tahun ada 270 juta pekerja yang mengalami kecelakaan akibat kerja dan 160 juta yang terkena penyakit
akibat kerja. Biaya yang harus dikeluarkan untuk
bahaya-bahaya akibat kerja ini amat besar. ILO memperkirakan kerugian yang dialami sebagai akibat
kecelakaan-kecelakaan dan penyakit penyakit akibat
kerja setiap tahun lebih dari US$1.25 triliun atau sama
dengan 4% dari Produk Domestik Bruto (GDP).
Data kecelakaan maupun penyakit akibat kerja yang
terpercaya biasanya tidak mudah untuk didapatkan, ini bukan
hanya masalah nasional kita tetapi ini juga menjadi masalah
internasional. Beberapa kecelakaan berikut akan menggambarkan
betapa pentingnya K3. Kecelakaan pabrik pestisida di Bhopal India
pada tahun 1984 yang menewaskan 2000 s.d 2500 orang dan
menciderai 17.000 orang di sekitar pabrik. Kecelakaan lain yaitu
tewasnya 600 pekerja pria dalam rentang waktu 2-5 tahun akibat
silicosis pada awal tahun 1930an yang bekerja di Hawks Nest
Tunnel di Amaerika serikat. NIOSH membuat kajian terhadap
situasi tahun 1996 dan memperkirakan bahwa terdapat
sekitar 137 orang meninggal karena penyakit akibat kerja
dan 16 orang meninggal karena cidera (Grantham, 2007).
Sebagai
gambaran,
besarnya
rupiah
yang
dibelanjakan di Indonesia akibat kecelakaan kerja saja
(tidak termasuk biaya kesehatan) dapat dilihat pada tabel
1.X.
Tabel 1.X
Tahun
Jumlah
Kompensasi
Kecelakaan
yang harus
dibayarkan
(Rupiah)
1995
65,949
39,015,622,860
.34
1996
82,066
50,278,182,097
.33
1997
95,759
70,743,507,387
.93
1998
88,336
76,018,835,015
.71
1999
80,542
83,316,557,210
.17
2009
Tidak tersedia
54.398
Gambaran Besar
2007
2008
83.714
58.600
Tidak tersedia
Tidak tersedia
21
Pengertian K3
Keselamatan & Kesehatan Kerja (K3)/ Occupational
Health and Safety (OHS) juga dikenali dengan istilah
Occupational Safety and Health (OSH) atau jika digabung
dengan aspek lingkungan (Environment) menjadi OHSE
atau OSHE. K3 adalah pengetahuan multidisiplin beserta
masalah
penerapannya
untuk
pemeliharaan
dan
peningkatan kondisi lingkungan kerja dalam rangka
melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga kerja
(maupun orang lain di tempat kerja) dari ancaman risiko
bahaya kecelakaan maupun penyakit akibat kerja
(Budiono, 2003). K3 juga dikenal dengan istilah Higiene
Kerja yang didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan dalam
mengantisipasi,
mengenali,
mengevaluasi
dan
mengendalikan semua hazard di tempat kerja (Grantham,
2007).
Terminologi Dasar
Gambaran Besar
ANCAMAN
BAHAYA
LAINNYA
BAHAYA
TERHADAP
KESELAMATAN
Pelarut /
pembersih
Asam / bahan
yang
menyebabkan
iritasi
Debu (asbes,
silika,
kayu)
Logam berat
(timah
hitam, arsenik, air
raksa)
Polusi udara
Pestisida
Kebisingan
Radiasi
Gerakan yang
berulangulang
Posisi tubuh
yang tidak
nyaman
Panas / dingin
Penyakit
menular
Stress /
pelecehan
Beban kerja /
irama
kerja
Listrik
Kebakaran / ledakan
Mesin-mesin tanpa
pelindung
Mengangkat
bendabenda
yang berat
Pengaturan tempat
kerja
(berantakan,
penyimpanan
barang
yang tidak baik)
Kendaraan bermotor
Resin
Terdapat dua kemungkinan efek kesehatan yang
tekait dengan sakit akibat kerja. Pertama adalah penyakit
akut, dimana penyakit itu muncul segera setelah terpapar
suatu risiko. Hal ini biasanya hanya dalam waktu yang
sangat singkat sehingga perlu disiapkan izin/ hak darurat
ke rumah sakit jika diperlukan. Kedua adalah penyakit
kronis yaitu sakit atau efek kesehatan yang terjadi dalam
jangka waktu lama. Mungkin saja setelah beberapa tahun
efek kesehatan/penyakit tersebut baru akan terjadi,
bahkan mung-kin setelah tidak bekerja lagi.
Alasan Penerapan K3
Menurut Hughes (2007) terdapat tiga alasan
penerapan K3. Ketiga alasan tersebut adalah alasan
moral, alasan legal dan alasan ekonomi/ finansial.
Alasan Moral
Konsep corporate responsibility telah secara luas
diterapkan oleh banyak perusahaan. Konsep ini mencakup
isu yang luas, termasuk diantaranya adalah pengaruh
perusahaan/organisasi terhadap lingkungan dan hak asasi
manusia. Penerapan K3 di tempat kerja adalah salah satu
bentuk penerapan dari isu corporate responsilibity yang
penting untuk dilaksanakan.
Alasan Legal
Kerangka kebijakan, hukum dan peraturan K3 di
Indonesia secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran II
dari undang-undang terkait K3. Undang-undang tersebut
misalnya
Undang-Undang
No.
1/
1970
tentang
Keselamatan Kerja. Undang-undang ini meliputi semua
tempat kerja dan menekankan pentingnya upaya atau
tindakan pencegahan primer.
Undang-Undang No. 23/ 1992 tentang Kesehatan
mem-berikan ketentuan mengenai kesehatan kerja. Pada
pasal
23
menyebutkan
bahwa
kesehatan
kerja
dilaksanakan supaya semua pekerja dapat bekerja dalam
kondisi kesehatan yang baik tanpa membahayakan diri
mereka sendiri atau masyarakat, dan supaya mereka
Gambaran Besar
Gambar 1.X.
Biaya langsung pada umumnya terdiri biaya
terasunsi maupun tidak. Biaya terasunsi antara lain, biaya
klaim asuransi, kerusakan bangunan serta peralalatan dan
kendaraan. Sedangkan biaya yang tidak terasuransi
antara lain, biaya perbaikan akibat prosecution oleh
otoritas pemerintah, sick pay, kerusakan atas produk,
equipment, vehicles or process not directly attributable to
the accident (e.g. caused by replacement staff), increases
in insurance premiums resulting from the accident, any
compensation not covered by the insurance policy due to
an excess agreed between the employer and the
Pengantar Keselamatan & Kesehatan Kerja
Gambaran Besar
Gambar 1.x
Gambar 1.x menunjukkan sebuah kerangka sistem
managemen K3. HSG 65, telah mengidentifikasi lima elemen
10
Gambaran Besar
11
12
Gambaran Besar
Konsep
OHSAS
18001
memiliki
beberapa
kesesuaian dengan ISO 14001 dan ISO 9001, sehingga
beberapa perusahaan mulai menjalankan multiple
management systems yaitu menjalankan ketiga sistem
manajemen di atas ( Manajemen Mutu ISO 9001, Sistem
Manajemen Lingkungan ISO 14001 dan Sistem Manajemen
K3 / OHSAS 18001). Penggabungan ini menimbulkan suatu
konsep baru yang dikenal sebagai Green Company
(Purnama, 2011).
Konsep Green Company adalah suatu konsep
dimana sebuah perusahaan mempunyai manajemen yang
secara sadar meletakkan pertimbangan perlindungan dan
pembangunan lingkungan, keselamatan dan kesehatan
stakeholder dalam setiap pengambilan keputusan
bisnisnya sebagai wujud nyata tanggungjawab dan upaya
memberikan kontribusi positif kepada masyarakat serta
pembangunan
yang
berkelanjutan.
Konsep
Green
Company memiliki 4 komponen utama yang tidak bias
dipisahkan satu sama lainnya yaitu green strategy, green
process, green product dan green employee.
Pada umumnya, keberhasilan program K3 memerlukan
dua syarat penting yang perlu digarisbawahi, pertama
diperlukannya kepedulian/ komitmen (awareness) dan
komunikasi
dari
managemen
puncak
organisasi/
perusahaan dan kedua, disyaratkannya pelibatan pegawai
(employee involvement) secara masif pada saat
pengembangan, perbaikan dan pemeliharaan sistem
managemen. Pada Ohsas 18001 hal ini dikenal dengan
employee consultation
Refensi:
1. Hughes, P. and Ferret E., 2007, Introduction to
Health and Safety at Work, Elsevier Ltd.
2. Markanen, P.K., 2004, Keselamatan dan Kesehatan
Kerja di Indonesia, ILO, Manila Philipina
3. Budiono, S., A.M., Yusuf, R.M.S. dan Pusparini, A.,
2003, Bunga Rampai Hiperkes & KK, Badan Penerbit
Universitas Diponegoro, Semarang
13
14
Gambaran Besar