Penyakit thalasemia atau kelainan pada sel darah merah akibat kelainan genetik,
hingga kini belum ada obatnya. Bahkan pemeriksaan thalasemia sebelum melakukan
pernikahan pun belum populer di Indonesia. Pengajar Hematologi dan Ongkologi,
Departemen Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), dr
Puspita Amalia mengemukakan hal itu di Jakarta, kemarin.
Selain belum ada obatnya, pemerintah pun belum optimal dalam upaya
penanggulangan pencegahan penyakit thalasemia. Penderita thalasemia di Indonesia
akan terus meningkat. \"Rata-rata pertahun tumbuh sekitar 2.500 penderita baru,\"
katanya.
Pusat Perawatan Thalasemia FKUI/Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, merawat
1.300 pasien, dengan rata-rata pasien baru antara 70 hingga 80 pasien setiap tahun.
Pada 2006, penderita baru yang dilayani sebanyak 93 orang. Usia mulai dari delapan
bulan sampai 39 tahun, ujarnya.
Thalasemia merupakan penyakit kelainan genetik yang menyebabkan sel darah
merah selalu pecah. Penderita biasanya hanya mampu bertahan hidup selama tujuh
tahun dan ada sebagian yang mampu hidup hingga 15 tahun.
Hingga saat ini belum satupun metode di dunia yang dapat menyembuhkan penyakit
ini. Metode stem cell (rekayasa sel) yang dapat membebaskan penderita thalasemia
dari kewajiban harus cuci darah pun belum seratus persen menyembuhkan. \"Biaya
per tindakan stem cell di Singapura, bisa mencapai Rp1 miliar, ungkapnya.
Konsultan Paedriatic Hematology Oncology dari Fakultas Kedokteran Universitas
Gadjah Mada (UGM) Sutaryo menjelaskan, penderita thalasemia harus terus
mendapat transfusi darah agar dapat bertahan hidup.
Selain itu, penderita thalasemia harus disuntik dengan obat deferioksamin yang
dimasukkan melalui permukaan kulit melalui pompa khusus. Cara ini dilakukan guna
mengeluarkan zat besi yang tertimbun di jantung dan hati.
Zat besi dibiarkan menumpuk dalam tubuh yang dapat merusak jantung, hati dan
organ tubuh lainya tersebut hanya bisa dikeluarkan dengan metode suntik.
Penyuntikan tersebut harus dilakukan lima kali dalam seminggu dan sekali
penyuntikan memerlukan waktu hingga delapan jam.
Diperkirakan, selama satu tahun dibutuhkan dana perawatan sebesar Rp300juta per
orang. Bagi masyarakat miskin saat ini ditanggung pemerintah dengan Askesin
(Asuransi Kesehatan Masyarakat Miskin).
Tes sebelum menikah
Menurut Puspita upaya pencegahan dilakukan pasangan yang akan menikah dengan
memeriksakan kesehatannya, terutama untuk mengetahui ada keturunan thalasemia
atau tidak. Sebab pasangan thalasemia dapat menurunkan gen thalasemia.
Maka sebaiknya pemerintah menerapkan aturan tes melalui laboratorium sebelum
menikah atau pre-merital screening. Pertimbangan ini selain belum ada obatnya,
biaya perawatannya pun sangat mahal.
Sesama pembawa gen thalasemia yang menikah kemungkinan besar menurunkan
anak thalasemia 25 persen, dan kemungkinan menjadi pembawa gen thalasemia
sebesar 50 persen, dan kemungkinan lahir sehat hanya 25 persen.
Di negara yang tingkat religiusnya tinggi seperti Yunani (Kristen ortodok), Iran,
Malaysia (Muslim) telah memberlakukan aturan ini. Jika diketahui keduanya
membawa gen thalasemia, disarankan untuk berpisah baik-baik, atau bila ingin tetap
melanjutkan ke pelaminan, akan terus dipantau pemerintah dan terus diberi
konseling.
Tindakan pencegahan lainya yang seharusnya dilakukan pemerintah dengan
pemeriksaan kehamilan melalui air ketuban (pre-natal diagnosis) pada ibu hamil
dengan masa kehamilan antara 10 minggu hingga 16 minggu.
Bila terbukti si bakal jabang bayi menderita thalasemia, dokter akan memberi pilihan
pada pasangan, apakah si calon bayi akan diaborsi atau tidak, kata Puspita.
(dew)pada akhirnya aku h
pada masa janin. Pada penderita thalasemia, sel darah merah yang rusak sangat berlebihan sehingga kerja limpa
sangat berat. Akibatnya limpa menjadi membengkak. Selain itu tugas limpa lebih diperberat untuk memproduksi
sel darah merah lebih banyak. Selain itu juga menyebabkan perubahan tulang muka. Sumsum tulang pipih adalah
tempat memproduksi sel darah. Tulang muka adalah salah satu tulang pipih, Pada thalasemia karena tubuh selalu
kekurangan darah, maka pabrik sel darah dalam hal ini sumsum tulang pipih25% normal, 50% pembawa sifat
thalasemia beta, dan 25% thalasemia beta mayor (anemia berat).Akan berusaha memproduksi sel darah merah
sebanyak-banyaknya. Karena pekerjaannya yang meningkat maka sumsum tulang ini akan membesar, pada
tulang muka pembesaran ini dapat dilihat dengan jelas dengan adanya penonjolan dahi, jarak antara kedua mata
menjadi jauh, tulang pipi menonjol.
Pengobatan Thalasemia
Sampai saat ini belum ada obat yang menyembuhkan penyakit thalasemia secara total. Pengobatan yang paling
optimal adalah transfusi darah seumur hidup dan mempertahankan kadar Hb selalu sama atau di atas 12 g/dl dan
mengatasi akibat samping transfusi darah. Efek samping transfusi darah adalah kelebihan zat besi dan terkena
penyakit yang ditularkan melalui darah yang ditransfusikan. Setiap 250 ml darah yang ditransfusikan selalu
membawa kira-kira 250 mg zat besi. Sedangkan kebutuhan normal manusia akan zat besi hanya 1-2 mg perhari.
Pada penderita yang sudah sering mendapatkan transfusi kelebihan zat besi ini akan ditumpuk di jaringan-jaringan
tubuh seperti hati, jantung, paru, otak, kulit dll.
Penumpukan zat besi ini akan mengganggu fungsi organ tubuh tersebut dan bahkan dapat menyebabkan
kematian akibat kegagalan fungsi jantung atau hati. Pemberian obat kelasi besi atau pengikat zat besi (nama
dagangnya Desferal) secara teratur dan terus menerus akan mengatasi masalah kelebihan zat besi. Obat kelasi
besi (Desferal) yang saat ini tersedia di pasaran diberikan melalui jarum kecil ke bawah kulit (subkutan) dan
obatnya dipompakan secara perlahan-lahan oleh alat yang disebut "syringe driver". Pemakaian alat ini diperlukan
karena kerja obat ini hanya efektif bila diberikan secara perlahan-lahan selama kurang lebih 10 jam per hari.
Idealnya obat ini diberikan lima hari dalam seminggu seumur hidup. (sumber: eijkman.go.id)
Bagaimana mengatasi kelebihan zat besi?
Anemi yang bersifat Hipokrom ( warna sel darah merah lebih muda dari pada sel
yang normal ) dan Mikrositer ( bentuk sel-sel darah merah yang lebih kecil
ukurannya dari pada sel-sel yang normal ). Selain Anemia juga terdapat pembesaran
Limpa sipenderita. Pasien tampak pucat, mudah lelah, aktifitas menurun. Umur selsel darah merah pada orang normal 3 bulan. Pada penderita Thalasemia enurun
menjadi 1-2 bulan sehingga kadar Hb menurun dan perlu mendapat transfusi darah.
Seringnya mendapat Transfusi menyebabkan penumpukan zat Besi di dalam tubuh
( Hemosiderosis ) yang dapat menyebabkan gagal jantung, Cirrhosis hepatis pada
Hati dan Gangguan kelenjar Endokrin di dalam tubuh. Hemosiderosis akan terjadi
setelah penderita menerima 100 unit transfusi darah.
Penderita Thalasemiua mempunyai penyakit ini karena diturunkan dari ke 2 orang
tuanya yang memiliki pembawa sifat Thalasemia. Thalasemia dibagi 2 yaitu:
Thalasemia Minor ( ringan ) dan Thalasemia mayor ( berat ). Thalasmeia minor tidak
memerlukan pengobatan khusus, sedangkan Thalasemia mayor memerlukan
transfusi seumur hidup.
Pada pemeriksaan laboratorium:
Orang sehat mempunyai Hb A ( adult, dewasa ): 97 99% dan Hb F ( fetal, janin ):
kurang dari 1%.
Pada Beta Thalasemia ( mayor ) kadar Hb A: 0 10% dan Hb F: 90 96%.
Tingginya kadar HbF ini tidak menguntungkan karena lebih cepat dihancurkan tubuh.
Pada Alfa Thalasemia ( minor ) kadar Hb A: 80 95% dan Hb F: 1 5%, jadi kadar
Hb A nya masih cukup tinggi dan tidak menyebabkan keadaan Anemia.
Gambaran darah tepi: terlihat sel-sel darah merah yang Hipokrom dan Mikrositer.
Orang dengan Thalasemia minor memiliki pembawa sifat Thalasemia. Bila ia menikah
dengan pasangan yang juga mempunyai pembawa sifat Thalasemia, maka anakanaknya akan menderita Thalasemia. Bila menikah dengan pasangan yang tidak
memiliki pembawa sifat Thalasemia, maka anak-anaknya tidak menderita
Thalasemia, hanya memiliki pembawa sifat Thalasemia.
Demikian informasi yang dapat saya berikan, semoga dapat bermanfaat bagi anda
sekeluarga.
Apakah
Thalassemia
itu
?
Thalassemia merupakan penyakit keturunan dimana sel darah merah mudah rusak sehingga
penderita akan mengalami anemia. Penyebab Thalassemia adalah kelainan pada salah satu
bagian
gen
hemoglobin.
Bagaimana
penyakit
ini
diturunkan?
Contoh : Ibu dan ayah keduanya sehat tetapi membawa gen thalassemia, maka kemungkinan
anaknya Thalassemia trait (pembawa sifat) 50 %, kemungkinan Thalassemia mayor dan
Thalassemia
minor
masing-masing
25%.
Gejala
Thalassemia
Sangat bervariasi, tergantung derajat kerusakan gen yang terjadi
Anemia (pucat, sukar tidur, lemas, tidak nafsu makan, infeksi berulang)
Jantung mudah berdebar-debar karena bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan
hemoglobin dan lama kelamaan jantung menjadi lemah
Tulang menjadi tipis dan rapuh karena sumsum tulang berusaha keras mengatasi
kekurangan hemoglobin. Hal ini sering menyebabkan batang hidung penderita melesak
ke dalam atau disebut facies cooley (yang menjadi tanda khas Thalasemia mayor)
Jenis-jenis
Berdasarkan gejala klinis atau tingkat keparahannya
Thalasemia
Thalasemia
Mayor
Terjadi bila kedua orang tuanya membawa gen pembawa sifat Thalasemia. Gejala
penyakit muncul sejak awal masa kanak-kanak dan biasanya penderita hanya bertahan
hingga umur sekitar 2 tahun. Penderita memerlukan transfusi darah seumur hidupnya.
Thalasemia
minor/trait
Gejala yang muncul pada penderita Thalasemia minor bersifat ringan, biasanya hanya
sebagai pembawa sifat. Istilah Thalasemia trait digunakan untuk orang sehat namun
dapat mewariskan gen Thalasemia pada anak-anaknya
Thalasemia
intermedia
Merupakan kondisi antara thalasemia mayor dan minor
Program
Siapa yang perlu skrining
(Visualisasi)
Skrining
Thalassemia
Hematoilogi rutin
Gambaran darah tepi
Status Besi (Feritin, Serum Iron, TIBC)
Analisis Hemoglobin (Hb)
Analisis DNA (khusus untuk Skrining Prenatal)