Gout
Gout
Dosen Pembimbing:
Nanang Munif Yasin, M.Pharm.,Apt.
Disusun oleh :
Kelompok V/Profesi Minat Rumah sakit
Christie
Daniar Pratiwi
Dinar Trie Padmasari
Febriana Trisnaputri Rahajeng
Anna Pradiningsih
Aditya Maulana Perdana Putra
(FA/07729)
(FA/07764)
(FA/07765)
(FA/07875)
(FA/08881)
(FA/08892)
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2011
GOUT DAN HIPERURISEMIA
1. PENDAHULUAN
a. DEFINISI
Penyakit asam urat (gout) sudah dikenal sejak 2000 tahun yang lalu
dan menjadi salah satu penyakit tertua yang dikenal manusia. Diperkirakan
bahwa penyakit asam urat terjadi pada 840 orang setiap 100.000 orang.
Penyakit asam urat sangat berhubungan dengan hiperurisemia akibat
kelebihan produksi dari asam urat dan dipengaruhi oleh tingginya masukan
makanan yang kaya akan asam nukleat, seperti jeroan, kacang-kacangan,
makanan hasil laut, dan makanan hasil fermentasi.
Asam urat merupakan hasil akhir dari metabolisme purin, suatu
produk sisa yang tidak mempunyai peran fisiologi.Manusia tidak memiliki
urikase yang dimiliki hewan, suatu enzim yang menguraikan asam urat
menjadi alantoin yang larut dalam air.Asam urat yang terbentuk setiap hari di
buang melalui saluran pencernaan atau ginjal.
Hiperurisemia adalah keadaan dimana terjadi peningkatan kadar asam
urat darah diatas normal. Secara biokomiawi akan terjadi hipersaturasi yaitu
kelarutan asam urat di serum yang melewati ambang batasnya. Batasan
hiperurisemia secara ideal yaitu kadar asam urat diatas 2 standar deviasi hasil
laboratorium pada populasi normal.Namun secara pragmatis dapat digunakan
patokan kadar asam urat >7 mg% pada laki-laki, dan >6 mg% pada
perempuan, berdasarkan berbagai studi epidemologi selama ini. Keadaan
hiperurisemia akan beresiko timbulnya arthritis gout, nefropati gout, atau
batu ginjal. Secara garis besar hiperurisemia dapat disebabkan karena 3
faktor, yaitu:
1. Peningkatan Produksi
Peningkatan produksi asam urat terutama bersumber dari makanan
tinggi DNA (dalam hal ini purin). Makanan yang kandungan DNAnya
tinggi antara lain hati, timus, pankreas, ginjal. Kondisi lain penyebab
hiperurisemia adalah meningkatnya proses penghancuran DNA tubuh.
Yang termasuk kondisi ini antara lain: kanker darah (leukemia),
pengobatan kanker (kemoterapi), kerusakan otot.
2. Penurunan pembuangan asam urat
pembuangan,
hasil
metabolisme
alkohol
menghambat
menunjukkan
kecenderungan
peningkatan
prevalensi
umur, prevalensi meningkat pada kelompok usia lebih dari 65 tahun pada
kedua jenis kelamin. Pada kelompok kurang dari 65 tahun prevalensi
hiperusemia pada laki-laki 4 kali lebih tinggi dibandingkan perempuan. Pada
usia lebih dari 65 tahun rasio hipeurisemia karena perbedaan gender tersebut
menyempit menjadi 1:3 (wanita:pria) dengan gout dan/atau hiperurisemia.
Besarnya angka kejadian hiperusemia pada masyarakat Indonesia belum ada
data yang pasti. Prevalensi hiperurisemia pada penduduk di Jawa Tengah
adalah sebesar 24,3% pada laki-laki dan 11,7% pada perempuan.
Insiden gout meningkat dengan usia, memuncak pada usia 30 sampai
50 tahun, dengan kejadian tahunan berkisar dari 1 dalam 1.000 untuk pria
berusia antara 40 hingga 44 tahun dan 1,8 banding 1.000 bagi mereka yang
usia 55-64 tahun.Tingkat terendah gout yaitu pada wanita muda, kira-kira 0,8
kasus per 10.000 pasien.
Sex
Lebih umum pada pria. Pada wanita umumnya saat menopause.
Usia
Sekitar usia 20-40an. Paling menyerang pada usia 40 tahunan. Sangat
jarang menyerang anak-anak.
Perubahan vaskular
Ekstremitas yang terserang gout menunjukkan kenaikan aliran dan
amplitudo darah dan menimbulkan nyeri hebat. Misalnya pada pasien
hipertensi.
Konsumsi alkohol
Bir bukan hanya berisi alkohol tetapi juga purin.Standard bir selain
mengandung alkohol, juga mengandung 8mg purin per 100ml.
penguraian
asam
nukleat
dari
jaringan,
seperti
pada
tetapi
faktor
seperti
obesitas,
hipertensi,
hiperlipidemia,
3. Peningkatan
produksi
asam
(yang
cellular
peningkatan
sintesis
purin
urat,
misalnya
meningkatkan
turnover)
atau
(karena
defek
enzim-enzim
atau
mekanisme umpan
balik inhibisi yang berperan)
4. Peningkatan asupan makanan yang mengandung purin
Peningkatan produksi atau hambatan ekskresi akan meningkatkan
kadar asam urat dalam tubuh. Asam urat ini merupakan suatu zat yang
kelarutannya sangat rendah sehingga cenderung membentuk kristal.
Penimbunan asam urat paling banyak terdapat di sendi dalam bentuk kristal
mononatrium urat. Mekanismenya hingga saat ini masih belum diketahui.
Adanya kristal mononatrium urat ini akan menyebabkan inflamasi
melalui beberapa cara:
1. Kristal bersifat mengaktifkan sistem komplemen terutama C3a dan
C5a. Komplemen ini bersifat kemotaktik dan akan merekrut neutrofil
ke jaringan (sendi dan membran sinovium). Fagositosis terhadap
kristal memicu pengeluaran radikal bebas toksik dan leukotrien,
Tidak ada gejala yang jelas. Keluhan umum, sukar berkonsentrasi. Pada
pemeriksaan darah kadar asam urat tinggi.
2. Stadium II
Sendi menjadi bengkak dalam beberapa jam, menjadi panas, merah,
sangat nyeri. Kadang-kadang terjadi efusi di sendi-sendi besar. Tanpa
terapi, keluhan dapat berkurang sendiri setelah 4 sampai 10 hari,
pmbengkakan dan nyeriberkurang, dan kulit mengupassampai normal
kembali. Kadang-kadang lebih dari satu sendi yang diserang (migratory
polyarthritis).
3. Stadium III
Pada stadium ini di antara serangan-serangan artritis akut, hanya
terdapat waktu yang pendek, yang disebut fase interkritis.
4. Stadium IV
Pada stadium ini penderita terus menderita artritis yang kronis dan tophi
sekitar sendi, juga pada tulang rawan dari telinga. Akhirnya sendi-sendi
dapat rusak, mengalami destruksi yang dapat menyebabkan cacat sendi.
4. PERUBAHAN BIOLOGIS
Pada penderita gout terjadi pembengkakan, dapat di bagian dorsal
kaki, pergelangan kaki, tumit, lutut, pergelangan tangan, jari, dan siku.
Pembengkakan ini menyebabkan seseorang sulit untuk melakukan aktivitas
fisik rutin. Serangan biasanya dimulai pada malam hari, dengan pasien
terbangun dari tidurnya dengan rasa nyeri yang menyiksa. Pada umumnya
dapat terjadi demam dan leukositosis. Serangan yang tidak diobati dapat
berlangsung selama 3 14 hari sebelum penyembuhan spontan.
5. DIAGNOSIS
7. STRATEGI TERAPI
terkena).
Pengaturan asam urat tubuh (dengan pengaturan diet dan obat-obatan).
8. TATALAKSANA TERAPI
A. Terapi Non Farmakologis
Gout dipengaruhi oleh faktor diet spesifik seperti kegemukan,
alkohol,
hiperlipidemia,
dan
sindrom
resistensi
insulin.
Terapi
nonfarmakologi yang dapat disarankan pada pasien gout akut antara lain:
1. Penurunan berat badan
2. Mengurangi asupan makanan tinggi purin
3. Mengurangi konsumsi alkohol
4. Meningkatkan asupan cairan
5. Mengkompres sendi yang sakit dengan es dan mengistirahatkan selama
1 2 hari
Makanan kadar
purin tertinggi
Makanan dengan
kadar purin tinggi
Makanan dengan
kadar purin
Sweetbreads
Anchovies
Sarden
terendah
(0 15 mg/100 gm)
Buah
Lobster, tiram,
kepiting, belut
Hati
Ginjal
Bayam, Melinjo
Susu, Keju
Tidak
Onset gejala
< 48 jam
NSAID
Tidak
Ya
>1
Kolkisin oral
Ya
Tidak
Ya
Tidak
Kortikosteroid Intraartikular
Analgesik dan
Kortikosteroid
joint rest +/-parenteral
kolkisin oral
atau oral +/- kortikosteroid intraartikular
inflamasi.
Ketika diberikan dalam 24 jam pertama setelah serangan, kolkisin
memberikan respon dalam beberapa jam setelah pemberian pada 2/3
pasien. Meskipun sangat efektif, penggunaan kolkisin oral dapat
menyebabkan efek samping gastrointestinal (dose dependent) meliputi
nausea, vomiting dan diare, selain itu juga dapat terjadi neutropenia dan
neuromiopati aksonal. Oleh karena itu, kolkisin hanya digunakan pada
pasien yang mengalami intoleransi, kontraindikasi, atau ketidakefektifan
dengan NSAID.
Kolkisin dapat diberikan secara oral maupun parenteral. Jika tidak
ada kontraindikasi atau kondisi insufisiensi renal, dosis awal yang biasa
digunakan adalah 1 mg, dilanjutkan dengan 0,5 mg setiap 1 jam sampai
sakit pada sendi reda, atau terjadi ketidaknyamana pada perut atau diare,
atau pasien telah menerima dosis total 8 mg. Untuk terapi profilaksis,
dosisnya harus diturunkan tidak lebih dari 0,6 mg per hari pada setiap
hari yang berlainan. Kolkisin i.v menimbulkan efek samping yang serius
sehingga sebaiknya dihindari jika ada terapi lain yang lebih aman.
3. Kortikosteroid
Kortikosteroid dapat digunakan dalam terapi gout akut pada kasus
resistensi atau pada pasien yang kontraindikasi atau tidak berespon
terhadap NSAID dan kolkisin, serta pasien dengan nyeri gout yang
melibatkan banyak sendi. Kortikosteroid dapat digunakan secara sistemik
maupun dengan injeksi intraartikuler. Mekanisme aksinya mengurangi
Pengobatan menurut Depkes RI tahun 2006 dalam Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Arthritis Rematik Terapi Farmakologi Untuk Gout Akut
terdapat dalam tabel dibawah ini:
TERAPI LINI PERTAMA (PER ORAL KECUALI DIJELASKAN LAIN)
NSAID:
Ideal untuk pasien dibawah 65 tahun tanpa komorbiditas.
Naproksen 500 mg 2 kali sehari atau
Indometasin efektif, tetapi kurang menguntungkan, ada efek samping terutama untuk manula. Hati hati bagi manula
Ibuprofen 800 mg 3 kali sehari atau
terutama dengan sejarah peptic ulcer disease, pendarahan pada GI, CHF, serum kreatinin > 1,6 mg/dL, IBD, dalam
Indomethasin 50 mg 3 kali sehari untuk 2-3 hari, kemudian pengobatan Heparin atau warfarin.
kurangi dosis berangsur angsur sampai nyeri berhenti
Bila parenteral NSAID diindikasikan, pertimbangan ketorolak 30 atau 60 mg IM untuk dosis awal.
Celecoxib 200 mg 2 kali sehari
COX-2 selektif NSAID lebih baik untuk manula dan pasien dengan sejarah gastropati atau pendarahan. Efek yang tidak
dikehendaki pada ginjal dan hati seperti NSAID lainnya
Untuk nyeri saja, bukan antiinflamatori. Pemilihan analgetik berdasarkan tingkat nyeri dan toleransi/pilihan pasien. Batasi
dosis total asetaminofen sampai 4000 mg sehari (2000 mg sehari untuk peminum berat alcohol) dengan atau tanpa kodein.
Kemungkinan membutuhkan opioid yang lebih kuat untuk nyeri yang susah disembuhkan.
Dapat mengurangi nyeri, mencegah kontak langsung es dengan kulit untuk mencegah es burn; Hindarkan pada pasien PVD
Bidai
Istirahat di tempat tidur. Hindari latihan fisik
Rute pemberian kortikosteroid paling baik untuk monoarthritis, akan tetapi membutuhkan operator berpengalaman,
terutama untuk sendi kecil atau dalam
Berikan dengan bagian yang sama lidokain1% untuk efek analgetik yang cepat
Dosis berdasarkan pada ukuran sendi (misalnya 2-5 mg untuk jari, kurang lebih 25mg untuk lutut)
Kontra indikasi : sendi infeksi (tapis dengan WBC count dan gram stain dari cairan synovial, diikuti dengan kultur),
prostetik sendi, gangguan pendarahan.
Efek yang tidak dikehendaki kebocoran periarticular menyebabkan atrofi dari jaringan subkutan dan pigmentasi kulit local.
Hindari pengulangan injeksi dalam 3 bulan.
Yang tidak dapat memekai NSAID atau dapat serangan ringan. Hati hati untuk pasien manula dan pasien dengan penyakit
hati.Pemakaian intravena kolkisin makin dibatasi karena toksisitas sistemik. Pemakaian dibatasi hanya oleh yang ahli dan
situasi tertentu (contoh, tatalaksana pre dan post operasi)
2. UricosuricDrug
Obat Uricosuric meningkatkan ekskresi asam urat dengan cara
penghambatan reabsorbsi asam urat pada tubulus postsecretory ginjal.
Gout dapat dicegah dengan cara penurunan konsentrasi asam urat dalam
darah hingga <5 mg/dl. Obat yang biasanya digunakan adalah
probenesid dan sulfinpirazon.Obat uricosuric ini masih digunakan di
Eropa, tapi belum disetujui di Amerika. Terapi dengan agen uricosuric
dimulai dengan dosis rendah untuk menghindari uricosuria atau
kemungkinan terbentuknya batu asam urat.
Probenesid diberikan pada dosis inisial 250 mg dua kali sehari untuk 1
minggu. Kemudian ditingkatkan sampai 500 mg 2x sehari sampai kadar
asam urat dalam darah kurang dari 6 mg/dl, atau dosis ditingkatkan
sampai 2 g (dosis maksimal). Sedangkan sulfinpirazone diberikan 50
mg dua kali sehari 3-4 hari kemudian ditingkatkan 100 mg 2 kali sehari
dan ditingkatkan 100 mg tiap minggu sampai dosis maksimal 800
mg/hari.
Efek samping yang sering muncul karena penggunaan urosuric adalah
iritasi GI, rash dan hipersensitif, acute gouty arthritis, dan terbentuknya
batu. Uricosuric berinteraksi dengan aspirin yang dapat menyebabkan
c. ASYMPTOMATICHYPERURICEMIA
Ditandai dengan peningkatan kadar asam urat dalam darah akan
tetapi tidak terdapat gejala dan tanda depotion disease(arthritis, tophi, dan
urolithiasis). Terapinya hanya menggunakan terapi supportif dan tidak
menggunakan obat. Terapi suportifnya antara lain, mengatur pengeluaran
urin (untuk mencegah terbentuknya batu asam urat), menghindari makan
makanan tinggi purin, dan secara berkala memonitor kadar asam urat
dalam darah(Larry, 2001). .
Hypoxanthine
inhibit
Xanthine oxidase
Allopurinol
Xanthine
inhibit
Xanthine oxidase
Uric acid
Probenesid Sulphinpyrazone
Increase
Excess
Urinary excretion
Phagocytosis
inhibit
Lactic acid
Tissue pH
Patofisiologi gout dan mekanisme serta tempat aksi obat yang digunakan dalam terapi
(Smith dan Aroson, 1992)
Kolkisin
9. KASUS
AG (45 tahun) seorang pria dengan jabatan tinggi di PLN datang ke
rumah sakit dengan keluhan nyeri hebat di pangkal ibu jari kaki kirinya.
Nyeri tersebut mulai dirasakannya sejak 2 malam yang lalu, setelah pagi
harinya dia menghadiri acara reuni angkatan teman-teman kuliah di fakultas.
Dia datang ke RS tanpa alas kaki.Dia hidup sendiri dan sejak 10 tahun yang
lalu dia merokok 2 bungkus setiap hari. Tahun ini sudah 3 kali dia mencoba
berhenti merokok, tetapi gagal, karena tiap berhenti merokok dia mengalami
cemas, insomnia, lapar, depresi dan merasa ketagihan terhadap rokok. Dia
juga kadangkala minum alcohol.
Riwayat penyakit
Hipertensi sejak 5 tahun yang lalu, hiperlipidemia sejak 6 tahun yang lalu,
dan alergi rhinitis karena dingin.
Riwayat pengobatan
HCTZ 25 mg p.o QD, aspirin 325 mg p.o QD, atorvastatin 20 mg p.o QD,
loratadine 10 mg p.o QD prn
Hasil Pemeriksaan Fisik
Tanda vital
: TD = 134/85, HR = 90, RR = 22, T = 37,9 o C, Wt = 100
kg, TB = 175 cm
Ekstremitas
malam)
: hipertensi (5 tahun), hiperlipidemia (6 tahun),
rhinitis alergi
Social history
Family history
Past medical history
Alergi obat
Review of system
Medication history
rhinitis alergi
:: pangkal ibu jari radang, eritema, dan nyeri
: HCTZ 25 mg p.o QD, aspirin 325 mg p.o QD,
atorvastatin 20 mg p.o QD, loratadine 10 mg p.o
QD prn
Objective
TD
HR
RR
T
BMI
Asam urat
Total kolesterol
LDL
: 134/85
(terkontrol, target < 140/90)
: 90/menit
(normal = 70-110/menit)
: 20/menit
(normal = 12-24/menit)
o
: 37,9 C
(normal = 36,5 - 37,5o C)
2
: 100 kg/(1,75 ) = 32,65
(normal = 18,5 24,9)
: 11,7 mg/dl (normal = 2-8 mg/dL)
: 174 mg/dl (normal < 200 mg/dl)
: 85 mg/dL (normal < 100 mg/dl)
terkontrol setelah
terapi
TG
:115 mg/dL (normal < 150 mg/dl)
HDL
: 45 mg/dL
(normal > 40 mg/dl)
SrCr
: 1,0 mg/dL (normal = 0,5-1,4 mg/dL)
ClCr
: 98 mL/min (normal = 85-125 mL/min)
normal
GFR
: 110 mL/min (normal = 120 mL/min)
SGPT
: 30 IU/L
(normal <35 IU/L)
SGOT
: 30 IU/L
(normal <35 IU/L)
WBC
: 6,5x103/mm3 (normal = 4,5-10x103/mm3)
RBC
: 4,7 mil/mm3 (normal = 4,5-5,5mill/mm3)
Kalium
: 4,4 mEq/L (normal = 3,5 5 mEq/L)
Natrium
: 4,7 mEq/L (normal = 3,5-5,2 mEq/L)
Pemeriksaan mikroskop leukosit cairan sinovial terdapat kristal intraseluler
Assesment
Pasien menderita acute gout arthritis dan hiperurikemia
Plan:1. mengatasi serangan akut
2. mencegah terjadinya serangan kembali
3. mencegah komplikasi
4.mengobati penyakit penyerta
Terapi
Mekanisme
Efek samping
Gout
dan Menghambat
enzim
Hiperurisemia COX-1 dan COX-2
sehingga
mengurangi
Piroxicam
pembentukan prekursor
(Feldene(R))
prostaglandin
Pfizer
Terapi awal 40 mg
dosis tunggal, lalu,
40 mg dosis terbagi
selama 4 hari.
Rp 105.900,-
Hipertensi
Lisinopril
(Noperten(R) )
Dexa Medica
Mencegah
perubahan
angiotensin I menjadi
angiotensin
II
yang
berperan
penting
terhadap regulasi tekanan
darah arteri
10 mg 1x sehari
seumur hidup
Hiperliidemia
Atorvastatin(A
torsan(R)
Sandoz
Rp. 130.500,-/30
tablet
Rp. 149.333,-/14
tablet