Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1. DASAR TEORI
Karbon dioksida (rumus kimia: CO2) atau zat asam arang adalah
sejenis senyawa kimia yang terdiri dari dua atom oksigen yang terikat secara
kovalen dengan sebuah atom karbon. Ia berbentuk gas pada keadaan
temperatur dan tekanan standar dan hadir di atmosfer bumi. Rata-rata
konsentrasi karbon dioksida di atmosfer bumi kira-kira 387 ppm berdasarkan
[1]
volume walaupun jumlah ini bisa bervariasi tergantung pada lokasi dan
waktu. Karbon dioksida adalah gas rumah kaca yang penting karena ia
menyerap gelombang inframerah dengan kuat.
Karbon dioksida dihasilkan oleh semua hewan, tumbuh-tumbuhan,
fungi, dan mikroorganisme pada proses respirasi dan digunakan oleh
tumbuhan pada proses fotosintesis. Oleh karena itu, karbon dioksida
merupakan komponen penting dalam siklus karbon. Karbon dioksida juga
dihasilkan dari hasil samping pembakaran bahan bakar fosil. Karbon dioksida
anorganik dikeluarkan dari gunung berapi dan proses geotermal lainnya
seperti pada mata air panas.
Karbon dioksida tidak mempunyai bentuk cair pada tekanan di bawah
5,1 atm namun langsung menjadi padat pada temperatur di bawah -78 C.
Dalam bentuk padat, karbon dioksida umumnya disebut sebagai es kering.
CO2 adalah oksida asam. Larutan CO2 mengubah warna lakmus dari biru
menjadi merah muda.
Sifat sifat Logam berat yaitu Sulit didegradasi, sehingga mudah
terakumulasi dalam lingkungan perairan dan keberadaannya secara alami
sulit terurai (dihilangkan), dapat terakumulasi dalam organisme termasuk
kerang dan ikan, dan akan membahayakan kesehatan manusia yang
mengkomsumsi organisme tersebut.Mudah terakumulasi di sedimen,
sehingga konsentrasinya selalu lebih tinggi dari konsentrasi logam dalam air.
Disamping itu sedimen mudah tersuspensi karena pergerakan masa air yang
akan melarutkan kembali logam yang dikandungnya ke dalam air, sehingga
sedimen menjadi sumber pencemar potensial dalam skala waktu tertentu
(Sutamihardja dkk, 1982).
Logam berat adalah unsur-unsur kimia dengan bobot jenis lebih besar
dari 5 gr/cm3. Sebagian logam berat seperti timbal (Pb), kadmium (Cd), dan
merkuri (Hg) merupakan zat pencemar yang berbahaya.Berdasarkan sifat
kimia dan fisikanya, maka tingkat atau daya racun logam berat terhadap
hewan air dapat diurutkan (dari tinggi ke rendah) sebagai berikut merkuri
(Hg), kadmium (Cd), seng (Zn), timah hitam (Pb), krom (Cr), nikel (Ni), dan
kobalt (Co) (Sutamihardja dkk, 1982).
Polutan logam berat yang berada di wilayah pesisir umumnya banyak
berasal dari baterai, karena baterai mengandung unsur timbal (Pb) yang
beracun dan berbahaya bagi makhluk hidup. Selain itu, polutan logam berat
di wilayah pesisir juga berasal dari pembuatan baterai, plastik PVC,
pigmen cat, pupuk, rokok, dan kerangyang mengandung unsur kadmium
(Cd). Adanya logam berat di wilayah pesisir berbahaya baik secara langsung
terhadap kehidupan organisme, maupun efeknya secara tidak langsung
terhadap kesehatan manusia.
Pencemaran pada tanah oleh logam berat merupakan salah satu
persoalan lingkungan yang sangat serius. Toksikan yang sangat berbahaya
umumnya berasal dari buangan industri, terutama yang melibatkan logam
berat dalam proses produksinya (Palar dalam Sudarso, 1997). Beberapa jenis
logam berat yang mencemari lingkungan dan perairan Indonesia diantaranya
adalah Cu, Hg, Pb, Zn dan Cd. Menurut Machbub & Mulyadi (2000),
cemaran logam berat yang paling dominan mencemari perairan di Indonesia
dan telah melampaui ambang batas sesuai PP no. 82 Tahun 2001 adalah Zn.

BAB II
PEMBAHASAN

Mekanisme Tumbuhan Menyerap CO2


1. Dengan Fotosintesis
Tahap-Tahap Reaksi Fotosintesis
Proses fotosintesis yang terjadi di Kloroplas terdiri atas 2 reaksi, yaitu reaksi
terang dan reaksi gelap.
1. Reaksi Terang
Dikatakan reaksi terang karena dalam prosesnya reaksi ini membutuhkan
cahaya matahari. Reaksi ini terjadi di salah satu ruang kosong pada kloroplas
yang disebut membran tilakoid. Dalam reaksi terang, klorofil akan menyerap
cahaya dari matahari, energi yang didapat dari cahaya matahari akan
digunakan untuk memecah molekul air menjadi molekul oksigen dan
hidrogen. Reaksi ini disebut sebagai fotolisis, dan dapat digambarkan dengan
reaksi berikut.

2. Reaksi Gelap
Sesuai dengan namanya reaksi gelap merupakan reaksi yang tidak bergantung
pada cahaya. Inti dari proses reaksi gelap merupakan pengubahan
Karbondioksida (CO2) menjadi glukosa. Reaksi gelap ini terjadi pada bagian
stroma kloroplas. Reaksi gelap hanya akan terjadi sesudah terjadinya reaksi
terang, dan proses reaksi gelap sangat kompleks, karena pengubahan
Karbondioksida (CO2)
2. Dengan Respirasi
Proses respirasi diawali dengan adanya penangkapan O2 dari lingkungan.
Proses transport gas-gas dalam tumbuhan secara keseluruhan berlangsung
secara difusi. Oksigen yang digunakan dalam respirasi masuk ke dalam setiap
sel tumbuhan dengan jalan difusi melalui ruang antar sel, dinding sel,
sitoplasma dan membran sel. Demikian juga halnya dengan CO2 yang
dihasilkan respirasi akan berdifusi ke luar sel dan masuk ke dalam ruang antar
sel. Hal ini karena membran plasma dan protoplasma sel tumbuhan sangat
permeabel bagi kedua gas tersebut.
Setelah mengambil O2 dari udara, O2 kemudian digunakan dalam proses
respirasi dengan beberapa tahapan, diantaranya yaitu glikolisis,
dekarboksilasi oksidatif, siklus asam sitrat, dan transpor elektron.
Reaksi pembongkaran glukosa sampai menjadi H20 + CO2 + Energi, melalui
tiga tahap :
1. Glikolisis, yaitu tahapan pengubahan glukosa menjadi dua molekul asam
piruvat (beratom C3), peristiwa ini berlangsung di sitosol. As. Piruvat yang
dihasilkan selanjutnya akan diproses dalam tahap dekarboksilasi oksidatif.
Selain itu glikolisis juga menghasilkan 2 molekul ATP sebagai energi, dan 2
molekul NADH yang akan digunakan dalam tahap transport elektron.Dalam
keadaan anaerob, As. Piruvat hasil glikoisis akan diubah menjadi
karbondioksida dan etil alkohol. Proses pengubahan ini dikatalisis oleh enzim
dalam sitoplasma. Dalam respirasi anaerob jumlah ATP yang dihasilkan
hanya dua molekul untuk setiap satu molekul glukosa, hasil ini berbeda jauh
dengan ATP yang dihasilkan dari hasil keseluruhan respirasi aerob yaitu 36
ATP.
Peristiwa perubahan :
Glukosa berubah menjadi Glukosa 6 fosfat berubah menjadi Fruktosa 1,6
difosfat berubah menjadi 3 fosfogliseral dehid (PGAL) / Triosa fosfat Asam
piravat.
Jadi hasil dari glikolisis : 2 molekul asam piravat, 2 molekul NADH yang
berfungsi sebagai sumber elektron berenergi tinggi dan 2 molekul ATP untuk
setiap molekul glukosa.
Enzim-enzim yang berperan dalam GLikolisis yaitu Heksokinase,
Fosfoheksokinase, Fosfofruktokinase, Aldolase, triosa fosfat isomerase, triosa
fosfat dehidrogenase, fosfogliseril kinase, fosfoglisero mutase, Enolase, dan
piruvat kinase.
Manfaat glikolisis:
1. Mereduksi 2 molekul NAD+ menjadi NADH untuk setiap molekul heksosa
yang dirombak.
2. Setiap molekul heksosa yang dirombak akan dihasilkan 2 molekul ATP, jika
substratnya berupa glukosa- P-, glukosa 6-P, atau fruktosa-6-P maka akan
dihasilkan 3 molekul ATP.
3. Melalui glikolisis akan dihasilkan senyawa- senyawa antara yang dapat
menjadi bahan baku untuk sintesis berbagai senyawa yang terdapat dalam
tumbuhan.
2. Dekarboksilasi oksidatif, yaitu pengubahan asam piruvat (beratom C3)
menjadi Asetil KoA (beratom C2) dengan melepaskan CO2, peristiwa ini
berlangsung di sitosol. Asetil KoA yang dihasilkan akan diproses dalam
siklus asam sitrat. Hasil lainnya yaitu NADH yang akan digunakan dalam
transpor elektron.
3. Daur Krebs (daur trikarboksilat) atau daur asam sitrat merupakan
pembongkaran asam piruvat secara aerob menjadi CO2 dan H2O serta energi
kimia. Siklus asam sitrat (daur krebs) terjadi di dalam matriks dan membran
dalam mitokondria, yaitu tahapan pengolahan asetil KoA dengan senyawa
asam sitrat sebagai senyawa yang pertama kali terbentuk. Beberapa senyawa
dihasilkan dalam tahapan ini, diantaranya adalah satu molekul ATP sebagai
energi, satu molekul FADH dan tiga molekul NADH yang akan digunakan
dalam transfer elektron, serta dua molekul CO2.
Fungsi utama Siklus Krebs adalah:
1. Mereduksi NAD+ dan FAD menjadi NADH dan FADH2 yang kemudian
dioksidasi untuk menghasilkan ATP.
2. Sintesis ATP secara langsung, yakni 1 molekul ATP untuk setiap molekul
piruvat yang dioksidasi
3. Pembentukan kerangka karbon yang dapat digunakan untuk sintesis asam-
asam amino tertentu, yang kemudian dapat dikonversi untuk membentuk
senyawa yang lebih besar.
4. Transfer elektron, yaitu serangkaian reaksi yang melibatkan sistem karier
elektron (pembawa elektron). Proses ini terjadi di dalam membran dalam
mitokondria. Dalam reaksi ini elektron ditransfer dalam serangkaian reaksi
redoks dan dibantu oleh enzim sitokrom, quinon, piridoksin, dan flavoprotein.
Reaksi transfer elektron ini nantinya akan menghasilkan H2O.
Dari daur Krebs akan keluar elektron dan ion H+ yang dibawa sebagai
NADH2 (NADH + H+ + 1 elektron) dan FADH2, sehingga di dalam
mitokondria (dengan adanya siklus Krebs yang dilanjutkan dengan oksidasi
melalui sistem pengangkutan elektron) akan terbentuk air, sebagai hasil
sampingan respirasi selain CO2. Produk sampingan respirasi tersebut pada
akhirnya dibuang ke luar tubuh melalui stomata pada tumbuhan dan melalui
paru-paru pada peristiwa pernafasan hewan tingkat tinggi.

Jenis Pohon Penyerap CO2


Pada tabel, ada 21 jenis pohon penyerap CO2, urutan teratas ditempati oleh Trembesi
dengan jumlah CO2 yang diserap sebanyak 28,4 ton/pohon/tahun, kemudian Bambu
dengan 12 ton/hektar/tahun. Dari data pada tabel, penyerapan CO2 oleh Trembesi ,
53 kali lebih besar dari pohon beringin.
Jenis Pohon dan CO2 yang dapat diserap 1)
CO2 yang Diserap
No Jenis Pohon
(kg/pohon/tahun)
1 Trembesi (Samanea saman) 28.448,39
2 Bambu up to 12 *
3 Cassia (Cassia sp) 5.295,47
4 Kenanga (Canangium odoratum) 756,59
5 Pingku(Dysoxylum excelsum 720,49
6 Beringin (Ficus benyamina) 535,90
7 Krey Payung (Fellicium decipiens 404,83
8 Matoa (Pometia pinnata) 329,76
9 Mahoni (Swettiana mahagoni) 295,73
10 Saga (Adenanthera pavonina) 221,18
11 Bungur (Lagerstroemia speciosa) 160,14
12 Jati (Tectona grandis) 135,27
13 Nangka (Arthocarpus heterophyllus) 126,51
14 Johar (Cassia grandis) 116,25
15 Sirsak (Annona muricata) 75,29
16 Puspa (Schima wallichii) 63,31
17 Akasia (Acacia auriculiformis) 48,68
18 Flamboyan (Delonix regia) 42,20
19 Sawo Kecik (Manilkara kauki) 36,19
20 Tanjung (Mimusops elengi) 34,29
21 Bunga Merak (Caesalpinia 30,95
pulcherrima)
Ket : Ton/hektar/tahun
Berapa Oksigen yang Dihasilkan ?
Oksigen yang dihasilkan oleh pohon tergantung pada jenis pohon, umur,
kondisi juga lingkungan pohon. Dalam keadaan istirahat, manusia
dewasa menghirup 1,8 sampai 2,4 gram oksigen per menit. Jumlah ini setara dengan
6 miliar ton oksigen yang dihirup oleh seluruh manusia per tahun 8)
Oksigen yang dibutuhkan untuk bernafas tiap jam adalah 53 liter 4), jika satu lembar
daun menhasilkan oksigen 5 ml /jam9) dan disekitar tempat tinggal anda terdapat 20
buah pohon dengan rata-rata jumlah daun sekitar 300 lembar, maka oksigen yang
disumbangkan oleh tanaman tersebut adalah 30 x 400 x 5 = 60 liter/jam yang setara
dengan kebutuhan satu orang untuk bernafas tiap jam. Pada pohon karet, jika jumlah
daun per pohon 200 lembar, maka tiap hektar pohon karet akan menyumbang
oksigen sebanyak 300 pohon x 200 x 5 ml = 300 liter per jam. Berarti, setiap jam
seluruh , kebun karet seluas 35.145 ha akan menghasilkan oksigen sebanyak 35.145
ha x 300 liter = 10.543.500 liter. Angka ini setara dengan jumlah kebutuhan oksigen
untuk pernapasan sebanyak 198.933 orang

Mekanisme Penyerapan Logam Berat oleh Tanaman


Logam berat adalah unsur logam yang mempunyai massa jenis lebih besar
dari 5 g/cm3, antara lain Cd, Hg, Pb, Zn, dan Ni. Logam berat Cd, Hg, dan Pb
dinamakan sebagai logam non esensial dan pada tingkat tertentu menjadi logam
beracun bagi makhluk hidup. Faktor yang menyebabkan logam berat termasuk dalam
kelompok zat pencemar adalah karena adanya sifat-sifat logam berat yang tidak
dapat terurai (non degradable) dan mudah diabsorbsi. Sedangkan organisme pertama
yang terpengaruh akibat penambahan polutan logam berat ke tanah atau habitat
lainnya adalah organisme dan tanaman yang tumbuh ditanah atau habitat tersebut.
Menurut Priyanto dan Prayitno (2007), logam berat dalam media dengan cepat
diserap oleh tanaman, walaupun berada pada konsentrasi yang sangat rendah.
Mekanisme penyerapan dan akumulasi logam berat oleh tanaman dapat dibagi
menjadi tiga proses yang berkesinambungan, sebagai berikut :
1. Penyerapan oleh akar, agar tanaman dapat menyerap logam, maka logam
harus dibawa ke dalam larutan di sekitar akar (rizosfer) dengan beberapa cara
bergantung pada spesies tanaman. Senyawa-senyawa yang larut dalam air
biasanya diambil oleh akar bersama air, sedangkan senyawa-senyawa
hidrofobik diserap oleh permukaan akar.
2. Translokasi logam dari akar ke bagian tanaman lain. Setelah logam
menembus endodermis akar, logam atau senyawa asing lain mengikuti aliran
transpirasi ke bagian atas tanaman melalui jaringan pengangkut (xilem dan
floem) ke bagian tanaman lainnya.
3. Lokalisasi logam pada sel dan jaringan. Hal ini bertujuan untuk menjaga agar
logam tidak menghambat metabolisme tanaman. Sebagai upaya untuk
mencegah peracunan logam terhadap sel, tanaman mempunyai mekanisme
detoksifikasi, misalnya dengan menimbun logam di dalam organ tertentu
seperti akar. Tumbuhan pada saat menyerap logam berat, akan membentuk
suatu enzim reduktase di membran akarnya. Reduktase ini berfungsi
mereduksi logam yang selanjutnya diangkut melalui mekanisme khusus di
dalam membran akar. Pada saat terjadi translokasi di dalam tubuh tanaman,
logam yang masuk ke dalam sel akar, selanjutnya diangkut ke bagian
tumbuhan yang lain melalui jaringan pengangkut yaitu xylem dan floem.
Untuk meningkatkan efisiensi pengangkutan logam diikat oleh molekul kelat.
Pada konsentrasi rendah logam berat tidak mempengaruhi pertumbuhan
tanaman tetapi pada konsentrasi tinggi akan menyebabkan kerusakan baik
pada tanah, air maupun tanaman.
Kisaran logam berat sebagai pencemar dalam tanah dan tanaman sebagai berikut
(Sumber Brachia, 2009).

Secara prinsip, logam berat dalam tanah berada dalam bentuk bebas maupun tidak
bebas. Dalam keadaan bebas, logam berat dapat bersifat racun dan terserap oleh
tanaman sedangkan dalam bentuk tidak bebas dapat berikatan dengan hara, bahan
organik, ataupun anorganik lainnya. Pada kondisi tersebut, logam berat selain
mempengaruhi ketersediaan hara tanaman juga dapat mengkontaminasi hasil
tanaman. Jika logam berat memasuki lingkungan tanah, maka akan terjadi
keseimbangan dalam tanah, kemudian akan terserap oleh tanaman melalui akar, dan
selanjutnya akan terdistribusi ke bagian tanaman lainnya.

Anda mungkin juga menyukai