Diskusi Inisiasi 3
Berkaitan dengan adanya Fit dan Proper Tes yang diterapkan dalam melakukan seleksi
dan penempatan dalam jabatan-jabatan struktural tertentudi sektor publik tersebut,
silakan diskusikan dengan teman-teman Anda:
-
Mengapa pemerintah perlu menerapkan kebijakan Fit dan Proper Tes dalam melakukan
seleksi untuk penempatan dalam jabatan-jabatan utamanya eselon I atau II ? (sebelum
Anda melakukan diskusi, tentunya Anda harus mengetahui terlebih dahulu yang dimaksud
dengan fit dan proper tes tersebut. Silakan Anda cari dari sumber-sumber lain).
Apabila kita melihat tahapan-tahapan dalam seleksi yang dikemukakan Schuster, dalam
tahap yang mana/ke berapa sebaiknya fit dan proper tes in dilaksanakan? Jelaskan
alasannya.
Tujuan menerapkan kebijakan ini adalah sebagai upaya untuk menjamin obyektivitas,
keadilan dan transparansi pengisian jabatan struktural yang lowong. Dengan jaminan
obyektivitas, keadilan dan transparansi inilah kita berharap mendapatkan pejabat yang
profesional. Pejabat yang berkinerja tinggi, memiliki kompetensi yang baik sesuai dengan
uraian dan syarat jabatan yang tepat serta memiliki integritas yang jelas
Fit and proper test yang digagas oleh Gubernur Aceh dilatarbelakangi oleh kebutuhan akan
pejabat Eselon II yang bersih, kompeten, dan juga profesional di bidangnya. Adanya
keinginan yang kuat dari gubernur terpilih untuk terus melakukan pembangunan
berkelanjutan di segala bidang telah menjadi faktor penyebab dilakukannya fit and proper
test. Dari sisi manajemen kepegawaian, rekrutmen melalui fit and proper test menjadi upaya
untuk membangun kinerja pagawai negeri sipil (PNS) yang profesional. Dengan
menempatkan mereka pada posisi yang tepat dengan cara-cara yang fair, berarti pemerintah
telah menunjang pembinaan karir pegawai bersangkutan.
Fit and proper test juga tidak meninggalkan peran dari Baperjakat yang merupakan pihak
berwenang dalam hal penjenjangan karir dan promosi Pegawai Negeri Sipil. Konsultasi
dengan Baperjakat tetap dilakukan selama proses rekrutmen. Rekrutmen melalui fit and
proper test dalam kasus Aceh tetap mengedepankan persayaratan dan ketentuan yang
berlaku sesuai dengan posisi Eselon II yang akan diemban. Tentu saja hal yang paling
penting adalah kepangkatan calon dalam posisinya sebagai Pegawai Negeri Sipil.
Dengan memperhatikan factor kepangkatan, kalangan akademisi yang mengikuti proses
seleksi rata-rata bergelar profesor dan doctor senior dalam bidang yang relevan. Dari hasil
seleksi, terpilihlah dua orang guru besar dari Universitas Syiah Kuala yang memangku
jabatan kepala dinas. Di sisi lain, Ketua Tim fit and proper test juga dijabat oleh seorang
profesor di bidang manajemen. Di sini terlihat bahwa profesionalitas tidak hanya dalam
peserta yang direkrut, namun juga tim yang melakukan perekrutan.
Tulisan ini bertujuan untuk membahas proses reformasi dalam system rekrutmen pejabat
Eselon II atau kepala dinas provinsi. Dalam hal ini diambil studi kasus pada Provinsi Aceh.
Sistem rekrutmen yang dipakai adalah fit and proper test.
Diharapkan tulisan ini bisa memberi kontribusi bagi reformasi dalam system rekrutmen
pejabat publik di daerah lain di Indonesia. Tulisan ini juga diharapkan berguna bagi
pengambil kebijakan di bidang kepagawaian dan aparatur pemerintahan. berguna dalam
meningkatkan kinerja pejabat publik.
Reformasi birokrasi yang dijalankan oleh Pemerintah Provinsi Aceh merupakan sebuah
paket komprehensif yang meliputi fit and proper test, evaluasi kinerja pejabat Eselon II, dan
pelatihan kepada Pejabat Eselon II. Dengan adanya reformasi birokrasi ini diharapkan bisa
Sejalan dengan semangat reformasi birokrasi pula, meskipun untuk jabatan sekda dan
pejabat eselon II lainnya sudah dilaksanakan fit and proper test (uji kelayakan dan
kepatutan), kita berharap mereka semua yang layak untuk diberi promosi jabatan eselon III
dan IV diberi kesempatan pula dapat mengikuti fit and proper test, baik untuk pejabat
struktural maupun fungsional. Ini lebih fair kiranya, dengan harapan siapa saja mendapat
kesempatan yang sama untuk berjuang memperoleh jabatan yang diinginkan, sesuai dengan
kompetensi mereka, tentunya.
Jika ada kepala daerah yang berani melakuan terobosan dengan menggelar fit and proper
test seperti kami kemukakan di atas, ini merupakan idealisme yang berani. Pada satu sisi
merupakan langkah maju dalam meletakkan profesionalisme birokrasi. Berani, karena tak
ada dalam aturan main Baperjakat. Langkah maju, sebab fit and proper test merupakan
rasionalisasi guna mengubah gaya pengangkatan seorang PNS menjadi pejabat dari caracara kurang fair (adil).
Kita berharap pula para aparatur yang akan naik golongan atau kepangkatan juga, selain
memenuhi aturan dalam UU No. 43/1999 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian, juga
memiliki kinerja yang baik serta integritas. Jika mereka mampu menjawab hal itu, kita
yakin setiap aparatur berusaha memberikan performa yang terbaik selaku aparatur
pemerintah dengan harapan kinerja yang dihasilkan sesuai yang diharapkan.
Demikian, mohon tanggapannya...
Tantangan MSDM
A. Tantangan eksternal
1. Perubahan Lingkungan Bisnis yang cepat.
Di Indonesia keragaman tenaga kerja bersifat terbatas, terutama yang agak menonjol
adalah perbedaan berdasarkan jenis kelamin dan usia. Namun perusahaan di Indonesia
harus siap dalam mengantisipasi keragaman tenaga kerja dalam rangka globalisasi,
karena keragaman akan meluas dengan masuknya modal asing yang berarti juga
masuknya tenaga kerja asing dari berbagai etnis atau bangsa.
Untuk keperluan tersebut perusahaan dalam menghadapi perubahan lingkungan/iklim
bisnis yang cepat, perlu menetapkan kebijaksanaan SDM sebagai berikut :
Menghindari pengaruh negatif berupa perasaan tidak puas pada kondisi yang telah
dicapai perusahaan.
Dalam menghadapi perubahan yang mengharuskan penambahan pembiayaan
(cost), perusahaan harus berusaha mengatasinya, agar dapat mempertahankan
pasar/keuntungan yang sudah diraih.
Memberikan imbalan yang cukup tinggi pada pekerja yang mampu melakukan
improvisasi yang kreatif.
Di Indonesia keragaman tenaga kerja bersifat terbatas, terutama yang agak menonjol
adalah perbedaan berdasarkan jenis kelamin dan usia. Namun perusahaan di Indonesia
harus siap dalam mengantisipasi keragaman tenaga kerja dalam rangka globalisasi,
karena keragaman akan meluas dengan masuknya modal asing yang berarti juga
masuknya tenaga kerja asing dari berbagai etnis atau bangsa.
2. Globalisasi
Dari sudut MSDM berarti mengharuskan dilakukannya usaha mengantisipasi sebagai
berikut :
Perusahaan harus berusaha memiliki SDM yang mampu mengatasi pengaruh
perkembangan bisnis/ekonomi internasional seperti resesi, penurunan/kenaikan
nilai uang.
Perusahaan harus berusaha memiliki SDM dengan kemampuan ikut serta dalam
bisnis global/internasional dan perdagangan bebas.
3. Peraturan Pemerintah
Setiap perusahaan harus memiliki SDM yang mampu membuat keputusan dan
kebijaksanaan dan bahkan melakukan operasional bisnis, sesuai dengan peraturan
perundang-undangan dari pemerintah. Untuk itu diperlukan SDM yang memiliki
kemampuan mengarahkan agar perusahaan terhindar dari situasi konflik,
keresahan/kegelisahan, komplen, dan lain-lain khususnya dari para pekerja dengan
atau tanpa keikutsertaan serikat sekerja.
4. Perkembangan pekerjaan dan peranan keluarga
Semakin banyak pasangan suami isteri yang bekerja, sehingga sering terjadi kesulitan
untuk bertanggung jawab secara optimal, karena sebagian waktunya digunakan untuk
melaksanakan tanggung jawabnya di lingkungan keluarga masing-masing.
5. Kekurangan Tenaga Kerja yang Terampil
Tenaga kerja terampil semakin banyak diperlukan, baik untuk melaksanakan
pekerjaan teknis, maupun untuk pekerjaan manajerial dan pelayanan, yang tidak
mudah mendapatkan yang kompetitif di antara yang tersedia di pasar tenaga kerja.
B. Tantangan Internal
a. Posisi Organisasi dalam Bisnis yang Kompetitif
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
(a) Manajemen SDM dipandang sebagai fungsi atau subsistem diskrit yang diharapkan
mampu melaksanakan transformasi knowledge, yang diperlukan untuk menyelesaikan
tugas-tugas khusus. Misal : menyusun konfigurasi struktur organisasi kediklatan
(staffing) efektif yang diarahkan untuk put the right person in the right place at the right
time, kemudian menetapkan sistem kompensasi yang diharapkan mampu memotivasi
performans dan retensi pegawai, melaksanakan keterlaksanaan misi organisasi
kediklatan.
(b) Manajemen SDM merupakan serangkaian sistem yang terintegrasi dan bertujuan untuk
meningkatkan performans seluruh sumber daya manusia. Misal melalui : optimalisasi
pemberdayaan setiap potensi yang ada di dalam organisasi kediklatan, pengaturan
sistem dan mekanisme kompensasi yang berbasis prestasi (merit system), serta
penyelenggaran pelatihan. Semua upaya tersebut bertujuan untuk menyediakan
dukungan kompetensi yang dibutuhkan organisasi kediklatan untuk melahirkan inovasi,
meningkatkan kemampuan dalam mencapai tujuan stratejik, sehingga dapat menambah
pendapatan sambil menekan biaya. Peran sumber daya manusia mengalami pergeseran
dari man-machine menjadi human capital, yang memegang peran sentral dalam
membantu organisasi kediklatan untuk memenangkan persaingan.
(c) Penerapan konsep outsourcing digunakan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas
manajemen sumber daya manusia. Penetapan kebijakan outsourcing dalam organisasi
kediklatan dilaksanakan melalui networking, yaitu memberdayakan pola kemitraan
dengan pihak eksternal, sehingga dapat mengurangi jumlah tenaga kerja tetap. Di
samping itu, ada mekanisme pemanfaatn teknologi modern (khususnya teknologi
komunikasi dan informasi atau ICT) dalam memberikan layanan informasi secara
timbal balik. Dengan menggunaken teknologi yang tepat diharapkan dapat mengurangi
jumlah tenaga kerja tanpa menurunkan mutu layanannya.
(d) Posisi SDM dalam generasi knowledge management menjadi semakin penting,
terutama berkaitan dengan perannya untuk berpartisipasi aktif dalam berbagi
knowledge yang dimiliki serta menampilkan semangat belajar mandiri dan berinovasi.
Sebagaimana dikemukakan oleh Paul L. Tobing (2007:32), bahwa melalui proses
belajar (learning) diharapkan bisa memunculkan ide baru, inovasi, knowledge baru
yang akan menjadi komoditas utma di era knowledge management.