Anda di halaman 1dari 11

Suci Asrita / 0813000323

LAPORAN PENDAHULUAN

I.

KASUS ( MASALAH UTAMA)


Gangguan proses piker : waham
Waham adalah suatu keyakinan yang salah yang dipertahankan secara kuat / terus
menerus, tetapi tidak sesuai dengan kenyataan ( Keliat dan Akemat,2010 )
Waham adalah keyakinan terhadap suatu yang salah dan secara kokoh dipertahankan
walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan realita normal.
(Stuart dan sundeen,1998).
Waham adalah keyakinan klien yang tiak sesuai dengan kenyataan, tetapi
dipertahankan dan tidak dapat diubah secara logis oleh orang lain. Kenyataan ini
berasal dari pemikiran klien klien yang sudah kehilangan kontrol ( Depkes RI, 2000 ).
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa waham adalah suatu
keyakinan yang salah atau tidak sesuai dengan kenyataan tetapi tetap dipertahankan.

II.

PROSES TERJADINYA MASALAH


Perasaan diancam oleh lingkungan, cemas, merasa sesuatu yang tidak menyenangkan hati

Mencoba mengingkari ancaman dari persepsi diri atau objek realitas dengan menyalah
artikan kesan terhadap kejadian
Individu memproyeksikan pikiran dan perasaan internal pada lingkungan sehingga
perasaan, pikiran, dan keinginan negatif / tidak dapat diterima menjadi bagian eksternal

Suci Asrita / 0813000323


Individu mencoba memberikan pembenaran / rasional / alasan interpretasi personal
tentang realita pada diri sendiri atau orang lain.
A. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi

yang

mempengaruhi

terjadinya

waham,

yaitu

faktor

perkembangan, sosial budaya, psikologis dan genetik.


Hambatan perkembangan akan mengganggu hubungan interpersonal seseorang. Hal
ini dapat meningkatkan stress dan ansietas yang berakhir dengan gangguan persepsi,
klien menekan perasaannya sehingga pematangan fungsi intelektual dan emosi tidak
efektif. Seseorang yang merasa diasingkan dan kesepian dapat menyebabkan
timbulnya waham. Hubungan yang tidak harmonis, peran ganda atau bertentangan,
dapat menyebabkan timbulnya ansietas dan berakhir dengan pengingkaran terhadap
kenyataan. Waham diyakini terjadi karena adanya atrofi otak
B. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi terjadinya waham adalah faktor sosial budaya, biokimia, dan
psikologis.
Waham dapat dipicu karena adanya perpisahan dengan orang yang berarti atau
diasingkan dari kelompok. Dopamin, dan zat halusinogen lainnya diduga dapat
menyebabkan terjadinya waham pada seseorang. Kecemasan yang memanjang dan
terbatasnya kemampuan unstuck mengatasi masalah sehingga klien mengembangkan
koping unstuck menghindari kenyataan yang menyenangkan.
C. Jenis Waham
1. Waham Kebesaran
Individu menyakini bahwa ia memiliki kebebasan atau kekuasaan khusus dan
diucapkan berulang kali.
2. Waham Curiga
Individu menyakini bahwa ada seseorang atau kelompok yang berusaha
merugikan / mencederai dirinya dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai
kenyataan.
3. Waham Agama
Individu memiliki keyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan dan
diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai kenyataan.
4. Waham Somatik
Individu menyakini bahwa tubuh atau bagian tubuhnya terganggu atau terserang
penyakit dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai kenyataan.

Suci Asrita / 0813000323


5. Waham Nihilistik
Individu menyakini bahwa dirinya sudah tidak ada didunia / meninggal dan
diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
D. Fase fase
Menurut Yosep (2009), proses terjadinya waham meliputi 6 fase, yaitu :
1. Fase of human need
Waham diawali dengan terbatasnya kebutuhan-kebutuhan klien baik secara fisik
maupun psikis. Secara fisik klien dengan waham dapat terjadi pada orang-orang
dengan status sosial dan ekonomi sangat terbatas. Biasanya klien sangat miskin
dan menderita. Keinginan ia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya mendorongnya
untuk melakukan kompensasi yang salah. Ada juga klien yang secara sosial dan
ekonomi terpenuhi tetapi kesenjangan antara realiti dengan self ideal sangat
tinggi.
2. Fase lack of self esteem
Tidak adanya pengakuan dari lingkungan dan tingginya kesenjangan antara self
ideal dengan self reality (keyataan dengan harapan) serta dorongn kebutuhan yang
tidak terpenuhi sedangkan standar lingkungan sudah melampaui kemampuannya.
3. Fase control internal external
Klien mencoba berpikir rasional bahwa apa yang ia yakini atau apa-apa yang ia
katakan adalah kebohongan, menutupi kekurangan dan tidak sesuai dengan
keyataan, tetapi menghadapi keyataan bagi klien adalah suatu yang sangat berat,
karena kebutuhannya untuk diakui, kebutuhan untuk dianggap penting dan
diterima lingkungan menjadi prioritas dalam hidupnya, karena kebutuhan tersebut
belum terpenuhi sejak kecil secara optimal. Lingkungan sekitar klien mencoba
memberikan koreksi bahwa sesuatu yang dikatakan klien itu tidak benar, tetapi hal
ini tidak dilakukan secara adekuat karena besarnya toleransi dan keinginan
menjaga perasaan. Lingkungan hanya menjadi pendengar pasif tetapi tidak mau
konfrontatif berkepanjangan dengan alasan pengakuan klien tidak merugikan
orang lain.
4. Fase envinment support

Suci Asrita / 0813000323


Adanya beberapa orang yang mempercayai klien dalam lingkungannya
menyebabkan klien merasa didukung, lama kelamaan klien menganggap sesuatu
yang dikatakan tersebut sebagai suatu kebenaran karena seringnya diulang-ulang.
Dari sinilah mulai terjadinya kerusakan kontrol diri dan tidak berfungsinya norma
(super ego) yang ditandai dengan tidak ada lagi perasaan dosa saat berbohong.
5. Fase comforting
Klien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya serta menganggap
bahwa semua orang sama yaitu akan mempercayai dan mendukungnya.
Keyakinan sering disertai halusinasi pada saat klien menyendiri dari
lingkungannya. Selanjutnya klien sering menyendiri dan menghindari interaksi
sosial (isolasi sosial).
6. Fase improving
Apabila tidak adanya konfrontasi dan upaya-upaya koreksi, setiap waktu
keyakinan yang salah pada klien akan meningkat. Tema waham yang muncul
sering berkaitan dengan traumatik masa lalu atau kebutuhan-kebutuhan yang tidak
terpenuhi (rantai yang hilang). Waham bersifat menetap dan sulit untuk dikoreksi.
Isi waham dapat menimbulkan ancaman diri dan orang lain.
E. Tanda Dan Gejala
Berikut ini adalah tanda dan gejala klien dengan Waham adalah sebagai berikut :
a. Menolak makan
b. Tidak ada Perhatian pada Perawatan diri
c. Ekspresi wajah sedih, gembira,ketakutan
d. Gerakan tidak terkontrol
e. Isi pembicaraan tidak sesuai dengan kenyataan dan bukan kenyataan
f. Menghindari dari orang lain
g. Mendomentasi pembicaraan
h. Berbicara Kasar
i. Menjalankan kegiatan keagamaan secara berlebihan
F. Rentang respon neurologik
Respon Adaptif
a. Pikiran logis
b. Persepsi
akurat
c. Emosi
konsisten
dengan
pengalaman
d. Perilaku sesuai
e. Hubungan
sosial

a. Kadang
kadang
prose's pikir
terganggu
b. Ilusi
c. Emosi
berlebihan
d. Perilaku yang
tidak biasa
e. Menarik diri

Respona.Maladaptif
Gangguan
isi pikir
halusinasi
b. Perubahan
prose's
emosi
c. Perilaku
tidak
terorganisas
i
d. Isolasi sosial

Suci Asrita / 0813000323

E. Mekanisme koping
Tidak memiliki kelainan dalam orientasi kecuali klien waham spesifik terhadap
orang, tempat, waktu. Daya ingat atau kognisi lainnya biasanya akurat. Pengendalian
implus pada klien waham perlu diperhatikan bila terlihat adanya rencan bunuh diri,
membunuh,

atau

melakukan

kekerasan

pada

orang

lain.

Gangguan proses pikir: waham biasanya diawali dengan adanya riwayat penyakit
berupa kerusakan pada bagian korteks dan libik otak. Bisa dikarenakan terjatuh atau
didapat ketika lahir. Hal ini mendukung terjadinya perubahan emosional seseorang
yang tidak stabil. Bila berkepanjangan akan menimbulkan perasaan rendah diri,
kemudian mengisolasi diri dari orang lain dan lingkungan. Waham kebesaran akan
timbul

sebagai

manifestasi

ketidakmampuan

seseorang

dalam

memenuhi

kebutuhannya. Bila respon lingkungan kurang mendukung terhadap perilakunya


dimungkinkan akan timbul risiko perilaku kekerasan pada orang lain.
III.

A. POHON MASALAH
Resiko tinggi perilaku kekerasan
Gangguan proses pikir : waham
Harga diri rendah
B. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU DIKAJI
1) Masalah keperawatan yang mungkin muncul
a. Gangguan proses pikir : waham
2) Data yang perlu dikaji
a. Subjektif :
a) Klien mengatakan bahwa dirinya adalah orang yang paling hebat
b) Klien mengatakan bahwa dirinya memiliki kebesaran atau kekuasaan
khusus
b. Objektif :
a) Klien terlihat terus ngocehtentang pemahaman yang dimilikinya
b) Pembicaraan klien cenderung diulang

Suci Asrita / 0813000323


c) Isi pembicaraan tidak sesuai dengan kenyataan
IV.

DIAGNOSA KEPERAWATAN
Setelah pengkajian dilakukan dan data subjektif dan objektif sudah ditemukan pada
pasien, diagnosa yang dapat ditegakkan adalah Gangguan Proses Pikir : Waham.

V.

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN ( Terlampir )

STRATEGI PELAKSANAAN ( SP 1 P )

Nama

Ruangan

Hari / tanggal

: senin, Desember 2014

Pertemuan

:1

Suci Asrita / 0813000323

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi pasien
Klien mengatakan bahwa dirinya adalah orang yang paling hebat, memiliki kebesaran
atau kekuasaan khusus, klien terlihat terus ngoceh tentang pemahaman yang
dimilikinya, Pembicaraan klien cenderung diulang, Isi pembicaraan tidak sesuai
dengan kenyataan
2. Diagnosa keperawatan
Gangguan proses pikir : Waham Agama
3. Tujuan khusus
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat
b. Klien dapat mengidentifikasi perasaan yang muncul secara berulang dalam
pikiran klien
c. Klien dapat mengidentifikasi stressor / pencetus wahamnya
d. Klien dapat mengidentifikasi wahamnya
4. Tindakan keperawatan
a. Bina hubungan saling percaya
b. Bantu orientasi realita
c. Diskusikan kebutuhan yang tidak terpenuhi
d. Bantu pasien memenuhi kebutuhannya
e. Anjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
B. PROSES KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN
a. Fase Orientasi
1. Salam terapeutik
Selamat pagi bapak / ibu, perkenalkan nama saya Suci Asrita, sering dipanggil
Suci. Nama bapak / ibu siapa? Lebih suka dipanggil siapa? Bapak / Ibu saya
adalah mahasiswa S1 keperawatan STIKIM Jakarta Selatan, saya praktek di sini
selama 3 hari dari tanggal 15-17 Desember 2014. Saya praktek pada pagi hari
dari pukl 08.00 14.00 WIB. Hoby ibu apa?
2. Validasi
Bagaimana perasaan bapak sekarang ini?
Bagaimana tidurnya semalam?
3. Kontrak :

Suci Asrita / 0813000323


a. Topik

: Boleh kita berbincang bincang sebentar pak untuk

melakukan perkenalan? Dan berbincang bincang tentang apa yang bapak


rasakan sekarang ini?
b. Waktu
: Bapak mau kita berbincang bincang berapa lama pak?
Bagaimana kalau 15 menit saja? Dari pukul 10.00 10.15 ya pak.
c. Tempat : Dimana enaknya kita berbincang bincang ya pak? Bagaimana
kalau dimeja makan ja pak?
d. Tujuan
: Agar kita saling mengenal, bapak lebih mengenal suster,
dan suster lebih mengenal bapak, serta bapak dapat mengenal perasaan apa
yang bapak rasakan sekarang ini.

b. Fase kerja
Bapak sudah berapa lama dirawat disini?. Kalau suster boleh tahu ada masalah apa
sampai bapak dibawa ke sini pak?
Saya mengerti bapak merasa kalau bapak adalah seorang nabi, tetapi sulit bagi saya
untuk mempercayainya pak karena setahu saya semua nabi sudah tidak ada lagi pak.
Bisa kita lanjutkan pembicaraan kita yang terputus tadi pak?
Tampaknya bapak gelisah sekali, bisa bapak ceritakan apa yang bapak rasakan
sekarang?
Ojadi bapak merasa takut nanti diatur atur oleh orang lain dan tidak punya hak
untuk mengatur diri bapak sendiri?
Menurut bapak siapa orang orang yang suka mengatur bapak?
O jadi ibu yang sering mengatur ngatur bapak ya pak,?
Kalau bapak sendiri inginnya seperti apa pak?
Bagus, bapak sudah sudah punya jadwal dan rencana sendiri untuk diri bapak, coba
kita tuliskan rencana dan jadwal tersebut ya pak. Wah bagus sekali pak, jadi sekang
setiap hari bapak ingin melakukan kegiatan di luar rumah karena bosan kalau di
rumah terus ya pak? Sekarang suster juga punya jadwal ni pak buat bapak, bapak isi
jam dan tanggal berapa bapak melakukan kegiatan, kegiatan apa yang bapak lakukan,
dan keterangannya dapat bapak tuluskan hurup M : Jika melakukan secara mandiri
tanpa bantuan orang lain, B : Jika melakukan dengan bantuan orang lain dan T : Jika
tergantung penuh pada orang lain, apabila bapak melakukan kegiatan diluar rumah

Suci Asrita / 0813000323


dan mengisi jadwal kegiatan yang bapak punya maka bapak juga jangan lupa
sekalian isi jadwal kegiatan yang suster kasik ya pak.
c. Fase terminasi
a) Evaluasi
1) Evaluasi subjektif :
Bapak, bagaimana perasaan bapak setelah berbincang bincang dengan suster
tadi,,?
Kegiatan apa yang sudah bapak lakukan?
2) Evaluasi Objektif
Bapak masih ingat siapa nama suster? Coba bapak ulangi kembali kegiatan apa
yang akan dilakukan dan yang sudah diajarkan tadi? Bagaimana kalau jadwal
yang sudah bapak buat untuk diri sendiri ini bapak coba lagi pak, setuju?
b) Rencana tindak lanjut
Bapak hari ini sampai disini dulu ya pertemuan kita, apabila bapak melakukan
kegiatan diluar rumah dan bapak mengisi jadwal kegiatan bapak yang bapak
punya, dan jangan lupa masukan dalam jadwal kegiatan harian yang sudah saya
kasih ya pak. Saya berharap setiap bapak bertemu dengan saya dan saat
memerlukan bantuan saya, bapak mau memanggil saya supaya selama bapak di
sini dapat bekerjasama dengan saya serta bapak mampu sembuh kembali.
c) Kontrak yang akan datang
1) Topik
: Bapak bagaimana kalau besok saya akan datang kembali untuk
mengevaluasi jadwal kegiatan harian yang sudah saya kasih tadi ya pak dan
kita berbincang - bincang tentang kemampuan yang bapak miliki ya pak.
2) Waktu

: Kita mau berbincang bincang berapa lama pak? Bagaimana

kalau 15 menit ja pak, dari pukul 10.00 10.15 ya pak.


3) Tempat

: Mau dimana kita berbincang bincang besok pak? Bagaimna

kalau disini lagi pak?

Suci Asrita / 0813000323


JADWAL KEGIATAN HARIAN PASIEN
Nama
Ruangan
No

Jam

:
:
Kegiatan

Tanggal

Kegiatan

Keterangan

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
KETERANGAN :
Isi kolom tanggal kegiatan ini dengan :
M
: Jika melakukan secara mandiri tanpa bantuan orang lain
B
: Jika melakukan dengan bantuan orang lain
T
: Jika tergantung penuh pada orang lain
Tuliskan di kolom keterangan jika tidak melakukan atau dengan bantuan serta
kendalanya.

DAFTAR PUSTAKA

Direja . (2011). Buku ajar asuhan keperawatan jiwa. Yogyakarta : Nuha Medika
Keliat dan Akemat. (2010). model praktik keperawatan profesional jiwa. Jakarta : EGC
Yosep. (2009). Keperawatan Jiwa, Edisi Revisi. Jakarta : Refika Aditama

Suci Asrita / 0813000323

Anda mungkin juga menyukai