KMSP Bab 9
KMSP Bab 9
Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keuangan dan Manajemen Sektor Publik
yang Diampu oleh Bapak Dr. Rosidi SE., MM., Ak.
Oleh:
1. Maya Aulia
(145020301111021)
2. Iin Mutmainnah
3. Nanda D. Firdausi
(145020301111023)
(135020301111031)
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2016
A. LATAR BELAKANG ANALISIS STANDAR BELANJA
Anggaran dalam konteks otonomi dan desentralisasi menduduki peranan
penting. Untuk menghindari permasalahan yang timbul karena kekurangan dari
indikator kinerja, analisis standar belanja, standar satuan harga, dan standar
pelayanan minimal.
Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 59 Tahun 2007 Tentang Perubahan Atas
Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah Pasal 100 ayat 2 : Pembahasan oleh TAPD
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan untuk menelaah: kesesuaian
rencana anggaran dengan standar analisis belanja, standar satuan harga.
yang dimanfaatkan lebih dari satu tahun anggaran. Perhitungan ASB tidak dapat
distandarisasi antara propinsi/kabupaten/kota dengan propinsi/kabupaten/kota
lainnya karena standarisasi harga antara suatu tempat dengan tempat lainnya dapat
berbeda.
C.
Penetapan plafon anggaran pada saat Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara
(PPAS) menjadi obyektif tidak lagi berdasarkan intuisi.
Menjamin kewajaran beban kerja dan biaya yang digunakan antar SKPD
dalam melakukan kegiatan sejenis.
a. Belanja Variabel
Belanja variabel adalah belanja-belanja yang totalnya selalu berubah secara
proporsional
(sebanding)
dengan
perubahan
target
kinerja
kegiatan
pemerintah daerah. Contoh jenis belanja ini antara lain belanja sewa stand
per meter persegi, belanja sewa gedung per hari, dan lain sebagainya.
b. Belanja Tetap
Belanja tetap adalah belanja-belanja yang di dalam jarak kapasitas (range of
capacity) tertentu yang totalnya tetap, meskipun target kinerja pemerintah
daerah berubah-ubah. Contoh belanja tetap adalah belanja gaji pegawai. Besar
kecilnya belanja pegawai tidak dipengaruhi oleh banyak sedikitnya kegiatan
yang dilaksanakan oleh pemerintah.
c.
untuk
masing-masing
kegiatan
yang
dipengaruhi
oleh
pendekatan
Least
Activity
Based
Costing
(ABC),
pendekatan
Pendekatan ABC
Pendekatan ABC bertujuan untuk meningkatkan akurasi biaya penyediaan
barang dan jasa yang dihasilkan dengan menghitung biaya tetap (fixed cost)
dan biaya variabel (variable cost), sehingga total biaya dengan pendekatan
ABC adalah :
Total Biaya = Biaya Tetap + Biaya Variabel
Disamping itu, proses evaluasi dan penilaian kewajaran biaya dengan
pendekatan ABC dilakukan atas dasar biaya-biaya per kegiatan dan bukan atas
dasar alokasi bruto (gross allocations) pada suatu organisasi atau SKPD.
total
biaya
dari
suatu
Pendekatan metode
tentang
cost
driver
dari
suatu
kegiatan. Hasil yang diharapkan dari pendekatan metode diskusi ini adalah
kesepahaman tentang aktivitas, output dan cost driver dari suatu kegiatan
antara penyusun dan SKPD dalam penyusunan ASB.
Dalam penyusunan ASB, ada beberapa prinsip dasar yang harus diperhatikan
pemerintah daerah yaitu :
1. Penyederhanaan (modeling). Penyusunan ASB bertujuan membuat model
belanja untuk objek-objek kegiatan yang menghasilkan output yang sama.
2. Mudah diaplikasikan. Model yang dibuat mudah diaplikasikan, atau tidak
membuat susah yang menggunakan model tersebut.
3. Mudah diup-date. Model yang dibuat mudah untuk diperbaharui, dalam arti
jika ditambahkan data-data baru tidak merubah formula model tersebut secara
keseluruhan.
4. Fleksibel, dalam hal ini model yang dibuat menggunakan konsep belanja ratarata dan memiliki batas minimum belanja dan batas maksimum belanja.
menetapkan
kebijakan
yang
mengakibatkan
terjadinya