Anda di halaman 1dari 21

PENERAPAN HUKUM ARCHIMEDES PADA BALON UDARA

diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Fisika Dasar I yang dibimbing oleh Rianita
Puspasari , ST.

disusun oleh
Laraswati

1510631140079

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG
2015

ABSTRAK

ABSTRACK

Archimedes

dalam

yang

Archimedes in the law that states When an

menyatakan Ketika sebuah benda tercelup

object wholly or partially immersed in the

seluruhnya atau sebagian di dalam zat cair,

liquid, the liquid will provide an upward

zat cair akan memberikan gaya ke atas

force (buoyancy) on the body, in which the

(gaya

magnitude of the upward force (buoyancy)

apung)

pada

hukumnya

benda,

di

mana

besarnya gaya ke atas (gaya apung) sama

equal to the weight of liquid displaced.

dengan berat zat cair yang dipindahkan.

There are so many examples of the

Banyak sekali contoh penerapan dalam

application of the law of Archimedes, one of

hukum Archimedes, salah satunya adalah

which is a hot air balloon. Hot-air balloon is

balon udara. Balon udara adalah salah

one of the first aviation technology utilizing

teknologi

Archimedes law.

penerbangan

pertama

yang

memanfaatkan Hukum Archimedes.

So, in this paper will discuss the Archimedes

Maka, dalam makalah ini akan dibahas

law and also the Archimedes law and its

mengenai Hukum Archimedes dan juga

application in a hot-air balloon

hukum archimedes dan penerapannya dalam

With the making of this paper, the authors

balon udara

hope to help academics in understanding

Dengan dibuatnya makalah ini, penulis

Archimedes law and its implementation in a

berharap dapat membantu akademisi dalam

hot-air balloon

memahami

hukum

Archimedes

beserta

penerapannya dalam balon udara.

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat TuhanYang Maha Esa, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya
penulis dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul Penerapan Hukum Archimedes Pada Balon
Udara. Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas Fisika Dasar I.
Melalui kesempatan yang sangat berharga ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu penyelesaian Makalah ini, terutama kepada yang
terhormat :
1. Rianita Puspasari, ST. Selaku dosen Fisika Dasar I
2. Rekan-rekan program studi Teknik Industri angkatan 2015
3. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu dalam kesempatan ini, yang telah
memberikan bantuan moral dan materil dalam proses penyelesaian makalah ini.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan imbalan yang setimpal atas segala bantuan yang
telah diberikan.
Makalah ini berisi tentang pengertian fluida, hukum Archimedes beserta konsep
penerapannya pada balon udara.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini belumlah sempurna. Untuk itu, kritik dan saran yang
bersifat konstruktif sangat penyusun harapkan. Serta penulis berharap semoga Makalah ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak.
Karawang, 7 Januari 2016

DAFTAR ISI

COVER
ABSTRAK..
KATA PENGANTAR.
DAFTAR ISI..
DAFTAR GAMBAR..
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.....
1.2 Rumusan Masalah..
1.3 Tujuan........
1.4 Manfaat..
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Fluida.
2.2 Hukum Archimedes.
2.2.1 Tenggelam.
2.2.2 Terapung..
2.2.3 Melayang .
2.3 Balon Udara
BAB III PEMBAHASAN
1. 3.1 Penguraian Balon Udara
1.3 3.2 Prinsip Kerja Balon Udara..

BAB IV PENUTUP
1. 4.1 Kesimpulan
2. 4.2 Saran.
DAFTAR PUSTAKA.
4

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.2 Menentukan gaya ke atas


Gambar 2.2 Keadaan benda yang ditempatkan pada fluida
Gambar 3.1 Bagian balon udara
Gambar 3.2 Massa jenis udara dalam balon lebih kecil dari massa jenis udara diluar
balon
Gambar 3.3 Balon udara yang diisi dengan udara panas

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Fluida diartikan sebagai suatu zat yang dapat mengalir. Istilah fluida mencakup zat cair dan
gas karena zat cair seperti air dan zat gas seperti udara dapat mengalir. Fluida diklasifikasikan
dalam dua keadaan yaitu fluida statis dan dinamis. Fluida statis (fluida tak bergerak) berkaitan
erat dengan tekanan hidrostatis. Dalam fluida statis dipelajari hukum-hukum dasar yang
berkaitan dengan konsep tekanan hidrostatis, salah satunya adalah hukum Pascal dan hukum
Archimedes.Hukum-hukum fisika dalam fluida statis sering dimanfaatkan dalam kehidupannya,
6

Balon udara adalah salah teknologi penerbangan pertama yang memanfaatkan Hukum
Archimedes, dimana hukum tersebut menyatakan bahwa Suatu benda yang terendam sebagian
atau seluruhnya dalam zat cair (fluida) mendapat gaya ke atas yang besarnya sama dengan berat
zat cair (fluida) yang dipindahkan oleh benda itu.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, penulis tertarik untuk membahas
Penerapan Hukum Archimedes Pada Balon Udara menjadi judul pada makalah ini.

1.2 Rumusan Masalah


a. Bagaimana penjelasan dan penguraian tentang hukum Archimedes?
b. Bagaimana konsep hukum Archimedes bekerja pada balon udara?
1.3 Tujuan
a. Menjelaskan dan menguraikan tentang hukum Archimedes
b. Untuk menjelaskan konsep hukum Archimedes bekerja pada balon udara

1.4 Manfaat
a. Sebagai sumber referensi bagi para akademisi mengenai konsep hukum Archimedes dan
penerapannya
b. Sebagai sumber pengetahuan bagi masyarakat memahami hukum Archimedes dan
penerapannya

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Fluida
Fluida diartikan sebagai suatu zat yang dapat mengalir. Istilah fluida mencakup zat cair
dan gas karena zat cair seperti air atau zat gas seperti udara dapat mengalir. Air, minyak pelumas,
dan susu merupakan contoh zat cair. Semua zat cair itu dapat dikelompokan ke dalam fluida
karena sifatnya yang dapat mengalir dari satu tempat ke tempat yang lain. Selain zat cair, zat gas
juga termasuk fluida. Zat gas juga dapat mengalir dari satu satu tempat ke tempat lain.
Hembusan angin merupakan contoh udara yang berpindah dari satu tempat ke tempat lain.
Fluida dibagi menjadi dua bagian yakni fluida statis (fluida diam) dan fluida dinamis
(fluida bergerak). Fluida statis ditinjau ketika fluida yang sedang diam atau berada dalam
keadaan setimbang. Fluida dinamis ditinjau ketika fluida ketika sedang dalam keadaan
bergerak). Fluida statis erat kaitannya dengan hidrostatika dan tekanan. Hidrostatika merupakan
ilmu yang mempelajari tentang gaya maupun tekanan di dalam zat cair yang diam. Sedangkan
tekanan didefinisikan sebagai gaya normal per satuan luas permukaan.
2.2 Hukum Archimedes
8

Gaya apung terjadi karena makin dalam zat cair, makin besar tekanan hidrostatiknya. Hal
ini menyebabkan tekanan pada bagian bawah benda lebih besar daripada tekanan ada bagian
atasnya. Berlaku gaya apung = berat benda di udara berat benda dalam zair.

Gambar 2.2 Menentukan gaya ke atas .


(Sumber: pdf universitas widyatama)

Fluida melakukan tekanan hidrostatik


berhubungan dengan tekanan ini adalah

p1= f g h 1

pada bagian atas benda. Gaya yang

F1= p 1 A=f g h1 A

yang sama, pada permukaan bagian bawah diperoleh


Resultan kedua gaya ini adalah gaya apung

F2 =p 2 A=f g h2 A
Fa yaitu:

Fa=F 2F1 (karena


f gA ( h 2h1 )

berarah ke bawah. Dengan cara

F2 > F 1 )

berarah ke atas.

f gAh ( sebab h2h 1=h )


f g V b=mf g=w f
Keterangan:
Fa = gaya keatas (N)

A = luas permukaan (m2)

F2 , F 1 = gaya yang bekerja (N)

h = tinggi (m)

f = massa jenis fluida (kg/m3)

mf = massa fluida (kg)

g = percepatan gravitasi (m/s2)

w f = berat fluida (N)

Berdasarkan persamaan di atas, dikatakan bahwa gaya apung pada benda sama dengan
berat fluida yang dipindahkan. Hal ini dikemukakan oleh Archimedes dalam hukumnya yang
menyatakan Ketika sebuah benda tercelup seluruhnya atau sebagian di dalam zat cair, zat cair
akan memberikan gaya ke atas (gaya apung) pada benda, di mana besarnya gaya ke atas (gaya
apung) sama dengan berat zat cair yang dipindahkan.

Ketika kita menempatkan benda kedalam fluida maka akan terjadi 3 kemungkinan
2.2.1 Tenggelam
Benda akan tenggelam jika gaya keatas yang dialami benda lebih kecil daripada berat
benda
w> F amaks

b .Vb . g > f . Vb . g

b> f

Keterangan:
w

= berat benda (N)


10

F a maks = gaya keatas maksimum (N)


b = massa jenis benda (kg/m3)
Vb = volume benda (m3)

f = massa jenis fluida (kg/m3)

2.2.2 Terapung
Benda terapung di permukaan fluida jika ada bagian benda yang menyembul di atas
permukaan fluida. Jika seluruh benda dicelupkan ke dalam fluida kemudian dilepaskan maka benda
bergerak ke atas dan berhenti ketika ada sejumlah tertentu bagian benda yang menyembul di atas
permukaan fluida. Ini hanya terjadi jika gaya ke atas maksimum yang dialami benda (ketika seluruh
bagian benda tercelup dalam fluida) lebih besar daripada berat benda. Jadi, syarat benda terapung
adalah

W < F amaks

b .Vb . g < f . Vb . g

b< f
Keterangan:
w

= berat benda (N)

F a maks = gaya keatas maksimum (N)


b = massa jenis benda (kg/m3)
Vb = volume benda (m3)

f = massa jenis fluida (kg/m3)


2.2.3 Melayang

11

Benda dikatakan melayang jika saat benda ditempatkan pada suatu titik dalam fluida,
benda tidak bergerak naik ataupun turun. Ketinggian benda selalu sama. Ini hanya terjadi jika
gaya angkat maksimum sama besar dengan berat benda. Jadi syarat benda melayang adalah
w=F a maks

b .V b . g=f . Vb. g

b= f

Keterangan:
w

= berat benda (N)

F a maks = gaya keatas maksimum (N)


b = massa jenis benda (kg/m3)

Vb = volume benda (m3)


f = massa jenis fluida (kg/m3)

Gambar 2.2 Keadaan benda yang ditempatkan pada


fluida
12

2.3 Balon Udara


Balon udara adalah sebuah balon yang memiliki massa jenis udara yang berbeda dengan
udara disekitarnya. Dilakukan dengan cara dipanaskan dengan api sehingga udara akan mengalir
dan balon akan naik keatas.
Dari penjelasan konsep melayang, terapung dan tenggelam yang telah dijelaskan diatas,
balon udara merupakan benda yang berada dalam fluida (udara) dimana medium luar balon
udara adalah udara disekitar balon udara.

13

BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Penguraian Tentang Balon Udara


Seperti halnya zat cair, udara (termasuk fluida) juga melakukan gaya apung pada benda.
Gaya apung yang dilakukan balon udara pada benda sama dengan berat udara yang dipindahkan
oleh benda. Prinsip gaya apung yang dikerjakan udara inilah yang dimanfaatkan pada balon
udara.
Balon udara secara garis besarnya mempunyai tiga bagian utama yaitu envelope, burner, dan
basket.
a.

Envelope bentuknya berupa kantong berupa balon tempat udara dipanaskan. Envelope ini
biasanya terbuat dari bahan nilon dan diperkuat dengan panel-panel yang di anyam.
Karena nilon ini tidak tahan api, maka bagian bawah envelope di lapisi dengan bahan anti

api (skirt) seperti PVC.


b. Burner merupakan alat yang berfungsi untuk memanaskan udara di dalam Envelope.
Burner di letakan di atas kepala penumpang dekat ke mulut envelope.
c. Basket atau keranjang merupakan tempat penumpang. Basket dibuat dari bahan yang
ringan dan lentur.

14

Gambar
Bagian balon
Tipe balon udara dibedakan atas dua
macam 3.1
yaitu:
udara

a. Balon udara yang diisi dengan udara panas


Pada jenis balon udara ini terdapat suatu pembakar yang berfungsi untuk
memanaskan udara dalam balon, sehingga udara dalam balon menjadi lebih ringan
dari udara luar sekitarnya.
b. Balon udara yang diisi dengan gas yang ringan
Gas yang biasanya digunakan adalah gas hidrogen dan gas helium. Gas hydrogen
ringan namun mudah terbakar. Sedangkan gas helium tidak mudah terbakar.
3.2 Prinsip Kerja Balon Udara
Prinsip kerja pada balon yang diisi dengan udara panas dan balon yang diisi dengan gas
ringan pada dasarnya sama, yaitu dengan membuat udara dalam balon lebih ringan atau memiliki
massa jenis yang lebih kecil dari udara luar sekitar balon sehingga balon udara dapat naik
(terbang). Sesuai dengan prinsip Archimedes Gaya apung yang bekerja pada benda yang
dimasukkan dalam fluida sama dengan berat fluida yang dipindahkannya. hal ini sejalan
dengan udara sebagai fluida dimana benda dapat terapung pada fluida , jika massa jenisnya lebih
kecil dari massa jenis fluida tersebut.

Gambar 3.2 massa jenis udara


dalam balon lebih kecil dari massa
jenis udara diluar balon

Semua partikel udara di atmosfer ditarik oleh gaya gravitasi ke bawah. Namun tekanan
di udara menciptakan gaya ke atas yang bekerja berlawanan dengan gravitasi. Kumpulan udara
membangun keseimbangan gaya gravitasi, dimana pada titik ini gravitasi tidak cukup kuat untuk
menarik ke bawah sejumlah besar partikel. Tingkat tekanan ini adalah tertinggi pada permukaan
bumi dimana udara pada tingkat ini dapat menahan beban di udara diatasnya, jika lebih berat
berarti lebih besar gaya gravitasi ke bawah. Tapi gaya apung ini adalah lemah dibandingkan
dengan gaya gravitasi, hanya sekuat berat udara yang dipindahkan oleh suatu benda. Jelas,
sebagian besar benda padat apa pun akan menjadi lebih berat daripada udara yang dipindahkan,
sehingga gaya apung tidak bergerak sama sekali. Gaya apung hanya dapat memindahkan hal-hal
yang lebih ringan daripada udara di sekitarnya.
Balon udara akan melayang diudara apabila besarnya gaya apung sama dengan gaya berat
balon udara tersebut. Secara sistematis dapat ditulis :
Fb=W gas +W beban
Fb=( m gas +m beban ) g
udara .V . g=( gas . V +mbeban ) g
udara .V =( gas .V + mbeban )
Untuk membuat benda mengapung diudara, maka berat balon dan muatannya harus lebih ringan
dari udara yang ada disekitarnya yaitu dengan mengisi balon udara dengan udara yang tidak
terlalu padat. Semisal dengan mengisi balon udara dengan gas hidrogen atau gas helium yang
memiliki massa jenis lebih kecil dari udara (massa jenis hidrogen = 0, 899 kg/m 3 , massa jenis
helium = 0,1786 Kg/m3, udara=1,29 kg/m3). Karena dalam balon udara memiliki kurang dari

massa per unit volume daripada udara diatmosfer yang membuatnya lebih ringan sehingga gaya
apung akan mengangkat balon keatas.
Untuk balon yang diisi dengan udara panas, prinsip yang digunakan pun sama, jika
ingin mengubah kondisi udara di dalam balon, dapat dikurangi kepadatannya, sekaligus menjaga
tekanan udara agar tetap sama dengan pemanasan udara secara terus-menerus. Kekuatan tekanan
udara pada objek tergantung pada seberapa sering berbenturan dengan partikel-partikel udara
objek, serta gaya masing-masing tabrakan. Kita melihat bahwa secara keseluruhan kita dapat
meningkatkan tekanan dalam dua cara:
1. Meningkatkan jumlah partikel udara sehingga ada sejumlah besar partikel
berdampak atas luas permukaan tertentu.
2. Meningkatkan kecepatan partikel sehingga partikel menghantam daerah lebih sering
dan setiap partikel bertabrakan dengan kekuatan yang lebih besar.
Pada balon udara yang diisi dengan udara panas, agar balon udara dapat terbang maka di
dalam envelope dipanaskan dengan burner dengan temperatur sekitar 100 oC. Udara panas
ini akan terperangkap di dalam envelope. Karena udara panas memiliki massa jenis yang
lebih kecil daripada udara biasa, maka membuatnya lebih ringan sehingga balon udara pun
akan bergerak naik di dorong oleh udara yang bertekanan lebih kuat.
Jika dalam proses menaikkan balon udara, udara di dalam envelope dipanaskan dengan
burner dengan temperatur sekitar 100oC sehingga menyebabkan masa jenis balon udara lebih
kecil daripada massa jenis udara disekitar balon, sehingga menyebabkan balon tersebut
terangkat. Secara sistematis dapat ditulis:
uadara .V > gas . V +mbeban

Gambar 3.3 Balon udara yang diisi dengan


udara panas

Untuk mendarat, udara didinginkan dengan cara mengecilkan burner. Udara yang mulai
mendingin di dalam envelope membuat balon bergerak turun. Untuk mempercepatnya, pilot
akan membuka katup parasut (parachute valve) sehingga udara di dalam envelope lebih cepat
dingin. Sedangkan pada balon yang berisi gas ringan, terdapat kantung-kantung pasir yang
diikatkan ditepian keranjang. Ketika balon udara ingin terbang tinggi, maka kantung-kantung
pasir tersebut dibuang di udara, namun ketika balon udara ingin diturunkan maka gas pada
balon udara dibuang.
Secara sistematis dapat ditulis:
uadara .V > gas . V +mbeban

Karena balon udara hanya bisa naik dan turun (bergerak secara vertikal) tentu kita
berpikir bagaimana cara balon udara berpindah dari satu lokasi ke lokasi lain (bergerak secara
horizontal). Pilot memanfaatkan hembusan angin untuk bergerak secara horizontal. Karena angin
bertiup berbeda arahnya pada setiap ketinggian tertentu. Perbedaan arah tiupan angin
inilah yang dimanfaatkan oleh pilot untuk
lokasi yang diinginkan.

mengendalikan balon udara dari satu lokasi ke

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan permasalahan dan hasil penelitian diatas, dapat disimpulkan
a. Fluida diartikan sebagai suatu zat yang dapat mengalir. Istilah fluida mencakup zat cair
dan gas karena zat cair seperti air atau zat gas seperti udara dapat mengalir. Fluida dibagi
menjadi dua bagian yakni fluida statis (fluida diam) dan fluida dinamis (fluida bergerak).
b. Archimedes dalam hukumnya yang menyatakan Ketika sebuah benda tercelup
seluruhnya atau sebagian di dalam zat cair, zat cair akan memberikan gaya ke atas
(gaya apung) pada benda, di mana besarnya gaya ke atas (gaya apung) sama dengan
berat zat cair yang dipindahkan. Ketika kita menempatkan benda kedalam fluida maka
akan terjadi 3 kemungkinan yaitu tenggelam, terapung, melayang.
c. Balon udara panas yaitu sebuah balon yang memiliki massa jenis udara yang berbeda
dengan udara disekitarnya, Dilakukan dengan cara dipanaskan dengan api sehingga udara
akan mengalir dan balon akan naik ke atas.
d. Balon udara akan melayang diudara apabila besarnya gaya apung sama dengan gaya berat
balon udara tersebut. Balon naik, jika dalam proses menaikkan balon udara, udara di
dalam envelope dipanaskan dengan burner dengan temperatur sekitar 100oC sehingga
menyebabkan masa jenis balon udara lebih kecil daripada massa jenis udara disekitar
balon, sehingga menyebabkan balon tersebut terangkat. Balon turun untuk mendarat,

udara didinginkan dengan cara mengecilkan burner. Udara yang mulai mendingin di
dalam envelope membuat balon bergerak turun. Hal ini dikarenakan balon lebih besar
dari pada masa udara disekitar balon tersebut (udara luar). Secara sistematis dapat ditulis:

4.2 Saran
Dari penelitian diatas, penulis menyarankan:
a. Karena pembahasan Hukum Archimedes termasuk banyak maka bagi para akademis yang

menempuh studi dan membahas tentang Hukum Archimedes haruslah belajar dan
mendalami materi Hukum Archimedes.
b. Bagi para pengajar, materi ini dapat disampaikan karena merupakan dasar dalam
pembelajaran fisika

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah Mikrajuddin. 2007. CATATAN KULIAH: FISIKA DASAR I. Bandung. ITB


Hikmat. 2006. PERKULIAHAN FISIKA UMUM FMIPA. Bandung. UPI
Kanginan, Marthen. 2007. FISIKA UNTUK SMA KELAS IX SEMESTER 2. Jakarta: Erlangga

Anda mungkin juga menyukai