masing-masing mencapai 4 persen dan 3 persen11.
6.
Kemiskinan masyarakat pesisir yang padahal Indonesia adalah pemilik pantai terpanjang nomor dua di dunia
setelah Kadana. Itu pun lautnya menghasilkan aneka rupa ikan yang mencapai 8500 spesies. Indonesia
memiliki kekayaan maritim dan potensi bahari yang luar biasa besar. Dengan luas laut dan perairan yang
mencapai 2/3 wilayah Indonesia, yakni sebesar 5,8 juta km2 dan panjang pantai sekitar 97 ribu km, tentu hal
ini menggambarkan potensi sektor kelautan yang sangat menjanjikan untuk dikembangkan 12.
Potensi kelautan Indonesia diperkirakan 1.2 trilliun USD, yang dapat menyerap tenaga 40 juta tenaga kerja.
Dari potensi tak tereksploitasi (sleeping potency), kontribusi seluruh sektor kelautan (11 sektor) terhadap PDB
Indonesia terhitung 20 %. Diperhitungkan sekitar Rp 300 trilliun potensi ini hilang dari illegal, unreported and
auregulated fishing (IUUF), yang merupakan kerugian besar bagi bangsa Indonesia. Selanjutnya dikatakan
70% produk Indonesia dieksport melalui Negara Singapura (Dahuri, 2014) 13.
7.
Kepentingan-kepentingan asing yang melembaga di struktur perekonomian Indonesia dalam berbagai sektor.
Hal ini erat kaitannya dengan capital out flow yang terjadi. Bahwa sebagian besar keuntungan perusahaanperusahaan asing tersebut kembali ke negara asalnya.
a.
b.
Sektor Migas
UU No. 22 Tahun 2001 menjadi pintu masuk privatisasi dan liberalisasi sektor Migas di Indonesia.
Sumberdaya alam yang begitu besar justru dikapling oleh perusahaan-perusahaan asing. Sebaliknya,
Pertamina menjadi pemeran figuran di negeri sendiri. Data menyebutkan perusahaan-perusahaan asing
di sektor Migas seperti: Kodeco 2%, CNOOC 2%, Total 37%, Conoco Philips 18%, Exxon Mobil 9%, Vico 6%,
15
Petro China 5%, BP 3% dan Chevron 3%. Sedangkan Pertamina hanya menguasai 15% saja .
10
UU No. 20 tahun 2008 tentang UMKM menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan Usah Mikro merupakan usaha yang memiliki kekayaan maksimal
50 juta rupiah dengan omset tahunan maksimal 300 juta. Sedangkan Usaha Kecil merupakan usaha yang memiliki kekayaan dari 50 juta sampai 500
juta dengan omset 300 juta sampai 2,5 milyar rupiah. Di atasnya masuk dalam golongan Menengah yakni dengan kekayaan 10 milyar dan omset
tahunan mencapai 50 milyar rupiah.
11
Sumber: http://www.kemenkeu.go.id/en/node/47721
12
Sumber: http://kkp.go.id/index.php/pers/potensi-sektor-kelautan-indonesia-menjanjikan/
13
Sumber: http://usu.ac.id/public/content/files/USU%20MAKALAH%20Prof%20Yusni%20Ikhwan.pdf
14
Kudeta Putih: Reformasi dan Pelembagaan Kepentingan Asing dalam Ekonomi Indonesia, 2012.
15
Ibid.
c.
Sektor Retail
PP No. 112 Tahun 2007 membolehkan investasi asing di sektor retail dalam bentuk: supermarket, mall,
hyper market, department store sampai mini market di Indonesia. Retail-retail asing yang sudah masuk
di Indonesia seperti: Sogo Dept Store dari Jepang, Carrefour dari Perancis (tahun 2008 Carrefour
membeli 75% saham PT Alfa Retailindo lalu tahun 2010 40% saham Carrefour dibeli Chairul Tanjung),
Lotte Mart dari Korea, Matahari diakuisisi oleh Inggris, 7-Eleven dari Jepang, Circle-K dari Amerika
Serikat, Superindo (sebelumnya Galael) hasil akuisisi Belgia, Giant (sebelumnya Hero) hasil akuisisi Page | 4
16
Hongkong, Lawson dari Jepang dan merek-merek dagang lainnya .
Sektor retail ini berpotensi mematikan pasar tradisional, pada tahun 2004-2006 pertumbuhan pasar
tradisional minus 8,1% sedangkan retail moderen tumbuh 31,4%. Hal lain yang harus diwaspadai adalah
rantai pasokan (supply chain) dimana sampai skala ekonomi tertentu sangat membuka peluang mereka
akan mengimpor produk-produknya dari negara asal karena mereka telah ciptakan pasar sehingga
sangat mudah bila ingin membangun pabrik pasokannya.
Pengalaman Carrefour yang membeli saham Alfamart tahun 2008 yang kemudian tahun 2010 saham
Carrefour justru dibeli oleh Trans Corp sebagai konglomerat tanah air, memberi pesan bahwa dalam
dunia usaha, akuisisi begitu mudah terjadi. Sehingga tak menutup kemungkinan di masa mendatang
saham Trans Corp dibeli oleh investor asing.
8.
Korupsi dan kemiskinan. Indonesia sendiri berada pada posisi 107 dari 175 negara yang disurvei melalui Indeks
Persepsi Korupsi oleh Transparency International dengan skor 34, di mana skor 0 adalah sangat koruptif,
sedangkan 100 sangat bersih. Hal itu menunjukan beberapa akumulasi kekayaan terjadi karena korupsi.
Laporan yang diterbitkan pada Desember 2015 menyatakan, sejumlah minor warga Indonesia mendapatkan
keuntungan dari aset keuangan maupun fisik melalui cara-cara koruptif, yang pada akhirnya mendorong
ketimpangan lebih tinggi. Meningkatnya konsentrasi kekayaan pada sejumlah orang, menurut laporan itu, juga
mendorong ketimpangan yang lebih tinggi17
Setelah kebijakan diketok palu, eksekusi diserahkan kepada administratur. Pada titik ini ada tidaknya korupsi
sangat berpengaruh pada kualitas suatu layanan publik. Dalam pembangunan infrastruktur misalnya, seorang
kontraktor akan menyuap pejabat publik untuk mengerjakan proyek tertentu. Dari main contractor tersebut
disub kontrakkan kepada kontraktor menengah. Kontraktor menengah menerima dana setelah dipotong
sehingga mereka harus menyesuaikan kualitas pengadaan barang dan jasa yang dihasilkan. Meskipun ada
18
pandangan yang mengatakan bahwa korupsi bisa tidur bersama pertumbuhan , namun praktik lapangan
memperlihatkan kebocoran anggaran publik berpengaruh langsung terhadap kualitas layanannya.
9.
Indonesia
mengalami
deindustrialisasi
dimana
sektor
industri
tidak
mengalami pertumbuhan dan
bahkan penurunan. Pada
Ibid.
Sumber: http://www.neraca.co.id/article/63606/sebagian-kekayaan-orang-indonesia-dari-hasil-korupsi Kasus terbaru misalnya Panama Papers.
18
http://lontar.ui.ac.id/naskahringkas/2015-11/S56611-Gadis
17
kayu dan hasil hutan, serta sektor industri logam dasar besi dan baja. Untuk industri yang di tulis terakhir
(industri logam dasar besi dan baja), dapat dikatakan bagaikan buah si mala kama atau dapat dinyatakan
bahwa pertumbuhan dan kinerja sektor industri besi dan baja tersebut tidak sekokoh dan kekuat namanya
(Prasetyo, 2010). Padahal, industri besi dan baja ini merupakan sektor industri penunjang utama dan pertama
dalam pembangunan infrastruktur di suatu negara termasuk di Indonesia. Dengan demikian, maklum jika ada
multiplier efek dari ketidakberdayaan sektor industri besi dan baja ini terhadap pembangunan infrastruktur
Page | 5
dan sektor industri ini mengalami deindustrialisasi19.
PROPOSAL PEREKONOMIAN NASIONAL
1. KEDAULATAN EKONOMI. Menjamin kedaulatan ekonomi nasional Indonesia dengan mengkaji ulang (judicial
review/ pembatalan/ revisi) undang-undang dan berbagai peraturan yang melembagakan kepentingan asing
dalam struktur ekonomi Indonesia.
2.
PARADIGMA PEMBANGUNAN. Pembangunan ekonomi harus berubah haluan dari konsentrasi kelas atas ke
kelas bawah. Data IMF di atas telah menggambarkan dengan fokus pemerataan pada kelas bawah dengan
sendirinya meningkatkan pertumbuhan ekonomi. HS. Dillon menyebutnya sebagai growth trough equity
(pertumbuhan melalui pemerataan). Perlu diingat bahwa trickle down effect adalah mitos yang sama sekali
tak pernah terjadi. Sebaliknya yang terjadi adalah trickle up effect.
3.
UJUNG TOMBAK PEMBANGUNAN. Pembangunan growth trough equity dimulai dari sektor pertanian ,
maritim dan pelaku UMKM di masyarakat. Merekalah sejatinya tulang punggung ekonomi nasional Indonesia.
Sektor industri harus mendukung pada tiga sektor tersebut.
4.
REDISTRIBUSI KEKAYAAN MELALUI KOPERASI/ ESOP/ PERUSAHAAN SOSIAL. Integrasi antara fase on
farm dengan off farm (pasca panen) baik pada sektor pertanian maupun maritim. Nilai lebih yang sangat
tinggi terjadi pada fase off farm yang ironisnya justru dinikmati oleh para tengkulak. On farm dan off farm
dapat diintegrasikan dalam kelembagaan koperasi atau perusahaan sosial sehingga nilai lebih kembali kepada
petani atau nelayan.
20
UMKM lain misalnya pada sektor perdagangan dan jasa akan menikmati redistribusi nilai dari rantai ekonomi
misalnya dalam pasokan yang lebih murah, akses pasar yang kuat, akses permodalan yang mantap dan
sebagainya.
Kelembagaan ekonomi yang redistributif ini diperlukan juga dalam sektor retail tanah air dimana masyarakat/
konsumen adalah pemilik dari mall, supermarket, hypermarket atau mini market. Dengan cara seperti itu,
bukan sekedar tenaga kerja yang terserap, nilai lebih juga dapat terdiredistribusikan kepada konsumen/
masyarakat. Contoh misalnya: NTUC Fairprice yang menguasai 64% sharemarket retail di Singapore yang
adalah koperasi. Atau ICOOP Korea Selatan yang memayungi sekaligus konsumen dan produsen (petani)
dalam satu atap lembaga koperasi dan sebagainya.
ESOP atau Employee Share Ownership Plan adalah skema pemilikan saham oleh karyawan. Pemilikan saham
oleh karyawan ini belum menjadi isu dan kebijakan strategis di Indonesia baik dari kalangan grass root seperti
serikat buruh atau pemerintah sendiri. Padahal ESOP bisa menjadi salah satu mekanisme redistribusi nilai
lebih sehingga tidak terjadi konsentrasi dan melahirkan ketimpangan sosial-ekonomi.
Sebaliknya, dengan adanya ESOP membuat perusahaan akan lebih responsible. Kasus terbaru terkait dengan
aplikasi transportasi online yang hanya mengkerangkakan driver sebagai mitra justru sampai pada titiknya
bisa melepaskan tanggungjawab perusahaan terkait hubungan industrial antara provider-driver.
19
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=388403&val=5672&title=DEINDUSTRIALISASI%20SEBUAH%20ANCAMAN%20KEGAGALAN%2
0TRIPLE%20TRACK%20STRATEGY%20PEMBANGUNAN%20%20DI%20INDONESIA
20
Indonesia bisa menyontoh Jepang dalam sektor pertaniannya. Sumber: http://news.okezone.com/read/2014/11/24/65/1069966/indonesiaharus-contoh-pertanian-jepang
5.
PENEGAKAN HUKUM DAN REFORMA BIROKRASI. Data hubungan antara korupsi dan kemiskinan
menunjukkan bahwa anggaran yang harusnya dibelanjakan untuk keperluan publik (public expenditure)
bocor dimana-mana sehingga sektor-sektor layanan publik baik infrastruktur maupun non-material tidak
tergarap dengan baik.
HIPOTESIS 2 SEKTOR MARITIM. Ada keseriusan dalam menggarap sektor maritim dengan adanya konsep
Poros Maritim. Hal ini diikuti dengan penegakan hukum untuk illegal fishing dan integrasi pengolahan hasil
tangkapan nelayan (on farm dan off farm berjalan).
3.
HIPOTESIS 3 SEKTOR PERDESAAN. Terlihat serius membangun desa sebagai basis perekonomian seed
funding dari pusat ke desa (Dana Desa). BUMDes akan memacu ekonomi di perdesaan yang harusnya
22
berorientasi pada sektor pertanian .
4.
HIPOTESIS 4 SEKTOR PERTANIAN. Belum ada langkah konkret untuk melaksanakan reforma agraria dalam
hal ini adalah redistribusi lahan bagi para petani. Omong kosong petani akan sejahtera bila hanya memiliki 0,3
hektar tanah dan bahkan sama sekali tidak memilikinya. Sehingga tanpa reforma agraria petani Indonesia
sekedar menjadi kuli/ buruh tani.
5.
HIPOTESIS 5 KEDAULATAN EKONOMI. Belum terlihat ada upaya serius untuk melindungi kedaulatan
ekonomi nasional dari kooptasi asing terutama pada sektor-sektor strategis: tambang, perkebunan, air dan
seterusnya.
6.
HIPOTESIS 6 PENEGAKAN HUKUM DAN REFORMA BIROKRASI. Sedikit mulai terlihat dengan ketegasan
pemerintah dalam pemberantasan korupsi dan pajak. Sedangkan layanan publik makin responsif dengan
adanya beberapa kebijakan deregulasi ekonomi (Izin untuk UMKM dipermudah dan akses permodalan melalui
KUR, money follow program, dst.).
7.
HIPOTESIS 7 KELEMBAGAAN EKONOMI. Nampaknya ada blunder dimana pemerintah justru mempermudah
masyarakat membuat Perseroan Terbatas (PT) dengan tanpa memperhatikan dampak jangka panjang adanya
23
ketimpangan sosial ekonomi . Lahirnya kelas menengah baru akan dibarengi dengan ketimpangan yang
makin besar. Kelembagaan PT tentu saja tidak redistributif daripada koperasi atau model perusahaan sosial
lainnya.
KESIMPULAN
Perekonomian nasional harus berbasis pada ekonomi kerakyatan yang pilarnya adalah UMKM, sektor
pertanian dan maritim.
Pengembangan sektor pertanian dan maritim melalui industrialisasi moderen dengan kelembagaan koperasi/
perusahaan sosial untuk menjaga redistribusi nilai lebih dan kekayaan.
Growth trough equity bukanlah paradigma anti pertumbuhan, sebaliknya dengan melakukan pemerataan di
lapisan bawah, pertumbuhan akan meningkat tajam.
21
Pada tahun 2015 dari total Rp 4.050 triliun, porsi yang diberikan kepada UMKM hanya sebanyak 18,23 persen atau sekitar Rp739,8 triliun dan
perbankan sebesar 81,77 persen atau sebesar Rp3.318 triliun.
22
Catatan pengalaman BUUD dan KUD di zaman Orde Baru harus menjadi perhatian serius agar tidak mengulangi kesalahan yang sama.
23
Persyaratan modal 50 juta tidak berlaku untuk UMK. Saya tengarai lebih bermotif untuk identifikasi potensi pajak dengan memformalkan para
pelaku ekonomi yang awalnya informal tersebut. Sumber: http://global-news.co.id/2016/04/umkm-bisa-bentuk-pt-dengan-modal-seadanya/
Terbaru: http://nasional.kontan.co.id/news/izin-umkm-dipangkas-dari-1500-hari-jadi-132-hari