Anda di halaman 1dari 5

IX.

Analisis Data dan Pembahasan


Kromatografi Lapis Tipis (KLT) adalah metode analisa kualitatif
dan kuantitatif yang melibatkan dua peubah yaitu sifat fasa diam atau
penyerap dan sifat fasa gerak atau campuran pelarut pengembang. Tujuan
dari percobaan ini, yaitu menentukan komposisi eluen yang tepat dengan
metode cincin terkonsentrasi, dan menentukan nilai Rf dari zat warna pada
tanaman dengan menggunakan pelat KLT.
1. Persiapan Pelat
Langkah awal yang dilakukan sebelum melakukan tahap persiapan
sampel adalah menyiapkan pelat dengan ukuran, sebagai berikut :
a. Pelat I
: 3 x 5 cm
Pada pelat I diberi titik dengan pensil untuk tempat menotolkan noda
dengan jarak 1cm.
b. Pelat II
: 2 x 7 cm
Pada pelat II diberi batas bawah dengan ukuran 1cm dan diberi batas
atas 0,5cm dengan menggunakan pensil.
Tujuan dari pemberian garis adalah untuk menunjukkan batas
posisi awal dan akhir naikknya eluen. Selanjutnya, kedua pelat tersebut
dimasukkan ke dalam oven selama 10 menit yang bertujuan agar
molekul molekul air yang terikat pada pelat hilang.
2. Persiapan Sampel
Langkah pertama dalam prosedur ini adalah menyiapkan beberapa
sampel untuk digunakan dalam percobaan, yaitu daun pandan dan kunyit.
Kedua sampel tersebut ditumbuk dan ditimbang hingga 15 gram.
Selanjutnya disiapkan 10mL methanol untuk merendam sampel pandan
menghasilkan larutan berwarna hijau dan 10mL etanol untuk merendam
sampel kunyit menghasilkan larutan berwarna jingga, kemudian dilakukan
proses penyaringan. Tujuan dari penambahan methanol dan etanol adalah
untuk melarutkan pigmen yang terkandung di dalam daun pandan maupun
kunyit tersebut.
Filtrat dari kedua sampel tersebut dimasukkan dalam corong pisah,
ditambahkan 10mL kloroform dan dikocok dengan baik sambil sesekali
dibuka tutupnya, yang bertujuan untuk menghilangkan gas yang berada
dalam corong pisah. Setelah proses pengocokan selesai, larutan dalam

corong pisah didiamkan hingga terbentuk 2 lapisan, pada sampel daun


pandan terbentuk lapisan atas = larutan hijau (+) dan lapisan bawah =
larutan hijau (++), sedangkan pada sampel kunyit terbentuk lapisan atas =
larutan jingga (+) dan lapisan bawah = larutan jingga (++). Lapisan bawah
yang terbentuk diambil untuk dijadikan sebagai sampel.
3. Persiapan Eluen
Dalam tahap ini dilakukan proses persiapan eluen sebanyak 6 buah
dan eluen dimasukkan kedalam vial yang telah disiapkan. Masing
masing eluen tersebut merupakan campuran dari larutan heksana,
kloroform dan etanol dengan perbandingan sebagai berikut :

Vial A
Vial B
Vial C
Vial D
Vial E
Vial F

Heksana
1
3
3
4
4,5
4,5

:
:
:
:
:
:
:

Kloroform
4,5
4
3
3
4,5
1

:
:
:
:
:
:
:

Etanol
4,5
3
4
3
1
4,5

4. Tahap Penotolan Sampel (Daun Pandan)


a. Penotolan Sampel (Daun Pandan)
Langkah pertama, sampel pada daun pandan ditotolkan pada pelat
KLT (3x5cm) yang sudah diberi sebanyak 6 titik dan diberi kode A F
pada masing masing titik membentuk noda berwarna hijau.
Kemudian campuran pada masing masing vial A F ditotolkan pada
titik / noda yang sesuai dengan kode yang tertera pada pelat. Langkah
berikutnya membandingkan bentuk cincin yang terjadi dan ditentukan
perbandingan eluen yang sesuai. Perbandingan eluen yang sesuai
berdasarkan hasil penotolan sampel adalah perbandingan eluen
berkode E, yaitu Heksana (4,5) : Kloroform (4,5) : Etanol (1),
dikarenakan pada noda berkode E membentuk efek kepolaran yang
cukup polar.
b. Penentuan Rf (Daun Pandan)
Pada tahap ini, kami menggunakan pelat (2x7cm) dan eluen
berkode E dengan perbandingan Heksana (4,5) : Kloroform (4,5) :

Etanol (1) untuk menguji penentuan dari nilai Rf. Pemilihan eluen
berkode E, dikarenakan pada tahap penotoloan sampel pada noda
berkode E membentuk efek kepolaran yang cukup polar. Langkah
berikutnya, dilakukan proses penotolan pada noda yang telah
ditentukan dan dimasukkan ke dalam chamber dengan hati hati
hingga posisi pelat bagian bawah menyentuh dasar chamber.
Selanjutnya, chamber segera ditutup dan diamati sampai eluen tersebut
menyentuh garis batas atas. Kemudian, pelat KLT diambil, diamati
noda yang terjadi dan diberi tanda dengan menggunakan pensil.
Setelah

diberi

tanda,

KLT dikeringkan

dan

ditutup

dengan

menggunakan isolasi agar noda tersebut tidak memudar warnanya.


Langkah selanjutnya dilakukan proses perhitungan Rf dan dari hasil
percobaan didapatkan nilai Rf klorofil pada pandan sebagai berikut :
Rf1,1 : 0,490 cm
Rf1,2 : 0,545 cm
Rf1,3 : 0,727 cm
Rf2,1 : 0,509 cm
Rf2,2 : 0,563 cm
Rf2,3 : 0,763 cm
Dengan rata rata Rf1, Rf2, dan Rf3 sebagai berikut :

Rf1
Rf2
Rf3

: 0,4995 cm
: 0,5540 cm
: 0,7450 cm

Sesuai dengan perhitungan :


Rf 1 ratarata=

0,490+ 0,509
=0,4995 cm
2

Rf 2 ratarata=

0,545+ 0,563
=0,5540 cm
2

Rf 3 ratarata=

0,727+0,763
=0,7450 cm
2

Tahap Penotolan Sampel (Kunyit)


a. Penotolan Sampel (Kunyit)
Langkah pertama, sampel pada kunyit ditotolkan pada pelat KLT
(3x5cm) yang sudah diberi sebanyak 6 titik dan diberi kode A F pada
masing masing titik membentuk noda berwarna kuning. Kemudian
campuran pada masing masing vial A F ditotolkan pada titik / noda
yang sesuai dengan kode yang tertera pada pelat. Langkah berikutnya
membandingkan

bentuk

cincin

yang

terjadi

dan

ditentukan

perbandingan eluen yang sesuai. Perbandingan eluen yang sesuai


berdasarkan hasil penotolan sampel adalah perbandingan eluen
berkode E, yaitu Heksana (4,5) : Kloroform (4,5) : Etanol (1),
dikarenakan pada noda berkode E membentuk efek kepolaran yang
cukup polar.
b. Penentuan Rf (Kunyit)
Pada tahap ini, kami menggunakan pelat (2x7cm) dan eluen
berkode E dengan perbandingan Heksana (4,5) : Kloroform (4,5) :
Etanol (1) untuk menguji penentuan dari nilai Rf. Pemilihan eluen
berkode E, dikarenakan pada tahap penotoloan sampel pada noda
berkode E membentuk efek kepolaran yang cukup polar. Langkah
berikutnya, dilakukan proses penotolan pada noda yang telah
ditentukan dan dimasukkan ke dalam chamber dengan hati hati
hingga posisi pelat bagian bawah menyentuh dasar chamber.
Selanjutnya, chamber segera ditutup dan diamati sampai eluen tersebut
menyentuh garis batas atas. Kemudian, pelat KLT diambil, diamati
noda yang terjadi dan diberi tanda dengan menggunakan pensil.
Setelah

diberi

tanda,

KLT dikeringkan

dan

ditutup

dengan

menggunakan isolasi agar noda tersebut tidak memudar warnanya.


Langkah selanjutnya dilakukan proses perhitungan Rf dan dari hasil
percobaan didapatkan nilai Rf kurkumin pada kunyit sebagai berikut :
Rf1,1 : 0,20 cm
Rf2,1 : 0,21 cm

Dengan rata rata Rf1 sebagai berikut :

Rf1

: 0,205 cm

Sesuai dengan perhitungan :


Rf 1 ratarata=

0,20+ 0,21
=0,205 cm
2

X. Kesimpulan
Dari percobaan ini dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu
sebagai berikut :
1. Methanol adalah pelarut yang tepat untuk pandan dan etanol
adalah pelarut yang tepat untuk kunyit.
2. Sampel kunyit mengandung kurkumin dan sampel pandan
mengandung klorofil.
3. Eluen yang cocok adalah eluen E untuk pandan dan kunyit.
4. Kurkumin pada kunyit memisah pada Rf = 0,205.
5. Klorofil pada pandan memisah pada Rf = 0,5995.

Anda mungkin juga menyukai