Anda di halaman 1dari 25

Referat

Ensefalopati pada DHF


Dina Adlina Mallappa
Pembimbing Klinik
dr. Amsyar Praja, Sp. A

Pendahuluan
Ensefalopati dengue termasuk salah satu
komplikasi dari demam berdarah dengue
yang tidak lazim.
Ensefalopati terjadi sebagai :

Komplikasi syok yang berkepanjangan dengan


perdarahan,
Tetapi dapat juga terjadi pada DBD yang tidak
disertai syok.
Gangguan metabolik seperti hipoksemia dan
hiponatremia

Dapat juga disebabkan oleh karena trombosis


pembuluh darah otak dari koagulasi intravaskular
yang menyeluruh.
Virus dengue dapat menembus sawar darah-otak
tetapi sangat jarang dapat menginfeksi jaringan
otak.
Ensefalopati berhubungan dengan gagal hati akut.

Keterlibatan SSP pada infeksi virus dengue selalu


dihubungkan dengan proses sekunder akibat
vaskulitis yang berakibat pada ekstravasasi.
Disertai gejala ensefalopati yang bermanifestasi
sebagai demam tinggi, gangguan kesadaran
disertai atau tanpa kejang, disorientasi, tremor,
dan koma.

Tinjauan Pustaka
Dengue Hemorrhagic fever (DHF) atau Demam
berdarah dengue adalah penyakit menular yang
disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan
melalui gigitan nyamukaedes aegypti.
Ditandai dengan empat gejala klinis utama yaitu :
a. demam yang tinggi,
b. manifestasi perdarahan,
c. hepatomegali, dan
d. tanda-tanda
kegagalan
sirkulasi
sampai
timbulnya renjatan (sindroma renjatan dengue).

Patofisiologi DHF
Virus dengue
masuk melaulu
giitan nyamuk
Bereaksi dengan
antigen
Kompleks virus
antibody
Sistem
komplemen
menjadi aktif
hipovolemik
Terjadi perdarahan
hebat

Terjadi
trombositopenia

Terlepas
Histamin
Permeabilitas
dinding
pembuluh darah
dan
menghilangkan
plsma melaui

Derajat penyakit demam


berdarah dengue :
Derajat I

Demam disertai gejala tidak


khas
dan
satu-satunya
manifestasi
perdarahan
adalah uji torniquet positif.

Derajat II

Derajat I disertai perdarahan


spontan di kulit dan atau
perdarahan
lain
(gusi
berdarah,
perdarahan
gastrointestinal, epistaksis).

Derajat III

Ditemukan
kegagalan
sirkulasi, yaitu nadi cepat dan
lembut,
tekanan
nadi
menurun (<20 mmHg) atau
hipotensi disertai kulit yang
dingin, lembab dan penderita
menjadi gelisah.

Indikator fase syok

Hari sakit ke 4-5


Suhu turun, kulit dingin dan lembab
Nadi cepat, lemah
Tekanan nadi turun/hipotensi
Leukopenia <5000/mm
Anak tampak gelisah.

Pemeriksaan Laboratorium
Pada pemeriksaan darah ditemukan :

Leukopenia pada akhir fase demam


Limfositosis biasanya terlihat sebelum fase syok
Hematokrit meningkat >20% (hemokonsentrasi),
harus dimonitor setiap 3-4 jam pada kasus DHF
atau DSS
Trombosit <100000 (trombositopenia).

Perubahan metabolik :
Hiponatremia paling sering terjadi pada pasien
DHF atau DSS
Asidosis metabolik ditemukan pada pasien dalam
keadaan syok, dan harus dikoreksi secepatnya
Kadar urea nitrogen darah meninggi

Kelainan koagulasi :
Masa protrombin memanjang
Masa tromboplastin parsial memanjang
Kadar fibrinogen turun dan peningkatan
penghancuran fibrinogen merupakan petanda DIC
(Disseminated Intravascular Coagulation)
Pemeriksaan fungsi hati :
Kadar transaminase sedikit meningkat
Kadar albumin rendah, dapat menjadi tanda
adanya hemokonsentrasi.

Epidemiologi
insiden ensefalopati yang
merupakan manifestasi
neurologis paling sering
infeksi virus dengue
didapatkan angkanya
bervariasi dari 0,5 20,9 %.

Dengue
dihubungkan
dengan
keterlibatan beberapa organ vital yang
mengarah ke manifestasi yang tidak
lazim (unusual) atau yang tidak normal
(atipical), dan sering berakibat fatal.

Manifetasi yang tidak lazim

Seperti kejang,
Spastisitas,
Penurunan kesadaran dan
Paresis transien
Gagal fungsi hati
Gagal fungsi ginjal

Keterlibatan CNS biasanya terjadi sebagai hasil


dari ensefalopati. Hal ini bermanifes :
sebagai iritabilitas, letargi, kebingungan, serta
depresi dan terkadang kejang, koma/kesadaran
yang terganggu, dan paresis.
Dengan syok berkepanjangan dengan asidosis
metabolik, kelainan metabolik .
Ensefaopati dapat juga dihasilkan dari anoksia
serebral, edema serebral, perdarahan intrakranial,
dan oklusi vaskular.

Hubungan antara demam berdarah dengue


(hemorrhagic dengue fever/HDF) dan gangguan
neurologis pertama kali diterangkan pada 1976.
Ensefalopati pada DHF merupakan manifestasi
khusus dan dapat terlihat dalam bentuk yang
bermacam-macam,
a. `termasuk sensitivitas yang menurun,
b. kejang,
c. gangguan tingkahlaku,
d. keterlibatan meningeal,
e. dan tanda fokal dari virus di sistem saraf
pusat

Fisiopatologi dari keterlibatan


neurologis

lesi jaringan langsung karena virus,


perdarahan kapiler,
disseminated intravascular coagulation,
kelainan metabolik (hiponatremia dan
asidosis metabolik),
kegagalan hati yang parah dan
edema serebral disebabkan meningkatnya
permeabilitas vaskular

Apabila pada pasien syok dijumpai penurunan


kesadaran, maka untuk memastikan adanya
ensefalopati,
a. Syok harus diatasi terlebih dahulu. Apabila syok telah
teratasi, maka perlu dinilai kembali kesadarannya.
b. Pungsi lumbal dikerjakan bila syok telah teratasi dan
kesadaran tetap menurun ( hati-hati bila trombosit <
50.000 /uL ).
c. Pada ensefalopati dengue dijumpai peningkatan
kadar transaminase ( SGOT / SGPT ), PT dan PTT
memanjang, kadar gula darah turun, alkalosis pada
analisis gas darah, dan hiponatremia

Pada kelompok ensefalopati, gejala klinis yang didapat adalah:

Penurunan kesadaran ( 83.3%)


kejang-kejang (45.2%)
Gangguan mental (23.8%)
Kaku kuduk (21.4%)
Spasme pada ekstremitas (9.5%)
Klonus (2.9%)

Kelainan laboratorium yang


didapat adalah
Hiponatremia
Abnormalitas pada enzim hepar
LCS pleositosis

Diagnosis ensefalopati dengue berdasarkan


diagosis klinis DBD menurut kriteria WHO

onset mendadak hiperpireksia,


perubahan kesadaraan sementara (gelisah,
iritabel atau koma),
nyeri kepala, muntah, dengan atau tanpa kejang,
serta profil cairan serebrospinal (CSS) normal.

Tata laksana ensefalopati


dengue
cairan diganti dengan cairan yang tidak
mengandung HCO3, dan jumlah cairan segera
dikurangi. Larutan laktat ringer dekstrosa segera
ditukar dengan larutan NaCl ( 0,9%) : Glukosa
(5%) = 3 : 1
Untuk
mengurangi
oedem
otak
diberikan
kortikosteroid, tetapi bila terdapat perdarahan
saluran cerna sebaiknya kostikosteroid tidak
diberikan.
Bila terdapat disfungsi hati, maka diberikan
vitamin K intravena 3 10 mg selama 3 hari

Mencegah terjadinya peningkatan tekanan


intrakranial dengan mengurangi jumlah cairan
( bila perlu diberikan diuretik), koreksi asidosis
dan elektrolit.
Perawatan jalan nafas dengan pemberian oksigen
yang adekuat.
Maka untuk mencegah dapat diberikan antibiotik
profilaksis (kombinasi ampisilin 100 mg/kgBB/hari
+ kloramfenikol 75 ).
Tidak memberikan obat-obat yang tidak
diperlukan (misalnya antasid, anti emetik) .

Prognosa penderita tergantung


dari beberapa faktor:
Sangat erat kaitannya dengan lama dan beratnya
renjatan, waktu, metode, adekuat tidaknya
penanganan.
Ada tidaknya rekuren syok yang terutama terjadi
dalam 6 jam pertama pemberian infus dimulai.
Panas selama renjatan.
Tanda-tanda serebral.

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai