Anda di halaman 1dari 19

BAB II

HIDROSEFALUS
A. Definisi
Hidrosefalus (kepala-air, istilah yang berasal dari bahasa Yunani: "hydro" yang
berarti air dan "cephalus" yang berarti kepala; sehingga kondisi ini sering dikenal
dengan "kepala air") adalah penyakit yang terjadi akibat gangguan aliran cairan
di dalam otak (cairan serebro spinal atau CSS).

Hidrosefalus adalah kelainan patologis otak yang mengakibatkan bertambahnya cairan


serebrospinal dengan atau pernah dengan tekanan intrakranial yang meninggi, sehingga terdapat
pelebaran ventrikel (Darsono, 2005:209). Pelebaran ventrikuler ini akibat ketidakseimbangan
antara produksi dan absorbsi cairan serebrospinal.
Hidrosefalus selalu bersifat sekunder, sebagai akibat penyakit atau kerusakan otak.
Adanya kelainan-kelainan tersebut menyebabkan kepala menjadi besar serta terjadi pelebaran
sutura-sutura dan ubun-ubun (DeVito EE et al, 2007:328).
Bayi prematur rawan terkena hidrosefalus atau mengalami timbunan cairan di dalam
rongga otak. Pasalnya otak bayi prematur belum berkembang secara memadai. Selain pada bayi,
hidrosefalus juga dapat terjadi pada usia anak.
"Dalam hal ini, pembuluh darah yang ada di dinding rongga otak masih lemah dan rapuh,
sehingga mudah pecah yang menyebabkan perdarahan masuk ke rongga otak dan dapat
menyumbat lintasan cairan otak yang bersifat sementara atau permanen.
Menurut , Kepala Unit Pelayanan Fungsional/Staf Medik Fungsional (SMF) Bedah Saraf
Rumah Sakit Dr Sardjito Yogyakarta, Dr P Sudiharto mengemukakan hal itu belum lama ini.
hidrosefalus dapat terjadi jika produksi cairan otak lebih besar daripada absorpsinya atau jika
lintasan drenase tersumbat. Jika terjadi sumbatan, cairan tertimbun dalam rongga otak sehingga
menekan jaringan otak di sekitarnya.

B.

Etiologi
Hidrosefalus terjadi bila terdapat penyumbatan aliran cairan serebrospinal (CSS) pada
salah satu tempat antara tempat pembentukan CSS dalam sistem ventrikel dan tempat absorbsi
dalam ruang subaraknoid. Akibat penyumbatan, terjadi dilatasi ruangan CSS diatasnya (Allan H.
Ropper, 2005).
Teoritis pembentukan CSS yang terlalu banyak dengan kecepatan absorbsi yang
abnormal akan menyebabkan terjadinya hidrosefalus, namun dalam klinik sangat jarang terjadi.
Penyebab penyumbatan aliran CSS yang sering terdapat pada bayi dan anak ialah:

1.

Kelainan Bawaan (Kongenital)

a.

Stenosis akuaduktus Sylvii

b.

Spina bifida dan kranium bifida

c.

Sindrom Dandy-Walker

d.

Kista araknoid dan anomali pembuluh darah

2.

Infeksi
Akibat infeksi dapat timbul perlekatan meningen. Secara patologis terlihat penebalan jaringan
piamater dan araknoid sekitar sisterna basalis dan daerah lain. Penyebab lain infeksi adalah
toxoplasmosis.

3.

Neoplasma
Hidrosefalus oleh obstruksi mekanik yang dapat terjadi di setiap tempat aliran CSS. Pada anak
yang terbanyak menyebabkan penyumbatan ventrikel IV atau akuaduktus Sylvii bagian terakhir
biasanya suatu glioma yang berasal dari serebelum, penyumbatan bagian depan ventrikel III
disebabkan kraniofaringioma.

4.

Perdarahan
Perdarahan sebelum dan sesudah lahir dalam otak, dapat menyebabkan fibrosis leptomeningen
terutama pada daerah basal otak, selain penyumbatan yang terjadi akibat organisasi dari darah itu
sendiri (Allan H. Ropper, 2005:360).

C.

Patofisiologi
CSS yang dibentuk dalam sistem ventrikel oleh pleksus khoroidalis kembali ke dalam
peredaran darah melalui kapiler dalam piamater dan arakhnoid yang meliputi seluruh susunan
saraf pusat (SSP). Cairan likuor serebrospinalis terdapat dalam suatu sistem, yakni sistem
internal dan sistem eksternal. Pada orang dewasa normal jumlah CSS 90-150 ml, anak umur 8-10
tahun 100-140 ml, bayi 40-60 ml, neonatus 20-30 ml dan prematur kecil 10-20 ml. Cairan yang
tertimbun dalam ventrikel 500-1500 ml (Darsono, 2005). Aliran CSS normal ialah dari ventrikel
lateralis melalui foramen monroe ke ventrikel III, dari tempat ini melalui saluran yang sempit
akuaduktus Sylvii ke ventrikel IV dan melalui foramen Luschka dan Magendie ke dalam ruang
subarakhnoid melalui sisterna magna. Penutupan sisterna basalis menyebabkan gangguan
kecepatan resorbsi CSS oleh sistem kapiler. (DeVito EE et al, 2007:32)

Hidrosefalus secara teoritis terjadi sebagai akibat dari tiga mekanisme yaitu :
1.

Produksi likuor yang berlebihan

2.

Peningkatan resistensi aliran likuor

3.

Peningkatan tekanan sinus venosa


Konsekuensi tiga mekanisme di atas adalah peningkatan tekanan intrakranial sebagai
upaya mempertahankan keseimbangan sekresi dan absorbsi. Mekanisme terjadinya dilatasi

ventrikel cukup rumit dan berlangsung berbeda-beda tiap saat selama perkembangan
hidrosefalus.
Dilatasi ini terjadi sebagai akibat dari :
1.

Kompresi sistem serebrovaskuler.

2.

Redistribusi dari likuor serebrospinalis atau cairan ekstraseluler

3.

Perubahan mekanis dari otak.

4.

Efek tekanan denyut likuor serebrospinalis

5.

Hilangnya jaringan otak.

6.

Pembesaran volume tengkorak karena regangan abnormal sutura kranial.

Produksi likuor yang berlebihan disebabkan tumor pleksus khoroid. Gangguan aliran likuor
merupakan awal dari kebanyakan kasus hidrosefalus. Peningkatan resistensi yang disebabkan
gangguan aliran akan meningkatkan tekanan likuor secara proporsional dalam upaya
mempertahankan resorbsi yang seimbang.
Peningkatan tekanan sinus vena mempunyai dua konsekuensi, yaitu peningkatan tekanan
vena kortikal sehingga menyebabkan volume vaskuler intrakranial bertambah dan peningkatan
tekanan intrakranial sampai batas yang dibutuhkan untuk mempertahankan aliran likuor terhadap
tekanan sinus vena yang relatif tinggi. Konsekuensi klinis dari hipertensi vena ini tergantung dari
komplians tengkorak. (Darsono, 2005:212)
D.

Klasifikasi
Klasifikasi hidrosefalus bergantung pada faktor yang berkaitan dengannya,
berdasarkan :

1.

Gambaran klinis, dikenal hidrosefalus manifes (overt hydrocephalus) dan hidrosefalus


tersembunyi (occult hydrocephalus).

2.

Waktu pembentukan, dikenal hidrosefalus kongenital dan hidrosefalus akuisita.

3.

Proses terbentuknya, dikenal hidrosefalus akut dan hidrosefalus kronik.

4.

Sirkulasi CSS, dikenal hidrosefalus komunikans dan hidrosefalus non komunikans.


Hidrosefalus interna menunjukkan adanya dilatasi ventrikel, hidrosefalus eksternal
menunjukkan adanya pelebaran rongga subarakhnoid di atas permukaan korteks. Hidrosefalus
obstruktif menjabarkan kasus yang mengalami obstruksi pada aliran likuor. Berdasarkan gejala,
dibagi menjadi hidrosefalus simptomatik dan asimptomatik. Hidrosefalus arrested menunjukan
keadaan dimana faktor-faktor yang menyebabkan dilatasi ventrikel pada saat tersebut sudah tidak
aktif lagi. Hidrosefalus ex-vacuo adalah sebutan bagi kasus ventrikulomegali yang diakibatkan
atrofi otak primer, yang biasanya terdapat pada orang tua. (Darsono, 2005)

E.

Manifestasi Klinik
Tanda awal dan gejala hidrosefalus tergantung pada awitan dan derajat ketidakseimbangan
kapasitas produksi dan resorbsi CSS (Darsono, 2005). Gejala-gejala yang menonjol merupakan
refleksi adanya hipertensi intrakranial. Manifestasi klinis dari hidrosefalus pada anak
dikelompokkan menjadi dua golongan, yaitu :

1.

Awitan hidrosefalus terjadi pada masa neonatus


Meliputi pembesaran kepala abnormal, gambaran tetap hidrosefalus kongenital dan pada masa
bayi. Lingkaran kepala neonatus biasanya adalah 35-40 cm, dan pertumbuhan ukuran lingkar
kepala terbesar adalah selama tahun pertama kehidupan. Kranium terdistensi dalam semua arah,
tetapi terutama pada daerah frontal. Tampak dorsum nasi lebih besar dari biasa. Fontanella
terbuka dan tegang, sutura masih terbuka bebas. Tulang-tulang kepala menjadi sangat tipis. Venavena di sisi samping kepala tampak melebar dan berkelok. (Peter Paul Rickham, 2003)

2.

Awitan hidrosefalus terjadi pada akhir masa kanak-kanak


Pembesaran kepala tidak bermakna, tetapi nyeri kepala sebagai manifestasi hipertensi
intrakranial. Lokasi nyeri kepala tidak khas. Dapat disertai keluhan penglihatan ganda (diplopia)
dan jarang diikuti penurunan visus. Secara umum gejala yang paling umum terjadi pada pasienpasien hidrosefalus di bawah usia dua tahun adalah pembesaran abnormal yang progresif dari
ukuran kepala. Makrokrania mengesankan sebagai salah satu tanda bila ukuran lingkar kepala
lebih besar dari dua deviasi standar di atas ukuran normal. Makrokrania biasanya disertai empat
gejala hipertensi intrakranial lainnya yaitu:

a.

Fontanel anterior yang sangat tegang.

b.

Sutura kranium tampak atau teraba melebar.

c.

Kulit kepala licin mengkilap dan tampak vena-vena superfisial menonjol.


Gejala hipertensi intrakranial lebih menonjol pada anak yang lebih besar dibandingkan
dengan bayi. Gejalanya mencakup: nyeri kepala, muntah, gangguan kesadaran, gangguan
okulomotor, dan pada kasus yang telah lanjut ada gejala gangguan batang otak akibat herniasi
tonsiler (bradikardia, aritmia respirasi). (Darsono, 2005:213).

F.

Pemeriksaan

1.

Pemeriksaan fisik:

a.

Pengukuran lingkaran kepala secara berkala. Pengukuran ini penting untuk melihat
pembesaran kepala yang progresif atau lebih dari normal

b.

Transiluminasi

2.

Pemeriksaan darah:
Tidak ada pemeriksaan darah khusus untuk hidrosefalus

3.

Pemeriksaan cairan serebrospinal:


Analisa cairan serebrospinal pada hidrosefalus akibat perdarahan atau meningitis untuk
mengetahui kadar protein dan menyingkirkan kemungkinan ada infeksi sisa

4.

Pemeriksaan radiologi:

a.

X-foto kepala: tampak kranium yang membesar atau sutura yang melebar.

b.

USG kepala: dilakukan bila ubun-ubun besar belum menutup.

c.

CT Scan kepala: untuk mengetahui adanya pelebaran ventrikel dan sekaligus mengevaluasi
struktur-struktur intraserebral lainnya

G.

Diagnosis
Disamping dari pemeriksaan fisik, gambaran klinik yang samar-samar maupun yang khas,
kepastian diagnosis hidrosefalus dapat ditegakkan dengan menggunakan alat-alat radiologik
yang canggih.
Pada neonatus, USG cukup bermanfaat untuk anak yang lebih besar, umumnya diperlukan
CT scanning.
CT scan dan MRI dapat memastikan diagnosis hidrosefalus dalam waktu yang relatif
singkat. CT scan merupakan cara yang aman dan dapat diandalkan untuk membedakan

hidrosefalus dari penyakit lain yang juga menyebabkan pembesaran kepala abnormal, serta untuk
identifikasi tempat obstruksi aliran CSS. (Darsono, 2005:214)
H.

Diagnosis Banding
Pembesaran kepala dapat terjadi pada hidrosefalus, makrosefali, tumor otak, abses otak,
granuloma intrakranial, dan hematoma subdural perinatal, hidranensefali. Hal-hal tersebut
dijumpai terutama pada bayi dan anak-anak berumur kurang dari 6 tahun. (Darsono, 2005:215)

I.

Terapi
Pada dasarnya ada tiga prinsip dalam pengobatan hidrosefalus, yaitu :

1.

Mengurangi produksi CSS.

2.

Mempengaruhi hubungan antara tempat produksi CSS dengan tempat absorbsi.

3.

Pengeluaran likuor (CSS) kedalam organ ekstrakranial. (Darsono, 2005)


Penanganan hidrosefalus juga dapat dibagi menjadi :

1.

Penanganan Sementara
Terapi konservatif medikamentosa ditujukan untuk membatasi evolusi hidrosefalus melalui
upaya mengurangi sekresi cairan dari pleksus khoroid atau upaya meningkatkan resorbsinya.

2.

Penanganan Alternatif (Selain Shunting)


Misalnya : pengontrolan kasus yang mengalami intoksikasi vitamin A, reseksi radikal lesi massa
yang mengganggu aliran likuor atau perbaikan suatu malformasi. Saat ini cara terbaik untuk
melakukan perforasi dasar ventrikel III adalah dengan teknik bedah endoskopik. (Peter Paul
Rickham, 2003)

3.

Operasi Pemasangan Pintas (Shunting)


Operasi pintas bertujuan membuat saluran baru antara aliran likuor dengan kavitas drainase.
Pada anak-anak lokasi drainase yang terpilih adalah rongga peritoneum. Biasanya cairan
serebrospinalis didrainase dari ventrikel, namun kadang pada hidrosefalus komunikans ada yang
didrain ke rongga subarakhnoid lumbar. Ada dua hal yang perlu diperhatikan pada periode pasca
operasi, yaitu: pemeliharaan luka kulit terhadap kontaminasi infeksi dan pemantauan kelancaran
dan fungsi alat shunt yang dipasang. Infeksi pada shunt meningatkan resiko akan kerusakan
intelektual, lokulasi ventrikel dan bahkan kematian. (Allan H. Ropper, 2005:360)

J.

Penatalaksanaan

1.

Farmakologis:

Mengurangi volume cairan serebrospinalis:


a.

Acetazolamide 25 mg/KgBB/hari PO dibagi dalam 3 dosis. Dosis dapat dinaikkan 25


mg/KgBB/hari (Maksimal 100 mg/KgBB/hari)

b.

Furosemide 1 mg/KgBB/hari PO dibagi dalam 3-4 dosis


Catatan: Lakukan pemeriksaan serum elektrolit secara berkala untuk mencegah terjadinya efek
samping.
Bila ada tanda-tanda infeksi, beri antibiotika sesuai kuman penyebab.

2.

Penatalaksanaan Medis
Pada sebagian pasien pembesaran kepala berhenti sendiri (arrested hyrdosefalus),
mungkin oleh rekanalisasi ruang subaraknoid atau kompensasi pembentukan CSS yang
berkurang ( Laurence, 1965). Tindakan bedah belum ada yang memuaskan 100 %, kecuali bila
penyebabnya ialah tumor yang masih dapat diangkat.

3.

Penatalaksanaan Keperawatan

a.

Perawatan Prabedah :

1)

Pantau, cegah, dan halangi bila ada peningkatan TIK

2)

Letakkan anak dalam posisi nyaman dengan cara menaikkan kepala tempat tidur setinggi 30
derajat ( untuk mengurangi kongesti dan meningkatkan drainase).

3)

Pantau adanya tanda tanda peningktan TIK.

a)

Peningkatan frekwensi pernapasan, penurunan denyut apeks, peningkatan


tekanan darah dan peningkatan suhu badan.

b)

Penurunan tingkat kesadaran.

c)

Aktivitas kejang.

d)

Muntah.

e)

Perubahan ukuran, kesimetrisan, dan reaktivitas pupil.

f)

Fontanel penuh, cenderung menonjol.

g)

Turunkan stimulus luar.

h)

Siapkan oksigen dan alat penghisap di sisi tempat tidur.

4)

Siapkan anak dan orang tua untuk menghadapi prosedur pembedahan.

a)

Berikan penjelasan yang sesuai dengan usia.

b)

Berikan dan kuatkan keterangan yang diberikan pada orang tua tentang kondisi dan
pengobatan anak.

b.

Perawatan Pascabedah :

1)

Pantau tanda tanda vital dan status neurologik anak ; Laporkan adanya peningkatan TIK
( ukuran, penuhnya, ketegangan fontanel anterior ), penurunan tingkat kesadaran, anoreksia,
muntah, konvulasi, kejang, atau kelembaman.

2)

Pantau dan laporkan adanya gejala gejala infeksi ( demam, nyeri tekan, inflamasi, mual, dan
muntah ).

3)

Pantau dan pertahankan fungsi pirau.

a)

Laporkan gejala malformasi pirau (iritabilitas, penurunan kesadaran, muntah).

b)

Periksa pirau untuk kepenuhan.

c)

Naikkan bagian kepala tempat tidur setinggi 30 dertajat (untuk meningkatkan drainase dan
menurunkan kongeti vena).

d)

Posisikan anak miring kekiri (sisi non - bedah).

e)

Pertahankan tirah baring selama 24 sampai 72 jam.

f)

Pantau adanya aktivitas serangan.

4)

Bantu anak dan orang tua dalam mengatasi stress emosional karena hospitalisais dan
pembedahan.

a)

Berikan informasi yang sesuai dengan usia sebelum prosedur dilakukan.

b)

Dorong partisipasi dalam kegiatan rekreasi dan hiburan.

c)

Masukan rutinitas anak dirumah ke dalam aktivitas sehari hari.

K.

Komplikasi

1.

Hernia serebri

2.

Kejang

3.

Renjatan
KONSEP KEPERAWATAN
ANAK DENGAN HIDROSEFALUS

I. PENGKAJIAN

a.

ran denga hidrosefalus terjadi pada 5,8 bayi dai 10.000 kelahiran hidup
a.1. Hidrosefalus dengan spinabifida terdapat kira-kira 3-4 bayi dari 1000 kelahiran hidup
a.2. Type hidrosefalus obstruksi terdapat 99 % kasus pada anak-anak.

. Riwayat kesehatan masa lalu:


b.1Terutama adanya riwayat luka / trauma dikepala atau infeksi di sebral
c. Riwayat kahamilan dan persalinan :
c.1.Kelahiran yang premature
c.2.Neonatal meningitis
c.3. Perdarahan subaracnoid
c.4. Infeksi intra uterin
c.5. Perdarahan perinatal,trauma/cidera persalinan.

aan Fisik

ya myelomeningocele, penguran lingkar kepala (Occipitifrontal)

us didapatkan :

awal :

ling

pala

marah

is jika digendong dan diam bila berbaring

n muntah yang proyektil


kembar

bangan yang berlangsung lambat

dema

pupil terhadap cahaya lambat dan tidak sama

a diikuti : perubahan tingkat kesadaran, opistotonus dan spastik pada

as bawah

an dalam pemberian makanan dan menelan

an cardio pulmoner
-

Tanda-tanda selanjutnya :

kepala kepala diikuti dengan muntah-muntah

oedema

smus

gkatan tekanan darah

lambat

guan respirasi

-tanda ekstrapiramidal/ ataksia

marah

gungan
kali inkoheren

aaan
C. Pemeriksaan Penunjang.

Skan temograsfi komputer ( CT-Scan) mempertegas adanya dilatasi ventrikel dan membantui
dalam memgidentifikasi kemungkinan penyebabnya( Neoplasma, kista,malformasi konginetal
atau perdarahan intra kranial )

Fungsi ventrikel kadang digunakan untiuk menukur tekanan intra kranial menghilangkan
cairan serebrospinal untuk kultur (aturan ditentukan untuk pengulangan pengaliran).

EEG : untuk mengetahui kelainan genetik atau metabolic

Transluminasi : Untuk mengetahui apakah adanya kelainan dalam kepala

MRI : ( Magnetik resonance imaging ) : memberi informasi mengenai stuktur otak tanpa kena
radiasi
II.DIAGNOSA KEPERAWATAN
A. Pre Operatif

1.

Resiko tinggi injuri berhubungan dengan peningkatan tekanan intra kranial


o Data obyektif : Tidak sadar, panas( 38 C), muntah tanpa proyektil, strabismus. serta
gelisah,paralisa.

o Data Subyektif : Orangnya mengatakan anaknya tidak sadar ,muntah tubuhnya panas..
Tujuan :
- Tidak terjadi peningkatan tekanan intra kranial dengan kriteria :

- Tidak menunjukkan adanya tanda-tanda peningkatan tekanan intra kranial ( mual, muntah,
kejang, gelisah ).
Tindakan keperawatan :

tat tanda-tanda peningkatan tekanan intra kranial.

ntuk mengetahui secara dini peningkatan TIK

ala tingkat kesadaran


Rasional :Menurunnya kesadaran menunjukkan adanya tanda-tanda adanya peningkatan TIK.
Ajari keluarga mengenai tanda-tanda peningkatan tekanan intra kranial

eluarga dapat berpartisipasi dalam perawatan anaknya.

apat mencegah atau mempercepat proses penyebuhan penyakit.


2.

Gangguan rasa nyaman: Nyeri sehubungan dengan meningkatkanya tekanan intrakranial .


Data Indikasi : Adanya keluahan Nyeri Kepala, Meringis atau menangis, gelisah, kepala
membesar
Tujuan ; Klien akan mendapatkan kenyamanan, nyeri kepala berkurang
Tindakan keperawatan :
Jelaskan Penyebab nyeri.
Atur posisi Klien
Ajarkan tekhnik relaksasi
Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian Analgesik

3.

Resiko terhadap perubahan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan kerusakan


kemampuan untuk mencapai tugas perkembangan
Tujuan : Tidak terjadi gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada anak.
Tindakan keperawatan:
Observasi tanda dan gejala gangguan perkembangan secara dini
Rasional :Akan mengetahui secara dini kelainan atau penyimpangan dari keadaan normal.
Kolaborasi untuk tindakan pembedahan
Rasional : Membantu mempercepatan proses penyembuhan.
B. Persiapan operasi

4.

Kecemasan Orang tua sehubungan dengan keadaan anak yang akan mengalami operasi.
Data Indikasi : Ekspresi verbal menunjukkan kecemasan akan keadaan anaknya.

Tujuan : Kecemasan orang tua berkurang atau dapat diatasi.


Tindakan Keperawatan :

Menjelaskan tentang hidrosefalus, anatomi ventrikel, maksud dasar dari shunt. Gunakan
diagram dan sampel shunt, jika tersedia bantu memberi penjelasan iformasi yang diterima. Juga
jelaskan tujuan berbagai tindakan test diagnostik yang disarankan dan prosedur yang akan
dilakukan.
Rasional : Memberikan penjelasan akan membantu penurunan ketakutan dan kecemasan dan
meningkatkan penerimaan terhadap kondisi anak

Berikan gamnbaran tindakan perioperative


Rasional : Penjelasan terhadap kegiatan ini akan meyakinkan orang tua bahwa mereka harus
sadar bahwa anak akan menjalani hal ini dan bantu untuk memberikan dorongan berpartisipasi
dalam kegiatan persiapan prabedah, jika memungkinkan.

Berikan waktu orang tua mengajukan pertanyaan dan mengekspresikan ketakutan dan
perhatiannya.
Rasional : Orang tua membutuhkan waktu menyesuaikan diri dengan informasi sehingga mereka
dapat membentuk pertanyaan dan mengekspresikan ketakutan dan perhatiannya.

Bantu anak untuk mempersiapkan guna tinggal rawat di rumah sakit dan pembedahan,
penggunaan boneka, alat-alat rumah sakit yang tersedia, dan diagram dan video yang tepat sesuai
tingkat perkembangan anak.
Rasional : Mendemonstrasikan dengan menggunakan boneka sangat tepat digunakan untuk
membantu menngani anak yang terjadi selama tinggal di rumah sakit. Diagram, video, bukubuku, dan diskusi mungkin akan lebih tepat pada anak yang lebih besar.

Berikan penguatan terhadap penjelasan ahli bedah


Rasional : Orang tua dan anak sering menerima terlalu banyak informasi dalam waktu yang
singkat. Ulangi penjelasan untuk membantu pemahaman kondisi anak.

Rujuk orang tua pada pekerja sosial atau tenaga pelayanan sosial sesuai kebutuhan.
Rasional : Pekerja sosial dapat memberikan konseling secara seksama untuk membantu orang
tua menyesuaikan diri dengan kondisi anak dan tinggal rawat di rumah sakit dan dapat
membantu perencana selanjutnya dan merujuk pada oraganisasi kemasyarakatan.
5. Potensial Kekurangan cairan dan elektrolit sehubungan dengan intake yang kurang diserta
muntah.

Data Indikasi ; keluhan Muntah, Jarang minum.


Tujuan : Tidak terjadi kekurangan cairan dan elektrolit.
Tindakan keperawatan:
Observasi ketat intake dan output
Rasional :Menentukan data dasar dari pada cairan tubuh.
Kolaborasi dalam pemeriksaan laboratorium
Rasional :Mengkaji hidrasi dan keefektifan / kebutuhan intervensi
Berikan cairan infus sesuai pesanan
Rasional : Mempertahan volume sirkulasi cairan dalam tubuh
C. Post Operatif
6. Gangguan rasa nyaman : Nyeri sehubungan dengan tekanan pada kulit yang dilakukan shunt.
Data Indikasi ; adanya keluhan nyeri, Ekspresi non verbal adanya nyeri.
Tujuan : Rasa Nyaman Klien akan terpenuhi, Nyeri berkurang
Tindakan Keperawatan :

Beri kapas secukupnya dibawa telinga yang dibalut.

Aspirasi shunt (Posisi semi fowler), bila harus memompa shunt, maka pemompaan dilakukan
perlahan lahan dengan interval yang telah ditentukan.

Kolaborasi

dengan

tim

medis

bila

ada

kesulitan

dalam

pemompaan

shunt.

Berikan posisi yang nyama. Hindari posisi p[ada tempat dilakukan shunt.

Observasi tingkat kesadaran dengan memperhatikan perubahan muka (Pucat, dingin,


berkeringat)

Kaji orisinil nyeri : Lokasi dan radiasinya


7. Resiko tinggi terjadinya gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh sehubungan dengan
intake yang tidak adekuat.
Data Indikasi ; Adanya keluhan kesulitan dalam mengkonsumsi makanan.
Tujuan : Tidak terjadi gangguan nutrisil.
Rencana Intervensi :

Berikan makanan lunak tinggi kalori tinggi protein.

Berikan klien makan dengan posisi semi fowler dan berikan waktu yang cukup untuk menelan.

Ciptakan suasana lingkungan yang nyaman dan terhindar dari bau bauan yang tidak enak.

Monitor therapi secara intravena.

Timbang berta badan bila mungkin.

Jagalah kebersihan mulut ( Oral hygiene)

Berikan makanan ringan diantara waktu makan


8. Resiko tinggi terjadinya infeksi sehubungan dengan infiltrasi bakteri melalui shunt.
Tujuan : Tidak terjadi infeksi / Klien bebas dari infeksi.
Tindakan keperawatan :

Kaji suhu tubuh anak yang tidak stabil, penurunan LOC, kehilangan nafsu makan, muntah,
peningkatan sel darah putih, dan pembengkakan atau kemerahan sepanjang saluran shunt.
Rasional : Tanda ini memberikan petunjuk adanya infeksi, biasanya terjadi dalam bulan pertama
setelah insersi shunt

Monitor suhu badan anak setiap 4 jam


Rasional : Penurunan suhu badan adalah tanda awal infeksi pada neonatus, dan penimngkatan
suhu badan adalah tanda awal terjadinya infeksi pada anak

Posisi baring anak yang tidak menahan beraty pada bagian katup pada 24 sampai 48 jam
pertama setelah pembedahan.
Rasional : Posisi dimana kepala pada posisi yang tepat membantu mencegah kerusakan kulit
atau sekitar pompa shunt

Kaji area insisi setiap 4 jam, lihat adanya pengaliran cairan dari luka dan adanya
pembengkakan. Catat jumlah dan jenis cairan yang keluar dari luka insisi.
Rasional :Pembengkakan disekitar pompa, saluran shunt, atau insisi bedahdengan atau tanpa
grainasemungkin merupakan tanda awal infeksi pada shunt.

Berikan antibiotik sesuai petunjuk


Rasional : Antibitik yang bersifat profilaksis biasanya diberikan saat pembedahan dan
dilanjutkan pada 48 sampai 72 jam setelah pembedahan.

9. Resiko tinggi terjadi kerusakan integritas kulit dan kontraktur sehubungan dengan imobilisasi.
Tujuan ; Pasien bebas dari kerusakan integritas kulit dan kontraktur.
Tindakan Keperawatan :
Mobilisasi klien (Miki dan Mika) setiap 2 jam.
Obsevasi terhadap tanda tanda kerusakan integritas kulit dan kontrkatur.
Jagalah kebersihan dan kerapihan tempat tidur. Berikan latihan secara pasif dan perlahan lahan

Diagnosa , Intervensi dan Rasional Keperawatan

Diagnosa

1.

Tujuan

Potensial
Tidak terjadi
komplikasi
peningkatan TIK
peningkatan
tekanan intrakranial
berhubungan
dengan akumulasi
cairan
serebrospinal.

Kriteria hasil

Kesadaran
Komposmetis

Tidak terjadi
nyeri kepala

TTV norma

tampak rileks,
tidak meringis
kesakitan

Intervens
i

Rasional

Observasi ketat Untuk


tanda-tanda
mengetahui secara dini
peningkatan TIK
peningkatan TIK
(Nyeri kepala, muntah,
lethargi, lelah, apatis, Penurunan
perubahan personalitas, keasadaran
ketegangan dari sutura menandakakan adanya
cranial dapat terlihat peningkatan TIK
pada anak berumur 10
tahun, penglihatan
Untuk
ganda, kontruksi
mengetahui kondisi
penglihatan perifer
aliran darah dan aliran
strabismus, Perubahan oksigen ke otak
pupil)
Dengan
Pantau terus
dilakukan pembedahan,
tingkat kesadaran anak diharapkan cairan
cerebrospinal berkurang,
Pantau terus
sehingga TIK menurun,
adanya perubahan TTV tidak terjadi penekanan
pada lobus oksipitalis
Berkolaborasi dan tidak terjadi
dengan dokter untuk pembesaran pada kepala
melakukan
pembedahan, untuk
Membantu dalam
mengurangi
mengevaluasi rasa nyeri.
peningkatan
Pujian yang
Kaji
diberikan akan
pengalaman nyeri pada meningkatkan
anak, minta anak
kepercayaan diri anak
menunjukkan area
untuk mengatasi nyeri
yang sakit dan
dan kontinuitas anak
menentukan peringkat untuk terus berusaha
nyeri dengan skala
menangani nyerinya
nyeri 0-5 (0 = tidak
dengan baik.
nyeri, 5 = nyeri sekali)

Rasional : Membantu
dalam mengevaluasi
rasa nyeri.
Bantu anak
mengatasi nyeri seperti
dengan memberikan
pujian kepada anak
untuk ketahanan dan
memperlihatkan bahwa
nyeri telah ditangani
dengan baik.

2.

Gangguan persepsi Tidak terjadi


sensori
disorientasi pada
berhubungan
anak
dengan penekanan
lobus oksipitalis
karena
meningkatnya TIK

Ketidakmampuan
Penurunan visus Mempertahankan
visus
dalam
penglihatan
tidak
tidak bertambah
agar tidak terjadi
bertambah parah, klien
lebih parah
penurunan visus yang tidak mengalami
lebih parah
disorientasi tempat,
Anak bisa
a.
Membantu
ADL
Klien merasa nyaman
mengenali
pasien
dan aman
lingkungan
b. Membantu orientasi
sekitarnya
tempat
Klien tidak
c. Berikan tempat yang banyak bergantung pada
nyaman dan aman
orang lain
( pencahayaan terang,
bed plang dll dipasang
agar tidak cedera )
Membantu
pasien untuk
mengenali sesuatu
dengan kondisi
penglihatan yang
terganggu

3.

Kurang
pengetahuan orang
tua berhubungan
dengan penyakit
yang di derita oleh
anaknya

Meningkatkan
pengetahuan orang
tua mengenai
penyakit yang
diderita anaknya

Kecemasan
orang tua pada
kondisi
kesehatan
anaknya dapat
berkurang
Orang tua

Beri
kesempatan orang tua
untuk
mengekspresikan
kesedihannya

Keluarga dapat
mengemukakan
perasaannya sehinnga
perasaan orang tua dapat
lebih lega

Beri

Pengetahuan

4.

Resiko
Jalan nafas tetap
ketidakefektifan
efektif
pola nafas yang
berhubungan
dengan penurunan
refleks batuk

mengungkapkan
pemahaman
tentang
penyakit,
pengobatan dan
perubahan pola
hidup yang
dibutuhkan

kesempatan orang tua


untuk bertanya
mengenai kondisi
anaknya

Anak tidak
sesak napas

Tidak terdapat
ronchi

Tidak retraksi
otot bantu
pernapasan

Posisikan klien Klien merasa


posisi semifowler
nyaman dan tidak
merasa sesak napas
Pemberian
oksigen
Suplai oksigen
klien dapat tercukupi
Observasi pola sehingga klien tidak
mengalami hipoksia
dan frekuensi napas

5.

Gangguan
pertumbuhan dan
perkembangan
berhubungan
pembesaran kepala

Klien tidak
mengalami
gangguan
pertumbuhan dan
perkembangan

Pernapasan
teratur, RR
dalam batas
normal

Pertumbuhan
dan
perkembangan
klien tidak
mengalami

orang tua bertambah


mengenai penyakit yang
di derita oleh anaknya
sehinnga kecemasan
orang tua dapat
Jelaskan tentang berkurang
kondisi penderita,
prosedur, terapi dan
Pengetahuan
prognosanya.
kelurga bertambah dan
dapat mempersiapkan
keluarga dalam merawat
Ulangi
penjelasan tersebut bila klien post operasi
perlu dengan contoh
bila keluarga belum
Keluarga dapat
mengerti
menerima seluruh
informasi agar tidak
menimbulkan salah
persepsi

Untuk
Auskultasi suara mengetahui ada tidaknya
napas
ketidakefektifan pola
napas
Untuk
mengetahui adanya
kelainan suara

Memberikan
diet nutrisi untuk
pertumbuhan ( asuh )

Mempertahankan
berat badan agar tetap
stabil

Memberikan

Agar

keterlambatan
dan sesuai
dengan tahapan
usia

6.

Resiko tinggi
Tidak terdapat
infeksi
tanda-tanda infeksi
berhubungan
( 3 x 24 jam )
dengan pemasangan
drain/shunt

7.

Ketidakseimbangan Setelah dilaksakan


nutrisi kurang dari asuhan
kebutuhan tubuh
keperawatan
yang berhubungan diharapkan
dengan muntah
ketidakseimbanga
sekunder akibat
n nutrisi kurang
kompresi serebral dari kebutuhan
dan iritabilitas.
tubuh teratasi
dengan

stimulasi atau
perkembangan klien
rangsangan untuk
tetap optimal
perkembangan kepada
anak ( asah )
Memenuhi
kebutuhan psikologis
Memberikan
kasih sayang ( asih )

Pantau tandaTD dalam batas tanda infeksi( letargi,


normal
nafsu makan menurun,
Tidak terdapat ketidakstabilan,
perubahan warna
perdarahan
kulit )
Tidak terdapat
kemerahan

tidak terjadi penurunan


berat badan sebesar
10% dari berat awal,
tidak adanya mualmuntah.

luka

Mengetahui
penyebab terjadinya in
feksi
Mencegah
timbulnya ifeksi

Lakukan rawat Asupan nutrisi


dapat membantu
menyembuhkan luka
Pantau asupan
nutrisi
Antibiotik dapat
mencegah timbulnya
Kolaborasi
infeksi
dalam pemberian
antibiotik

Anda mungkin juga menyukai