Anda di halaman 1dari 4

Laboratorium Hidrologi Lingkungan

Program Studi Teknik Lingkungan


Fakultas Teknologi Mineral
UPN Veteran Yogyakarta 2015/2016

ACARA I
PENGUJIAN DATA HUJAN
I.

TUJUAN
Mahasiswa dapat melakukan pengujian daa hujan dan menentukan rata-rata
hujan daerah.
II.

ALAT DAN BAHAN


1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

III.

Komputer
Alat tulis
Kalkulator
Buku sumber
Milimiter block
Data curah hujan stasiun
Drawing pen merah dan biru
Kertas HVS 70 gr

DASAR TEORI
International Glossary of Hidrologi dalam Sentot Subagyo, hidrologi adalah

ilmu yang berkaitan dengan air bumi, terjadinya, peredaran dan agihannya, sifat-sifat
kimia dan fisiknya, dan reaksi dengan lingkungannya, termasuk hubungannya
dengan makhluk-makhluk. Secara umum dapat dikatakan bahwa hidrologi
merupakan ilmu yang membahas mengenai kualitas dan kuantitas air di dalam bumi.
Presipitasi turunnya air dari atmosfer ke permukaan bumi yang bisa berupa hujan,
hujan salju, kabut, embun, dan hujan es. Perkembangan hidrologi telah menjadi ilmu
dasar dari pengolahaan sumberdaya-sumberdaya air (rumah tangga air) yang
merupakan pengembangan, agihan dan penggunaan sumberdaya-sumberdaya air
secara terencana (Sentot Subagyo, 1995).
Presipitasi dalam segalan bentuk (salju, hujan es dan lain lain) tetapi pada
daerah tropis hujan memberikan sumbangan terbesar sehingga hujanlah yang
dianggap presipitasi. Presipitasi adalah hujan. Hujan dapat didefinisikan sebagai air
yang jatuh dalam bentuk tetesan yang dikondisikan dari uap air di atmosfer (Sentot
Subagyo, 1995). Embun adalah kondensasi di permukaan tanah atau tumbuhan
tumbuhan dari kondensasi dalam tanah (Soemarto, 1986). Prestisipasi terjadi apabila
terjadi beberapa faktor penting, yaitu terdapat tiga faktor utama yaitu suatu tubuh

PENGUJIA
N DATA

Laboratorium Hidrologi Lingkungan


Program Studi Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN Veteran Yogyakarta 2015/2016

udara yang lembab, inti kondensasi (partikel debu, kristal garam, dan lain-lain) dan
suatu sarana untuk menaikkan udara yang lembab ini, sehingga kondensasi dapat
berlangsung (Sentot Subagyo, 1995). Proses presipitasi berawal dari uap air di
atmosfer yang bergerak ke tempat yang lebih tinggi karena adanya perbedaan
tekanan dan suhu uap air pada daerah tersebut. Uap air bergerak dari tekanan uap air
tinggi ke tekanan uap air rendah. Uap air akan bergerak ketempat yang lebih tinggi
(suhu rendah) tersebut pada ketinggian tertentu maka uap air akan jenuh maka akan
terjadi kondensasi, uap air tersebut akan berubah menjadi bentuk butiran-butiran air
hujan dan terjadilah hujan. Karakteristik presipitasi yang dipelajari pada hidrologi
adalah intensitas, durasi dan frekuensi.
. Faktor ketiggian tempat, semakin rendah ketinggian tempat potensi curah
hujan yang diterima akan lebih banyak. Arah angin, angin yang melewati sumber
penguapan akan membawa uap air, semakin jauh daerah dari sumber air potensi
terjadinya hujan semakin sedikit. Faktor perbedaan suhu tanah (daratan) dan (lautan),
semakin tinggi perbedaan suhu antara keduanya potensi penguapannya juga akan
semakin tinggi. Faktor garis lintang menyebabkan perbedaan kuantitas curah hujan,
semakin rendah garis lintang semakin tinggi potensi curah hujan yang diterima.
Faktor luas daratan, semakin luas daratan potensi terjadinya hujan akan semakin
kecil, karena perjalanan uap air juga akan panjang, dan faktor yang terakhir adalah
faktor dari topografi daerah tersebut. Hasil akurat dapat tercapai apabila data uji di
lapangan sudah di dapatkan dan telah diperiksa dan diteliti kebenarannya. Data
tersebut dilakukan dengan pengujian lapangan dalam periode tertentu dan pada
stasiun tertentu di suatu daerah. Pemeriksaan tersebut dapat langsung dinyatakan
kepada petugas pencatat atau secara tidak langsung dapat menguji konsistensinya
1. Pengisian data curah hujan yang hilang
Terkadang data yang di dapatkan di lapangan tidak lengkap, disebabkan
karena alat pencatat hujan tidak berfungsi pada periode waktu tertentu atau
karena satu dengan yang lain hal stasiun pengamat hujan di tempat tersebut
ditutup untuk sementara waktu. Mengatasi hal tersebut dapat digunakan cara
pengisian data yang hilang, yang disebut dengan Inversed Square Distance
Method. Tidak tercatatnya curah hujan dapat dilengkapi dengan memanfaatkan
data hujan ditempat lain yang berdekatan, dengan kata lain, data hujan di tempat

PENGUJIA
N DATA

Laboratorium Hidrologi Lingkungan


Program Studi Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN Veteran Yogyakarta 2015/2016

tersebut diperkirakan besarnya dengan menggunakan data hujan dari tempat lain
yang berdekatan tersebut. Akurasi data curah hujan yang dihasilkan untuk
prakiraan data curah hujan yang hilang tersebut cukup memadai sepanjang
topografi dari keseluruhan stasiun penakar huan tersebut relatif homogen
sehingga variabilitas spatial curah hujan di tempat tersebut tidak terlalu besar.
Rumus pengisian data curah hujan yang hilang adalah sebagai berikut:
PA
(dxA)2
PX=
1
(dxA)2

PB
PC
PD
+
+
2
2
(dxB) (dxC) (dxD)2
1
1
1
+
+
+
2
2
(dxB) (dxC) (dxD)2
+

Keterangan:
PX

= tinggi curah hujan (mm)

PA,PB,PC,PD = tinggi curah hujan stasiun sekitar (mm)


dxA,dxC,dxD = jarak dari stasiun X ke masing-masing stasiun A,B,C,D
2. Pengujian konsistensi data
Pengukuran curah hujan terkadang terdapat kesalahan. Pemindahan alat
penakar curah hujan, tertutupnya alat penakar curah hujan oleh vegetasi atau
segala bentuk penghalang lainnya dapat mengakibatkan perubahan data curah
hujan yang tercatat, agar data curah hujan yang kita gunakan konsisten, maka
data curah hujan tersebut perlu disesuaikan untuk menghilangkan pengaruh
perubahan lokasi alat ukur atau gangguan lainnya terhadap konsistensi data
hujan yang dihasilkan.
Uji konsistensi dapat dilakukan dengan teknik masa ganda yaitu dengan
membandingkan hujan rata-rata akumulatif dari stasiun yang dimaksud (sebagai
sumbu Y) dengan rerata akumulatif stasiun-stasiun di sekitarnya (sebagai sumbu
X), yang dianggap sebagai stasiun dasar. Stasiun-stasiun dasar tersebut dipilih
dari tempat-tempat yang berdekatan dengan stasiun yang akan diteliti
konsistensinya.
Garis massa ganda dapat diketahui konsistensi data stasiun yang diteliti. Jika
garis yang dihasilkan lurus, maka disimpulkan datanya cukup baik, sebaliknya

PENGUJIA
N DATA

Laboratorium Hidrologi Lingkungan


Program Studi Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN Veteran Yogyakarta 2015/2016

jika garis yang dihasilkan tidak lurus maka menunjukkan bahwa data hujan dari
stasiun tersebut mengalami penyimpangan.Apabila akan dipakai data harus
dikoreksi dahulu dengan melakukan perhitungan yang berasal dari pembacaan
gambar untuk mencari harga-harga X, Y, Xo, Yo, XY, rumusnya yaitu:
Hz=

tan 1
tan 2

Dimana:
tan 1 =

Y1
X1

Yo
dan tan0 = Xo

Keterangan:
Hz

: hujan yang diperkirakan (dihitung)

Tan

: kemiringan garis double massa curve sebelum perubahan

3. Korelasi antar stasiun


Tingkat korelasi antar stasiun hujan yang digunakan harus diketahui
sebelum digunakan didalam analisis sehingga derajat ketelitian peralatan,
interpolasi, dan penentuan distribusi hujan yang dilakukan diketahui. Tingkat
korelasi tersebut dapat ditentukan dengan menghitung harga R, menggunakan
rumus yaitu:
R=

xy)-( x x y)
{( n x x 2 ) -( x)2 } \{(n x y 2 )-( y)2 \}

(n x

Keterangan:
n=

data

Ukuran solidaritas dari hasil perhitungan korelasi antar stasiun yaitu:


0,0 0,199

= Korelasi sangat lemah

0,2 0,399

= Korelasi lemah

0,4 0,599

= Korelasi sedang

0,6 0,799

= Korelasi kuat

0,8 1

= Korelasi sangat kuat

PENGUJIA
N DATA

Anda mungkin juga menyukai