HIDROSEFALUS
A. Definisi
Hidrosefalus (kepala-air, istilah yang berasal dari bahasa Yunani: "hydro" yang
berarti air dan "cephalus" yang berarti kepala; sehingga kondisi ini sering dikenal
dengan "kepala air") adalah penyakit yang terjadi akibat gangguan aliran cairan
di dalam otak (cairan serebro spinal atau CSS).
B.
Etiologi
Hidrosefalus terjadi bila terdapat penyumbatan aliran cairan serebrospinal (CSS) pada
salah satu tempat antara tempat pembentukan CSS dalam sistem ventrikel dan tempat absorbsi
dalam ruang subaraknoid. Akibat penyumbatan, terjadi dilatasi ruangan CSS diatasnya (Allan H.
Ropper, 2005).
Teoritis pembentukan CSS yang terlalu banyak dengan kecepatan absorbsi yang
abnormal akan menyebabkan terjadinya hidrosefalus, namun dalam klinik sangat jarang terjadi.
Penyebab penyumbatan aliran CSS yang sering terdapat pada bayi dan anak ialah:
1.
a.
b.
c.
Sindrom Dandy-Walker
d.
2.
Infeksi
Akibat infeksi dapat timbul perlekatan meningen. Secara patologis terlihat penebalan jaringan
piamater dan araknoid sekitar sisterna basalis dan daerah lain. Penyebab lain infeksi adalah
toxoplasmosis.
3.
Neoplasma
Hidrosefalus oleh obstruksi mekanik yang dapat terjadi di setiap tempat aliran CSS. Pada anak
yang terbanyak menyebabkan penyumbatan ventrikel IV atau akuaduktus Sylvii bagian terakhir
biasanya suatu glioma yang berasal dari serebelum, penyumbatan bagian depan ventrikel III
disebabkan kraniofaringioma.
4.
Perdarahan
Perdarahan sebelum dan sesudah lahir dalam otak, dapat menyebabkan fibrosis leptomeningen
terutama pada daerah basal otak, selain penyumbatan yang terjadi akibat organisasi dari darah itu
sendiri (Allan H. Ropper, 2005:360).
C.
Patofisiologi
CSS yang dibentuk dalam sistem ventrikel oleh pleksus khoroidalis kembali ke dalam
peredaran darah melalui kapiler dalam piamater dan arakhnoid yang meliputi seluruh susunan
saraf pusat (SSP). Cairan likuor serebrospinalis terdapat dalam suatu sistem, yakni sistem
internal dan sistem eksternal. Pada orang dewasa normal jumlah CSS 90-150 ml, anak umur 8-10
tahun 100-140 ml, bayi 40-60 ml, neonatus 20-30 ml dan prematur kecil 10-20 ml. Cairan yang
tertimbun dalam ventrikel 500-1500 ml (Darsono, 2005). Aliran CSS normal ialah dari ventrikel
lateralis melalui foramen monroe ke ventrikel III, dari tempat ini melalui saluran yang sempit
akuaduktus Sylvii ke ventrikel IV dan melalui foramen Luschka dan Magendie ke dalam ruang
subarakhnoid melalui sisterna magna. Penutupan sisterna basalis menyebabkan gangguan
kecepatan resorbsi CSS oleh sistem kapiler. (DeVito EE et al, 2007:32)
Hidrosefalus secara teoritis terjadi sebagai akibat dari tiga mekanisme yaitu :
1.
2.
3.
ventrikel cukup rumit dan berlangsung berbeda-beda tiap saat selama perkembangan
hidrosefalus.
Dilatasi ini terjadi sebagai akibat dari :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Produksi likuor yang berlebihan disebabkan tumor pleksus khoroid. Gangguan aliran likuor
merupakan awal dari kebanyakan kasus hidrosefalus. Peningkatan resistensi yang disebabkan
gangguan aliran akan meningkatkan tekanan likuor secara proporsional dalam upaya
mempertahankan resorbsi yang seimbang.
Peningkatan tekanan sinus vena mempunyai dua konsekuensi, yaitu peningkatan tekanan
vena kortikal sehingga menyebabkan volume vaskuler intrakranial bertambah dan peningkatan
tekanan intrakranial sampai batas yang dibutuhkan untuk mempertahankan aliran likuor terhadap
tekanan sinus vena yang relatif tinggi. Konsekuensi klinis dari hipertensi vena ini tergantung dari
komplians tengkorak. (Darsono, 2005:212)
D.
Klasifikasi
Klasifikasi hidrosefalus bergantung pada faktor yang berkaitan dengannya,
berdasarkan :
1.
2.
3.
4.
E.
Manifestasi Klinik
Tanda awal dan gejala hidrosefalus tergantung pada awitan dan derajat ketidakseimbangan
kapasitas produksi dan resorbsi CSS (Darsono, 2005). Gejala-gejala yang menonjol merupakan
refleksi adanya hipertensi intrakranial. Manifestasi klinis dari hidrosefalus pada anak
dikelompokkan menjadi dua golongan, yaitu :
1.
2.
a.
b.
c.
F.
Pemeriksaan
1.
Pemeriksaan fisik:
a.
Pengukuran lingkaran kepala secara berkala. Pengukuran ini penting untuk melihat
pembesaran kepala yang progresif atau lebih dari normal
b.
Transiluminasi
2.
Pemeriksaan darah:
Tidak ada pemeriksaan darah khusus untuk hidrosefalus
3.
4.
Pemeriksaan radiologi:
a.
X-foto kepala: tampak kranium yang membesar atau sutura yang melebar.
b.
c.
CT Scan kepala: untuk mengetahui adanya pelebaran ventrikel dan sekaligus mengevaluasi
struktur-struktur intraserebral lainnya
G.
Diagnosis
Disamping dari pemeriksaan fisik, gambaran klinik yang samar-samar maupun yang khas,
kepastian diagnosis hidrosefalus dapat ditegakkan dengan menggunakan alat-alat radiologik
yang canggih.
Pada neonatus, USG cukup bermanfaat untuk anak yang lebih besar, umumnya diperlukan
CT scanning.
CT scan dan MRI dapat memastikan diagnosis hidrosefalus dalam waktu yang relatif
singkat. CT scan merupakan cara yang aman dan dapat diandalkan untuk membedakan
hidrosefalus dari penyakit lain yang juga menyebabkan pembesaran kepala abnormal, serta untuk
identifikasi tempat obstruksi aliran CSS. (Darsono, 2005:214)
H.
Diagnosis Banding
Pembesaran kepala dapat terjadi pada hidrosefalus, makrosefali, tumor otak, abses otak,
granuloma intrakranial, dan hematoma subdural perinatal, hidranensefali. Hal-hal tersebut
dijumpai terutama pada bayi dan anak-anak berumur kurang dari 6 tahun. (Darsono, 2005:215)
I.
Terapi
Pada dasarnya ada tiga prinsip dalam pengobatan hidrosefalus, yaitu :
1.
2.
3.
1.
Penanganan Sementara
Terapi konservatif medikamentosa ditujukan untuk membatasi evolusi hidrosefalus melalui
upaya mengurangi sekresi cairan dari pleksus khoroid atau upaya meningkatkan resorbsinya.
2.
3.
J.
Penatalaksanaan
1.
Farmakologis:
b.
2.
Penatalaksanaan Medis
Pada sebagian pasien pembesaran kepala berhenti sendiri (arrested hyrdosefalus),
mungkin oleh rekanalisasi ruang subaraknoid atau kompensasi pembentukan CSS yang
berkurang ( Laurence, 1965). Tindakan bedah belum ada yang memuaskan 100 %, kecuali bila
penyebabnya ialah tumor yang masih dapat diangkat.
3.
Penatalaksanaan Keperawatan
a.
Perawatan Prabedah :
1)
2)
Letakkan anak dalam posisi nyaman dengan cara menaikkan kepala tempat tidur setinggi 30
derajat ( untuk mengurangi kongesti dan meningkatkan drainase).
3)
a)
b)
c)
Aktivitas kejang.
d)
Muntah.
e)
f)
g)
h)
4)
a)
b)
Berikan dan kuatkan keterangan yang diberikan pada orang tua tentang kondisi dan
pengobatan anak.
b.
Perawatan Pascabedah :
1)
Pantau tanda tanda vital dan status neurologik anak ; Laporkan adanya peningkatan TIK
( ukuran, penuhnya, ketegangan fontanel anterior ), penurunan tingkat kesadaran, anoreksia,
muntah, konvulasi, kejang, atau kelembaman.
2)
Pantau dan laporkan adanya gejala gejala infeksi ( demam, nyeri tekan, inflamasi, mual, dan
muntah ).
3)
a)
b)
c)
Naikkan bagian kepala tempat tidur setinggi 30 dertajat (untuk meningkatkan drainase dan
menurunkan kongeti vena).
d)
e)
f)
4)
Bantu anak dan orang tua dalam mengatasi stress emosional karena hospitalisais dan
pembedahan.
a)
b)
c)
K.
Komplikasi
1.
Hernia serebri
2.
Kejang
3.
Renjatan
KONSEP KEPERAWATAN
ANAK DENGAN HIDROSEFALUS
I. PENGKAJIAN
a.
ran denga hidrosefalus terjadi pada 5,8 bayi dai 10.000 kelahiran hidup
a.1. Hidrosefalus dengan spinabifida terdapat kira-kira 3-4 bayi dari 1000 kelahiran hidup
a.2. Type hidrosefalus obstruksi terdapat 99 % kasus pada anak-anak.
aan Fisik
us didapatkan :
awal :
ling
pala
marah
dema
as bawah
an cardio pulmoner
-
Tanda-tanda selanjutnya :
oedema
smus
lambat
guan respirasi
marah
gungan
kali inkoheren
aaan
C. Pemeriksaan Penunjang.
Skan temograsfi komputer ( CT-Scan) mempertegas adanya dilatasi ventrikel dan membantui
dalam memgidentifikasi kemungkinan penyebabnya( Neoplasma, kista,malformasi konginetal
atau perdarahan intra kranial )
Fungsi ventrikel kadang digunakan untiuk menukur tekanan intra kranial menghilangkan
cairan serebrospinal untuk kultur (aturan ditentukan untuk pengulangan pengaliran).
MRI : ( Magnetik resonance imaging ) : memberi informasi mengenai stuktur otak tanpa kena
radiasi
II.DIAGNOSA KEPERAWATAN
A. Pre Operatif
1.
o Data Subyektif : Orangnya mengatakan anaknya tidak sadar ,muntah tubuhnya panas..
Tujuan :
- Tidak terjadi peningkatan tekanan intra kranial dengan kriteria :
- Tidak menunjukkan adanya tanda-tanda peningkatan tekanan intra kranial ( mual, muntah,
kejang, gelisah ).
Tindakan keperawatan :
3.
4.
Kecemasan Orang tua sehubungan dengan keadaan anak yang akan mengalami operasi.
Data Indikasi : Ekspresi verbal menunjukkan kecemasan akan keadaan anaknya.
Menjelaskan tentang hidrosefalus, anatomi ventrikel, maksud dasar dari shunt. Gunakan
diagram dan sampel shunt, jika tersedia bantu memberi penjelasan iformasi yang diterima. Juga
jelaskan tujuan berbagai tindakan test diagnostik yang disarankan dan prosedur yang akan
dilakukan.
Rasional : Memberikan penjelasan akan membantu penurunan ketakutan dan kecemasan dan
meningkatkan penerimaan terhadap kondisi anak
Berikan waktu orang tua mengajukan pertanyaan dan mengekspresikan ketakutan dan
perhatiannya.
Rasional : Orang tua membutuhkan waktu menyesuaikan diri dengan informasi sehingga mereka
dapat membentuk pertanyaan dan mengekspresikan ketakutan dan perhatiannya.
Bantu anak untuk mempersiapkan guna tinggal rawat di rumah sakit dan pembedahan,
penggunaan boneka, alat-alat rumah sakit yang tersedia, dan diagram dan video yang tepat sesuai
tingkat perkembangan anak.
Rasional : Mendemonstrasikan dengan menggunakan boneka sangat tepat digunakan untuk
membantu menngani anak yang terjadi selama tinggal di rumah sakit. Diagram, video, bukubuku, dan diskusi mungkin akan lebih tepat pada anak yang lebih besar.
Rujuk orang tua pada pekerja sosial atau tenaga pelayanan sosial sesuai kebutuhan.
Rasional : Pekerja sosial dapat memberikan konseling secara seksama untuk membantu orang
tua menyesuaikan diri dengan kondisi anak dan tinggal rawat di rumah sakit dan dapat
membantu perencana selanjutnya dan merujuk pada oraganisasi kemasyarakatan.
5. Potensial Kekurangan cairan dan elektrolit sehubungan dengan intake yang kurang diserta
muntah.
Aspirasi shunt (Posisi semi fowler), bila harus memompa shunt, maka pemompaan dilakukan
perlahan lahan dengan interval yang telah ditentukan.
Kolaborasi
dengan
tim
medis
bila
ada
kesulitan
dalam
pemompaan
shunt.
Berikan posisi yang nyama. Hindari posisi p[ada tempat dilakukan shunt.
Berikan klien makan dengan posisi semi fowler dan berikan waktu yang cukup untuk menelan.
Ciptakan suasana lingkungan yang nyaman dan terhindar dari bau bauan yang tidak enak.
Kaji suhu tubuh anak yang tidak stabil, penurunan LOC, kehilangan nafsu makan, muntah,
peningkatan sel darah putih, dan pembengkakan atau kemerahan sepanjang saluran shunt.
Rasional : Tanda ini memberikan petunjuk adanya infeksi, biasanya terjadi dalam bulan pertama
setelah insersi shunt
Posisi baring anak yang tidak menahan beraty pada bagian katup pada 24 sampai 48 jam
pertama setelah pembedahan.
Rasional : Posisi dimana kepala pada posisi yang tepat membantu mencegah kerusakan kulit
atau sekitar pompa shunt
Kaji area insisi setiap 4 jam, lihat adanya pengaliran cairan dari luka dan adanya
pembengkakan. Catat jumlah dan jenis cairan yang keluar dari luka insisi.
Rasional :Pembengkakan disekitar pompa, saluran shunt, atau insisi bedahdengan atau tanpa
grainasemungkin merupakan tanda awal infeksi pada shunt.
9. Resiko tinggi terjadi kerusakan integritas kulit dan kontraktur sehubungan dengan imobilisasi.
Tujuan ; Pasien bebas dari kerusakan integritas kulit dan kontraktur.
Tindakan Keperawatan :
Mobilisasi klien (Miki dan Mika) setiap 2 jam.
Obsevasi terhadap tanda tanda kerusakan integritas kulit dan kontrkatur.
Jagalah kebersihan dan kerapihan tempat tidur. Berikan latihan secara pasif dan perlahan lahan
Diagnosa
1.
Tujuan
Potensial
Tidak terjadi
komplikasi
peningkatan TIK
peningkatan
tekanan intrakranial
berhubungan
dengan akumulasi
cairan
serebrospinal.
Kriteria hasil
Kesadaran
Komposmetis
Tidak terjadi
nyeri kepala
TTV norma
tampak rileks,
tidak meringis
kesakitan
Intervens
i
Rasional
Rasional : Membantu
dalam mengevaluasi
rasa nyeri.
Bantu anak
mengatasi nyeri seperti
dengan memberikan
pujian kepada anak
untuk ketahanan dan
memperlihatkan bahwa
nyeri telah ditangani
dengan baik.
2.
Ketidakmampuan
Penurunan visus Mempertahankan
visus
dalam
penglihatan
tidak
tidak bertambah
agar tidak terjadi
bertambah parah, klien
lebih parah
penurunan visus yang tidak mengalami
lebih parah
disorientasi tempat,
Anak bisa
a.
Membantu
ADL
Klien merasa nyaman
mengenali
pasien
dan aman
lingkungan
b. Membantu orientasi
sekitarnya
tempat
Klien tidak
c. Berikan tempat yang banyak bergantung pada
nyaman dan aman
orang lain
( pencahayaan terang,
bed plang dll dipasang
agar tidak cedera )
Membantu
pasien untuk
mengenali sesuatu
dengan kondisi
penglihatan yang
terganggu
3.
Kurang
pengetahuan orang
tua berhubungan
dengan penyakit
yang di derita oleh
anaknya
Meningkatkan
pengetahuan orang
tua mengenai
penyakit yang
diderita anaknya
Kecemasan
orang tua pada
kondisi
kesehatan
anaknya dapat
berkurang
Orang tua
Beri
kesempatan orang tua
untuk
mengekspresikan
kesedihannya
Keluarga dapat
mengemukakan
perasaannya sehinnga
perasaan orang tua dapat
lebih lega
Beri
Pengetahuan
4.
Resiko
Jalan nafas tetap
ketidakefektifan
efektif
pola nafas yang
berhubungan
dengan penurunan
refleks batuk
mengungkapkan
pemahaman
tentang
penyakit,
pengobatan dan
perubahan pola
hidup yang
dibutuhkan
Anak tidak
sesak napas
Tidak terdapat
ronchi
Tidak retraksi
otot bantu
pernapasan
5.
Gangguan
pertumbuhan dan
perkembangan
berhubungan
pembesaran kepala
Klien tidak
mengalami
gangguan
pertumbuhan dan
perkembangan
Pernapasan
teratur, RR
dalam batas
normal
Pertumbuhan
dan
perkembangan
klien tidak
mengalami
Untuk
Auskultasi suara mengetahui ada tidaknya
napas
ketidakefektifan pola
napas
Untuk
mengetahui adanya
kelainan suara
Memberikan
diet nutrisi untuk
pertumbuhan ( asuh )
Mempertahankan
berat badan agar tetap
stabil
Memberikan
Agar
keterlambatan
dan sesuai
dengan tahapan
usia
6.
Resiko tinggi
Tidak terdapat
infeksi
tanda-tanda infeksi
berhubungan
( 3 x 24 jam )
dengan pemasangan
drain/shunt
7.
stimulasi atau
perkembangan klien
rangsangan untuk
tetap optimal
perkembangan kepada
anak ( asah )
Memenuhi
kebutuhan psikologis
Memberikan
kasih sayang ( asih )
luka
Mengetahui
penyebab terjadinya in
feksi
Mencegah
timbulnya ifeksi