Anda di halaman 1dari 6

Term of Reference (TOR)

Pelaksanaan Kegiatan Investigasi KLB Keracunan Makanan


di SD 3 Sangeh Kabupaten Badug Tahun 2016
A. Latar Belakang
1. Dasar Hukum
- UU RI No. 4 Tahun 1984, Tentang Wabah Penyakit Menular
- PP RI No. 40 Tahun 1991, Tentang Penanggulangan Wabah
-

Penyakit Menular
Permenkes RI No. 560 Tahun 1989, Tentang Jenis Penyakit
Tertentu

yang

dapat

menimbulkan

wabah,

Tata

Cara

penyampaian laporan dan Tata Cara Penanggulangannya


Keputusan Dirjen PPM & PL No. 541-I/PD.03.04.IF/1991,
Tentang Pedoman Penyelidikan dan Penanggulangan Kejadian

Luar Biasa (KLB)


Permenkes RI No. 1501/Menkes/Per/X/2010 Tentang Jenis
Penyakit Menular Tertentu yang dapat Menimbulkan Wabah.

2. Gambaran Umum
Penyakit yang disebabkan oleh makanan merupakan salah
satu penyebab kesakitan dan kematian di Indonesia. Makanan
diketahui sebagai jalur penyebaran patogen dan toksin yang
diproduksi oleh mikroba patogen. Mikroorganisme dalam bahan
pangan/makanan dapat bersifat memperbaiki kandungan gizi, daya
guna maupun daya simpan makanan, disamping mengakibatkan
rusaknya susunan fisik/ kimia juga menghasilkan racun dan toksin.
Keracunan makanan melalui proses intoksikasi dan infeksi bakteri
pada umumnya terjadi karena sanitasi/hygiene yang kurang, dan
penyimpanan yang tidak baik. Permasalahan serius yang sering
muncul jika pengelolaan makanan yang tidak benar atau
terkontaminasi oleh bakteri adalah keracunan makanan sehingga
sering menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB).
Keracunan makanan dapat disebabkan oleh pencemaran
bahan kimia beracun (tanaman, hewan, metabolit, mikroba)
kontaminasi kimia, mikroba patogen dan non bakteri (parasit,
ganggang, jamur, virus) yang masuk kedalam tubuh melalui
makanan. Peristiwa tentang keracunan makanan sering terjadi
terutama pada penyelenggaraan makanan untuk orang banyak
(seperti penyelenggaraan makanan di perusahaan/hotel/catering,
1

maupun pesta ataupun perhelatan lainnya). Peristiwa keracunan


makanan seringkali terjadi ketika makanan tersebut dimasak dalam
skala besar. Data peristiwa keracunan makanan dari Direktorat
Jenderal Pemberatasan Penyakit Menular menunjukkan bahwa
30,0% dari kasus-kasus keracunan di Indonesia disebabkan oleh
makanan yang dihasilkan oleh jasa catering.
Pada tanggal 9 Mei 2011 di SD 3 Sangeh Kabupaten Badug
beberapa orang siswa dilaporkan mengalami pusing, mual, muntah,
nyeri perut, maupun diare, setelah mengkonsumsi makanan yang
dibeli di kantin sekolah. Apakah kejadian diatas merupakan KLB. Apa
faktor penyebab dan bagaimana pola penularannya. Penyelidikan ini
bertujuan untuk memastikan bahwa peristiwa tersebut merupakan
KLB, mengetahui besaran masalah dan faktor risiko penularan.
B. Tujuan Penyelidikan KLB Keracunan Makanan
Adapun Tujuan dilakukannya penyelidikan KLB Keracunan Makanan,
yaitu :
Mengetahui besaran masalah KLB Keracunan Makanan yang terjadi
dan cara penanggulangannya yang meliputi :
1. Untuk mengetahui faktor risiko KLB Keracunan Makanan
2. Untuk mengetahui distribusi kasus menurut variabel epidemiologi
3. Untuk mengetahui cara pencegahan dan penanggulangan KLB
Keracunan Makanan
4. Menghentikan penyebaran KLB Keracunan Makanan.
C. Definisi Kasus
Dalam penyelidikan KLB kasus Difteri dikelompokkan menjadi tiga
jenis, yaitu
1. Kasus Pasti (Confirmed), yaitu seseorang dengan gejala klinis
Keracunan Makanan berdasarkan masa inkubasi 2-6 jam bakteri
Bacillus cereus atau Staphylococcus aureus yang diduga sebagai
bakteri penyebab Keracunan Makanan.
2. Kasus Mungkin (Probable), seseorang yang memiliki gejala klinis
Keracunan Makanan tetapi tidak dilakukan pemeriksaan
Bakteriologis. Kasus kedua ini dikelompokkan dalam Keracunan
Makanan klinis.
3. Kasus meragukan (Posible), seseorang yang memiliki gejala klinis
Keracunan Makanan tetapi dalam pemeriksaan bakteriologisnya
tidak ditemukan Bakteri penyebab Keracunan Makanan (Bacillus
cereus, Staphylococcus aureus).
D. Hipotesis
2

Peristiwa KLB Keracunan Makanan di SD 3 Sangeh Kabupaten Badug


disebabkan karena kontaminasi bakteri pathogen. Kemungkinan
telah terjadi kontaminasi silang dimana makanan yang sudah
matang bersentuhan dengan bahan mentah atau peralatan yang
terkontaminasi. Penanganan dan penyimpanan makanan yang tidak
benar menyebabkan bakteri berkembang biak dan menghasilkan
toksik.
E. Data
Data yang dibutuhkan untuk pelaksanaan kegiatan penyelidikan
terdiri dari :
a. Data distribusi gejala KLB Keracunan Makanan di SD Sangeh
Tahun 2015
b. Data distribusi kelompok umur dan jenis kelamin Penderita KLB
Keracunan Makanan di SD Sangeh Tahun 2015
c. Data distribusi kasus menurut waktu.
F. Strategi Penemuan Kasus
Strategi penemuan kasus dilakukan melalui bebrapa jenis
penemuan kasus, yaitu :
1. Pasif Case Detection (PCD) yaitu penemuan penderita secara
pasif melalui pemeriksaan mikroskopis bakteriologis bagi setiap
penderita suspek atau dengan gejala klinis keracunan makanan
yang berkunjung ke Unit Pelayanan Kesehatan (UPK).
2. Actif Case Detection (ACD) yaitu penemuan penderita secara
aktif melalui kegiatan:
a. Mengumpulkan berbagai keterangan dari penderita (Rumah ke
Rumah)
b. Melakukan Observasi terhadap lokasi pengolahan makanan
c. Mengumpulkan berbagai keterangan dari pengelola kantin
sekolah, maupun penjamah makanan.
d. Pemeriksaan Bakteriologis untuk penderita dengan gejala
klinis Keracunan Makanan di SD 3 Sangeh Kabupaten Badug.
G. Sumber Daya
1. Alat dan Bahan
Peralatan yang dibutuhkan untuk mendukung kegiatan ini adalah
:
a. Penemuan Kasus dan Pengobatan
- Kelengkapan Mikroskopis (Preparat pewarnaan Gram Positif,
Tissu, dan bahan habis pakai lainnya)
- Dibuat biakan dari makanan tersebut untuk melihat ada
tidaknya Staphylococcus. Metode untuk menguji enterotoksin
didasarkan pada reaksi serologis, seperti teknik difusi gel dan
antibodi fluoresens.
3

Register/ Pencatatan

b. Pencegahan
- Isolasi Penderita
- Orang yang rentan mengalami dehidrasi sebaiknya diberikan
cairan rehidrasi oral atau dikenal dengan nama oralit.

c.
-

Sarana Prasarana Transportasi


Ambulance (Kendaraan Roda 4)
Bahan Bakar
Kendaraan Roda 2

2. Tenaga
Tenaga yang dibutuhkan dalam kegiatan penyelidikan KLB adalah
yang termasuk dalam Tim Gerak Cepat ditambah dengan
petugas puskesmas yaitu :
a. Dirjen P2MPL Depkes RI
b. Kassie Wabah
c. Kassie Surveilans
d. Kassie Kesling
e. 3 (Tiga) orang Staff P2MPL
f. Dua Tenaga Apoteker dari Dinkes Kabupaten Badug
g. Dua Tenaga dari Bidang Yankes
h. Dokter Puskesmas Abiansemal I Kabupaten Badug
i. Penanggung Jawab Program
j. Penanggung Jawab Program Surveilans
k. Penanggung Jawab Program Kesling
l. Petugas RR
H. Sumber Dana
Dana yang digunakan untuk membiayai kegiatan penyelidikan KLB
bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Dinas
Kesehatan (APBD Dinkes) Kabupaten Badug.
I. Tahapan Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan ini dilakukan dalam beberapa tahapan, yaitu :
1. Persiapan investigasi, yaitu advokasi ke pimpinan, pertemuan
dinas dan puskesmas, pembentukan TIM, persiapan
administrasi, persiapan alat dan bahan, Briefing TIM untuk
pemantapan dalam melakukan penyelidikan.
2. Penyebaran Informasi (surat) melalui pimpinan desa sehingga
masyarakat dapat disiapkan dan dapat mendukung
pelaksanaan kegiatan.

3. Sosialisasi dan pembagian brosur mengenai Keracunan


Makanan (apa, mengapa, bagaimana, dan apa bahayanya
serta bagaimana pencegahannya).
4. Pelaksanaan penyelidikan KLB.
5. Pelaksanaan pengawasan/pembinaan terhadap keamanan
pangan termasuk personal hygiene food handlers.
J. Waktu Penyelidikan
Sesuai dengan waktu terjadinya outbreak maka kegiatan
penyelidikan rencananya akan dilakukan pada Bulan Februari Tahun
2016 di SD 3 Sangeh Kabupaten Badug.
K. Laporan Penyelidikan KLB
Seluruh rangkaian kegiatan penyelidikan KLB akan dilakukan
penyampaian dengan cara :
1. Laporan Lisan
Disampaikan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Badug
segera setelah dilakukan penyelidikan.
2. Laporan Tertulis
Disampaikan kepada Bupati Badug selambat-lambatnya tiga hari
setelah dilakukan penyelidikan dengan Out line penulisan yang
memuat tentang pendahuluan, latar belakang, metodologi, hasil,
(deskripsi person, time, and place), diskusi, kesimpulan, dan
saran.
L. Indikator Kerja
Dalam kegiatan penyelidikan KLB Keracunan Makanan ditetapkan
indikator kinerja sebagai berikut:
1. Masukkan (Input)
Kegiatan penyelidikan KLB dilaksanakan dengan menggunakan
sumber daya sebagai berikut :
a. Pelaksana (Man)
b. Dana (Money)
c. Metode (Methode)
: sosialisasi, penemuan kasus,
pengobatan, dan pencegahan terjadinya keracunan makanan
di kantin sekolah
d. Mesin (Machine)
: Mikroskop
e. Alat (Material)
: Preparat Pewarnaan Gram Positif,
Oralit, dll.
f. Pemasaran (Market)
: Sosialisasi langsung maupun melalui
brosur.
2. Keluaran (Output)
5

Indikator keluaran dalam kegiatan penyelidikan KLB ini adalah


jumlah orang yang diperiksa, ditegakkan diagnosisnya (Confirmed,
Probable, Posible), dan yang diobati serta lokasi pengolahan
makanan serta penanganan dan penyimpanan makanan yang tidak
benar sehingga menyebabkan bakteri berkembang biak dan
menghasilkan toksik.

3. Hasil (Outcome)
Setelah dilakukan kegiatan penyelidikan KLB maka diharapkan
kasus KLB Keracunan Makanan di SD 3 Sangeh Kabupaten Badug
Tahun 2016.
M. Penutup
Demikian Term Of Reference ini dibuat sebagai acuan pelaksanaan
kegiatan penyelidikan KLB Keracunan Makanan di SD 3 Sangeh
Kabupaten Badug Tahun 2016.

Anda mungkin juga menyukai