Anda di halaman 1dari 14

Isu keselamatan dan kesehatan kerja (K3) selalu

terjadi di manapun. Bahaya dan potensi bahaya bisa


muncul di pabrik, pertambangan, tempat layanan umum
(pasar, terminal, stasiun, bandara), hotel, perkantoran,
sekolah bahkan di rumah sekalipun.
K3 relevan diterapkan di semua bidang dengan
tingkatan
yang
beragam.
Pada
suatu
perusahaan/organisasi yang mem-punyai hazard rendah,
mungkin saja K3 dapat dikelola oleh seorang supervisor.
Tetapi bagi perusahaan manufaktur atau pertambangan
dengan hazard yang tinggi memerlukan beberapa
spesialis yang beragam seperti insinyur (listrik, mesin,
sipil), ahli K3, sarjana hukum, dokter dan perawat, trainer,
perancang kerja dan beberapa orang supervisor untuk
menerapkan K3 secara professional. Hal ini untuk
memastikan
agar
di
perusahaan
manufaktur/pertambangan tersebut telah diterapkan
sistem K3 secara memuaskan.
Terdapat beberapa kendala dalam penerapan K3,
diantara-nya
adalah
tekanan
produksi/target,
keterbatasan anggaran dan kompleksitas organisasi,
Tetapi sebenarnya terdapat banyak ke-untungan bagi
perusahaan/ organisasi yang menerapkan K3 secara baik.
Keuntungan tersebut dapat berupa keuntungan moral,
hukum dan ekonomis.
Mengapa K3 penting?

Alan Boulton dalam Markkanen (2004) menyatakan


bahwa:
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah
kepentingan pengusaha, pekerja dan pemerintah di
seluruh dunia. Menurut perkiraan ILO, setiap tahun di
seluruh dunia 2 juta orang meninggal karena masalahmasalah akibat kerja. Dari jumlah ini, 354.000 orang
mengalami kecelakaan fatal. Disamping itu, setiap
Pengantar Keselamatan & Kesehatan Kerja

tahun ada 270 juta pekerja yang mengalami kecelakaan akibat kerja dan 160 juta yang terkena penyakit
akibat kerja. Biaya yang harus dikeluarkan untuk
bahaya-bahaya akibat kerja ini amat besar. ILO memperkirakan kerugian yang dialami sebagai akibat
kecelakaan-kecelakaan dan penyakit penyakit akibat
kerja setiap tahun lebih dari US$1.25 triliun atau sama
dengan 4% dari Produk Domestik Bruto (GDP).
Data kecelakaan maupun penyakit akibat kerja yang
terpercaya biasanya tidak mudah untuk didapatkan, ini bukan
hanya masalah nasional kita tetapi ini juga menjadi masalah
internasional. Beberapa kecelakaan berikut akan menggambarkan
betapa pentingnya K3. Kecelakaan pabrik pestisida di Bhopal India
pada tahun 1984 yang menewaskan 2000 s.d 2500 orang dan
menciderai 17.000 orang di sekitar pabrik. Kecelakaan lain yaitu
tewasnya 600 pekerja pria dalam rentang waktu 2-5 tahun akibat
silicosis pada awal tahun 1930an yang bekerja di Hawks Nest
Tunnel di Amaerika serikat. NIOSH membuat kajian terhadap
situasi tahun 1996 dan memperkirakan bahwa terdapat
sekitar 137 orang meninggal karena penyakit akibat kerja
dan 16 orang meninggal karena cidera (Grantham, 2007).
Sebagai
gambaran,
besarnya
rupiah
yang
dibelanjakan di Indonesia akibat kecelakaan kerja saja
(tidak termasuk biaya kesehatan) dapat dilihat pada tabel
1.X.
Tabel 1.X
Tahun
Jumlah
Kompensasi
Kecelakaan
yang harus
dibayarkan
(Rupiah)
1995
65,949
39,015,622,860
.34
1996
82,066
50,278,182,097
.33
1997
95,759
70,743,507,387
.93
1998
88,336
76,018,835,015
.71
1999
80,542
83,316,557,210
.17
2009
Tidak tersedia
54.398

Gambaran Besar

2007
2008

83.714
58.600

Tidak tersedia
Tidak tersedia

Sumber: Aseanoshnet, 2009


http://www.aseanoshnet.net/indonesia/osh_static.htm
Maret 2009

21

Pengertian K3
Keselamatan & Kesehatan Kerja (K3)/ Occupational
Health and Safety (OHS) juga dikenali dengan istilah
Occupational Safety and Health (OSH) atau jika digabung
dengan aspek lingkungan (Environment) menjadi OHSE
atau OSHE. K3 adalah pengetahuan multidisiplin beserta
masalah
penerapannya
untuk
pemeliharaan
dan
peningkatan kondisi lingkungan kerja dalam rangka
melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga kerja
(maupun orang lain di tempat kerja) dari ancaman risiko
bahaya kecelakaan maupun penyakit akibat kerja
(Budiono, 2003). K3 juga dikenal dengan istilah Higiene
Kerja yang didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan dalam
mengantisipasi,
mengenali,
mengevaluasi
dan
mengendalikan semua hazard di tempat kerja (Grantham,
2007).
Terminologi Dasar

Terdapat berbagai definisi menyangkut pengetahuan dan


praktek K3. Berikut akan disampaikan pengertian beberapa
terminologi yang dikutip dari Hughes (2007).
Kesehatan (Health) adalah perlindungan terhadap jiwa dan
raga (jasmani dan rohani) seseorang dari sakit yang disebabkan
oleh benda-benda (bahan), proses dan prosedur yang digunakan di
tempat kerja. Keselamatan (safety) adalah perlindungan terhadap
seseorang dari luka (cedera) fisik. Perbedaan antara kesehatan dan
keselamatan adalah cedera, dua terminologi tersebut (Keselamatan
& Kesehatan) biasa digunakan secara bersamaan untuk
mengindikasikan perhatian terhadap fisik dan mental seseorang di
lingkungan kerja.
Welfare adalah penetapan alokasi (ketersediaan/
pengadaan) fasilitas-fasilitas untuk menjamin kesehatan,
keselamatan serta perlakuan secara manusiawi terhadap
semua individu yang berada di tempat kerja. Fasilitas
Pengantar Keselamatan & Kesehatan Kerja

welfare diantarannya adalah fasilitas kebersihan dan


sanitasi, pengadaan air minum, pengatur suhu udara,
penerangan (pencahayaan), penyediaan baju kerja,
tempat duduk (jika diperlukan oleh aktivitas kerja),
makan, tempat sholat, tempat istirahat dan pelayanan
pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K).
Sakit akibat kerja (Occupational or work-related illhealth) adalah sakit baik mental maupun fisik yang
disebabkan atau dipicu oleh aktivitas dan kondisi di
tempat kerja. Rentang waktu antara terpapar dan
timbulnya gejala sakit bisa dalam waktu yang singkat
(pendek) misalnya serangan asma maupun dalam waktu
lama (jangka panjang) misalnya ketulian & kanker.
Environmental
protection
menyangkut
pengaturan untuk melindungi aktivitas kerja yang
mempunyai dampak terhadap lingkungan (flora, fauna,
udara, air dan tanah) serta kesehatan dan keselamatan
pekerja. Contoh: pengelolaan limbah dan polusi udara.
Accident (kecelakaan) didefinisikan sebagai segala
kejadian yang tidak direncanakan yang menyebabkan
cedera atau sakitnya seseorang, kerugian atau kerusakan
terhadap barang dan lingkungan maupun hilangnya
kesempatan bisnis.
Nearmiss adalah suatu insiden yang dapat
menyebabkan accident. Pengetahuan tentang nearmiss
adalah penting. Penelitian menunjukkan bahwa setiap 10
nearmiss pada suatu tempat biasanya akan memunculkan
sebuah minor accident.
Hazard (bahaya) dan risiko, hazard adalah potensi
dari suatu bahan, aktivitas maupun proses yang dapat
menyebabkan cedera, kecelakaan dan sakit (harm).
Hazard dapat berasal dari beraneka bentuk, misalnya dari
bahan-bahan kimia, listrik bahkan penggunaan tangga
sekalipun. Hazard dapat diperbandingkan secara relatif
antara
suatu
hazard
dengan
hazard
lain
dan
dimungkinkan dibuat level/tingkat hazard. Risiko adalah
kemungkinan suatu bahan/ benda, aktivitas dan proses
untuk menyebabkan luka, kecelakaan dan sakit.
Perlu untuk diketahui perbedaan antara hazard dan
risiko. Misalnya, pada bidang konstruksi, kerja dikatakan
berisiko tinggi jika berhazard tinggi. Meskipun level
hazardnya tetap tinggi tetapi risikonya dapat diperkecil
dengan menerapkan pengendalian. Tingkat risiko yang

Gambaran Besar

tersisa saat suatu pengendalian telah dilakukan disebut


sebagai risiko residu (residual risk).
Sekilas Ancaman Bahaya K3
Hazard di tempat kerja secara umum dapat
digolongkan menjadi tiga yaitu:
1. Bahaya terhadap keselamatan, bahaya yang dapat
meng-akibatkan kecelakaan dan luka secara
langsung. Contoh : benda-benda panas dan lantai
yang licin
2. Bahan kimia berbahaya, misalnya gas, uap, cairan,
atau debu yang dapat membahayakan tubuh.
Contoh : bahan-bahan pembersih atau pestisida
3. Ancaman bahaya lainnya adalah hal-hal berbahaya,
yang belum termasuk dalam katagori tersebut yang
dapat melukai atau mengakibatkan sakit. Bahaya ini
terkadang tidak tampak jelas karena tidak
mengakibatkan masalah kesehatan dalam waktu
dekat. Contoh : kebisingan, penyakit menular, atau
gerakan yang berulang-ulang.
Tabel 1.X adalah contoh dari tabel bahaya di tempat kerja.
BAHAN KIMIA
BERBAHAYA

ANCAMAN
BAHAYA
LAINNYA

BAHAYA
TERHADAP
KESELAMATAN

Pelarut /
pembersih
Asam / bahan
yang
menyebabkan
iritasi
Debu (asbes,
silika,
kayu)
Logam berat
(timah
hitam, arsenik, air
raksa)
Polusi udara
Pestisida

Kebisingan
Radiasi
Gerakan yang
berulangulang
Posisi tubuh
yang tidak
nyaman
Panas / dingin
Penyakit
menular
Stress /
pelecehan
Beban kerja /
irama
kerja

Listrik
Kebakaran / ledakan
Mesin-mesin tanpa
pelindung
Mengangkat
bendabenda
yang berat
Pengaturan tempat
kerja
(berantakan,
penyimpanan
barang
yang tidak baik)
Kendaraan bermotor

Pengantar Keselamatan & Kesehatan Kerja

Resin
Terdapat dua kemungkinan efek kesehatan yang
tekait dengan sakit akibat kerja. Pertama adalah penyakit
akut, dimana penyakit itu muncul segera setelah terpapar
suatu risiko. Hal ini biasanya hanya dalam waktu yang
sangat singkat sehingga perlu disiapkan izin/ hak darurat
ke rumah sakit jika diperlukan. Kedua adalah penyakit
kronis yaitu sakit atau efek kesehatan yang terjadi dalam
jangka waktu lama. Mungkin saja setelah beberapa tahun
efek kesehatan/penyakit tersebut baru akan terjadi,
bahkan mung-kin setelah tidak bekerja lagi.
Alasan Penerapan K3
Menurut Hughes (2007) terdapat tiga alasan
penerapan K3. Ketiga alasan tersebut adalah alasan
moral, alasan legal dan alasan ekonomi/ finansial.
Alasan Moral
Konsep corporate responsibility telah secara luas
diterapkan oleh banyak perusahaan. Konsep ini mencakup
isu yang luas, termasuk diantaranya adalah pengaruh
perusahaan/organisasi terhadap lingkungan dan hak asasi
manusia. Penerapan K3 di tempat kerja adalah salah satu
bentuk penerapan dari isu corporate responsilibity yang
penting untuk dilaksanakan.
Alasan Legal
Kerangka kebijakan, hukum dan peraturan K3 di
Indonesia secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran II
dari undang-undang terkait K3. Undang-undang tersebut
misalnya
Undang-Undang
No.
1/
1970
tentang
Keselamatan Kerja. Undang-undang ini meliputi semua
tempat kerja dan menekankan pentingnya upaya atau
tindakan pencegahan primer.
Undang-Undang No. 23/ 1992 tentang Kesehatan
mem-berikan ketentuan mengenai kesehatan kerja. Pada
pasal
23
menyebutkan
bahwa
kesehatan
kerja
dilaksanakan supaya semua pekerja dapat bekerja dalam
kondisi kesehatan yang baik tanpa membahayakan diri
mereka sendiri atau masyarakat, dan supaya mereka

Gambaran Besar

dapat mengoptimalkan produktivitas kerja mereka sesuai


dengan program perlindungan tenaga kerja (Departmen
Kese-hatan R.I., 2002).
Alasan Finansial
Kecelakaan maupun sakit akibat kerja keduanya
menye-babkan timbulnya kerugian keuangan. Kerugian
tersebut dapat berupa biaya langsung maupun tidak
langsung, baik yang terasuransikan maupun yang tidak.
Studi menunjukkan bahwa biaya tidak langsung (biaya
tersembunyi) akibat suatu kecelakaan maupun sakit
akibat kerja dapat mencapai 36 kali besarnya biaya
langsung. Keadaan ini menyerupai fenomena gunung es,
dimana biaya yang nampak (biaya langsung) hanya
sebagian kecil saja dari total keseluruhan biaya kerugian.

Gambar 1.X.
Biaya langsung pada umumnya terdiri biaya
terasunsi maupun tidak. Biaya terasunsi antara lain, biaya
klaim asuransi, kerusakan bangunan serta peralalatan dan
kendaraan. Sedangkan biaya yang tidak terasuransi
antara lain, biaya perbaikan akibat prosecution oleh
otoritas pemerintah, sick pay, kerusakan atas produk,
equipment, vehicles or process not directly attributable to
the accident (e.g. caused by replacement staff), increases
in insurance premiums resulting from the accident, any
compensation not covered by the insurance policy due to
an excess agreed between the employer and the
Pengantar Keselamatan & Kesehatan Kerja

insurance company, legal representation following any


compensation claim.
These are costs which may not be directly attributable to
the accident but may result from a series of accidents.
Again these may be insured or uninsured.
Insured indirect costs can include: a cumulative business
loss, product or process liability claims, recruitment of
certain replacement staff,
Uninsured indirect costs include: loss of goodwill and a
poor corporate image, accident investigation time and any
subsequent remedial action required, production delays,
extra overtime payments, lost time for other employees,
such as a First Aider, who attend to the needs of the
injured person.
Metode
Penilaian
risiko
digunakan
untuk
menentukan skala prioritas dan menentukan tujuan
eliminasi hazard. Bagaimanapun eliminasi risiko sedapat
mungkin dilakukan melalui pemilihan dan perancangan
fasilitas, peralatan dan proses. Jika risiko tidak dapat
dieliminasi, dia dapat diminimasikan melalui pengendalian
sistem kerja dan peralatan pelindung diri.
Kerangka managemen K3
Elemen-elemen kunci dari kesuksesan managemen
K3 mempunyai kemiripan dengan elemen-elemen kunci
kesuksesan dari managemen pada umumnya misalnya,
managemen
kualitas,
managemen
keuangan
dan
managemen bisnis. Perusahaan-perusahaan yang sukses
secara finansial pada umumnya mempunyai managemen
K3 yang baik juga. Prinsip-prinsip dari managemen yang
baik dan efektif menyediakan dasar yang kuat perbaikan
kinerja bidang K3 (Hughes, 2007).

Gambaran Besar

Gambar 1.x
Gambar 1.x menunjukkan sebuah kerangka sistem
managemen K3. HSG 65, telah mengidentifikasi lima elemen

kunci yang bepengaruh terhadap kesuksesan managemen K3,


kelima unsur tersebut:
1. Kebijakan (policy), kebijakan K3 yang jelas (clear)
akan mampu menyumbangkan efisiensi dan
peningkatan secara berkesinambungan (continues
improvement) di semua lini operasi. Pelibatan
managemen puncak akan mampu meyakinkan
semua stakeholder bahwa komitmen tanggung
jawab atas keselamatan orang dan lingkungan telah
dilakukan secara sungguh-sungguh. Kebijakan
tersebut harus mampu menunjukkan kesungguhan
niat perusahaan yang dinyatakan secara jelas
mencakup tujuan, sasaran dan targetnya.
2. Pengorganisasian, organisasi K3 yang terdefinisi
secara baik akan mampu menyebarkan nilai-nilai
dan keyakinan kepada semua tingkatan organisasi
dan ini merupakan
unsur penting bagi
pembudayaan K3 yang baik. Suatu organisasi yang
Pengantar Keselamatan & Kesehatan Kerja

efektif akan mendorong keterlibatan dan partisipasi


karyawan yang secara optimal, melakukkan
komunikasi yang berkualitas, mempromosikan
kompetensi karyawan serta pemberdayaan dan
komitmen semua karyawan untuk berkontribusi.
3. Perencanaan dan penerapan, Rencana K3 yang
jelas
men-cakup
pengaturan
(setting)
dan
implementasi dari standar kinerja, target dan
prosedur pada semua lini managemen. Rencana
tersebut mengacu kepada metode penilaian risiko
(risk assement method) dalam rangka menentukan
prioritas dan penetapan tujuan agar pengendalian
atau eliminasi hazard dan pengurangan risiko dapat
dilakukan secara efektif. Ukuran keberhasilan suatu
tindakan didapatkan dari rencana dan target kinerja
yang telah ditetapkan dibandingkan dengan
pencapain yang berhasil diidentifi-kasi.
4. Pengukuran kinerja, hal ini mecakup dua hal yaitu
moni-toring aktif (proaktif) dan reaktif untuk melihat
bagaimana efektivitas managemen K3 telah
berjalan. Monitoring aktif mencakup pemantauan
terhadap pabrik/gedung, bahan-bahan, orang,
prosedur dan sistem. Monitoring reaktif dilakukan
melalui investigasi terhadap suatu kecelakaaan
maupun insiden tentang bagaimana pengendalian
yang telah dilakukan tetapi tetap mengalami
kegagalan. Selain keduanya, penting juga dilakukan
pengukuran kinerja perusahaan dikaitkan dengan
tujuan jangka panjangnya.
5. Peninjauan Kinerja, hasil dari monitoring dan audit
inde-penden sebaiknya mampu menghasilkan
tinjauan yang sistematis untuk mengevaluasi
kinerja sistem managemen terhadap tujuan dan
target yang telah ditetapkan melalui kebijakan
K3nya. Karena hasil peninjauan dapat saja tujuan
dan target kebijakan K3 ini diperbaiki/ diubah.
Sebagai misal, suatu kecelakaan seharusnya
mampu memicu peninjauan kinerja K3. Hendaknya
peninjauan dilakukan tidak hanya karena alasanalasan hukum saja tetapi mestinya menjadi bagian
dari komitmen organisasi untuk selalu melakukan
peningkatan yang berkesinambungan. Dalam hal ini
perusahaan/ organisasi juga perlu untuk melakukan

10

Gambaran Besar

benchmarking dengan perusahaan/ organisiasi lain


yang lebih mapan dalam penerapan managemn
K3nya.
Audit, sebuah audit independen dan terstruktur dari
semua ba-gian sistem manajemen K3 memperkuat proses
review. Audit tersebut dapat internal maupun eksternal.
Audit
berfungsi
melihat/menilai
kesesuaian
pelaksanaan dengan aransemen managemen K3 dan
prosedur yang telah ditetapkan. Jika audit ini benar-benar
efektif , seharusnya akan terungkap kesuaian antara
prosedur yang dinyatakan dan kinerja di tempat kerja. Ini
akan mengidentifikasi kelemahan dalam kebijakan dan
prosedur K3 serta mampu mengidentifikasi standard dan
target yang tidak realistis dan atau tidak memadai .
Sistem Managemen K3
...........ada beberapa sistem
SMK3 (Sistem Management Keselamatan dan
Kesehatan Kerja)
Sistem ini tertuang pada Peraturan Menteri Tenaga
Kerja
R.I..
No.
Per.05/MEN/1996
tentang
Sistem
Manajemen Kesela-matan dan Kesehatan Kerja. Sistem
manajemen K3 diwajibkan khususnya bagi perusahaanperusahaan yang berisiko tinggi. Peraturan tersebut
menyebutkan
bahwa
setiap
perusahaan
yang
mempekerjakan 100 karyawan atau lebih atau yang sifat
proses atau bahan produksinya mengandung bahaya
karena dapat menyebabkan kecelakaan kerja berupa
ledakan, kebakaran, pencemaran dan penyakit akibat
kerja diwajibkan menerapkan dan melaksanakan sistem
manajemen K3.
Ohsas 18001: 1999 (Buku K3 yang di labkah?)
OHSAS (Occupational Health and Safety Assesment
Series) -18001 merupakan standar internasional untuk
penerapan Sistem Manajemen K3. OHSAS 18001 pertama
kali diterbitkan pada tahun 1999 dengan nama OHSAS
18001:1999 dan telah mengalami revisi pada tahun 2007
sehingga menjadi OHSAS 18001:2007.
OHSAS
18001:1999
dikembangkan
dengan
mengacu berbagai standar diantaranya: BS 8800:1996,
Pengantar Keselamatan & Kesehatan Kerja

11

NPR 5001:1997, SGS & ISMOL ISA 2000:1997 OHSMS:1997


dan lain-lain. Standar ini
telah dikembangkan agar
kompatibel dengan ISO 9001:1994 tentang kualitas dan
ISO 14001:1996 tentang lingkungan. Sedangkan OHSAS
18001:2007 telah dikembangkan agar kompatibel dengan
ISO 9001:2000 tentang kualitas dan ISO 14001:2004
tentang lingkungan sekalikus membatalkan dan merevisi
beberapa klausul OHSAS 18001:1999.
Standar OHSAS mengandung beberapa komponen
utama yang harus dipenuhi oleh perusahaan dalam
penerapan Sistem Manajemen K3 demi pelaksanaan
Sistem
Manajemen
K3
yang
berkesinambungan.
Komponen
utama standar OHSAS 18001 dalam
penerapannya di perusahaan meliputi:
1. Adanya komitmen perusahaan tentang Sistem
Manajemen K3 .
2. Adanya perencanaan tentang program-program
Sistem Manajemen K3
3. Operasi dan Implementasi Sistem Manajemen K3
4. Pemeriksaan dan tindakan koreksi terhadap
pelaksanaan Sistem Manajemen K3 di perusahaan
5. Pengkajian
manajemen
perusahaan
tentang
kebijakan Sistem Manajemen K3 untuk pelaksanaan
berkesinam-bungan.
Berdasarkan 5 komponen utama diatas, tahapan dalam
penyusunan Sistem Manajemen K3 menurut OHSAS 18001
dibagi menjadi 7 tahapan yaitu :
1. mengindentifikasi risiko dan bahaya
2. mengidentifikasi ketetapan UU dan peraturan
hukum yang berlaku
3. menentukan target dan pelaksana program
4. melancarkan
program
perencanaan
untuk
mencapai target dan objek yang telah ditentukan
5. mengadakan
perencanaan
terhadap
kejadian
darurat
6. peninjauan ulang terhadap target dan para
pelaksana system
7. penetapan
kebijakan
sebagai
usaha
untuk
mencapai kemajuan yang berkesinambungan.
Tahapan penerapan ini lebih panjang jika
dibandingkan dengan penerapan Sistem Manajemen K3
menurut permenaker tetapi dari segi isi tidak ada
perbedaan yang signifikan.

12

Gambaran Besar

Konsep
OHSAS
18001
memiliki
beberapa
kesesuaian dengan ISO 14001 dan ISO 9001, sehingga
beberapa perusahaan mulai menjalankan multiple
management systems yaitu menjalankan ketiga sistem
manajemen di atas ( Manajemen Mutu ISO 9001, Sistem
Manajemen Lingkungan ISO 14001 dan Sistem Manajemen
K3 / OHSAS 18001). Penggabungan ini menimbulkan suatu
konsep baru yang dikenal sebagai Green Company
(Purnama, 2011).
Konsep Green Company adalah suatu konsep
dimana sebuah perusahaan mempunyai manajemen yang
secara sadar meletakkan pertimbangan perlindungan dan
pembangunan lingkungan, keselamatan dan kesehatan
stakeholder dalam setiap pengambilan keputusan
bisnisnya sebagai wujud nyata tanggungjawab dan upaya
memberikan kontribusi positif kepada masyarakat serta
pembangunan
yang
berkelanjutan.
Konsep
Green
Company memiliki 4 komponen utama yang tidak bias
dipisahkan satu sama lainnya yaitu green strategy, green
process, green product dan green employee.
Pada umumnya, keberhasilan program K3 memerlukan
dua syarat penting yang perlu digarisbawahi, pertama
diperlukannya kepedulian/ komitmen (awareness) dan
komunikasi
dari
managemen
puncak
organisasi/
perusahaan dan kedua, disyaratkannya pelibatan pegawai
(employee involvement) secara masif pada saat
pengembangan, perbaikan dan pemeliharaan sistem
managemen. Pada Ohsas 18001 hal ini dikenal dengan
employee consultation
Refensi:
1. Hughes, P. and Ferret E., 2007, Introduction to
Health and Safety at Work, Elsevier Ltd.
2. Markanen, P.K., 2004, Keselamatan dan Kesehatan
Kerja di Indonesia, ILO, Manila Philipina
3. Budiono, S., A.M., Yusuf, R.M.S. dan Pusparini, A.,
2003, Bunga Rampai Hiperkes & KK, Badan Penerbit
Universitas Diponegoro, Semarang

Pengantar Keselamatan & Kesehatan Kerja

13

4. GranthamTillman C., 2007, Principles of


Occupational Healt and Hygiene An Introduction,
Allen & Unwin Sydney
5. Lestari, M.I., dan Effendi, Y., 2005, CD Himpunan
Peraturan Keselamatan & Kesehatan Kerja Republik
Indonesia, PortalK3.COM
6. Purnama, D. 2011. Hazard Identification,Risk Assesment,

and Determining Control (HIRADC). Nobel BBTKL PPM


Jakarta Vol. II- Juni 2011.

14

Gambaran Besar

Anda mungkin juga menyukai