Anda di halaman 1dari 10

BAHAN SGD LBM 7 BLOK 17

BAB 2
PERAWATAN GIGI MOBILITI AKIBAT PENYAKIT PERIODONTAL

Gigi mobiliti adalah masalah dental yang terjadi karena penyakit ataupun cedera terhadap
gingiva dan tulang yang mendukung gigi. Masalah ini menyebabkan nyeri akut pada gigi khususnya
ketika gigi digunakan untuk mengunyah dan memungkinkan terjadinya kehilangan gigi. Gigi mobiliti
sering terjadi pada pasien yang menderita periodontitis kronis, trauma karena oklusi dan juga pada
pasien dengan trauma karena oklusi yang disertai periodontitis kronis.1 Dalam uraian ini akan dijelaskan
mengenai pengertian gigi mobiliti, faktor penyebab terjadinya gigi mobiliti serta perawatan yang dapat
dilakukan terhadap kasus gigi mobiliti.
2.1 Pengertian Gigi Mobiliti
Gigi mobiliti diartikan sebagai pergerakan gigi pada dataran vertikal atau horizontal.
Derajatnya tergantung pada lebar ligamen periodontal, area perlekatan akar, elastisitas prosesus alveolar
dan fungsi dari masing-masing gigi. Gigi yang berakar tunggal umumnya lebih mudah goyang
dibandingkan dengan gigi yang berakar banyak. Oleh karena itu, gigi insisivus merupakan gigi yang paling
sering mengalami mobiliti.2
Dalam keadaan yang normal gigi juga memiliki derajat mobiliti. Mobiliti inidisebut sebagai mobiliti
fisiologis. Mobiliti fisiologis paling besar terjadi di pagi hari karena adanya peningkatan sewaktu tidur dan
secara perlahan berkurang di siang hari setelah gigi menerima tekanan fungsional dari pengunyahan,
penelanan, dan ketika berkontak dengan antagonisnya.2
Batas mobiliti fisiologis ini adalah 0,15 mm. Mobiliti yang melebihi rentang fisiologis disebut
sebagai mobiliti yang abnormal atau patologis. Disebut patologis karena melebihi batas nilai mobiliti
normal yang mampu diterima oleh periodonsium.2
Secara klinis, gigi mobiliti dapat dibedakan atas mobiliti reversibel dan mobiliti irreversibel.
Mobiliti reversibel adalah jenis mobiliti pada gigi yang terjadi akibat tekanan yang abnormal atau inflamasi.
Mobiliti yang terjadi dapat berkurang atau dihilangkan dengan menyingkirkan faktor penyebab.
Sedangkan mobiliti irreversibel merupakan jenis mobiliti yang ditandai dengan berkurangnya dukungan
periodonsium. Derajatnya dapat dikurangi tetapi tidak dapat dihilangkan meskipun telah dilakukan
perawatan.2
2.2 Faktor Penyebab Terjadinya Gigi Mobiliti
Terjadinya peningkatan gigi mobiliti yang patologis dapat disebabkan oleh banyak faktor seperti
kehamilan, status penyakit (lokal atau sistemik), trauma (akibat pergerakan ortodonti), kebiasaan hiperfungsi
dan hipofungsi. Namun, dua faktor yang paling sering terlibat adalah inflamasi yang disebabkan akumulasi
plak dan tekanan oklusal yang berlebihan.2
a. Inflamasi yang disebabkan akumulasi plak
Inflamasi yang terjadi pada penyakit periodontal seperti gingivitis dan periodontitis merupakan
akibat dari akumuasi plak dan mikroorganisme yang menempel pada gigi.3 Penjalaran inflamasi dari
tepi gingiva ke struktur periodontal pendukung lebih lanjut akan berakibat terhadap hilangnya perlekatan
jaringan pendukung dan resorpsi tulang di sekitar gigi. Pada keadaan ini juga terjadi saku infraboni dan
kehilangan tulang angular sehingga meningkatnya mobiliti akibat berkurangnya tinggi tulang alveolar
pendukung gigi juga tidak dapat dihindari.5

b. Trauma karena oklusi


Trauma karena oklusi diartikan sebagai trauma terhadap periodonsium karena tekanan fungsional
ataupun parafungsional yang menyebabkan kerusakan terhadap perlekatan pada periodonsium karena
melebihi kapasitas adaptif dan reparatifnya.6
Lesi yang terjadi akibat trauma karena oklusi dapat terjadi bersamaan dengan, atau pada
periodonsium yang mengalami inflamasi.4 Menurut penelitian Ericcson dan Linde, trauma oklusi yang
berlebihan ketika dikombinasi dengan periodontitis akan mempercepat kehilangan perlekatan. Namun pada
keadaan tanpa inflamasi, tekanan oklusal yang berlebihan akan meningkatkan terjadinya kehilangan tulang
dan mobiliti pada gigi.5
Secara umum dikenal dua bentuk trauma karena oklusi:
1. Trauma karena oklusi primer
Trauma oklusi primer diartikan sebagai cedera atau kerusakan akibat dari tekanan oklusal
yang berlebihan yang diterima gigi pada gigi dengan dukungan periodonsium yang sehat atau normal.7
2. Trauma karena oklusi sekunder
Trauma oklusi sekunder diartikan sebagai cedera atau kerusakan akibat dari tekanan oklusal yang
normal yang diterima gigi pada gigi dengan dukungan periodonsium yang inadekuat atau lemah.7
Tanda klinis yang paling umum terjadi pada pasien trauma karena oklusi adalah
meningkatnya derajat mobiliti gigi. Terjadinya mobiliti ini adalah sebagai adaptasi periodonsium
terhadap tekanan berlebihan yang diterimanya.5 Selain itu, tanda klinis lain yang mungkin ditemui pada
pasien dengan trauma karena oklusi adalah migrasi gigi, nyeri pada gigi atau ketidaknyamanan pada waktu
pengunyahan atau perkusi, lemahnya otot-otot pengunyahan, timbulnya faset pada gigi, retaknya enamel atau
fraktur pada mahkota atau akar, dan fremitus.4
Gambaran radiografis seperti pelebaran ruang ligamen periodontal, kerusakan lamina dura,
radiolusensi pada daerah furkasi atau pada apeks gigi yang vital dan resorpsi pada daerah akar sering
menyertai pasien dengan trauma karena oklusi.4
Untuk menegakkan diagnosa terhadap pasien dengan trauma karena oklusi, sejumlah tanda dan
gejala klinis maupun radiologis harus ditemukan pada sistem pengunyahan, namun prosedur tambahan
seperti tes pulpa vital dan evaluasi terhadap kebiasaan parafungsi dapat membantu menegakkan diagnosa.4
2.3 Perawatan Terhadap Gigi Mobiliti
Meningkatnya mobiliti gigi akibat inflamasi periodonsium harus dibedakan dengan mobiliti yang
terjadi akibat trauma karena oklusi. Meskipun mobiliti gigi dapat terjadi secara bersamaan namun
perawatan terhadap keadaan ini dilakukan secara terpisah. Perawatan yang dilakukan bertujuan untuk
mengurangi ataupun menghilangkan mobiliti yang ada, menghindari terjadinya migrasi gigi yang lebih
jauh, mengurangi perubahan radiografis yang terjadi, memperbaiki kontak prematur dan fremitus serta
memperoleh kenyamanan dalam pengunyahan.4 Untuk itu satu atau beberapa perawatan berikut dapat
dilakukan;
1. Penyingkiran faktor inflamasi
Perawatan yang dilakukan terhadap pasien dengan inflamasi periodonsium adalah untuk
menyingkirkan faktor inflamasi yang terdapat pada jaringan periodonsium sehingga diperoleh
jaringan yang lebih sehat.5 Bentuk perawatan periodontal berupa terapi bedah dan non bedah bisa
dilakukan agar tujuan dari perawatan dapat diperoleh, diantaranya:
a. Skeling dan penyerutan akar
Efek menguntungkan dari skeling dan penyerutan akar yang dikombinasi dengan kontrol plak
yang adekuat dari pasien telah terbukti mampu mengurangi inflamasi, mengurangi keberadaan mikroba
patogen, mengurangi kedalaman saku dan mengurangi terjadinya perkembangan penyakit.3

b. Penggunaan obat lokal dan sistemik


Kontrol dengan menggunakan agen kemoterapi pada perawatan saku periodontal dapat
mengubah keadaan flora patogen dan memperbaiki tanda klinis yang terjadi akibat periodontitis.
Penggunaan serat etilen vinil asetat yang mengandung tetrasiklin, lempeng gelatin yang mengandung
klorheksidin dan formula polimer minoksiklin sebagai tambahan pada perawatan skeling dan penyerutan
akar dapat mengurangi kedalaman saku, perdarahan sewaktu probing dan meningkatkan perlekatan klinis
jaringan.3
Penggunaan obat antibiotik sistemik yang mengandung anti inflamasi non steroid dan sub
antimikrobial dosis rendah seperti doksisiklin diperkirakan mampu menghentikan atau memperlambat
perkembangan penyakit periodontal dan memperbaiki keadaan/ status periodontal.3
c. Terapi bedah
Perawatan dengan pembedahan dilakukan untuk memperoleh akses yang lebih baik dalam
menyingkirkan faktor etiologi mobiliti, mengurangi kedalaman saku serta regenerasi atau perbaikan
terhadap jaringan periodonsium yang hilang. Beberapa percobaan klinis menunjukkan bahwa kombinasi
perawatan bedah dan non bedah memberikan hasil yang lebih efektif dalam pengembalian level perlekatan.3
2. Penyingkiran penyebab trauma karena oklusi
Perawatan terhadap gejala trauma karena oklusi harus dilakukan bersamaan dengan terapi
periodontal.3 Karena penyingkiran tekanan oklusi yang traumatik pada keadaan periodontitis tidak akan
membantu mengurangi mobiliti gigi dan regenerasi tulang alveolar.6 Oleh karena itu, sejumlah
perawatan yang berhubungan harus dipertimbangkan termasuk satu atau beberapa hal dibawah ini:4
a). Penyelarasan oklusal
Penyelarasan oklusal merupakan terapi yang efektif untuk mengurangi mobiliti gigi dan
memperbaiki kehilangan tulang yang terjadi akibat trauma karena oklusi.6 Volmer dan Rateitschak8
menyebutkan bahwa penyelarasan oklusal mampu mengurangi mobiliti gigi sebesar 18%-28% setelah
perawatan selama 30 hari.8.
b). Memperbaiki kebiasaan parafungsi
c). Stabilisasi temporer, provisional atau jangka panjang menggunakan alat lepasan atau cekat
Splin dental merupakan alat yang didisain untuk menstabilisasi gigi mobiliti dan membantu gigi
untuk berfungsi normal meskipun jumlah periodonsium terbatas. Dasar dari perawatan dengan splin adalah
mengurangi mobiliti gigi dan membantu gigi menjadi lebih stabil serta memperbaiki kerusakan
periodontal. Splin di klasifikasikan berdasarkan waktu dan tujuan pemakaian yaitu splin temporer,
provisional dan permanen.8
d). Pergerakan gigi dengan menggunakan alat ortodonti
e). Rekonstruksi oklusal
f). Ekstraksi gigi
Apabila mobiliti gigi yang terjadi tidak memberi respon terhadap perawatan yang telah dilakukan,
gigi tersebut dapat diekstraksi untuk selanjutnya dilakukan perawatan definitif yaitu dengan pembuatan
gigi tiruan sebagian lepasan atau gigi tiruan cekat.6
Untuk memperoleh hasil perawatan yang maksimal, sejumlah perawatan periodontal
pendukung wajib dilakukan. Kontrol plak harian yang efektif serta kontrol berkala harus dilakukan oleh
pasien sehingga jaringan periodonsium yang sehat dapat diperoleh.3
BAB 3
SPLINTING PADA PERAWATAN GIGI MOBILITI

Splin adalah alat yang digunakan untuk mendukung jaringan periodonsium yang lemah serta
bertujuan untuk memberikan sandaran terhadap jaringan pendukung gigi selama proses penyembuhan setelah
cedera atau proses pembedahan. Splin juga membantu gigi dalam melakukan fungsinya ketika gigi dan
jaringan pendukungnya tidak dapat berfungsi secara adekuat.9 Berikut ini akan dijabarkan mengenai indikasi
dan kontraindikasi penggunaan splin, jenis splin yang dapat digunakan dalam perawatan periodontal
serta penggunaan splin dengan menggunakan bahan Thin High Modulus Polyethylen Ribbon
3.1 Indikasi dan Kontraindikasi Splinting
Perdebatan mengenai peranan splin pada perawatan periodontal masih belum jelas.9 Beberapa
penelitian menunjukkan bahwa meskipun splinting pada gigi dapat memperbaiki status mobiliti untuk
sementara waktu tetapi tidak dapat mengurangi mobiliti apabila alat tersebut dilepaskan.8 Menurut Tarnow
dan Fletcher ada beberapa indikasi untuk mengurangi gigi mobiliti dengan penggunaan splinting
periodontal:7
1. Trauma karena oklusi primer
2. Trauma karena oklusi sekunder
3. Mobiliti progresif, migrasi gigi dan nyeri ketika berfungsi.
Splinting terhadap gigi yang mobiliti tidak dianjurkan apabila stabilitas oklusal dan kondisi
periodontal yang baik tidak mungkin diperoleh.6
Indikasi splinting:
o Menstabilkan gigi-geligi yang memiliki mobilitas tinggi dan tidak memberikan respon terhadap
penyesuaian oklusal dan perawatan periodontal.
o Menstabilkan gigi-geligi yang memiliki mobilitas tinggi dan tidak memberikan respon terhadap
penyesuaian oklusal dan perawatan, serta terjadi gangguan fungsi normal dan kenyamanan pasien
o Mempermudah perawatan gigi-geligi pasien yang sangat mobile melalui splinting sebelum
instrumentasi periodontal dan prosedur penyesuaian oklusal
o Mencegah tipping atau pergeseran gigi-geligi dan ekstrusi gigi-geligi yang tidak memiliki antagonis
o Menstabilkan gigi-geligi setelah pergerakan ortodontik, jika perlu
o Menciptakan stabilitas oklusal yang adekuat jika akan dilakukan penggantian gigi-geligi
o Splint gigi-geligi sehingga akar dapat dicabut dan mahkota tertahan di tempatnya
o Menstabilkan gigi-geligi setelah trauma akut
o jaringan pendukung gigi sekurang-kurangnya 1/3 akar merupakan jaringan yang masih sehat
o estetika memuaskan
o tidak mengganggu oklusi
o stabil dan efisien
o jumlah minimal gigi yang harus dilakukan splint tidak menyebabkan iritasi dan mudah dibersihkan
Kontraindikasi splinting:
Jika perawatan inflamasi penyakit periodontal belum dilakukan
Jika penyesuaian oklusal untuk mengurangi trauma dan/atau gangguan belum pernah dilakukan
Jika tujuan splinting hanya untuk mengurangi mobilitas gigi setelah splint dilepas
3.2 Jenis Splinting Yang Dapat Digunakan Dalam Perawatan Periodontal
Ramjford mengklasifikasikan splin atas splin temporer, splin provisional dan splin permanen.10
a. Splin temporer
Splin temporer adalah jenis splin yang dapat digunakan untuk membantu penyembuhan
setelah cedera atau setelah perawatan bedah. Umumnya tidak menyebabkan kerusakan jaringan.
Splin ini harus dapat dipakai dengan mudah pada gigi yang goyang dan juga dengan mudah
dilepaskan setelah penyembuhan diperoleh.9 Splin temporer tidak boleh ditempatkan pada gigi lebih dari

6 bulan. Jika pada waktu yang ditentukan stabilisasi gigi belum adekuat maka dibutuhkan bentuk splin
permanen.10
b. Splin provisional
Splin provisional adalah jenis splin memiliki kegunaan yang hampir sama dengan splin
temporer. Splin ini sering digunakan untuk tujuan diagnostik atau dalam kasus- kasus dengan hasil perawatan
yang tidak dapat diperkirakan. Splin provisional dapat digunakan selama beberapa waktu tertentu, dari
beberapa bulan sampai beberapa tahun.10
Beberapa bentuk splin temporer/provisional:
1. Splin dengan bahan tambalan komposit
Splin jenis ini merupakan bentuk splin temporer yang paling sederhana dan paling berguna dalam
keadaan darurat. Bahan tambalan komposit dietsa ke permukaan gigi yang mengalami mobiliti dan
dihubungkan.9
2. Splin kawat dan akrilik.
Splin kawat dan akrilik adalah bentuk splin yang juga mudah dipakai. Sering digunakan untuk
stabilisasi gigi insisivus.Splin jenis ini lebih kuat dan lebih dapat diandalkan dibandingkan dengan splin
komposit.9
3. Band ortodontik
Bentuk splin temporer cekat lain adalah band ortodontik.10 Band ortodontik terutama digunakan
sebagai splin pada segmen posterior. Band stainless steel 0,005 inch dipasangkan kegigi dan dipatrikan
bersama. Alternatif lain, splin dapat dipasangkan pada model dan kemudian disemenkan ke gigi. Tepi
dari band harus dibentuk dan dipolish sehingga mampu mengurangi retensi plak dan menjaga jaringan
lunak terhadap iritasi.9
4. Splin lepasan
Biteguard akrilik yang digunakan pada perawatan bruksism dapat juga digunakan sebagai splin.
Splin ini harus menutupi permukaan oklusal gigi dan meluas 1-2mm ke permukaan oklusal gigi.9
c. Splin permanen
Splin permanen adalah jenis splin yang digunakan dalam jangka waktu yang lama. Alat ini
diindikasikan apabila perawatan dengan menggunakan splin temporer ataupun splin provisional mengalami
kegagalan atau tidak menunjukkan keberhasilan perawatan. Bentuk splin permanen ini bisa berupa splin
cekat atau lepasan.8
1. Crown dan bridge
Merupakan bentuk splin permanen yang paling dapat diandalkan untuk mengimobilisasi gigi.9
Bentuk splin ini adalah bentuk yang sangat dianjurkan namun harus disertai perhatian terhadap oral
hygiene.10 Dalam pembuatannya crown ini membutuhkan preparasi terhadap gigi, keahlian dari dokter
gigi dan waktu yang lebih lama.9
2. Splin lingual
Splin lingual adalah bentuk splin permanen lepasan yang tidak menyebabkan kehilangan jaringan
gigi, lebih mudah dibuat dibandingkan dengan splin cekat dan dapat diubah ataupun dilepaskan apabila
diperlukan. Splin lingual yang pada dasarnya adalah gigi tiruan sebagian lepasan terbuat dari chrom
cobalt dengan perluasan menutupi permukaan lingual gigi.9
3.3 Splinting Periodontal Dengan Thin High Modulus Polyethylen Ribbon
Splin dengan menggunakan bahan Thin High Modulus Polyethylen Ribbon adalah salah satu jenis
splin yang dapat digunakan dalam perawatan gigi mobiliti. Merupakan modifikasi dari jenis splin resin
komposit dengan penambahan Polyethylen fiber yang memiliki modulus elastisitas yang tinggi
sehingga mampu memperbaiki kekuatan fleksural dibandingkan splin komposit yang telah ada. Thin High
Modulus Polyethylen Ribbon memiliki diameter sebesar 3 mm 11 dan ketebalan sebesar 0,18 mm.12 Splin

jenis ini juga memiliki estetis yang sangat baik karena tidak membutuhkan preparasi gigi di permukaan
lingual.11
Teknik dan Cara Pemakaian:11
1. Isolasi daerah yang akan di splin dengan menggunakan dental dam atau dengan menempatkan
absorben.
2. Gigi pada permukaan lingual dan fasial yang akan di splin dibersihkan dengan menggunakan cup
prophilaksis dengan pasta pumice non fluoridasi. Permukaan interproksimal juga dibersihkan dan
dipreparasi dengan menggunakan diamond bur yang berdiameter kecil dan berujung bulat.
3. Menentukan panjang ribbon yang dibutuhkan dengan bantuan dental floss dan memotongnya sesuai
panjang yang dibutuhkan.
4. Potongan ribbon dibasahi dengan bahan resin adhesif.
5. Gigi dietsa dengan etsa asam fosfor selama 30 detik, kemudian dibersihkan dengan semprotan air
selama 10 detik dan dikeringkan dengan semprotan udara. Bahan elastomer kemudian disemprotkan ke
daerah interproksimal dibawah daerah kontak.
6. Untuk
meminimalkan kelebihan
resin komposit,
bahan impression
polysiloxane
dengan viskositas sedang ditempatkan pada daerah embrasur gingiva.
7. Resin adhesif dipakai untuk permukaan enamel yang telah dietsa termasuk daerah interproksimal lingual
dan interproksimal fasial dengan menggunakan sikat disposable.
8. Resin komposit diletakkan pada permukaan lingual gigi.
9. Ribbon diletakkan pada resin komposit. Dimulai dari bagian permukaan tengah lingual tiap gigi
kaninus yang akan di splin. Burnisher dan cotton plier dapat digunakan untuk menekan ribbon ke dalam resin
komposit.
10. Kelebihan resin akibat penekanan ribbon dibuang kemudian diberikan lagi penyinaran selam 60 detik
untuk tiap gigi.
11. Bila daerah perlekatan ribbon belum sempurna dan ketebalan yang didapat belum adekuat maka
penambahan bahan resin komposit flowable dapat digunakan dan gigi di sinari lagi selama 20 detik.
12. Bahan polysiloxane dilepaskan dari daerah embrasur gingiva.
13. Dental dam juga dilepaskan. Bila komposit resin masih membutuhkan pembentukan lebih lanjut
maka dapat di selesaikan dengan finishing bur atau diamond bur.
14. Polishing akhir dengan menggunakan pasta polish.
15. Pandangan daerah lingual gigi mobiliti telah selesai di splin dengan menggunakan Thin High
Modulus Polyethylen Ribbon.
Desain dari tiap splin memberikan keuntungan yang berbeda namun pemilihannya harus
disesuaikan dengan kebutuhan pasien dan pertimbangan terhadap hasil akhir yang dapat dicapai sehingga
tujuan perawatan dengan menggunakan splin dapat dicapai.Untuk membahas lebih lanjut penggunaan splin
sebagai alat untuk stabilisasi gigi mobiliti maka pemakaian splin dengan menggunakan bahan Thin High
Modulus Polyethylen Ribbon akan di evaluasi pada Bab 4.
BAB 4
LAPORAN KASUS
PENGGUNAAN SPLINTING PADA KASUS GIGI MOBILITI DENGAN THIN HIGH MODULUS
POLYETHYLEN RIBBON
Restorasi yang fraktur dan estetik yang kurang baik menjadi masalah yang sering timbul dalam
restorasi yang menggunakan bahan resin komposit adhesif. Seperti penelitian yang dilakukan Pollack
selama 25 tahun menunjukkan keharusan untuk melakukan perbaikan terhadap restorasi komposit akibat
frakturnya restorasi di sekitar gigi. Tetapi masalah ini sudah dapat diatasi dengan diperkenalkannya bahan
Polyethylen fiber yang memiliki kekuatan yang sangat baik, biocompatible, estetis, mudah untuk
dimanipulasi, memiliki serat yang berwarna transparan dan yang dapat ditanamkan kedalam bahan resin.11

Untuk membahas lebih lanjut tentang penggunaan bahan ini, dalam Bab ini akan dikutip 2 laporan
kasus yang nantinya akan menggunakan bahan ini sebagai alat splin periodontal khususnya pada kasus gigi
mobiliti akibat penyakit periodontal. Kasus pertama seperti yang dilaporkan oleh Neslihan Arhun, Arya
Arman13 dan kasukedua seperti yang dilaporkan oleh Howard E.Stressler, Carolyn Brown.11
Laporan Kasus yang dilaporkan oleh Neslihan Arhun dan Arya Arman Seorang pasien wanita
berumur 41 tahun dan selama lima bulan tidak memiliki masalah terhadap kesehatanya. Pasien pertama
sekali mengunjungi klinik periodontik dikarenakan masalah mobiliti pada gigi anterior maksilanya. Pasien
tersebut memiliki hubungan oklusi klas I dengan nilai overbite/overjet yang melebihi nilai normal dan
multidiastema pada rahang atas akibat penyakit periodontal serta gigi yang crowded di rahang bawah. Gigi
35,45 dan 23 telah hilang dan gigi 75,85 dan 63 masih berada dalam rahang. Uji klinis dan radiologis
memperlihatkan adanya mobiliti gigi, resesi gingiva, kehilangan tulang alveolar dalam arah vertikal dan
horizontal dan ruang triangular black pada daerah anterior maksila. Gigi insivus sentralis kanan dan insisivus
lateralis kiri mengalami ekstrusi dan protrusi akibat penyakit periodontal. Dalam pembicaraan terhadap
pilihan perawatan,pasien memutuskan untuk merestorasi dan mempertahankan giginya serta
setuju untuk melakukan perawatan ortodonti di kemudian hari.13
Rencana perawatan yang dilakukan adalah untuk menutup ruang pada daerah maksila dengan retrusi
insisivus, intrusi periodontal pendukung gigi anterior maksila, membentuk kembali gigi insisivus untuk
memperoleh kontak permukaan yang ideal sehingga mengurangi ruang triangular black, memperbaiki
crowded pada mandibula dengan protrusi insisivus bawah dan mengurangi enamel pada gigi insisivus bawah
untuk mendapatkan oklusi yang baik serta restorasi yang estetis.13
Gigi 12, 11, 21 dan 22 mendapatkan perawatan endodonti sebagai perawatan pendahuluan sebelum
perawatan ortodonti. Rahang atas dan rahang bawah di bonding dengan besar kawat yang ditingkatkan
mulai dari kawat Ni-Ti 0.014 meningkat sampai 0.016 x 0.022 kawat stainless steel. Karena pasien
mengalami masalah periodontal yang berat maka penggunaan light ortodontik force menjadi pilihan.
Perawatan ortodonti aktif telah selesai dalam waktu delapan bulan dan oklusi dengan hubungan interinsisal
yang normal telah diperoleh.13
Terdapat dua alternatif rencana perawatan yang dapat digunakan sebagai restorasi akhir.
Alternatif pertama adalah dengan membentuk jembatan pada gigi anterior. Sedangkan pilihan lain adalah
merestorasi ruang black triangle serta kaninus primer dengan menggunakan resin komposit. Dengan
memperhatikan keaadan periodontal pasien akhirnya ahli ortodontik, periodontik
dan
prostodontik menetapkan perawatan dengan menggunakan resin komposit sebagai pilihan untuk
restorasi akhir. Gigi 63 di retorasi menyerupai gigi kaninus dan ruang black triangle ditutup dengan
menggunakan resin komposit. Retainer cekat dengan menggunakan fiber reinforced ribbon dan resin
komposit digunakan sebagai retensi untuk menstabilisasi gigi yang mobiliti dan kunjungan 14
bulan setelah perawatan dijadwalkan untuk mengetahui keadaan splin, status periodontal dan higiene
oral pasien.13
Laporan kasus yang dilaporkan oleh Howarrd Strassler dan Carolyn Brown 2: Seorang pasien
datang dengan keluhan ketidaknyamanan gigi ketika digunakan untuk mengunyah pada daerah anterior
rahang bawah. Secara radiografis, daerah insisivus mandibula telah mengalami kehilangan tulang lebih dari
50% dengan mobility 2, sesuai dengan indeks Miller. Pasien tersebut disarankan untuk melakukan splinting
oleh ahli periodontik akibat trauma oklusi sekunder pada daerah insisivus mandibula. Setelah berkonsultasi
dengan ahli periodontik maka diputuskan untuk menggunakan bahan ribbon reinforced composite
resin bonded splint yang ditempatkan secara langsung, mulai dari kaninus ke kaninus pada mandibula.11
Untuk prosedur klinis pada kasus ini, hal-hal yang dilakukan meliputi; Gigi diisolasi dengan dental
dam. Dental dam bertujuan memberikan derajat isolasi yang baik. Selain itu, pada pasien dengan sensitivitas
akar dan permukaan akar yang tersingkap bertindak sebagai penahan terhadap air, udara dan semprotan airudara selama prosedur splinting sehingga penggunaan bahan anestesi menjadi tidak terlalu penting.11
Kemudian
permukaan
fasial dan
lingual gigi dibersihkan dengan menggunakan cup
prophylaksis dengan pasta pumice non fluoridasi. Permukaan interproksimal gigi juga dibersihkan
dan dipreparasi dengan menggunakan CeriSander, sebuah medium grit strip diamond. Untuk

mengurangi daerah interproksimal permukaan fasial digunakan bur chamfer diamond tipis, berujung
bulat. Composite resin reinforcement sangat efektif pada daerah interproksimal oleh karena itu splin ini harus
meluas dari permukaan lingual tengah tiap gigi kaninus.11
Dental floss diletakkan pada permukaan lingual pada daerah kontak proksimal dan dipotong sesuai
dengan panjang permukaan itu. Bersamaan dengan pemotongan floss, sepotong ribbon dengan lebar 3
mm diambil dan dipotong sama panjang dengan dental floss. Untuk memotong ribbon, pabrik
menyediakan gunting dengan pisau pemotong khusus sebagai bagian dari produk. Kontaminasi pada
permukaan sangat mungkin terjadi bahkan sampai plasma treated fiber dibasahi resin adhesif. Oleh karena
itu, penggunaan alat yang bersih ketika memegang ribbon sebelum resin di aplikasikan harus dilakukan.11
Potongan ribbon ini diisi oleh resin adhesif dari sistem bonding generasi keempat, Tenure
Sb.. Tujuannya untuk mengubah bentuk opaque dari ribbon menjadi translusen. Kemudian ribbon
dikeringkan untuk menghilangkan kelebihan resin dengan menggunakan napkin. Ribbon di kesampingkan
dahulu dan ditutupi untuk menghalangi adanya cahaya yang masuk sampai ribbon tersebut dapat
ditanamkan kedalam resin komposit pada gigi.11
Kemudian gigi di etsa selama 30 detik dengan menggunakan gel etsa asam fosfor (Uni Etch,d).
Bahan etsa dialirkan pada semua gigi yang akan di splin. Kemudian gigi dibersihkan dengan
semprotan air-udara selama 10 detik dan dikeringkan. Untuk mengurangi kelebihan resin komposit, maka
bahan impression dengan viskositas sedang ditempatkan pada daerah embrassur gingiva.11
Selanjutnya resin adhesif diletakkan pada permukaan enamel yang telah di etsa termasuk
permukaan fasial dan interproksimal dengan menggunakan sikat disposable (Benda Brush). Resin
komposit hibrida dengan viskositas sedang yang terdapat dalam tube (Prisma TPHf) dikeluarkan ke
permukaan fasial dari semua daerah interproksimal gigi yang akan di splin. Permukaan fasial dibentuk dan
disinari selama 20 detik. Ribbon ditempatkan ke resin komposit dimulai dari permukaan midlingual
dari tiap kaninus dan ditekan kedalam resin komposit. Kelebihan resin komposit yang terjadi saat ribbon
di tekan harus dibersihkan sebelum dilakukan penyinaran. Pernyinaran permukaan lingual dilakukan
selama 60 detik untuk tiap gigi. Pada saat ini, ribbon masih dapat terlihat dan belum ditutupi oleh
ketebalan yang adekuat dari resin komposit. Untuk itu, resin komposit dengan kekuatan yang baik, tahan
terhadap pemakaian dan memiliki daya alir yang baik di aplikasikan untuk menghaluskan permukaan yang
tidak rata pada permukaan lingual dan memberikan ketebalan yang cukup dari komposit yang menutupi
ribbon. Kemudian di lakukan penyinaran lagi selama 20 detik.11
Bahan polysiloxane dilepaskan dari embrasur gingiva. Dental dam juga dilepaskan. Pada
tahap ini, bila dibutuhkan pembentukan lebih lanjut, dapat dilakukan dengan finishing bur atau diamond
bur. Permukaan lingual di polish dengan menggunakan alumunium abrasif (Enhance,f). Polish akhir
diselesaikan dengan menggunakan pasta polish resin komposit. Tahap akhir adalah penyesuaian oklusi dan
menjadikan splin terlihat estetis.11
Splin yang baik memberikan stabilisasi terhadap gigi, meningkatkan fungsi gigi dan memenuhi
kebutuhan estetis yang diharapkan pasien. Gambaran radiografi dari splin yang baik juga memperlihatkan
perbaikan antara jaringan periodonsium dengan gigi. 11
BAB 5
DISKUSI DAN KESIMPULAN
5.1 Diskusi
Gigi mobiliti merupakan tanda klinis yang sering menyertai inflamasi ataupun cedera pada gingiva
dan tulang pendukung gigi. Terjadinya mobiliti pada gigi menyebabkan nyeri dan ketidaknyamanan
pada gigi sewaktu mengunyah. Untuk mengurangi atau menghilangkan mobiliti yang terjadi pada gigi
serta memperoleh rasa nyaman pada waktu pengunyahan maka splinting disarankan sebagai terapi
untuk stabilisasi gigi. Pada masa yang lalu, stabilisasi langsung dan splinting gigi dengan menggunakan
teknik adhesif membutuhkan penggunaan kawat, pin dan mesh grids. Alat-alat ini secara mekanis hanya
mampu mengunci daerah disekitar restorasi resin. Oleh karena hal ini, maka terdapat kemungkinan

timbulnya tekanan yang mempermudah terjadinya fraktur pada restorasi dan kegagalan perawatan.
Ketika perawatan dengan splin mengalami kegagalan, masalah klinis lain yang dapat terjadi meliputi
traumatik oklusi, peningkatan penyakit periodontal dan karies rekuren.11
Dengan diperkenalkannya bahan bondable, polyethylen woven ribbon, masalah-masalah
yang terjadi akibat jenis resin yang sebelumnya sudah dapat teratasi. Efek bahan ini terhadap sifat
fisik dan keberhasilan klinis menunjukkan bahwa dengan adanya penambahan fiber mampu memperbaiki
fleksural strength dan modulus fleksural dari komposit resin. Penggunaan bahan Thin High Modulus
Poltethylen Ribbon pada kasus yang dilaporkan oleh Neslihan Arhun, Arya Arman dan Howard E.
Strassler dan Carolyn Brown terhadap kasus gigi mobiliti menunjukkan adanya keberhasilan
terhadap perawatan yang dilakukan.
Secara klinis keberhasilan perawatan telah menunjukkan hasil setelah digunakan selama
satu tahun. Evaluasi klinis terhadap Original Ribbon Reinforced Ribbon yang digunakan sebagai splinting
periodontal pada penelitian yang dilakukan oleh Strassler,dkk selama 42-48 bulan juga menunjukkan
keberhasilan perawatan dan masalah seperti restorasi yang fraktur dan karies sekunder tidak ditemukan.11
5.2 Kesimpulan
Skripsi ini memaparkan tentang kasus mobiliti pada gigi yang terjadi akibat inflamasi dan cedera
terhadap periodonsium. Terdapat beberapa jenis perawatan untuk mengatasi masalah dental ini. Splin
adalah salah satu salah jenis perawatan yang dapat digunakan untuk stabilisasi gigi mobiliti. Terdapat
beberapa jenis splin yang sering dipakai dan tiap jenis splin tersebut memiliki indikasi, keuntungan dan
kerugian yang berbeda. Pada skripsi ini, teknik splin dengan menggunakan bahan Polyethylen Fiber yang
ditambahkan kedalam resin komposit menjadi fokus utama untuk mengatasi masalah mobiliti yang ada.
Dengan kombinasi bahan, sifat adhesif mekanis dan karakteristik estetis resin komposit menjadi
lebih baik. Perawatan yang diperoleh juga menjadi lebih efektif. Teknik pemasangan yang mudah dan
prosedur perawatan yang singkat memberi keuntungan bagi pasien. Permukaan bahan Polyethylen
Fiber yang tipis juga menguntungkan karena tidak dibutuhkan preparasi gigi pada permukaan lingual.
Resistensi restorasi terhadap fraktur akan membantu mempertahankan restorasi menjadi lebih
lama sehingga perbaikan terhadap restorasi yang fraktur tidak lagi menjadi kendala untuk memperoleh
keadaan gigi yang stabil.
DAFTAR PUSTAKA
1. India dental care. Tooth mobility.
http://india-dental-care.com/tooth
mobility.html
(22april2009).
2.
Caputo A, Wylie R. Force generation and reaction within the periodontium.
http://www.dent.ucla.edu/pic/member (5maret2009).
3. The American Academy of Periodontology. Treatment of plaque induced gingivitis chronis
periodontitis and other clinical condition. J Periodontol 2001;72:1790-1800.
4. The American Academy of Periodontology. Parameter on occlusal traumatism in patient with chronic
periodontitis. J Periodontol 2000;71(suppl):873-5.
5.
Bhola M, Cabanilla L, Kolhatkar S. Dental occlusion and periodontal disease: what is the real
relationship. J California Dent Ass 2008;36(12):925-30.
6. Bernal G, Carvajal JC, Munoz CA. A review of clinical management of mobile teeth. J Contemp Dent
Pract 2002;(3)4:1-11.
7.
Strassler HE. Periodontal splinting with fiber reinforced composite resin.
http://www.benco.com/pdf_files/cecoures/perio-splinting.pdf (19februari2009).
8.
Kao RT, Chu R, Curtis DA. Occlusal consideration in determining treatment
prognosis.http://www.cda.org/library/cda_member/pubs/journal/jour1000/treatment.html.(11februari2009).
9. Eley BM, Manson JD, Periodontics. 5th ed. Elsevier Limited,2004:366-8.
10. Bui DX. Temporary and permanent splinting. http://www.drbui.com/artsplinting.html (7mei2009).

11. Strassler HE, Brown C. Periodontal splinting with thin high modulus polyethylen ribbon. Compendium
2001;22(8):610-20.
12. Ganesh M, Tandon S. Versality of ribbond in contemporary dental practice. Trends Biomater. Artif.
Organs, 2006;20(1):53-8.
13. Arhun N, Arman A. Fiber-reinforced technology in multidisciplinary chairside approach. Indian Dent Res
2008;19(3):272-7.

Anda mungkin juga menyukai