Anda di halaman 1dari 10

PENGETAHUAN BAHAN

diajukan untuk memenuhi tugas pengetahuan bahan yang dibimbing oleh Endah Purwanti.
S.Si.,M.Si

disusun oleh :
Nama
1.
2.
3.
4.
5.
6.

NPM

Laraswati
Margareth Natalia Hutagalung
Nur Shinta Oktavia
Nuraini Dewi
Nurwina
Raissyah Azizah Adristi

1510631140079
1510631140085
1510631140108
1510631140109
1510631140111
1510631140119

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG
2016

Emas adalah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki simbol Au (bahasa
Latin: 'aurum') dan nomor atom 79. Sebuah logam transisi (trivalen dan univalen) yang
lembek, mengkilap, kuning, berat.
Sifat Fisika Emas

Fase
Massa jenis
Titik lebur

Padat
(sekitar suhu kamar)19.3 g/cm
cair pada titik lebur 17.31 g/cm
1337.33 K (1064.18 C, 1947.52 F)

Titik didih
Kalor peleburan
Kalor penguapan
Kapasitas kalor

3129 K (2856 C, 5173 F)


12.55 kJ/mol
324 kJ/mol
(25 C) 25.418 J/(molK)

Sifat Kimia Emas


Emas murni sangat mudah larut dalam KCN, NaCN, dan Hg (air raksa). Emas merupakan unsur
siderophile (suka akan besi), dan sedikit chalcophile (suka akan belerang). Karena sifatnya ini maka
emas banyak berikatan dengan mineral-mineral besi atau stabil pada penyangga besi
(magnetit/hematit)

1) Sumber Emas
Sumber emas dipengaruhi oleh mineral mineral yaitu:
a. Mineral pembawa emas
Mineral-mineral pembawa emas biasanya berasosiasi dengan mineral ikutan
(gangue minerals). Mineral ikutan tersebut umumnya kuarsa, karbonat, turmalin,
flourpar, dan sejumlah kecil mineral non logam. Mineral pembawa emas juga
berasosiasi dengan endapan sulfide yang telah teroksidasi. Mineral pembawa emas
terdiri dari emas native, electrum, emas telurida, sejumlah paduan dan senyawa
emas denngan unsur-unsur belerang, antimony dan selenium.
Emas native merupakan mineral emas yang paling umum ditemukan di alam.
Sedangkan electrum keberadaannya di alam menempati urutan kedua. Mineralmineral pembawa pembawa emas lainnya jarang atau bahkan langka.
Emas native mengandung perak antara 8-10%, tetapi biasanya kandunga tersebut
lebih tinggi , dan kadang-kadang mengandung sedikit tembaga atau besi. Oleh
karenanya, warna emas native bervariasi dari kuning emas, kuning muda, sampai
keperak-perakan, bahkan berwarna merah oranye. Berat jenis emas native
bervariasi antara 19,3 ( emas murni) sampai 15,6 tergantung pada kandungan
peraknya bila berat jenisnya 17,6 maka kandungan peraknya sebesar 6%, dan bila
berat jenisnya 16,9 kandungan peraknya sebesar 13,2%.

Sementara itu electrum adalah jenis lain dari emas native yang mengandung perak
diatas 18%. Dengan kandungan perak yang lebih tinggi, warna electrum bervariasi
antara kuning pucat sampai warna perak kekuning-kuningan. Berat jenisnya pun
bervariasi antara 15,5-12,5. Bila kandungan emas dan perak berbanding 1:1
berarti kandungan peraknya 36%, dan bila perbandingannya 2,5 : 1 berarti
kandungan peraknya 18%.
b. Mineral mineral induk
Emas berasosisasi dengan kebanyakan mineral-mineral yang biasanya membentuk
batuan. Emas biasanya berasosiasi dengan sulfida(mineral yang mengandung
sulfur/ belerang). Pyrite merupakan mineral induk yang paling umum. Emas
ditemukan dalam pyrite sebagai emas native dan electrum dalam berbagai bentuk
dan ukuran yang tergantung dalam kadar emas dalam bijih dan karakteristik
lainnya. Urutan selanjutnya Arsenopyrite, Chalcopyrite mineral sulfide lainnya
berpotensi sebagai mineral induk terhadap emas. Bila mineral sulfide tidak
terdapat dalam batuan, maka emas berasosiasi dengan oksida besi (magnetit dan
oksida besi sekunder), silica dan karbonat, material berkarbon serta pasir dan
kerikil ( endapan plaser).
Terkadang sulit mengidentifikasi emas dengan mineral yang menyerupainya,
seperti pyrite, chalcopyrite, pyrrhotite, pentlandite, dan mika berwarna emas.
Pyrite berwarna kuning dengan bau khas logam dengan bentuk Kristal kubus.
Chalcopyrite juga kuning-kunigan dengan bau khas logam tetapi bentuknya
Kristal bersegi empat.

2) Proses pengolahan Emas


Pengolahan bijih emas diawali dengan proses kominusi kemudian dilanjutkan dengan proses
yang di sebut metalurgy.
A. KOMINUSI
Kominusi adalah proses reduksi ukuran dari ore agar mineral berharga yang mengandung
emas dengan tujuan untuk membebaskan (meliberasi) mineral emas dari mineral-mineral lain
yang terkandung dalam batuan induk.

Tujuan liberasi bijih ini antara lain agar :


Mengurangi kehilangan emas yang masih terperangkap dalam batuan induk
Kegiatan konsentrasi dilakukan tanpa kehilangan emas berlebihan
Meningkatkan kemampuan ekstraksi emas

Proses kominusi ini terutama diperlukan pada pengolahan bijih emas primer, sedangkan pada
bijih emas sekunder bijih emas merupakan emas yang terbebaskan dari batuan induk yang
kemudian terendapkan. Derajat liberasi yang diperlukan dari masing-masing bijih untuk
mendapatkan perolehan emas yang tinggi pada proses ekstraksinya berbeda-beda bergantung
pada ukuran mineral emas dan kondisi keterikatannya pada batuan induk.
Proses kominusi ini dilakukan bertahap bergantung pada ukuran bijih yang akan diolah,
dengan menggunakan :
a) Refractory ore processing, bijih dipanaskan pada suhu 100 110 0C, biasanya sekitar
10 jam sesuai dengan moisture. Proses ini sekaligus mereduksi sulfur pada batuan
oksidis.
b) Crushing merupakan suatu proses peremukan ore ( bijih ) dari hasil penambangan
melalui perlakuan mekanis, dari ukuran batuan tambang <40 cm menjadi 1%)
c) Milling merupakan proses penggerusan lanjutan dari crushing,hingga mencapai
ukuran slurry dari hasil milling yang diharapkan yaitu minimal 80% adalah -200#,
misalnya dengan menggunakan Hammer Mill, Ball Mill, Rod Mill, Disc Mill , dll.
d) Setelah mengalami proses kominusi selanjutnya dihasilkan konsentrat yang kemudian
di olah di dalam proses yang di sebut Metalurgy, dalam proses metallurgy ada banyak
metode yang di gunakan namun dalam pengolahan emas kali ini menitik beratkan
pada metode Sianida dan amalgamasi
e) Proses pemisahan Emas dari konsentrat
Cara memisahkan konsentrat yang di dalamnya ada kandungan Emas, konsentrat ini
wujudnya seperti pasir.
f) Proses ini memakai 3 jenis furnace.
(1) Smelting Furnace,
(2) Slag cleaning Furnace,
(3) Converting Furnace, lalu masuk ke pembentuk anoda Cu (diesbut anoda furnace)
lalu dicetak bentuknya batangan anoda Cu.
Proses pertama :
- Smelting Furnace, konsetrat yang dihasilkan di freeport akan dilebur, disini sudah
ditambahkan flux SiO2 dan dihembus udara (biasanya udara bebas dengan kompresor
diatur oksigennya 60%). Tujuannya untuk mengoksidasi unsur pengotor utama berupa
Fe (oksidasi jadi FeO, Fe3O4) dan mulai kurangi sulfur dalam konsentrat (jadi SO2),
lalu masuk furnace no (2)
-Slag Cleaning, sesuai namanya disini leburan Cu (masih dibilang Matte) kerena
Sulfur masih banyak akan dipisahkan dengan terak/slag yang terbentuk dari proses
(1). disini pakai Electric arc furnace, jadi matte yang lebih berat akan dibawah lalu
terak/slag akan mengapung diatas sambil terus dipanaskan, disini metal/slag sudah
terpisah. Lanjut ke proses (3) untuk menghilangkan Sulfur.
(3) Converting Furnace, proses ini matte diblowing udara + pakai flux batukapur
(CaCO3), tujuan utamanya untuk mengoksidasi Sulfur, memakai kapur untuk menjaga
komposisi slag (biar tidak kental, Fe3O4 solid tidak bisa diblowing).

Setelah converting Furnace, Sulfur sudah low (0.8%) disebut gold blister (bukan lagi
matte). lalu dilanjut ke Furnace untuk cetak anoda Cu blister (sebab perlu
elektrowining untuk tahap selanjutnya), dibeberapa proses ada tambahan proses
pemurnian untuk dioksidasikan S sampai light. Setelah dicetak jadi anoda, Cu
anoda akan benar-benar dimurnikan (pengotor S, Au, Ag, Pt, Co, Ni) masih ada dan
harus dielektrowining. Katodanya biasanya steel. Pakai larutan CuSulfat + Asam
Sulfat + air, jangan lupa arus harus searah, disini metal akan dipisahkan dengan
perbedaan sifat kemurniannya (berdasarkan nilai E nol-nya) makanya perlu memakai
voltase DC yang tepat, biasanya Cu di (+)0.34V. Nah disini Cu di anode akan larut
dilarutan lalu akan menempel di katoda (puritynya bisa mencapai 99%); nah disini
baru dibagi antara Cu dan logam yang lebih mulia (Platina, Au, Ag). karena lebih
mulia mereka tidak ikut larut, tetapi biasanya membentuk endapan (disebut slime),
slime biasanya tidak ikut menempel di katoda (karena tidak larut). Selanjutnya slime
ini yang harus diolah lagi. Slime harus dilebur lagi, lalu ++ flux lagi, borax biasanya
untuk ikat pengotor. Setelah cair digunakan metode Klorifikasi, dimana akan
dipisahkan antara pengotor dengan logam mulia AgCl, AuCl
Untuk memisahkannya masuk lagi ke elektrowining cell dimana tegangannya diatur untuk
memisahkan logam mulia didalamnya, lalu dilebur lagi untuk mendapatkan purity sampai Au
99.99 %.
B. Sianida
Sianidasi Emas (juga dikenal sebagai proses sianida atau proses MacArthur-Forrest) adalah
teknik metalurgi untuk mengekstraksi emas dari bijih kadar rendah dengan mengubah emas
ke kompleks koordinasi yang larut dalam air. Ini adalah proses yang paling umum digunakan
untuk ekstraksi emas. Produksi reagen untuk pengolahan mineral untuk memulihkan emas,
tembaga, seng dan perak mewakili sekitar 13% dari konsumsi sianida secara global, dengan
87% sisa sianida yang digunakan dalam proses industri lainnya seperti plastik, perekat, dan
pestisida. Karena sifat yang sangat beracun dari sianida, proses ini kontroversial dan
penggunaannya dilarang di sejumlah negara dan wilayah.
Pada tahun 1783 Carl Wilhelm Scheele menemukan bahwa emas dilarutkan dalam larutan
mengandung air dari sianida. Ia sebelumnya menemukan garam sianida. Melalui karya
Bagration (1844), Elsner (1846), dan Faraday (1847), dipastikan bahwa setiap atom emas
membutuhkan dua sianida, yaitu stoikiometri senyawa larut. Sianida tidak diterapkan untuk
ekstraksi bijih emas sampai 1887, ketika Proses MacArthur-Forrest dikembangkan di
Glasgow, Skotlandia oleh John Stewart MacArthur, didanai oleh saudara Dr Robert dan Dr
William Forrest. Pada tahun 1896 Bodlnder dikonfirmasi oksigen yang diperlukan, sesuatu
yang diragukan oleh MacArthur, dan menemukan bahwa hidrogen peroksida dibentuk
sebagai perantara.
Reaksi kimia untuk pelepasan emas, Persamaan Elsner, berikut:
4 Au + 8 NaCN + O2 + 2 H2O 4 Na [Au (CN) 2] + 4 NaOH

Dalam proses redoks, oksigen menghilangkan empat elektron dari emas bersamaan dengan
transfer proton (H +) dari air.
Berikut cara kerja pengolahan Emas dengan Sianida :
Cara Kerja

Bahan berupa batuan dihaluskan dengan menggunakan alat grinding sehingga


menjadi tepung (mesh + 200). Mesh adalah ukuran jumlah lubang suatu jarring atau
kasa pada luasan 1 inch persegi jaring/kasa yang bisa dilalui oleh material padat.
Mesh +200 memiliki arti terdapat 200 lubang pada bidang jarring/kasa seluas 1 inch.
Bahan di masukkan ke dalam tangki bahan, kemudian tambahkan H2O (2/3 dari
bahan).
Tambahkan Tohor (Kapur) hingga pH mencapai 10,2 10,5 dan kemudian tambahkan
Nitrate (PbNO3) 0,05 %.
Tambahkan Sianid 0.3 % sambil di aduk hingga (t = 48/72h) sambil di jaga pH
larutan (10 11) dengan (T = 85C).
Kemudian saring, lalu filtrat di tambahkan karbon (4/1 bagian) dan di aduk hingga (t=
48h), kemudian di saring.
Karbon dikeringkan lalu di bakar, hingga menjadi Bullion atau gunakan. (metode 1)
Metode Merill Crow (dengan penambahan Zink Anode / Zink Dass), saring lalu
dimurnikan / dibakar hingga menjadi Bullion. (metode 2).
Karbon di hilangkan dari kandungan lain dengan Asam (3 / 5 %), selama (t =30/45m),
kemudian di bilas dengan H2O selama (t = 2j) pada (T = 80C 90C).
Lakukan proses Pretreatment dengan menggunakan larutan Sianid 3 % dan Soda
(NaOH) 3 % selama (t =15 20m) pada (T = 90C 100C).
Lakukan proses Recycle Elution dengan menggunakan larutan Sianid 3 % dan Soda
3 % selama (t = 2.5 j) pada (T = 110C 120C).
Lakukan proses Water Elution dengan menggunakan larutan H2O pada (T = 110C
120C) selama (t = 1.45j).
Lakukan proses Cooling.
Saring kemudian lakukan proses elektrowining dengan (V = 3) dan (A = 50) selama
(t = 3.5j). (metode 3)

Proses Pemurnian (Dari Bullion)


Dapat dilakukan dengan beberapa metode, yaitu:
1. Metode Cepat
Secara Hidro metalurgi dengan dilarutkan dalam larutan HNO3 kemudian tambahkan garam
dapur untuk mengendapkan perak sedangkan emasnya tidak larut dalam larutan HNO3
selanjutnya saring aja dan dibakar.
2. Metode Lambat
Secara Hidro metalurgi plus Elektro metalurgi yaitu dengan menggunakan larutan H2SO4 dan
masukkan plat Tembaga dalam larutan kemudian masukkan Bullion ke dalam larutan
tersebut, maka akan terjadi proses Hidrolisis dimana Perak akan larut dan menempel pada

plat Tembaga (menempel tidak begitu keras/mudah lepas) sedangkan emasnya tidak larut
(tertinggal di dasar), bakar masing masing lalu menjadi logam murni.
Perbedaan Hidro metalurgi dan elektro metalurgi adalah, hidro metalurgi menggunakan
larutan kimia atau reagen organik untuk menangkap logam sementara elektro metalurgi
memanfaatkan teknik elektro-kimia (antar lain elektrolisis) untuk memperoleh logamnya.

C. Proses Perendaman
Ada pula proses pengolahan emas dengan perendaman, berikut caranya:
BAHAN
Ore/ bijih emas yang sudah dihaluskan dengan mesh + 200 = 30 ton
Formula Kimia
1. NaCn = 40 kg
2. H2O2 = 5 liter
3. Kostik Soda/ Soda Api = 5 kg
4. Ag NO3 =100 gram
5. Epox Cl = 1 liter
6. Lead Acetate = 0.25 liter (cair)/ 1 ons (serbuk)
7. Zinc dass/ zinc koil = 15 kg
8. H2O (air) = 20.000 liter
Perendaman di Bak Kimia
NaCn dilarutkan dalam H2O (air) ukur pada PH= 7
Tambahkan costik soda (+ 3 kg) untuk mendapatkan PH=11-12
Tambahkan H2O2, Ag NO3, Epox Cl diaduk hingga larut, dijaga pada PH=11-12

Percobaan di Bak Lumpur


Ore/ bijih emas yang sudah dihaluskan dengan mesh + 200 = 30 ton dimasukkan ke dalam
bak.
Larutan kimia dari Bak I disedot dengan pompa dan ditumpahkan/ dimasukkan ke Bak II
untuk merendam lumpur ore selama 48 jam.
Setelah itu, air/ larutan diturunkan seluruhnya ke Bak I dan diamkan selama 24 jam, dijaga
pada PH 11-12. Apabila PH kurang untuk menaikkannya ditambah costic soda secukupnya.
Dipompa lagi ke Bak II, diamkan selama 2 jam lalu disirkulasi ke Bak I dengan melalui Bak
Penyadapan/ Penangkapan yang diisi dengan Zinc dass/ zinc koil untuk mengikat/
menangkap logam Au dan Ag (emas dan perak) dari larutan air kaya

Lakukan sirkulasi larutan/ air kaya sampai Zinc dass/ zinc koil hancur seperti pasir selama 5
10 hari
Zinc dass/ zinc koil yang sudah hancur kemudian diangkat dan dimasukkan ke dalam wadah
untuk diperas dengan kain famatex
Untuk membersihkan hasil filtrasi dari zinc dass atau kotoran lain gunakan 200 ml H2SO4
dan 3 liter air panas
Setelah itu bakar filtrasi untuk mendapatkan bullion
D.

Teknologi Amalgamasi
a) Mekanisme Amalgamasi

Air aksa atau merkuri (Hg), pad temperature (suhu) kamar, adalah zat cair. Bila terjadi kontak
antara merkuri (zat cair) deengan logam (zat padat), maka ai raks membasahi dan menenbus
logam untuk membentuk larutan padat merkuri-logam yang disebut amalgam. Proses yang
terjadi disebut amalgamasi. Logam-logam yang dapat membentuk amalgam adalah emas,
perak, tembaga, timah, cadmium, seng, alkali dan alkali tanah. Paduan merkuri emas disebut
amalgam emas, yang mempunyai rumus kimia dari kombinasi 2 atau bahkan 3 dari 4 rumus
kimia berikut ini yaitu AuHg2, Au2Hg, Au3Hg atau AuHg. Kelarutan emas dalam air raksa
bertambah dengan naiknya temperature. Paad temperature kamar kandungan emas dalam
amlgam kira-kira 0,14% Au, sedangkan pada temperatu 1000C sebesar 0,65% Au. Produk
amalgasi bijih emas selanjutnya disebut amalgam, karena tidak hanya mengandung emas
melainkan juga logam lain terutama perak dan tembaga.
b) Ukuran Butiran
Butiran emas yang bebas, tidak terselubung mineral induk, menjadi pasyarat dalam
amalgasi, sehingga pembasahan emas dalam bijih emas bervariasi dari yang kasa (bijih
emas yang kaya) sampai yang halus (bijih emas yang miskn). Dengan demikian batuan
atau bijih perlu dipecah atau digerus sampai diperoleh butiran emas yang bebas (tidak
terselubung oleh mineral induk). Namun, kenyataan menunjukkan bahwa butiran emas
yang berukuran lebih besar dari 0,074 mmyang dapat diolah dengan teknik amalgamasi.
c) Gangguan Amalgamasi
Keberhasilan amalgamasi ditentukan oleh dua kondisi, yaitu (1) kondisi mineralogy dari
bijih yang diolah dan (2) kondisi pulp (campuran material padat yang halus dan air).
Kondisis yang buruk menyebabkan butiran emas tidak dapat dibasahi oleh merkuri dam
merkuri terpecah menjadi partikel-partikel halus, sehingga amlgamasi tidak dapat
berlangsung secar baik.
Butiran emas yang berasal dari bijih emas primer yang tidak teroksidasi biasanya bersih dan
mengkilap. Kondisi ini baik untuk amlgamsi. Namun, butiran emas yang berasal dari bijih
yang teroksidasi biasanya kusam dan sering dilapisi oleh oksida besi. Emas kusam
mengurangi kemampuan beramalgamasi dan emas yang dilapisi oksida besi cendrung tidak

bias beramalgamasi. Untuk menghindari terdapatnya emas kusam dan emas yang dilapisi
oksida besi dapat dicegah secar mekanik (sambil menggerus).
Mineral sulfide terutama sulfide arsen, antimony, bismuth dan besi berpeluang untuk
menghasilkan in sulfide (sulfide telarut) di dalam pulp. Ion sulfide dapat menghambat
amalgamasi. Penambahan bahan kimia yang dapat memberikan ion-ion timbaldan tembaga
dapat menolong untuk mengurangi gangguan ini. Penambahan bahan alkali yang kuat dapat
mengurangi gangguan ini.
Apabila minyak pelumas masuk ke gelundung saat menggerus atau pada saat amalgamasi.
Minyak dapat berperan mengurangikemampuan amalgamasi. Keberadaannya dalam pulp
harus duhindari dengan penambahan kapur yang sedikit.
d) Penggerusan
Saat penggerusan, kondisi yang perlu diperhatikan adalah jumlah (volume) media penggerus,
kecepatan putar barel (gelundung), persentase padatan dalam pulp, dan lamanya penggerusan.
Volume media penggerus dapat diatur sehingga media penggers mengisi barel/gelundung
sedikit diats setengah isi barel/gelundung. Keceptan putar yang sedemikian rupa
menyebabkan media penggerus tidak bergerak di bagian bawah gelundung saja tetappi juga
pada suatu posisi sewaktu berputar media penggerus diberikan kesempatan untuk jatuh.
Alat untuk penggerusn dikenal dengan nama ball mill dan rod mill. Alat ini seharusnya
memakailiner, pelapisan barel di bagaian dalam yang bergelombang. Permukaan
bergelombang dimaksudkan untuk membantu mengangkat media penggerus sewaktu barel
berputar dan untuk mencegah selip diantara media penggerus. Lineer biasanya terbuat dari
paduan baj, dan sewaktu- waktu dapat dilepas untuk diganti apabila telah aus. Media
penggerus bias berbentuk bola atu batangan. Diameter bola atu batnag penggerus berkisar
antara 1-6 inci. Bergantung pada ukuran barel atau gelundung, yang bervariasi antara 18 inci
x 24 inci sampai sebesar 4 kaki x 6 kaki (dikaitkan dengan ukuran gelundung yang biasa
digunakan dalam tahap amalgasi).

E. Pengikatan Emas oleh Merkuri


Pengikatan emas oleh merkuri atau amalgamasi dapat dilakukan dengan menggunakan 4 jenis
cara atau alat yaitu pelat, kantong, penggerusan dan pencampuran. Dari keemapt cara atau
alat iniyang akan dibahas adalah hanya amalagasi dengan tekananan dan penggerusan.
Alasannya, selain telah dikenal masyarakat, cara ini berfaedah untuk emas yang berkrat dan
sulit dmalgamasi, atau amat halus, atau tidak terikat dengan mineral lain, atau dalam bijih
uyang menyebabkan merkuri tidak bekerja baik.
Masyarakat menggunakan bael atau gelundung baik untuk penggerusan maupun amlgamasi.
Nmun kedua kegiatan ini (penggerusan dan amlgamasi) sebaiknya dipisahkan. Dengan kata
lain dua barel atau gelundung seharusnya dimiliki, yang satu memakai liner (untuk
penggerusan) dn satu lagi tanpa iner (untuk amlgamasi)

Ukuran yang telah disebutkan dalam pembahasan tentang penggerusan dan perbedaannya
adalah bahwa paad tahap amlgamasi (penambahan merkuri ke dalam pulp) media penggerus
berjumlah 1 atau 2 batang yang berdiameter 4 atau 5 inci, atau sengh lusin bola bediameter 4
atau 5 inci. Selanjutnya kecepatan putarannya rendah dan lamanya amalgamasi berkisar
antara 1 jam sampai beberapa jam. Pulp dan media penggerus mengisi barel atu gelundung
dengan kisaran dari sepertiga sampai setengah volume barel. Jika operasi penggerusan
penting, operasi amlgamasi memakai 60-80% padatan. Jika amlgamasi saja, operasi dengan
30-50% padatan. Jumlah merkuri yang ditambahkan bergantung pada kadar emas dalam bijih
dan jumlah merkuri ditambah apabila kadar emasnya tinggi.
Perolehan Emas
Perolehan emas dengan teknologi algamasi relative rendah (artinya apabila
dibandingkan dengan teknologi sianida). Untuk memperbaiki teknologi amalgamasi
(perolehan emas dan kehilangan merkuri) dari tambang rakyat dapat dilakukan
dengan penambahan baha kimia dan pengaturan teknik (berat umpan, persentase
padatan, waktu giling, dan waktu amalgamasi) perolehan emas dapat mencapai 55%.
Air raksa yang hilang sangat kecil (> 1%)
Untuk menentukan perolehan emas perlu diketahui kandungan emas sebenarnya
dalam batuan (bijih) di laboratorium. Ada 2 metode yang digunakan yaitu metode
gravimetric dan metode dengan alat modern yaitu AAS.
3) Contoh penerapannya dalam bidang teknik dan listrik
Memiliki sifat yang sangat tidak reaktif secara kimia. Karena sifat yang tidak reaktif dan
memiliki warna yang menarik, emas banyak dimanfaatkan untuk pembuatan perhiasan,
pembuatan gigi palsu dan pembuatan reaktor industri kimia yang tahan korosi misalnya pada
industri rayon digunakan logam paduan 70% emas dan 30% paladium.
Unsur logam emas memiliki sifat yang lunak, dan memiliki warna kuning terang yang
digunakan untuk perhiasan dan alat-alat elektronik. Tentunya emas tidak mudah didapat di
pasaran, karena memiliki harga yang sangat tinggi dan terus meningkat.
Di dalam system kelistrikan emas jarang di pakai sebagai bahan konduktor meskipun emas
adalah penghantar listrik yang baik, karena di samping harga yang cukup mahal emas
merupakan logam yang sangat berharga yang tidak mudah di dapatkan. Adapun Konsentrasi
elektron bebas dalam logam emas 5,90 1022 cm-3. Emas sangat konduktif untuk listrik,
dan telah digunakan untuk jaringan kabel listrik di beberapa aplikasi energi tinggi (hanya
perak dan tembaga lebih konduktif per volume, tapi emas memiliki keuntungan ketahanan
korosi). Seperti terlihat pada emas dengan konduktivitas 6,17 x 107 S/m. Meskipun emas
bereaksi kimia oleh klorin bebas, konduktivitas yang baik dan ketahanan umum terhadap
oksidasi dan korosi pada lingkungan lain (termasuk tahan terhadap asam non-diklorinasi)
telah menyebabkan industri digunakan secara luas di era elektronik sebagai lapisan lapisan
tipis konektor elektris dari segala jenis, sehingga memastikan koneksi yang baik. Sebagai
contoh, emas yang digunakan dalam konektor kabel elektronik lebih mahal, seperti audio,
video dan kabel USB.

Anda mungkin juga menyukai