Anda di halaman 1dari 9

MASYARAKAT MUSLIM DAN PEMBANGUNAN INDONESIA

Rizka Indah Sari


3311151045
Kelas Farmasi B

Program Studi Sarjana


Fakultas Farmasi
Universitas Jendral Achmad Yani
Cimahi
2015
BAB 1
PEMBAHASAN

A. Definisi Masyarakat Islami


Masyarakat Islami adalah masyarakat yang dinaungi dan dituntun oleh normanorma Islam,satu-satunya agama Allah. Masyarakat yang secara kolektif atau orang
perorangan bertekad untuk bersungguh-sungguh dalam meniti sirotul mustaqim.
Masyarakat yang didominasi oleh istiqomah, kejujuran, kebersihan ruhani dan saling
kasih mengasihi.Walaupun mereka berbeda-beda dalam tingkat dan kadar pemahaman
terhadap rincian ajaranIslam, tetapi mereka telah memiliki pondasi yang sama untuk
menerimanya secara totalitas.
Mereka adalah masyarakat yang tunduk dan patuh pada syariat Allah SWT ,
dan berupaya mewujudkan syariat Nya dalam semua aspek kehidupan. Saat itu, pada
dasarnya mereka sedang berupaya secara serius mewujudkan arti penghambaan yang
sebenarnya kepada Rabbul 'alamin.Untuk itulah, mereka bersungguh-sungguh
mengamalkan sisi-sisi tuntunan ajaran Islam dalam bentuk amal shalih, dengan upaya
yang maksimal dari kemampuan mereka.Mereka adalah masyarakat yang dengan
sungguh-sungguh menjaga diri agar tidak terjatuh secara sengaja dalam bentuk
kedurhakaan kepada Allah SWT.
Kalaupun terkadang tergelincir ke dalam bentuk dosa dan ma'siyat, mereka
segera kembali kepada-Nya, tersungkur dengan bertaubat memohon maghfirah-Nya
yang sangat luas dan bertekad kuat untuk tidak mengulanginya kembali. Walaupun
pada kenyataannya mungkin saja ketergelinciran itu terulang kembali.Pada
masyarakat seperti ini, amanat dan keamanan akan sangat terjaga. Kerusakan
dalamsegala bentuknya akan sangat dan sangat terminimalisir.
Kemiskinan yang terjadi hanyalah kemiskinan yang benar-benar normal dan
tak terhindarkan. Bukan seperti kemiskinan yang merebak bagaikan wabah,
disebabkan oleh konspirasi penghisapan darah rakyat jelata. Kemiskinan yang normal
dan sangat minimal itu pun teringankan oleh keberkahan segalanya.Kemudian
harapan-harapan balasan akhirat atas kesabaran hidup di kemiskinan menjadi
pelipurdan penghibur yang besar sekali.
Akhirnya hubungan mesra dengan Allah akan mengguyur seluruh orang
dengan hujan kebahagiaan sejati yang tak ada hentinya.
Ketika masyarakat telah didominasi dan dituntun oleh norma-norma Islam, maka
pasti Allahakan memenuhi janji-Nya, dengan memberikan kepada mereka keberkahan
dalam semua sisi kehidupan mereka
B. Ciri-ciri Masyarakat Islami :
Setiap orang yang mengucapkan syahadat Lailahaillah muhamada rasullah
mesti mencabut dan menarik setiap kepatuhan dan kesetiaannya kepada hal-hal yang
bersifat jahiliyah. Semua ini mesti dilaksanakan mulai saat pertama seorang Muslim
menganut Islam, saat dia mulai mengucapkan syahadat Lailahaillah muhamada
rasullah .
Karena wujud masyarakat Islam tidak akan terlaksana melainkan dengan
syarat ini, tidak cukup dengan semata-mata wujud kepercayaan di dalam hati para
individu yang walaupun jumlahnya banyak, tapi tidak membulatkan kepatuhan dan
kesetiaan mereka.Mereka bekerja bersama-sama atau bersendirian di bawah suatu
komando yang bebasdari segala pengaruh jahiliyah, teratur rapi dan tersusun indah, di

bawah arahan yang tegas kearah pelaksanaan tujuannya, menentang semua halangan
yang bisa melemahkannya, dan memberantas segala hal yang membawa munculnya
bentuk jahiliyah.
Demikianlah Islam, tumbuh dan hidup subur serta menjelma dalam bentuk
teori yang lengkap, yang menjadi pijakan bagi sebuah organisasi yang aktif, terpisah
jauh dari pengaruh jahiliyah dan sanggup berhadapan dengan masyarakat
jahiliyah.Islam tidak pernah sama sekali tampil dalam bentuk teori kosong yang tidak
berpijak dalam kenyataan dan realitas.
Begitulah caranya Islam bisa ditampilkan lagi dan sama sekali Islam tak akan
timbul di zaman dan di tempat mana pun tanpa pengertian yang sebenarnya terhadap
tabiat dan ciri perkembangannya berdasarkan organisasi yang aktif seperti yang telah
diuraikan. Ketahuilah bahwa Islam mengikuti garis panduan yang telah disebutkan di
atas. Yaitu,pembinaan umat Muslim berdasarkan kaedah dan panduannya, serta
menegakkan hidupnya melalui organisasi yang aktif, dengan menjadikan akidah
sebagai tali penghubung.
Tidak ada tujuan lain selain hendak memperjuangkan kemanusiaan manusia
dan hendak meninggikan derajat kemanusiaan itu di atas segala derajat yang lain di
dalam hidup manusia itu, yang menjadi panduan bagi segala kaedah, pengajaran,
undang-undang dan peraturan-peraturan Islam.
C. Karakteristik Masyarakat Muslim
Sebagai agama besar yang dianut oleh satu milyar lebih umat manusia, Islam
telah membentuk masyarakat yang kuat dalam tatanan yang penting dan teratur yang
disebut dengan masyarakat Islam. Sebagai masyarakat Islam yang berpedoman
kepada akidah dan hukum Islam, maka seharusnya juga menjalani secara Islami
yang disebut masyarakat Islami.
Masyarakat Islami adalah masyarakat yang dibentuk berdasarkan etika
Ketuhanan Yang Maha Esa yang bertopang pada :
1. Menaati perintah Allah SWT yang dicerminkan dengan kasih sayang terhadap
sesama anggota masyarakat.
2. Bersyukur terhadap rahmad dan nikmat Allah SWT, segala puji-Nya semata,
yang dicerminkan pada upaya mewujudkan kesejahteraan dan kemashalahatan
masyarakat material dan spiritual, berlandasan pada kaidah kaidah moral yang
mulia.
3. Rasa dekat dengan Tuhan yang dicerminkan dalam perasaan takut pada larangan
larangan-Nya yang akan membentuk sikap dan jiwa yang adil dan bertanggung
jawab, menghindari tingkah laku curang dan menolak kejahatan dalam anggota
masyarakat.

D. Islam Dalam Pembangunan Nasional

Koentjaranigrat mengemukakan suatu sentalitas pembangunan dalam bukunya


"Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan". Menurut beliau, suatu bangsa yang
hendak mengintensifkan usaha untuk pembangunan harus berusaha agar banyak dari
warganya lebih menilai tinggi orientasi ke masa depan, dan demikian bersifat hasil
untuk bisa lebih teliti memperhitungkan hidupnya di masa depan, lebih menilai tinggi
hasrat explorasi untuk mempertinggi kapasitas berinovasi, lebih menilai tinggi
mentalitas berusaha atas kemampuan sendiri, percaya diri sendiri, berdisiplin murni
dan berani bertanggung jawab sendiri.
Berdasarkan uraian di atas dapat diambil tiga pokok yang mendasari
Pembangunan Nasional Indonesia. Pertama, pembangunan Manusia Indonesia
seutuhnya; Kedua, mentalitas pembangunan masyarakat Indonesia, dan ketiga,
partisifasi aktif masyarakat dalam pembangunan.
Hakekat dari masyarakat adalah untuk saling melengkapi dan menutupi
kekurangan yang terdapat pada masing-masing individu sebagai anggota masyarakat.
Maka dari itu, kebersamaan dalam kesegeraan untuk mengaktualkan segala apa yang
dinilai relevan dan realistis tentu juga merupakan suatu keharusan.
Latar belakang
Pembangunan nasional adalah upaya untuk meningkatkan seluruh aspek
kehidupan masyarakat, bangsa dan negara yang sekaligus merupakan proses
pengembangan keseluruhan sistem penyelenggaraan negara untuk mewujudkan
Tujuan Nasional. Dalam pengertian lain, pembangunan nasional dapat diartikan
merupakan rangkaian upaya pembangunan yang berkesinambungan dan meliputi
seluruh kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara untuk melaksanakan tugas
mewujudkan Tujuan Nasional.
Pelaksanaan pembangunan mancakup aspek kehidupan bangsa, yaitu aspek
politik, ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan secara berencana,
menyeluruh, terarah, terpadu, bertahap dan berkelanjutan untuk memacu peningkatan
kemampuan nasional dalam rangka mewujudkan kehidupan yang sejajar dan sederajat
dengan bangsa lain yang lebih maju.
Hal ini dapat dilihat di dalam Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) yang
mengatakan bahwa Pembangunan Nasional Indonesia dilaksanakan dalam rangka
pembangunan Manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh Masyarakat
Indonesia.
Di bagian lain, GBHN menegaskan tentang partisifasi aktif segenap
masyarakat dalam pembangunan yang harus makin meluas dan merata, baik dalam
memikul beban pembangunan, maupun dalam pertanggungjawaban atas pelaksanaan
pembangunan ataupun pula di dalam menerima kembali hasil pembangunan. Untuk
itu perlu diciptakan suasana kemasyarakatan yang mendukung cita-cita pembangunan,
serta terwujudnya kreatifitas dan otoaktifitas di kalangan Rakyat.
Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan Manusia
Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia menuju
masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945,

seperti yang telah dikemukakan di atas. Ini berarti bahwa Pembangunan Nasional
Indonesia tidak ditujukan kepada kemajuan lahiriah atau batiniah saja, melainkan
keselarasan, keserasian dan keseimbangan antara keduanya. Dan pembangunan itu
harus merata bagi seluruh Masyarakat Indonesia, bukan untuk sesuatu golongan atau
orang-orang tertentu dan harus benar-benar dirasakan oleh segenap lapisan
masyarakat di semua pelosok tanah air Indonesia.
Tujuan Pembangunan Nasional itu sangat sesuai dengan tujuan hidup seorang
muslim seperti tuntunan agamanya. Untuk mencapai kebahagiaan yang sejati menurut
pandangan Islam, harus ada keseimbangan pandangan, baik terhadap keduniaan,
maupun untuk kehidupan di akhirat nanti. Islam mengajarkan tentang hubungan
manusia dengan Allah, hubungan manusia dengan manusia lainnya dan hubungan
manusia dengan alam.
Islam Dalam Pembangunan Nasional
Peranan Islam dan umatnya tidak dapat dilepaskan terhadap pembangunan
politik di Indonesia baik pada masa kolonial maupun masa kemerdekaan. Pada masa
kolonial Islam harus berperang menghadapi ideologi kolonialisme sedangkan pada
masa kemerdekaan Islam harus berhadapan dengan ideologi tertentu macam
komunisme dengan segala intriknya.
Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa sejarah secara tegas menyatakan kalau
pemimpin-pemimpin Islam punya andil besar terhadap perumusan NKRI. Para
pemimpin Islam terutama dari Serikat Islam pernah mengusulkan agar Indonesia
berdiri di atas Daulah Islamiyah yang tertuang di dalam Piagam Jakarta. Namun,
format tersebut hanya bertahan selama 57 hari karena adanya protes dari kaum umat
beragama lainnya. Kemudian, pada tanggal 18 Agustus 1945, Indonesia menetapkan
Pancasila sebagai filosofis negara.
Pemerintahan masa orde baru menetapkan Pancasila sebagai satu-satunya asas di
dalam negara. Ideologi politik lainnya dipasung dan tidak boleh ditampilkan,
termasuk ideologi politik Islam. Hal ini menyebabkan terjadinya kondisi depolitisasi
politik di dalam perpolitikan Islam. Bulan Mei 1997 merupakan awal dari era
reformasi. Saat itu rakyat Indonesia bersatu untuk menumbangkan rezim tirani
Soeharto.
Perjuangan reformasi tidak lepas dari peran para pemimpin Islam pada saat
itu. Beberapa pemimpin Islam yang turut mendukung reformasi adalah KH.
Abdurrahman Wahid (Gus Dur), ketua Nahdatul Ulama. Muncul juga nama Nurcholis
Majid (Cak Nur), cendikiawan yang lahir dari kalangansantri. Juga muncul Amin Rais
dari kalangan Muhamadiyah. Bertahun-tahun reformasi bergulir, kiprah umat Islam
dalam panggung politik pun semakin diperhitungkan.
Umat Islam mulai kembali memunculkan dirinya tanpa malu dan takut lagi
menggunakan label Islam. Perpolitikan Islam selama reformasi juga berhasil
menjadikan Pancasila bukan lagi sebagai satu-satunya asas. Partai-partai politik juga
boleh menggunakan asas Islam. Kemudian bermunculanlah berbagai partai politik
dengan asas dan label Islam. Partai-partai politik yang berasaskan Islam, antara lain
PKB, PKU, PNU, PBR, PKS, PKNU, dan lain-lain.

Sebagai contoh Organisasi Islam yang juga berperan dalam pembangunan yaitu
Muhammadiyah.
Tujuan Muhammadiyah :

Memajukan pendidikan dan pengajaran berdasarkan agama Islam.


Mengembangkan pengetahuan ilmu agama dan cara-cara hidup menurut
agama Islam.

Untuk mencapai tujuan tersebut, usaha yang dilakukan oleh Muhammadiyah


adalah sebagai berikut:

Mendirikan sekolah-sekolah yang berdasarkan agama Islam ( dari TK


sampai dengan perguruan tinggi).
Mendirikan poliklinik-poliklinik, rumah sakit, rumah yatim, dan masjid.
Menyelenggarakan kegiatan-kegiatan keagamaan.

Muhammadiyah sebagai gerakan Islam modernis sejak awal kelahirannya telah


memilih jalan pergerakan di wilayah social-keagamaan yang memusatkan perhatian
pada cita-cita pembentukan masyarakat (masyarakat islam atau masyarakat utama)
ketimbang bergerak di lapangan politik dengan melibatkan diri dalam kancah
perjuangan politik-protaktis (riel politics) yang memperebutkan kekuasaan dalam
pemerintahan dan lebih jauh lagi mencita-citakan pembentukan sistem Negara.
Dengan orientasi gerakan social-keagamaan itu Muhammadiyah berhasil
melakukan transformasi social ke berbagai struktur dan proses kehidupan masyarakat
secara langsung, operasional, dan relative dapat diterima oleh banyak kalangan
masyarakat. Dalam usianya yang lebih dari 80 tahun, Muhammadiyah telah memiliki
lebih dari 13.000 sekolah dari jenjang pendidikan TK, SD, SLTP sampai ke SMU,
juga Madrasah Diniyah dan Madrasah Muallimin/Muallimat serta pondok pesantren.
Belum terhitung lebih dari 60 perguruan tinggi dan akademik tersebar di seeluruh
nusantara. Salah satu kunci utama dari keberhasilan Muhammadiyah adalah sikapnya
yang steady dan konsisten dengan maksud pendirian persyarikatan.
Islam juga memberikan sumbangan pada pengembangan ilmu pengetahuan,
penyelenggaraan pendidikan, kegiatan sosial, ekonomi, dan lain-lain. Pusat-pusat
pengembangan ilmu, sekalipun masih terbatas jumlahnya, ternyata dilakukan dari
motivasi keagamaan. Selain itu, betapa besar jumlah lembaga pendidikan yang
dirintis dan dikembangkan atas dorongan semangat agama. Munculnya sekolahsekolah Islam di berbagai tempat adalah bukti konkrit betapa besar peran dan
sumbangan agama di negeri ini.
Dalam kegiatan sosial, berbekalkan semangat agama maka di berbagai kota
berdiri panti asuhan anak yatim, perawatan orang jompo, pembangunan klinik, rumah
sakit, gerakan pengentasan kemiskinan dan lain-lain. Gerakan itu muncul atas
inisiatif dan prakarsa para pemeluk agama Islam yang dilakukan sebagai bagian dari
wujud ketaatannya terhadap agamanya. Gerakan itu dirintis dan diselenggarakan
tanpa menunggu bantuan dan pembiayaan dari pemerintah. Agama tidak cukup hanya

dilihat sebagai gerakan ritual, melainkan juga memiliki kemampuan menggerakkan


orang untuk melakukan kegiatan dalam wilayah yang amat luas.
Melalui gambaran tersebut, maka bisa dilihat secara jelas peran strategis Islam
dalam membangun bangsa ini. Memang peran itu belum maksimal. Masih diperlukan
proses yang panjang lagi. Semuanya masih dalam proses pendewasaan, pengayaan,
dan gerakan menuju tingkat kualitas yang lebih baik.
E. Ajaran Islam yang Bersumber dari Al-Quran
Ternyata ajaran tentang pembangunan ini juga terkandung di dalam ajaran Islam
kepada uamtnya yang bersumber dari Al-Quran.
Dikatakan, Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka merubah
keadaan keadaan yang ada pada diri mereka sendiri (AR Ra'du: 11). Ini berarti
bahwa untuk merubah, dalam ari membangun, masyarakat itu harus mengusahakan
sendiri pembangunan itu. Berusaha dengan kemampuan sendiri dan percaya kepada
diri sendiri, tidak bergantung kepada orang/masyarakat lain, apalagi kalau
mengharapkan masyarakat lain yang akan mengadakan perubahan itu. Pendeknya
Islam mengharapkan suatu masyarakat mampu mandiri dan pembangunan.
Umat Islam merupakan masyarakat yang tangguh, ulet dan tidak mengenal
menyerah dalam memperjuangkan apa yang diharapkan dan dicita-citakan.
Penyebabnya adalah karena umat Islam meyakini bahwa kewajiban berikhiktiar itu
harus dilakukan sebaik-baiknya, lalu tentang hasilnya mereka menyerahkan
sepenuhnya kepada Allah Swt. Allahlah yang menentukan segala sesuatunya, begitu
anggapan mereka. Itulah yang disebut tawakal (Al Maidah: 23). Berkatalah dua
orang diantara orang-orang yang takut (kepada Allah) yang Allah telah memberi
nikmat atas keduanya: "Serbulah mereka dengan melalui pintu gerbang (kota) itu,
maka bila kamu memasukinya niscaya kamu akan menang. Dan hanya kepada Allah
hendaknya kamu bertawakkal, jika kamu benar-benar orang yang beriman."
Al Qur'an juga memerintahkan agar bangkit dan bangun untuk berpartisifasi
dalam pembangunan. Berusaha dan bekerja keras dalam menyumbangkan sesuatu
dalam pembangunan tanpa pamrih atau mengharapkan imbalan yang terlalu banyak
(Al Mudatstsir: 1-7) Mereka sadar dan siap untuk melakukan peran apa saja dalam
pembangunan, membangun demi kemajuan umat manusia dan negara Indonesia.
Mereka tidak mau berleha-leha atau bersantai-santai di dalam melakukan
pembangunan, apalagi berpangku tangan.
Masyarakat Islam merupakan masyarakat yang suka bekerja sama di dalam
menyumbangkan tenaga dan pikirannya dalam pembangunan.Islam tidak
membenarkan seseorang mementingkan diri sendiri tanpa mau tahu kepentingan
masyarakat umum. Justru kepentingan masyarakat itu hendaklah didahulukan dari
kepentingan pribadi atau golongan (Al Hasyer: 9). Dengan begitu maka seorang
muslim akan bertanggung jawab terhadap baik-buruknya masyarakat, lalu berusaha
agar menjadi berguna dan kemudian ikut serta berpartisifasi secara aktif dalam setiap
usaha yang baik untuk kesejahteraan masyarakat.
BAB II

KESIMPULAN

Bahwa Islam mempunyai peranan yang tidak sedikit dalam Pembangunan


Nasional mewujudkan Manusia Indonesia seutuhnya dan membangun seluruh
Masyarakat Indonesia menuju masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila
dan UUD 1945. Islam tidak bisa dipandang sebelah mata. Di setiap masa dalam
kondisi perpolitikan bangsa ini, Islam selalu punya pengaruh yang besar. Sejak bangsa
ini belum bernama Indonesia, yaitu era berdirinya kerajaan-kerajaan hingga saat ini,
pengaruh perpolitikan bangsa kita tidak lepas dari pengaruh umat Islam.
Salah satu penyebabnya adalah karena umat Islam menjadi penduduk
mayoritas bangsa ini. Selain itu, dalam ajaran Islam sangat dianjurkan agar
penganutnya senantiasa memberikan kontribusi sebesar-besarnya bagi orang banyak,
bangsa, bahkan dunia. Selain itu, Islam tidak hanya mendukung pembangunan,
pengembangan dan kemajuan di berbagai bidang, tetapi ia pun menuntut setiap hari
yang dilalui umat manusia lebih baik dari hari sebelumnya.

DAFTAR ISI
BAB 1.........................................................................................................................................2
PEMBAHASAN........................................................................................................................2

Definisi Masyarakat Islami............................................................................................2

Ciri-ciri Masyarakat Islami............................................................................................2

Karakteristik Masyarakat Muslim..................................................................................3

Islam Dalam Pembangunan Nasional............................................................................4

Tujuan Muhammadiyah :...............................................................................................6

Ajaran Islam yang Bersumber dari Al-Quran................................................................7

BAB II........................................................................................................................................8
KESIMPULAN..........................................................................................................................8

Anda mungkin juga menyukai