Anda di halaman 1dari 10

0

Tugas Mandiri

Resume Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)


Diajukan untuk Memenuhi Tugas Perkuliahan
Strategi Pembelajaran Matematika

Oleh:
Arifa Rahmi
NIM. 15205061

Dosen Pengampu:
Dr. Edwin Musdi, M.Pd.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
1436 H/2015 M

Resume Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)

A. Mengapa Pembelajaran dengan Pendekatan Contextual


Menurut Gagne dan Briggs mendefenisikan pembelajaran adalah sebagai
suatu rangkaian events (kejadian, peristiwa, kondisi dsb.) yang secara sengaja
dirancang untuk mempengaruhi siswa, sehingga proses belajarnya dapat
berlangsung dengan mudah. Oleh karena itu pembelajaran bukan hanya terbatas
pada kejadian yang dilakukan guru dan siswa saja, melainkan mencakup semua
kejadian kegiatan yang mungkin mempunyai pengaruh pada proses belajar
manusia.
Pembelajaran

matematika

yang

kontekstual

termasuk

pada

proses

pengembangan konsep-konsep dan gagasan-gagasan matematika berawal dari dunia


nyata. Dunia nyata tidak hanya berarti konkret secara fisik atau kasat mata namun
juga termasuk hal-hal yang dapat dibayangkan oleh alam pikiran peserta didik
karena sesuai dengan pengalamannya.

B. Pendekatan Contextual Teaching and Learning


Pendekatan Contextual Teaching and Learning atau yang disingkat dengan
CTL merupakan konsep belajar yang membantu guru mengkaitkan antara materi
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan siswa.1
Selain itu, pendekatan kontekstual sebagai suatu model pembelajaran yang
memberikan fasilitas kegiatan belajar untuk mencari, mengolah dan menemukan
pengalaman belajar yang lebih bersifat konkret (terkait dengan kehidupan nyata)
melalui keterlibatan aktivitas peserta didik dalam mencoba, melakukan dan
mengalami sendiri.2 Defenisi ini menekankan pentingnya pengkaitan antara materi
atau bahan ajar matematika dengan kehidupan nyata siswa. Materi atau bahan harus
bermanfaat dan bermakna bagi siswa, serta pembelajaran tidak sekedar dilihat dari
sisi produk, akan tetapi yang terpenting adalah proses.

Asep I. S, Pendekatan Kontekstual sebagai Pendekatan dalam Pembelajaran yang Humanis


untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Matematis Tingkat Tinggi, dalam Jurnal Prosiding Seminar
Nasional Pendidikan Matematika, Vol 1. ISSN: 2355-0473, 2014, STKIP Siliwangi Bandung, h.31.
2
Aah Masruah, Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Matematik Siswa SMP melalui
Pendekatan Kontekstual, dalam Jurnal Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika, Vol 1. ISSN:
2355-0473, 2014, STKIP Siliwangi Bandung, h. 190.

Untuk memperkuat pengalaman belajar yang aplikatif bagi siswa, perlu


pembelajaran yang lebih banyak memberikan kesempatan kepada siswa untuk
melakukan, mencoba dan mengalami sendiri (learning to do), bukan sekedar
pendengar yang pasif sebagaimana penerima terhadap semua informasi yang
disampaikan guru. Pembelajaran dengan CTL lebih banyak melibatkan siswa.
Siswa dituntut untuk aktif dengan bimbingan guru. Siswa dibimbing untuk
mengkonstruksi sendiri pengetahuannya berdasarkan pengalaman-pengalaman
faktual yang telah didapat dalam kehidupan sehari-harinya.
Situasi belajar didesain dengan memperhatikan kehidupan nyata agar siswa
mudah mengaitkan pelajaran dengan keadaan sebenarnya. Dengan mengetahui
manfaat belajar matematika bagi kehidupan mereka, maka mereka tidak lagi
menganggap matematika itu hanya sekumpulan rumus-rumus yang tidak berguna
dan abstrak. Suasana belajar matematika tidak lagi kaku dan menakutkan
melainkan sangat menyenangkan.
Dengan demikian kegiatan pembelajaran matematika diharapkan mampu
membuat peserta didik terlibat aktif, terampil, berpikir kritis, logis, sistematis dan
kreatif dalam menyelesaikan masalah yang dihadapinya, baik yang berkaitan
dengan matematika ataupun dengan bidang lain yang terkait. Sehingga belajar
secara kontekstual diharapkan apa yang dimiliki peserta didik sebagai hasil belajar
menjadi lebih awet tertanam dalam diri peserta didik, karena peserta didik
dihadapkan pada permasalahan yang tidak jauh dari kehidupannya dan didorong
untuk aktif dalam membangun pemahaman dan keterampilan yang akan
dimilikinya. Selain itu pemahaman yang benar dan memadai dari seorang guru
tentang konsep yang akan diberikan sangat menunjang proses pembelajaran.

C. Komponen dan Pendekatan Contextual Teaching and Learning


Komponen pembelajaran kontekstual meliputi: menjalin hubungan-hubungan
yang bermakna (making meaningful connections), mengerjakan pekerjaanpekerjaan yang berarti (doing significant work), melakukan proses belajar yang
diatur sendiri (self regulated learning), mengadakan kolaborasi (collaborating),
berpikir kritis dan kreatif (critical and creative thinking), memberikan layanan
secara individual (nurturing the individual), mengupayakan pencapaian standar

yang tinggi (reaching high standard) dan menggunakan asesmen autentik (using
authentic assessment).3
Ada tujuh karakterisitik dalam pembelajaran kontektual, yaitu :4
1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

3
4

Konstruktivisme
Ciri khas paradigma constructivistic adalah keaktifan dan keterlibatan
siswa dalam upaya proses belajar dengan memanfaatkan pengetahuan awal dan
gaya belajar masing-masing siswa dengan bantuan guru sebagai fasilitator yang
membantu siswa apabila siswa mengalami kesulitan dalam upaya belajarnya.
Inkuiri/Inquiry
Inkuiri/Inquiry adalah kegiatan inti dari pembelajaran berbasis CTL.
Inquiry diawali dengan pengamatan untuk memahami konsep/fenomena dan
dilanjutkan dengan melaksanakan kegiatan bermakna untuk menghasilkan
temuan. Dengan mengembangkan keterampilan berpikir kritis, siklus inquiry
adalah sebagai berikut: mengamati, bertanya, mengajukan dugaan sementara
(hipotesis), mengumpulkan data, menganalisis data dan merumuskan teori.
Bertanya (Questioning)
Questioning atau bertanya adalah salah satu prinsip pembelajaran CTL.
Bertanya dalam pembelajaran CTL dipandang sebagai kegiatan guru untuk
mendorong siswa mengetahui sesuatu, mengarahkan siswa untuk memperoleh
informasi, membimbing dan mengetahui kemampuan berpikir siswa.
Masyarakat Belajar
Masyarakat belajar atau learning community adalah kegiatan
pembelajaran yang difokuskan pada aktivitas berbicara dan berbagi
pengalaman dengan orang lain.
Pemodelan
Pemodelan pembelajaran dengan memperagakan sesuatu sebagai contoh
yang dapat ditiru oleh setiap peserta didik.
Penilaian Otentik
Penilaian otentik untuk mendeskripsikan berbagai bentuk penilaian yang
merefleksikan proses pembelajaran yang dialami siswa, kemampuan siswa,
motivasi siswa dan sikap yang sesuai dengan tujuan pembelajaran. Penilaian
otentik menuntut siswa mengaplikasikan keterampilan dan pengetahuannya
dalam konteks yang bermakna.
Refleksi atau Reflection
Refleksi adalah kegiatan memikirkan apa yang telah kita pelajari,
menelaah dan merespon semua kejadian, aktivitas atau pengalaman yang
terjadi dalam pembelajaran dan memberikan masukan-masukan perbaikan

Ibid, h.191.
Asep I. S, op.cit., h.32.

untuk langkah selanjutnya jika diperlukan. Dalam menerapkan prinsip refleksi


ini diperlukan keterbukaan dari guru untuk menerima kritik dan saran terhadap
pembelajaran yang telah dilaksanakan guna perbaikan pada pembelajaran
berikutnya.
Menurut Al krismanto, Ciri-ciri , Contextual Teaching and Learning yaitu:5
1.

Pembelajaran didesain berawal dari pemecahan masalah yang ada di sekitar


siswa dan berbasis pada pengalaman yang telah dimiliki siswa.
1996, De Lange

2.

Pembelajaran menghadirkan aktivitas atau eksplorasi, siswa menciptakan dan


mengelaborasi model-model simbolik dan aktifitas matematika mereka yang
tidak formal sebagai jembatan antara real dan abstrak, misalnya menggambar,
membuat diagram, tabel, mengembangkan notasi informal.

3.

Tidak menekankan semata-mata pada komputasi, algoritma dan drill.

4.

Memberikan penekanan pada pemahaman konsep dan pemecahan masalah.

5.

Siswa mengalami proses pembelajaran secara bermakna dan memahami


matematika dengan penalaran.

6.

Siswa belajar matematika dengan pemahaman, secara aktif membangun


pengetahuan baru dari pengetahuan awal mereka.

7.

Belajar dalam suasana demokreatis dan interaktif.

8.

Menghargai jawaban informal siswa sebelum siswa mencapai bentuk formal


matematika.

9.

Memberikan perhatian seimbang antara pematimatikaan horizontal dan vertika.


Pematimatikaan horizontal berkaitan dengan pengetahuan yang telah
dimiliki siswa sebelumnya bersama intuisi mereka sebagai alat untuk
menyelesaikan masalah dari dunia nyata. pematimatikaan vertikal berkaitan
dengan proses organisasi kembali pengetahuan yang diperoleh dalam simbolsimbol matematika yang lebih abrtak.

Al. Krismanto dan Widyaiswara, Beberapa Teknik, Model dan Strategi Pembelajaran
Matematika, Yogyakarta: PPPG Matematika, 2003, h.12.

D. Langkah-langkah Pendekatan Contextual Teaching and Learning


Sebelum melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan
kontekstual, guru harus membuat desain pembelajaran sebagai pedoman umum dan
sekaligus sebagai alat kontrol dalam pelaksanaannya. Pada intinya pengembangan
setiap komponen pembelajaran kontekstual dalam pembelajaran dapat dilakukan
melalui langkah-langkah sebagai berikut:
1.

2.
3.
4.
5.
6.
7.

Mengembangkan pemikiran peserta didik untuk melakukan kegiatan belajar


lebih bermakna, apakah dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri dan
mengkonstruksi sendiri pengetahuan, serta keterampilan baru yang akan
dimilikinya.
Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiry untuk semua topik yang
diajarkan.
Mengembangkan sifat ingin tahu peserta didik melalui memunculkan
pertanyaan-pertanyaan
Menciptakan masyarakat belajar, seperti melalui kegiatan kelompok diskusi
dan tanya jawab
Menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran, bias melalui ilustrasi,
model, ataupun media yang sebenarnya
Membiasakan anak untuk melakukan refleksi dari setiap kegiatan pembelajaran
yang telah dilakukan
Melakukan penilaian secara obyektif, yaitu melalui kemampuan yang
sebenarnya pada setiap peserta didik.
Pembelajaran kontekstual lebih menekankan pada skenario pembelajaran,

yaitu kegiatan tahap demi tahap yang dilakukan oleh guru dan peserta didik dalam
upaya mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Oleh karena itu,
pembelajaran kontekstual hendaknya, yaitu:
1.

2.
3.
4.
5.

Nyatakan kegiatan utama pembelajarannya, yaitu sebuah pertanyaan kegiatan


peserta didik yang merupakan gabungan antara kompetensi dasar, materi
pokok, dan indikator pencapaian hasil belajar
Rumuskan dengan jelas tujuan pembelajarannya.
Uraikan secara terperinci media dan sumber pembelajaran yang diharapkan.
Rumuskan skenario tahap demi tahap kegiatan yang harus dilakukan peserta
didik dalam melakukan proses pembelajarannya.
Rumuskan dan lakukan sistem penilaian dengan memfokuskan pada
kemampuan sebenarnya yang dimiliki oleh peserta didik baik pada saat proses
maupun setelah selesai peserta didik belajar.

E. Keunggulan dan Kelemahan Pendekatan Contextual Teaching and Learning


Keunggulan penerapan pendekatan CTL :
1.
2.

3.

4.

5.
6.
7.
8.

9.

10.

11.

12.
13.

Real world learning yaitu pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata dan
masalah yang disimulasikan dalam pembelajaran.
Mengutamakan pengalaman dalam kehidupan nyata siswa, yaitu
menghubungkan materi yang sedang dipelajari dengan pengalaman yang
dimiliki siswa.
Proses berfikir tingkat tinggi, siswa dituntut untuk menggali pengetahuan
secara kreatif untuk mengumpulkan informasi sebanyak mungkin dan mencari
suatu pemecahan suatu masalah.
Student centered yaitu berpusat pada siswa bukan teacher centered atau
berpusat pada guru. Sehingga siswa lebih mendominasi pembelajaran lebih
banyak terlibat dalam setiap proses.
Siswa aktif, kritis dan kreatif maksudnya siswa menggunakan kemampuan
berfikir kritis, terlibat penuh dalam proses pembelajaran yang efektif.
Realistis, dekat dengan kehidupan nyata isswa sehingga pembelajaran lebih
nyata dengan media yang ada di sekitar lingkungan siswa.
Siswa langsung melakukan bukan menghapal teori.
Proses yang terjadi adalah learning bukan teaching karena siswa belajar
memahami materi dengan mengembangkan pengetahuan yang dimilikinya dan
guru hanya berperan sebagai fasilitator saja.
Education yang terjadi bukan Instruction. Pembelajaran ynag terjadi
merupakan interaksi dua arah antara siswa dengan guru dan siswa dengan
siswa yang lainnya.
Pembentukan pribadi siswa, karena pengetahuan yang dimiliki siswa
merupakan hasil pengembangan siswa itu sendiri dan siswa mampu
membangun pengetahuan dengan cara menemukan arti dan mendapatkan
pengalaman.
Siswa dapat memecahkan masalah sehingga siswa mendapatkan suatu
pengalaman dengan cara terus menerus dalam usaha untuk mengaitkan
pengetahuan dengan kenyataan.
Siswa menjadi model, melakukan dan tugas guru hanya mengarahkan.
Hasil belajar diukur dengan berbagai alat ukur bukan hanya tes.

Kelemahan penerapan pendekatan CTL diantaranya, yaitu:


1.
2.
3.

Guru harus memiliki kemampuan untuk memahami secara mendalam


mengenai konsep pembelajaran dengan menggunakan pendekatan CTL.
Guru diharuskan memahami perbedaan potensi individu setiap siswa di kelas.
Guru harus selalu menyediakan kelengkapan pembelajaran seperti sarana,
media, alat bantu serta kelengkapan pembelajaran yang menunjang aktivitas
siswa dalam belajar.

4.
5.
6.

Siswa harus memiliki inisiatif dan kreatifitas dalam belajar, memiliki wawasan
pengetahuan yang memadai sehingga ada perubahan sikap dalam menghadapi
persoalan.
Siswa harus memiliki tanggung jawab pribadi yang tinggi dalam
menyelesaikan tugas-tugas.

F. Alternatif Pembelajaran Pendekatan Contextual Teaching and Learning


Berikut ini alternatif pembelajaran untuk topik menentukan suku ke-n barisan
aritmatika.
Mulai pelajaran dengan mengajukan masalah (soal)
1.

Pada 1 Januari 2009, Anto siswa SMP Fajar, menabung sebesar


Rp1.000.000,00. Setelah itu, setiap tanggal 1 bulan berikutnya ia menabung
sebesar Rp100.000,00.
a.

2.

Tentukan besar tabungan Anto pada tanggal 2 pada setiap bulan


berikutnya.
b. Tentukan besar tabungan Anto setelah ia menabung 21 kali.
c. Tentukan besar tabungan Anto setelah ia menabung 101 kali.
d. Tentukan besar tabungan Anto setelah ia menabung n kali.
Pada 1 Januari 2009, Anto siswa SMP Fajar, menabung sebesar a rupiah.
Setelah itu, setiap tanggal 1 bulan berikutnya ia menabung sebesar b rupiah.
a.

Tentukan besar tabungan Anto pada tanggal 2 pada setiap bulan


berikutnya.

b.

Tentukan besar tabungan Anto setelah ia menabung 21 kali.

c.

Tentukan besar tabungan Anto setelah ia menabung 101 kali.

d.

Tentukan besar tabungan Anto setelah ia menabung n kali.

Siswa mengembangkan atau menciptakan model-model simbolik dan memberikan


alternatif jawaban yang mungkin dapat diselesaikan

Melakukan refleksi terhadap setiap langkah yang ditempuh atau terhadap hasil
pelajaran.

Soal/masalah di atas diharapkan merupakan soal yang kontekstual bagi siswa


dalam arti sesuai dengan pengalaman dan tingkat pengetahuan mereka, sehingga
siswa segera terlibat dalam pelajaran secara bermakna. Di samping itu,
permasalahan yang diberikan tentu sudah diarahkan sesuai dengan tujuan yang
ingin dicapai.

Kesimpulan
Pembelajaran bukan hanya terbatas pada kejadian yang dilakukan guru dan siswa
saja, melainkan mencakup semua kejadian kegiatan yang mungkin mempunyai
pengaruh pada proses belajar manusia. Pembelajaran matematika yang kontekstual
termasuk pada proses pengembangan konsep-konsep dan gagasan-gagasan matematika
berawal dari dunia nyata.
Pendekatan Contextual Teaching and Learning atau yang disingkat dengan CTL
merupakan konsep belajar yang membantu guru mengkaitkan antara materi
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan siswa. Materi
atau bahan ajar matematika dengan kehidupan nyata siswa. Materi atau bahan harus
bermanfaat dan bermakna bagi siswa, serta pembelajaran tidak sekedar dilihat dari sisi
produk, akan tetapi yang terpenting adalah proses.
Pembelajaran dengan CTL lebih banyak melibatkan siswa. Siswa dituntut untuk
aktif dengan bimbingan guru. Siswa dibimbing untuk mengkonstruksi sendiri
pengetahuannya berdasarkan pengalaman-pengalaman faktual yang telah didapat dalam
kehidupan sehari-harinya. Ada tujuh karakterisitik dalam pembelajaran kontektual, yaitu
konstruktivisme,

inkuiri/inquiry,

bertanya

(questioning),

masyarakat

belajar,

pemodelan, penilaian Otentik dan refleksi atau reflection.

Referensi
Aah Masruah. 2014. Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Matematik Siswa SMP
melalui Pendekatan Kontekstual. dalam Jurnal Prosiding Seminar Nasional
Pendidikan Matematika. Vol 1. ISSN: 2355-0473. STKIP Siliwangi Bandung.
Al. Krismanto dan Widyaiswara. 2003. Beberapa Teknik, Model dan Strategi
Pembelajaran Matematika. Yogyakarta: PPPG Matematika.

Asep I. S. 2014. Pendekatan Kontekstual sebagai Pendekatan dalam Pembelajaran


yang Humanis untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Matematis Tingkat
Tinggi. dalam Jurnal Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika. Vol 1.
ISSN: 2355-0473. STKIP Siliwangi Bandung.
Auliya R. A., Armiati dan Yusmet R. 2012. Implementasi CTL dalam Meningkatkan
Pemahaman Konsep Matematika Siswa. dalam Jurnal Pendidikan Matematika.
Vol 1. No.1. FMIPA UNP Padang.
Fadjar Shadiq. 2009. Model-model Pembelajaran Matematika SMP. Sleman: PPPPTK
Matematika

Anda mungkin juga menyukai