Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang.
Dewasa ini perkembangan dunia industri makin maju, hal ini terbukti

dengan banyaknya industri-industri baru yang mengelola berbagai macam produk.


Kebutuhan akan faktor-faktor produksi menjadi bertambah banyak. Kegiatan
perusahaan mempunyai hubungan yang sangat erat dengan kegiatan produksi.
Melaksanakan kegiatan produksi harus ada fasilitas-fasilitas produksi antara lain
bahan baku, tenaga kerja, mesin dan lain-lain.
Diantara faktor-faktor produksi tersebut akan berkembang atau
berlangsung baik apabila faktor-faktor tersebut dapat menunjang jalannya proses
produksi Namun dalam kenyataannya, perusahaan dalam melaksanakan kegiatan
produksi tidak dapat terlepas dari adanya keterbatasan atas faktor-faktor yang
dimilikinya.
Sukanto dan Indriyo (2002), menyebutkan faktor-faktor yang membatasi
luas produksi tersebut, yaitu: 1). Faktor kapasitas mesin. Kapasitas mesin
merupakan batasan didalam memproduksi suatu barang. Suatu perubahan tidak
akan memproduksi barang dengan jumlah yang melebihi kempuan mesin-mesin
yang dimilikinnya meskipun permintaan yang masuk pada perusahan tersebut
sangat besar. Misanya, bahan dasar yang tersedia besar sekali, pasti tidaklah
mungkin permintaan dapat direalisasikan seluruhnya. Setiap satuan barang
memerlukan waktu mengerjakan mesin-mesin (jam mesin) secara sendiri. 2).
Faktor bahan dasar. Jumlah bahan dasar yang tersedia juga menjadi alasan dalam
1

penentuan luas produksi. Produksi tidak dapat dilaksanakan melebihi jumlah


bahan dasar yang tersedia. Setiap produk memerlukan sejumlah bahan dasar
tertentu dan berbeda dengan keperluan untuk satuan produk lain. 3). Faktor uang
kas yang tersedia. Uang kas yang tersedia yang dimiliki oleh perusahan untuk
keperluan produksi merupakan sumber pembiayaan segala keperluan perusahan.
Uang kas yang tersedia membatasi kemapuan perusahan untuk berproduksi.
Sumber pembiayaan dapat ditambah dengan pinjaman untuk kredit dari bank.
Uang kas bersama dengan kredit yang tersedia merupakan batasan dalam
penentuan produksi. 4). Faktor permintaan. Untuk menentukan besarnya
permintaan barang-barang diperlukan ramalan atau (forecasting), terutama
ramalan penjualan. Ramalan ini menentukan berapa banyak masing-masing jenis
barang dapat terjual pada tingkat harga tertentu.
Apabila perusahan menghasilkan lebih dari satu macam produk, maka
perusahaan perlu memperhatikan metode perencanaan barupa kombinasi barang
yang akan diproduksi secara optimal oleh perusahan agar keuntungan yang
diperoleh maksimal. Menurut Nasendi dan Anwar (1985), optimalisasi adalah
serangkaian proses untuk mendapatkan gugus kondisi yang diperlukan untuk
mendapatkan hasil terbaik dalam situasi tertentu. Dengan pendekatan normatif
dapat diketahui bahwa optimalisasi mengidentifikasikan penyelesaian terbaik
suatu masalah yang diarahkan pada maksimisasi atau minimisasi melalui fungsi
tujuan.
Memaksimumkan keuntungan yang dihasilkan dari proses produksi atau
untuk meminimumkan biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi dengan

memperhatikan kendala-kendala yang berada di luar jangkauan pelaku kegiatan


merupakan tujuan dilakukannya optimalisasi. Oleh karena itu dalam upaya
pencapaian

tujuan

tersebut,

kegiatan

produksi

selalu

berusaha

untuk

mengalokasikan sumberdaya yang terbatas di antara berbagai kegiatan yang


saling bersaing (Buffa dan Sarin, 1996).
Alat yang digunakan dalam menentukan optimalisasi produksi bermacammacam bentuk yaitu dengan menggunakan linear programming. Model linear
programming ini adalah salah satu model yang dapat digunakan untuk
mengadakan optimalisasi baik masukan (input) maupun keluaran (output).
Menurut (Indriyo, 2002), didalam menentukan optimalisasi ini ada dua metode
yaitu metode grafik dan metode simplek. Pengertian dari metode grafik itu sendiri
adalah metode yang hanya dapat diterapkan untuk memecahkan masalah-masalah
linear programming yang menyangkut dua variabel, sedangkan metode simplek
yaitu metode yang digunakan untuk menentukan kombinasi optimal dari tiga
variabel atau lebih.
Optimalisasi disini mengandung arti dua arah yaitu maksimasi keuntungan
atau minimasi biaya. Aminudin, (2005), menyatakan bahwa linear programming
memiliki empat ciri khusus yang melekat yaitu : 1. Penyelesaian masalah
mengarah pada pencapaian tujuan maksimasi atau minimisasi; 2. Kendala yang
ada membatasi tingkat pencapaian tujuan; 3. Ada beberapa alternatif penyelesaian
dan 4. Hubungan matematis bersifat linear.
Beberapa penelitian empiris membuktikan bahwa kombinasi produk akan
berpengaruh signifikan terhadap peningkatan laba perusahaan. Hal ini dapat dilihat

pada beberapa penelitian berikut; Windarti, (2012) yang meneliti tentang analisis
optimalisasi kombinasi produk pada perusahaan keramik Sareh di Kasongan
Bantul Yogyakarta. Penelitian ini mengambil permasalahan optimalisasi produk
untuk memecahkan masalah dalam persoalan penentuan optimalisasi produk.
Penelitian ini menggunakan alat analisis Linier Programming dengan metode
simpleks. Dan hasil dari penelitian menunjukkan perusahaan belum berproduksi
secara optimal sehingga banyak terjadi surplus kapasitas dan ternyata kendala
permintaan merupakan faktor pembatas utama karena kemampuan pasar dalam
menyerap produk sudah habis dipergunakan.
Hal yang sama dibuktikan oleh Hariyanti, (2012) yang meneliti tentang
analisis perencanaan dan penentuan luas produksi pada UD Mandiri. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui alokasi faktor-faktor produksi yang ada serta
mengetahui keuntungan maksimal yang dapat diraih perusahaan dan mengetahui
perubahan jumlah input atau faktor-faktor produksi yang dapat dialokasikan oleh
perusahaan secara optimal. Alat analisis yang dipergunakan untuk memecahkan
permasalahan dalam penelitian ini adalah Linier Programming dengan metode
simpleks. Hasil dari penelitian ini adalah perusahaan belum menghasilkan luas
produksi yang optimal sehingga keuntungan yang dicapai belum maksimal.
Upaya optimalisasi produk dalam upaya meningkatkan perolehan laba
menjadi masalah yang dihadapi oleh UD Mandiri di Desa Waimital Kecamatan
Kairatu Seram Bagian Barat yang bergerak dalam Usaha Meubeler. Perusahaan
ini memproduksi mebel untuk rumah tangga dan kantoran seperti meja rias, kursi
tamu, tempat tidur, meja kantor, meja makan, jendela, pintu, kosen jendela, kosen

pintu, dan juga lemari pakaian. Dari berbagai produk yang dihasilkan, fokus
perhatian yang diangkat dalam penelitian ini adalah produk lemari karena jumlah
produksinya lebih besar dibanding produk lain yang dihasilkan perusahaan ini.
Produk-produk yang dihasilkan biasanya dibuat untuk memenuhi pesanan
pelanggan dan khusus untuk lemari, perusahaan biasanya memproduksinya untuk
stok.
Ada beberapa kendala yang dihadapi perusahaan ini dalam aktivitas
usahanya antara lain pertama yaitu bahan baku papan. Bahan baku biasanya
diperoleh dari Taniwel dan Elpaputi. Dalam banyak kesempatan perusahaan
diperhadapkan dengan kebutuhan bahan baku yang tidak mencukupi. Masalah
yang kedua yaitu tenaga kerja. Jumlah tenaga kerja pada UD Mandiri hanya ada 5
orang, padahal pekerjaan yang mereka lakukan relatif sulit. Hal ini berdampak
pada target hasil produksi yang selalu tidak sesuai dengan standar yang ditentukan
perusahaan. Masalah yang ketiga yaitu kapasitas jam kerja untuk dua proses
produksi,yakni mesin I (Pengering) dan mesin II (ukir). Maksimal penggunaan
mesin pengering kayu 360 jam perbulan (karena hanya dapat dioperasikan selama
12 jam maksimal per hari agar tidak mengalami kerusakan karena terlalu panas,
sehingga jika diasumsikan 1 bulan dapat digunakan selama 30 hari hasilnya 12
jam/hari x 30 hari = 360 jam mesin). Pengoperasian mesin ukir oleh tenaga kerja
bagian pengukiran yang dijalankan oleh 1 orang saja, yaitu 240 jam kerja
(maksimal 1 hari 8 jam kerja, diasumsikan sabtu minggu tetap kerja dihitung
lembur sehingga 30 hari x 8 jam/hari = 240 jam).

Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut di atas, maka menarik


penulis untuk mengadakan penelitian untuk menganalisis permasalahan ini yang
dituangkan dalam bentuk skripsi dengan judul sebagai berikut : Analisis
Kombinasi Produk Dalam Upaya Mengoptimalkan Produksi Pada UD.Mandiri Di
Desa Waimital Kecamatan Kairatu Kabupaten Seram Bagian Barat
1.2.

Perumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan di atas, maka dapat dikemukakan permasalahan

sebagai berikut :
1. Berapa kombinasi produk lemari yang seharusnya diproduksi UD.Mandiri
di Desa Waimital Kecamatan Kairatu Kabupaten Seram Bagian Barat untuk
mendapatkan otput yang memaksimalkan laba perusahaan.
2. Berapa keuntungan maksimal yang dihasilkan UD.Mandiri di desa Waimital
Kecamatan Kairatu Kabupaten Seram Bagian Barat.
1.3.

Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan dan pembatasan masalah yang dikemukakan,
maka tujuan penelitian ini, yaitu menganalisis dan menjelaskan kombinasi produk
lemari yang seharusnya diproduksi dalam mengoptimalkan produksi pada UD.
Mandiri Desa Waimital Kecamatan Kairatu Kabupaten Seram Bagian Barat.

1.4.

Manfaat Penelitian
Adapun hasil dari pada penelitian ini bermanfaat sebagai bahan informasi
bagi pimpinan perusahaan khususnya UD. Mandiri di Desa Waimital

Kecamatan Kairatu Kabupaten Seram Bagian Barat, guna menetapkan produksi


secara tepat khususnya kombinasi produk.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Landasan Teori

2.1.1

Pengertian Metode Kombinasi Produk


Dalam suatu perusahan terdapat sebuah organisasi yang kegiatannya

melakukan produksi . yang dimaksud kegiatan produksi disini adalah kegiatan


mengubah bentuk dari bahan baku menjadi produk akhir (barang atau jasa). Untuk
menghasilkan barang dan jasa, organisasi perusahan memerlukan bahan baku,
peralatan mesin dan tenaga kerja manusia.
Suatu perusahan selalu tidak dapat dilepaskan dari fungsi operasi produksi,
karena memang salah satu tugas perusahan adalah menghasilkan barang dan jasa.
Perusahan membeli bahan baku dan bahan pembantu, kemudian oleh tenaga kerja
manusia bahan-bahan tersebut diolah menjadi produk akhir, rangkaian kegiatan
tersebut dinamakan kegiatan produksi.
Untuk itu dapat diambil kesimpulan bahwa tujuan management produksi
adalah memproduksikan atau mengatur produksi barang-barang dan jasa-jasa
dalam jumlah, kualitas, harga, waktu serta tempat tertentu sesuai dengan
kebutuhan konsumen. Untuk melaksanakan proses produksi dibutuhkan
pengaturan dan pengawasan hasil dari proses produksi, maka perlu adanya
management produksi. Oleh karena itu, sebelum membahas pengertian dari
metode kombinasi produk, perlu dibahas terlebih dahulu pengertian produk.

Menurut Willliam J. Stanton (dalam Marius P Angipora 2002:152)


mendifinisikan produk dalam dua pengertian dasar ,yaitu :
a. Pengertian produk dalam arti sempit.
Produk adalah sekumpulan atribut fisik nyata (tangible) yang terkait dalam
sebuah bentuk yang dapat diidentifikasi.
b. Pengertian produk dalam arti luas.
Produk adalah sekumpulan atribut yang nyata (tangible) dan tidak nyata
(intagible) dilamnya sudah tercakup warna, harga, kemasan, prestive pabrik,
prestive pengecer dan pelayanan dari pabrik serta pengecer yang mungkin
diterima oleh pembeli sebagai suatuyang bisa memuaskan keinginannya.
Produk adalah suatu sifat kompleks, baik dapat diraba maupun tidak diraba,
termasuk bungkus, warna, harga, prestise perusahaan, pelayanan pengusaha
dan pengecer, yang diterima pembeli untuk memuaskan keinginan dan
kebutuhan. Menurut Swastha dan Ibnu (1997: 1994)
Definisi produk menurut Kotler (1996) adalah sesuatu yang dapat ditawarkan
ke pasar untuk memenuhi suatu kebutuhan atau keinginan. Kombinasi produk
adalah perpaduan sistem operasi atau produktif barang atau jasa dalam suatu
komposisi kuantitatif produksi tertentu sehingga organisasi atau perusahan
mampu menentukan nilai optimum dalam produksi satu atau lebih barang
atau jasa sesuai keinginan atau permintaan konsumen (Hani Handoko : 2000).
Jadi dapat disimpulkan bahwa metode kombinasi produk adalah metode yang
digunakan untuk menghasilkan beberapa macam jenis produk yang dihasilkan

dengan menggunakan faktor-faktor produksi yang meliputi mesin, tenaga


kerja, serta bahan baku.
Penggolongan produk atau barang sering dilakukan berdasarkan kekuasan
segera dan kesejahteraan jangka panjang (Swasta & Sukotjo, 2002 : 195).
Apabila digolongkan berdasarkan kepuasan dan kesejahteraan konsumen
jangka panjang, maka jenis-jenis produk yaitu ;
1. Barang yang bermanfaat yaitu barang yang mempunyai daya penarik rendah
tetapi dapat memberikan manfaat yang tinggi kepada konsumen dalam jangka
panjang.
2. Barang yang kurang sempurna, yaitu barang yang tidak mempunyai daya
penarik yang tinggi, maupun kualitas yang bermanfaat.
3. Barang yang menyenangkan, yaitu barang yang dapat segera memberikan
kepuasan tetapi berakibat buruk bagi konsumen dalam jangka panjang.
Jika digolongkan menurut tujuan pemakaiannya, ada tiga jenis, yaitu :
1. Barang konsumsi.
Barang konsumsi adalah barang-barang yang dibeli untuk dikonsumsikan.
Jadi pembelinya adalah konsumen akhir, bukan pemakai industri karena
barang-barang tersebut tidak diproses lagi, melainkan dipakai sendiri.
2. Barang Industri.
Barang industri adalah barang-barang yang dibeli untuk diproses lagi atau
untuk kepentingan dalam industri, baik secara langsung atau tidak langsung
dipakai proses produksi. Barang industri digolongkan kedalam lima golongan
yaitu :

10

a. Bahan baku.
Bahan baku merupakan bahan pokok untuk membuat barang.
b. Komponen dan barang setengah jadi.
Kompoenen dan barang setengah jadi merupakan barang-barang yang
sudah masuk dalam proses produksi dan diperlukan untuk melengkapi
produk akhir.
c. Perlengkapan operasi.
Perlengkapan operasi adalah barang-barang yang dapat digunakan untuk
membantu kelancaran proses produksi maupun kegiatan-kegiatan lain
didalam perusahaan.
d. Instalasi.
Instalasi yaitu alat reproduksi utama dalam sebuah pabrik atau
perusahaan yang dapat dipakai untuk jangka waktu lama (termasuk
barang tahang lama).
e. Peralatan ekstra.
Peralatan ekstra yaitu alat-alat yang dipakai untuk membantu instalasi,
seperti alat angkut dalam pabrik, gerobak dan sebagainya.
2.1.2

Perencanaan Produksi
Dalam suatu perusahan segala kegiatan yang dilaksanakan didasarkan

pada perencanaan yang baik. Perencanaan merupakan suatu hal yang penting
karena perencanan dibuat untuk menghadapi ketidakpastian keadaan dimasa yang
akan datang. Sehingga dengan dibuatnya suatu perencanaan diharapkan segala
kegiatan berjalan sesuai dengan tujuan.

11

Untuk dapat membuat perencanaan yang baik maka perlu diperhatikan


masalah intern dan masalah ekstern. Masalah intern adalah yang datangnya dari
dalam perusahan dimana masalah ini masih berada dalam kekuasaan pimpinan
perusahan seperti peralatan dan mesin-mesin dengan bahan baku yang digunakan
untuk produksi, karyawan produksi dan lain-lain. Sedangkan masalah ekstern
adalah masalah yang datang dari luar perusahan dan diluar kekuasaan pimpinan
perusahan, seperti inflasi, kebijakan pemerintah.
Sedangkan pengertian perencanaan adalah sebagai berikut :
Perencanaan adalah tindakan yang dibuat berdasarkan fakta dan asumsi
mengenai gambaran kegiatan yang akan dilakukan dimasa mendatang untuk
mencapai tujuan yang diinginkan (M. Nafarin: 2004). Dari pengertian diatas
bahwa perencanaan produksi membutuhkan pertimbangan dan ketilitian yang
terperinci dalam menganalisa kebijakan, karena perencanaan ini merupakan dasar
penentuan bagi manager dalam rangka mencapai tujuan.
Adapun tujuan perencanaan produksi ini adalah : (Soekanto, 1992)
1. Untuk mencapai tingkat keuntungan (profit) tertentu. Misalnya berapa hasil
(output) yang diproduksi supaya dapat dicapai tingkat profit yang diinginkan
dan tingkat presentase tertentu serta keuntungan (profit) per tahun terhadap
penjualan (sales) yang diinginkan.
2. Untuk menguasai pasar tertentu, sehingga hasil atau output perusahan
mempunyai pangsa pasar (market share) tertentu.
3. Untuk

mengusahakan

dan

mempertahankan

supaya

pekerjaan

dan

kesempatan kerja yang sudah ada tetap pada tingkatnya dan berkembang.

12

4. Untuk mengusahakan supaya perusahan pabrik ini dapat bekerja pada tingkat
efisiensi tertentu.
5. Untuk menggunakan sebaik-baiknya (efisiensi) fasilitas yang sudah ada pada
perusahan yang bersangkutan.
Adapun faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam perencanaan
produksi, antara lain: (Indriyo, 1999)
1. Sifat proses produksi
Proses produksi dapat dibedakan antara proses produksi yang terputus-putus
(intermittent manufacturing). Dan proses produksi terus-menerus (continues
process). Masing-masing proses produksi ini mempunyai sifat yang berbedabeda, yang mempengaruhi perencanaan produksi yang dibuat.
2. Proses produksi yang terputus-putus
Perencanaan produksi dalam perusahan prabik yang mempunyai proses
produksi terputus-putus, dilakukan berdasarkan jumlah pesanan (order) yang
diterima. Oleh karena itu kegiatan produksi yang dilakukan berdasarkan
pesanan (order) maka jumlah produksinya biasanya sedikit atau relatif kecil,
sehingga perencanaan produksi dibuat semata-mata tidak berdasarkan
ramalan penjualan (sales forecasting), tetapi terutama didasarkan atas
pesanan yang masuk. Perencanaan produksi dibuat untuk menentukan
kegiatan produksi yang perlu dilakukan bagi pengerjaan setiap pesanan yang
masuk. Ramalan penjualan ini membantu untuk dapat menentukan bagaimana
penggunaan mesin dan peralatan yang ada agar mendekati optimum pada

13

masa yang akan datang, dan tindakan-tindakan apa yang perlu diambil untuk
menutupi kekurangan-kekurangan yang mungkin terdapat.
Perencanaan produksi yang disusun haruslah fleksibel, agar peralatan
produksi dapat dipergunakan secara optimal.
3. Proses produksi yang terus-menerus
Perencanaan produksi pada perusahan yang mempunyai proses produksi
yang terus-menerus, dilakukan berdasarkan ramalan penjualan, hal ini karena
kegiatan produksi tidak dilakukan berdasarkan pesanan, akan tetapi untuk
memenuhi pasar dan jumlah yang besar serta berulang-ulang selama jangka
waktu tertentu. Langkah-langkah perencanaan produksi yang dilakukan
dalam perusahan yang mempunyai proses produksi terus-menerus adalah:
1. Membuat ramalan penjualan (sales forecasting)
2. Membuat master schedule, dilakukan perencanaan yang lebih teliti.
3. Setelah master schedule dibuat, dilakukan perencanaan yang lebih teliti.
Perlu diketahui bahwa perencanaan produksi dalam perusahan yang
mempunyai proses terus-menerus adalah lebih mudah dilakukan.
4. Jenis dan Mutu dari barang yang diproduksi
Untuk menyusun suatu perencanaan produksi, ada beberapa hal mengenai
jenis dan sifat produk yang perlu diketahui dan diperhatikan yaitu: (Indriyo,
1999)
a) Mempelajari dan menganalisa jenis barang yang diproduksi sejauh
mungkin.

14

b) Apakah yang akan diproduksi itu merupakan consumers good (barangbarang yang akan dipergunakan untuk memproduksi barang lain)
c) Sifat dari produk yang akan dihasilakan, apakah merupakan barang yang
tahan lama atau tidak.
d) Sifat dari permintaan barang yang akan dihsilkan, apakah mempunyai
sifat permintaan yang musiman (sesional) yang permintaannya hanya
pada musim-musim tertentu saja ataukah sifat permintaannya sepanjang
masa.
e) Mutu dari barang yang akan diproduksi, yang akan tergantung pada biaya
persatuan yang diinginkan dan permintaan atau keinginan konsumen
terhadap barang hasil produksi.
5. Sifat dari barang yang diproduksi apakah barang baru ataukah barang lama.
Hal ini perlu diperhatikan, karena untuk barang yang baru ataukah barang
yang lama maka perlu diadakan penelitian (research) pendahuluan mengenai :
(Handoko, 1990)
a) Lokasi perusahan, apakah perusahan perlu diletakan berdekatan sumber
bahan mentah ataukah dekat dengan pasar.
b) Barang yang akan diproduksi.
c) Sifat permintaan barang ini, apakah musiman ataukah sepanjang masa.
d) Dan hal-hal lain yang dibutuhkan untuk memulai usaha produksi tersebut
Sedangkan untuk barang yang lama atau telah ada, perencanaan
didasarkan pada pengalaman-pengalaman masa lalu. Walaupun demikian dalam

15

hal ini perlu diperhatikan perkembangan teknologi baru, keadaan perusahanperusahan yang ada dan keadaan ekonomi.
2.1.3. Teori Optimalisasi
Menurut Nasendi dan Anwar (1985), optimalisasi adalah serangkaian
proses untuk mendapatkan gugus kondisi yang diperlukan untuk mendapatkan
hasil terbaik dalam situasi tertentu. Dengan pendekatan normatif dapat diketahui
bahwa optimalisasi mengidentifikasikan penyelesaian terbaik suatu masalah yang
diarahkan pada maksimisasi atau minimisasi melalui fungsi tujuan.
Memaksimumkan keuntungan yang dihasilkan dari proses produksi atau
untuk meminimumkan biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi dengan
memperhatikan kendala-kendala yang berada di luar jangkauan pelaku kegiatan
merupakan tujuan dilakukannya optimalisasi. Oleh karena itu dalam upaya
pencapaian

tujuan

mengalokasikan

tersebut,

kegiatan

produksi

selalu

berusaha

untuk

sumberdaya yang terbatas di antara berbagai kegiatan yang

saling bersaing (Buffa dan Sarin, 1996).


Suatu proses kegiatan dilakukan untuk mencapai tujuan atau mencapai
output yang paling baik (the best output ), dengan menggunakan masukan
(input) yang dalam prakteknya serba terbatas. Dalam keadaan serba terbatas
itulah harus dicapai suatu pemecahan yang optimum (maksimum atau minimum).
Di sinilah letak pentingnya Riset Operasi (RO) sebagai alat atau teknik untuk
memecahkan persoalan pencapaian output yang optimum dengan input yang
seba terbatas dengan menggunakan metode ilmiah (Supranto, 1988).

16

Menurut

Taha

(1996),

tahap-tahap

dalam

penerapan

RO

untuk

memecahkan persoalan adalah sebagai berikut :


1. Definisi masalah
Tiga aspek utama pada tahap ini adalah deskripsi tentang sasaran atau
tujuan dari studi tersebut, identifikasi alternatif keputusan dari sistem tersebut
dan pengenalan tentang keterbatasan, batasan dan persyaratan sistem tersebut.
2. Pengembangan model
Pada tahap ini yang harus diperhatikan adalah model yang paling sesuai
untuk mewakili sistem yang bersangkutan. Model ini harus menyatakan ekspresi
kuantitatif dari tujuan dan batasan masalah dalam bentuk variabel keputusan.
3. Pemecahan Model
Hal ini dicapai dengan menggunakan teknik-teknik optimalisasi yang
didefinisikan dengan baik dan menghasilkan sebuah pemecahan optimal.
4. Pengujian Keabsahan Model
Sebuah model adalah absah jika, walaupun tidak secara pasti mewakili sistem
tersebut, dapat memberikan prediksi yang wajar. Metode yang umum
digunakan adalah membandingkan kinerjanya dengan data masa lalu yang
tersedia.
5. Implementasi
Pada tahap ini, hasil operasi harus diterjemahkan oleh peneliti secara terperinci
dalam bentuk yang mudah dimengerti oleh pihak yang akan mengoperasikan
sistem tersebut.

17

Menurut Nicholson (1999), jenis persoalan optimalisasi dibagi menjadi


dua yaitu tanpa kendala dan dengan kendala. Pada optimalisasi tanpa kendala,
faktor- faktor yang menjadi kendala atau keterbatasan-keterbatasan yang
ada terhadap fungsi tujuan diabaikan sedangkan pada optimalisasi dengan
kendala, faktor- faktor

yang

menjadi

kendala

terhadap

fungsi

tujuan

diperhatikan dalam menentukan titik maksimum atau minimum fungsi tujuan.


Salah satu alat riset operasi yang paling efektif dan paling banyak digunakan untuk
memecahkan persoalan optimalisasi dengan kendala adalah pemrograman linier.
2.1.4. Linear Programming
Program linier menurut Soepranto (1988) ialah salah satu teknik dari Riset
Operasi untuk memecahkan persoalan optimisasi (maksimisasi atau minimisasi)
dengan menggunakan persamaan dan ketidaksamaan linear dalam rangka untuk
mencari pemecahan yang optimum dengan memperhatikan pembatasanpembatasan yang ada. Soekartawi (1992) menyatakan bahwa di setiap
penyelesaian Linier Programming keuntungan maksimum dapat diperoleh
melalui dua cara tersebut yaitu :
a. Program memaksimumkan (maksimisasi) total penerimaan (atau
kadang- kadang juga langsung pada total keuntungan); dan
b. Program meminimumkan (minimisasi) total biaya.
Linear Programming adalah suatu metode programasi yang variabelnya
disusun dengan persamaan linier. Program linier juga dapat didefinisikan sebagai
suatu teknik perencanaan masalah, untuk kemudian dipilih alternatif terbaik

18

(Nasendi dan Anwar, 1985). Hal ini berkaitan erat dengan alokasi sumberdaya dan
dana terbatas guna mencapai tujuan atau sasaran perusahaan secara optimal.
Menurut Soekartawi (1992), program linier memiliki kelebihan dan
kekurangan. Kelebihan program linier adalah :
1. Mudah dilakukan, apalagi jika menggunakan alat bantu komputer.
2. Dapat

digunakan

banyak

variabel,

sehingga

berbagai

kemungkinan

untuk memperoleh pemanfaatan sumberdaya yang optimum dapat tercapai; dan


3. Fungsi tujuan dapat difleksibelkan sesuai dengan tujuan penelitian atau
berdasarkan data yang tersedia.
Sedangkan kelemahan penggunaan LP adalah bila alat bantu komputer
tidak tersedia, maka cara LP dengan menggunakan banyak variabel akan
meyulitkan analisisnya dan bahkan tidak mungkin dikerjakan dengan cara manual
saja. Penggunaan variabel yang sedikit jumlahnya maka LP dapat digunakan
secara manual dengan bantuan cara perhitungan simplex , yaitu suatu
cara penyelesaian dengan melakukan iterasi berbagai variabel. Kelemahan
lainnya dari cara LP adalah penggunaan asumsi linearitas, karena di dalam
kenyataan yang sebenarnya kadang-kadang asumsi ini tidak sesuai.
Linear

Programming

itu

sendiri

sebenarnya

merupakan

metode

perhitungan untuk perencanaan terbaik di antara kemungkinan-kemungkinan


tindakan yang dapat dilakukan. Penentuan terbaik tersebut terdapat banyak
alternatif dalam perencanaan untuk mencapai tujuan spesifik pada sumberdaya
yang terbatas.

19

Program linier terdiri dari dua macam fungsi, yaitu fungsi tujuan dan
fungsi kendala. Fungsi tujuan adalah fungsi yang menggambarkan sasaran atau
tujuan dalam sumber-sumber untuk memperoleh keuntungan maksimum atau
biaya yang minimum. Sedangkan fungsi kendala adalah bentuk penyajian secara
matematis kendala-kendala yang tersedia yang akan dialokasikan secara optimal
ke berbagai kegiatan.
Asumsi

dasar

yang

menjadi

ciri

khas

dari

model linear

programming menurut Nasendi dan Anwar (1985) adalah :


1. Linearitas, berarti bahwa fungsi tujuan
dan

fungsi

kendala

harus

dapat

dinyatakan sebagai fungsi linier. Hubungan


antara variabel bersifat linear.
2. Proporsionalitas, berarti naik

turunnya

nilai Z dan penggunaan sumberdaya atau


fasilitas

yang

sebanding

tersedia

dengan

akan

berubah

perubahan

tingkat

kegiatan.
3. Aditivitas, berarti bahwa nilai parameter
suatu kriteria optimasi merupakan jumlah
dari nilai individu- individu Cj dalam model
LP tersebut.
4. Divisibilitas,

berarti

bahwa

variabel-

variabel keputusan Xj dapat dibagi ke


dalam pecahan-pecahan apabila diperlukan.

20

5. Deterministik,

berarti

bahwa

semua

parameter dalam model LP tetap dan dapat


diketahui atau ditentukan secara pasti.
Menurut Taha (1996), teknik LP mampu mengkompensasi kepastian yang
tidak dapat dicapai pada kehidupan nyata dengan memberikan analisis pascaoptimal dan analisis parametrik secara sistematis, yang

memungkinkan

pengambil keputusan menguji sensitivitas pemecahan optimum yang statis


terhadap perubahan diskrit atau kontinyu dalam berbagai parameter dari model
tersebut.
2.1.5 Pengertian Laba
Pengertian laba secara umum selisih dari pendapatan diatas biayabiayanya dalam jangka waktu tertentu. Laba sering digunakan sebagai suatu dasar
untuk pengenaan pajak, kebijakan dividen, pedoman investasi serta pengambilan
keputusan dan unsur prediksi (Harnanto, 2003).
Dalam teori ekonomi juga dikenal adanya istilah laba, akan tetapi
pengertian laba didalam teori ekonomi, berbeda dengan pengertian laba menurut
akuntansi. Diambil kesimpulan dalam teori ekonomi, para ekonom mengatakan
laba sebagai suatu kenaikan dalam kekayaan perusahan, sedangkan dalam
akuntansi, laba adalah perbedaan pendapat yang direalisasi dari transaksi yang
terjadi pada waktu dibandingkan dengan biaya-biaya yang dikeluarkan pada
periode tertentu.
Laba atau rugi sering dimanfaatkan untuk mengukur atau menilai prestasi
perusahan atau sebagai dasar untuk penilaian yang lain, seperti laba per lembar

21

saham. Unsur-unsur yang menjadi bagian pembentuk laba adalah pendapatan dan
biaya. Dengan mengelompokan unsur-unsur pendapatan dan biaya akan dapat
diperoleh hasil pengukuran laba yang berbeda antara lain : laba kotor, laba
operasional, laba sebelum pajak, dan laba bersih.
Pengukuran laba bukan saja penting untuk menentukan prestasi perusahan,
akan tetapi penting juga sebagai informasi bagi pembagian laba dan penentuan
kebijakan investasi. Oleh karena itu, laba menjadi informasi yang dilihat oleh
banyak kalangan, seperti profesor akuntansi, pengusaha, analisis keuangan,
pemegang saham, ekonomi dan senagainya. Dari pendapat-pendapat dan
keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa laba adalah hasil surplus dari
penjualan setelah dikurangi dengan biaya-biaya.
2.2.

Penelitian Terdahulu
Sukma (2013) melakukan penelitian mengenai optimalisasi produksi susu

olahan di pabrik milk treatment Koperasi Peternakan Bandung Selatan (KPBS)


untuk tahun 2012. Produk susu olahan KPBS yang menjadi variabel keputusan
adalah susu dingin, susu pasterisasi dalam kemasan 500 ml (susu pack), susu
segar, susu pasteurisasi

coklat dan susu pasteurisasi strawberry. Kendala yang

dimasukkan dalam model program linier meliputi bahan baku, bahan penolong,
jam kerja mesin, kendala transfer, jam tenaga kerja langsung, dan produksi
minimum. Hasil analisa optimal menunjukkan bahwa untuk mendapatkan
keuntungan maksimum, KPBS harus meningkatkan produksi susu pasteurisasinya
serta mengurangi produksi dan penjualan susu dingin ke industri pengolahan susu.
Produksi optimal menghasilkan keuntungan maksimum sebesar Rp. 4.46 milyar

22

atau Rp. 1.47 milyar di atas pendapatan pada tingkat aktualnya. Kondisi optimal
dicapai dengan mengoptimalkan penggunaan sumber daya untuk produksi susu
pasteurisasi antara lain mesin PHE,

homogenizer, bahan baku,

stabilizer,

dan panncau 4R. Hasil analisis juga menunjukan masih banyaknya sumber daya
yang berlebih seperti bahan baku penolong, jam kerja mesin, dan tenaga kerja
langsung.
Rahmadani (2013) telah melakukan penelitian dengan judul optimalisasi
produksi mie Instan di PT Jakarama Tama Ciawi Jawa Barat. Produksi mie instan
pada kondisi aktual yang dilakukan belum optimal. Ada jenis mie instan yang
harus ditingkatkan dan diturunkan serta tidak direkomendasikan untuk diproduksi.
Tingkat produksi optimal untuk mie instan diantaranya G100GEP sebesar
113.930,64 karton, G100GS sebesar 1.700 karton, GEGS sebesar 1.237,5 karton,
GMS-GSP sebesar 1.335 karton dan GMS-GAM sebesar 770 karton dan mie
instan

G100AB,

G100ST, dan

G100KA pada

kondisi

optimal

tidak

direkomendasikan untuk diproduksi. Secara keseluruhan kegiatan produksi pada


kondisi optimal perencanaan total produksi sebesar 118.973,14 karton, sedangkan
pada kondisi aktual total produksi sebesar 260.022 karton, sehingga terdapat
selisih tingkat produksi yang positif yaitu tingkat produksi pada kondisi aktual
total melebihi kondisi optimalnya sebesar 141.048,86 karton.
Windarti, (2012) yang meneliti tentang analisis optimalisasi kombinasi
produk pada perusahaan keramik Sareh di Kasongan Bantul Yogyakarta.
Penelitian ini mengambil permasalahan optimalisasi produk untuk memecahkan
masalah dalam persoalan penentuan optimalisasi produk. Penelitian ini

23

menggunakan alat analisis Linier Programming dengan metode simpleks. Dan


hasil dari penelitian menunjukkan perusahaan belum berproduksi secara optimal
sehingga banyak terjadi surplus kapasitas dan ternyata kendala permintaan
merupakan faktor pembatas utama karena kemampuan pasar dalam menyerap
produk sudah habis dipergunakan.
Hariyanti, (2012) yang meneliti tentang analisis perencanaan dan
penentuan luas produksi pada PT Sami Surya Indah Plastik Industri di
Sukoharjo. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui alokasi faktor-faktor
produksi yang ada serta mengetahui keuntungan maksimal yang dapat diraih
perusahaan dan mengetahui perubahan jumlah input atau faktor-faktor produksi
yang dapat dialokasikan oleh perusahaan secara optimal. Alat analisis yang
dipergunakan untuk memecahkan permasalahan dalam penelitian ini adalah
Linier Programming dengan metode simpleks. Hasil dari penelitian ini adalah
perusahaan belum menghasilkan luas produksi yang optimal sehingga
keuntungan yang dicapai belum maksimal.
Beberapa penelitian ini menggunakan desain penulisan skripsi kasus.
Begitu juga dengan penelitian yang akan dilakukan penulis. Hal yang
membedakan antara penelitian yang akan dilakukan penulis dengan penelitian
terdahulu terletak pada obyeknya, dimana obyek penelitian terdahulu adalah
perusahaan manufaktur

yang berproduksi massal sedangkan obyek untuk

penelitian ini adalah perusahaan kerajinan

yang terkadang

berproduksi

berdasarkan pesanan konsumen.


2.3 Kerangka Pemikiran Teoritis

24

Dengan adanya persedian bahan mentah, maka proses produksi segera


dapat mentransformasi atau mengubah bentuknya menjadi barang untuk
memenuhi kebutuhan manusia. Keberhasilan suatu perusahan dalam proses
produksi bermula dari perencanaan yang baik, didalam management produksi
meliputi perencanaan dan pengawasan produksi.
Tujuan perencanaan dan pengawasan produksi dalam hal ini adalah
mengusahakan agar barang jadi hasil proses produksi tepat sesuai dengan
kebutuhan konsumen baik dalam jumlah dan waktu dengan tetap memperhatikan
kualitas dan harganya. Dari perencanaan dapat diambil keputusan strategi apa
yang akan digunakan oleh perusahan dalam proses produksi untuk menghasilkan
produk yang menguntungkan dalam merencanakan produk berdasarkan rencana
penjualan.
Atas perkiraan permintaan dapat disusun ramalan penjualan perusahan dari
ramalan tersebut dapat dibuat rencana produksi dengan memperhatikan tingkat
persedian yang ditetapkan dan optimasi hasil yang ingin dicapai. Pencapaian laba
yang maksimum ini dapat dicapai dengan menentukan kombinasi jumlah produk
yang optimal. Penelitian ini disusun berdasarkan kerangka pemikiran dibawah ini:
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
UD Mandiri

Kajian Teori

Penelitian
Empiris
Hipotesis
Penelitian

25

Metodologi

Pembahasan

Penutup

2.6

Hipotesis Penelitian
Hipotesis diartikan sebagai dugaan yang mungkin benar atau salah, bisa

juga dipandang sebagai nilai yang bersifat sementara, dugaan akan ditolak jika
salah dan akan diterima jika benar (Suratno dan Lincoln Arsyad : 1993).
Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian, maka hipotesis yang
diangkat dalam penelitian ini adalah :
UD Mandiri di dalam melaksanakan proses kombinasi produksi (Lemari
cermin, Lemari non cermin) dengan menggunakan faktor produksi yang
sama (Bahan baku, Tenaga kerja, Mesin), mampu menghasilkan laba yang
maksimum.

26

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian


Penelitian ini dilakukan berdasar metode studi kasus untuk mengetahui
luas produksi optimal melalui kombinasi produk yang tepat agar dapat
memaksimalkan laba pada obyek yang diteliti.
3.2. Lokasi Penelitian
Sebagai obyek penelitian dalam penulisan skripsi ini adalah UD Mandiri
yang beralamatkan Desa Waimital Kecamat Kairatu Seram Bagian Barat.
3.3. Populasi dan Sampel
Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan populasi adalah seluruh
perusahaan yang bergerak dibidang mebeler dan terdapat di kabupaten Seram
Bagian Barat. Dari populasi yang ada kemudian ditentukan sampel penelitian yaitu
UD Mandiri yang beralamatkan Desa Waimital Kecamat Kairatu Seram Bagian
Barat.
3.4. Jenis dan Sumber Data
Seluruh data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data skunder
yang berupa
perusahaan

catatan-catatan

dan

datadata

yang

memuat

informasi

dan diperoleh dari bagian produksi, bagian penjualan, bagian

27

administrasi pemasaran, dan karyawan yang terkait lainnya. Informasi


perusahaan tersebut berupa :
1.

Data kuantitatif, yaitu :


a. Jumlah

bahan

baku

dan

bahan

penolong

yang

digunakan

untuk memproduksi masing-masing tipe lemari.


b. Harga jual per unit untuk masing-masing tipe lemari.
c. Pengupahan perusahaan
d. Penugasan jam kerja karyawan
e. Hasil produksi serta hasil penjualan masing-masing tipe lemari.
2.

Data kualitatif, yaitu :


a. Sejarah berkembangnya perusahaan
b. Alasan pemilihan lokasi produksi
c. Proses produksi
d. Struktur organisasi perusahaan.

3.5. Teknik Pengumpulan Data


Seluruh data skunder yang diperlukan dalam penelitian ini, diperoleh
melalui:
1. Wawancara
Yaitu melakukan tanya jawab secara langsung kepada pimpinan
dan karyawan perusahaan yang berwenang untuk memberikan informasi
tentang perusahaan yaitu, karyawan bagian produksi, bagian penjualan,
bagian administrasi pemasaran, dan karyawan yang terkait lainnya
2. Pemeriksaan dokumen

28

Yaitu mempelajari dokumen-dokumen yang ada hubungannya


dengan penelitian untuk menambah atau memperluas pengetahuan dan
pemahaman terhadap permasalahan berikut pemecahannya. Adapun
dokumen yang dipelajari antara lain dokumen personalia perusahaa,
rencana anggaran biaya pembuatan lemari, dll.
3.6. Definisi Operasional.
1. Pengertian Kontribusi Marjin
Menurut Machfoedz (1996:299) adalah Selisih antara harga jual dengan
biaya variabel.
2. Pengertian Kombinasi Produk
Menurut Swasta (2002:198) adalah Variasi yang dibuat perusahaan
mengenai keputusan pembuatan jenis produk dan jumlah produk yang
tepat.
3. Pengertian Optimalisasi Produksi
Menurut kotler ,(2001:346) Merupakan jumlah atau volume output yang
seharusnya diproduksi oleh suatu perusahaan dalam satu periode.
3.4. Teknik Analisis Data.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah liner
programming dengan menggunakan program QM for windows.

29

Anda mungkin juga menyukai