LAPORAN KASUS
1. Identitas Pasien
Nama
: Nn. NF
Umur
: 28 tahun
Alamat
Agama
: Islam
Pekerjaan
: IRT
BB/TB
: 45kg/158cm
II. Anamnesis
2.1 Keluhan Utama:
Batuk berdahak
2.2 Keluhan Tambahan:
Batuk berdarah, keringat malam, demam, nyeri dada, sesak, penurunan
nafsu makan, penurunan berat badan.
2.3 Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien datang dengan keluhan batuk berdahak sejak 4 bulan yang lalu,
awalnya pasien batuk kering namun menjadi batuk berdahak seminggu
kemudian. Dahak berwarna kuning, dan memberat menjadi kuning
kehijauan sejak 1 bulan terakhir. Pasien mengeluhkan demam, demam
dirasakan naik turun, dan meningkat pada malam hari, menggigil (-),
pasien mengatakan demam disertai dengan berkeringat pada malam hari,
berkeringat tidak dipengaruhi oleh cuaca, keluhan ini dirasakan pasien
sejak 5 bulan yang lalu. Pasien juga mengeluhkan adanya batuk berdarah
4 bulan yang lalu, darah berupa bercak. Batuk berdarah dirasakan pasien
sebanyak 3 kali dalam 3 bulan terakhir. Pasien mengatakan saat batuk
berat, dadanya terasa sakit dan menyebabkan pasien sesak. Dalam 3 bulan
terakhir, pasien mengaku nafsu makannya menurun, berat badannya turun
10kg, dan pasien sering merasa lemas dan cepat lelah jika beraktivitas.
Keluhan mual dirasakan pasien sesekali, muntah tidak ada.
Saat ini, pasien datang ke puskesmas untuk mengambil lanjutan paket
obat TB bulan ke 5. Keluhan saat ini, pasien mengalami batuk berdahak,
namun sudah berkurang dibandingkan beberapa bulan yang lalu. Keluhan
tambahan lainnya sudah tidak dirasakan pasien.
2.4 Riwayat Penyakit Dahulu:
TB (-), riwayat DM (-), riwayat hipertensi (-)
2.5 Riwayat Penyakit Keluarga:
Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit seperti ini.
2.6 Riwayat Pemakaian Obat:
Pasien mengkonsumsi obat Rimstar selama 4 bulan ini.
2.7 Riwayat Kebiasaan Sosial:
Pasien seorang ibu rumah tangga. Suami pasien seorang perokok aktif,
dalam sehari 15 batang.
III. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum
Kesadaran
Tekanan Darah
Nadi
Pernapasan
Suhu
: Baik
: E4 M6 V5 = 15, Compos Mentis.
: 110/60 mmHg
: 86x/menit
: 22 x/menit
: 36,4 C
3.1 Kulit
Warna
: Sawo Matang
Turgor
: Cepat Kembali
Cyanosis
: (-)
Icterus
: (-)
Oedema
: (-)
3.2 Kepala
Rambut
Wajah
Telinga
: Serumen (-/-)
Hidung
Mulut
:
-
3.3 Leher
Inspeksi
Palpasi
3.4 Thoraks
Inspeksi
-
3.5 Paru
- Inspeksi
- Palpasi
Kiri
Depan
Fremitus
Fremitus N
Belakang
Fremitus N
Fremitus N
- Perkusi
:
Depan
sonor
sonor
Belakang
sonor
sonor
- Auskultasi
Depan
vesikuler melemah
Belakang
vesikuler
vesikuler
melemah
vesikuler
Kiri
3.7 Abdomen
- Inspeksi
- Palpasi
Hepar
: tidak teraba
Lien
: tidak teraba
Ginjal
Perkusi
Auskultasi
Ekstremitas:
Superior
Kanan
Inferior
Kiri
Kanan Kiri
Pucat
Sianosis
Oedema
Kesan:
a. Cor / Aorta: Normal
b. Lung: tampak konsolidasi inhomogen dengan central nekrosis a/r lapangan
paru tengah dekstra.
c. Soft tissue & skeletal: Normal
Kesimpulan : K/P lama lung dextra
Spesimen dahak
Hasil pemeriksaan
02 Januari 2015
Sewaktu
++
02 Januari 2015
Pagi
++
03 Januari 2015
Sewaktu
+++
V. Diferensial Diagnosis
1. TB Paru
2. Pneumonia
3. Ca Paru
VI. Resume
Pasien atas nama Syafruddin AR, usia 45 tahun dengan keluhan Pasien
datang dengan keluhan batuk berdahak sejak 2 bulan yang lalu, awalnya dahak
berwarna kuning kehijauan dan memberat sejak 1 minggu terakhir, pasien juga
mengeluhkan berat badan yang turun sejak 1 bulan terakhir. Demam (-),
Penurunan nafsu makan (+), mual (-) muntah (-) lemas (+) nyeri dada (+)
keringat malam (+), riwayat kontak dengan orang yang batuk lama disangkal.
Pada pemeriksaan umum didapatkan kesadaran composmentis, TD: 110/70
mmHg, frekuensi nadi: 84 x/menit, frekuensi napas: 20 x/menit, suhu: 36,4C.
Foto Thorax PA
Kesimpulan : TB paru
: ++
Pagi
: ++
Sewaktu
: +++
VIII. Terapi
- Obat paket TB 1x3 tab
- B complex 2x1
- Ambroxol 3x30mg
IX. Prognosis
Quo ad vitam
: dubia ad bonam
Quo ad sanactionam
: dubia ad bonam
Quo ad functionam
: dubia ad bonam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I. Pendahuluan
Tuberkulosis
adalah
penyakit
yang
disebabkan
oleh
infeksi
Walaupun
penyakit
ini
telah
lama
dikenal,
obat-obat
untuk
tuberkulosis
suatu
saat
dimana
keadaan
memungkinkan
untuk
10
gejala yang cukup berat tergantung dari luas lesi. Kadang pasien terdiagnosis pada
saat medical check up. Bila bronkus belum terlibat dalam proses penyakit, maka
pasien mungkin tidak ada gejala batuk. Batuk yang pertama terjadi karena iritasi
bronkus, dan selanjutnya batuk diperlukan untuk membuang dahak ke luar.
2. Gejala sistemik
a. Demam
b. Gejala sistemik lain: malaise, keringat malam, anoreksia, berat badan
menurun.
11
Bayangan berawan / nodular di segmen apikal dan posterior lobus atas paru
dan segmensuperior lobus bawah
Kaviti, terutama lebih dari satu, dikelilingi oleh bayangan opak berawan atau
nodular
12
Luas lesi yang tampak pada foto toraks untuk kepentingan pengobatan dapat
dinyatakan sbb(terutama pada kasus BTA negatif
Lesi minimal, bila proses mengenai sebagian dari satu atau dua paru dengan
luas tidak lebih dari sela iga 2 depan (volume paru yang terletak di atas
chondrostemal junction dari iga kedua depan dan prosesus spinosus dari
vertebra torakalis 4 atau korpus vertebratorakalis 5), serta tidak dijumpai kaviti.
13
14
Rifampisin (R), Pirazinamid (Z) dan Ethambutol (E) setiap hari. Setelah itu
diteruskan dengan tahap lanjutan selama 5 bulan dengan HRE yang diberikan tiga
kali dalam seminggu. Perlu diperhatikan bahwa suntikan streptomisin diberikan
setelah penderita selesai minum obat.12
1.7.3 Kategori-3 (2HRZ/4H3R3)
Kategori-3 diberikan kepada Penderita baru BTA negatif dan rontgen
positif sakit ringan Penderita ekstra paru ringan. Tahap intensif terdiri dari HRZ
diberikan setiap hari selama 2 bulan, diteruskan dengan tahap lanjutan terdiri dari
HR selama 4 bulan diberikan 3 kali seminggu.12
1.7.4 OAT Sisipan
Bila pada akhir tahap intensif pengobatan penderita baru BTA positif dengan
kategori 1 atau penderita BTA positif pengobatan ulang dengan kategori 2, hasil
pemeriksaan dahak masih BTA positif, diberikan obat sisipan (HRZE) setiap hari
selama 1 bulan.8
2.8 Evaluasi Pengobatan
1) Evaluasi Klinis
a) Pasien dievaluasi setiap 2 minggu pada 1 bulan pertama, pengobatan
selanjutnya setiap 1 bulan.
b) Evaluasi: respon pengobatan dan ada tidaknya efek samping obat serta ada
tidaknya komplikasi penyakit.
c) Evaluasi klinis meliputi keluhan, berat badan, pemeriksaan fisik.
2) Evaluasi Bakteriologis (0-2-6/9 bulan pengobatan)
a) Tujuan untuk mendeteksi ada tidaknya konversi dahak.
b) Pemeriksaan dan evaluasi pemeriksaan mikroskopis :
(1) Sebelum pengobatan dimulai
(2) Setelah 2 bulan pengobatan (setelah fase intensif)
(3) Pada akhir pengobatan
c) Bila ada fasilitas biakan, dilakukan pemeriksaan biakan dan uji resistensi.
3) Evaluasi radiologi (0-2-6/9 bulan pengobatan)
Pemeriksaan dan evaluasi foto toraks dilakukan pada :
a) Sebelum pengobatan
15
16
17
18
ketat. Masa pemberian obat memang cukup lama yaitu 6-8 bulan secara terusmenerus, sehingga dapat mencegah penularan kepada orang lain. Walau telah ada
cara pengobatan tuberkulosis dengan efektivitas tinggi, angka sembuh lebih
rendah dari yang diharapkan. Kondisi seorang penderita penyakit tuberculosis
sering berada dalam kondisi rentan dan lemah, baik fisik maupun mentalnya.
Kelemahan itu dapat menyebabkan penderita tidak berobat, putus berobat, dan
atau menghentikan pengobatan karena berbagai alasan. Peranan PMO sangat
mempengaruhi kedisiplinan penderita TB paru dan keberhasilan pengobatan.
Kerjasama petugas kesehatan dengan keluarga yang ditunjuk untuk mendampingi
ketika penderita minum obat merupakan faktor yang perlu dievaluasi untuk
menentukan tingkat keberhasilan pengobatan.14
BAB III
DISKUSI
19
20
BAB V
KESIMPULAN
21
DAFTAR PUSTAKA
1. Frieden TR, Sterling TR, Munsiff SS, Watt CJ, Dye C. Tuberculosis.
Lancet. 2003. 887- 99.
2. Raviglione MC, Snider DE, Kochi Arata, Global Epidemiology of
Tuberculosis JAMA 1995 ; 273 : 220-26.
3. WHO.TB A Clinical manual for South East Asia. Geneva, 1997; 19-23.
4. Aditama T.Y. Tuberculosis Situation in Indonesia, Singapore, Brunei
Darussalam and in Philippines, Cermin Dunia Kedokteran 1993 ; 63 : 3
7.
5. Hudoyo, A. Penerapan Strategi DOTS bagi Penderita TB, Dalam
Simposium dan Semiloka TB Terintegrasi. RSUP Persahabatan, Jakarta,
1999.
6. Broekmans, JF. Success is possible it best has to be fought for, World
Health Forum An International Journal of Health Development. WHO,
Geneva, 1997 ; 18 : 243 47.
7. Bing, K. Diagnostik dan klasifikasi tuberkulosis paru. RTD Diagnosis dan
Pengobatan Mutakhir Tuberkulosis Pam Semarang, Mei 1989 1-6.
8. Suryatenggara, W. Peranan pyrazinamide dalam pengobatan tuberkulosis
Yogyakarta 1984 : 43-55. paru jangka pendek. Simposium Pengobatan
Mutakhir Tuberkulosis Paru Bandung, 57-63
22
23