Anda di halaman 1dari 10

Di Bawah Naungan

Cahaya Mu
Di Bawah Naungan

Cahaya Mu

Satu

Adelia duduk termangu melukis angan di bangkunya.Buku latihan soal


didepannya terbuka dan diacuhkan.Matanya mungkin menghadap barisan soal
tersebut, tapi pikirannya entah kemana.

Rini : Lia, kok ngelamun? ( menarik ujung belakang jilbab Adelia pelan.Lalu
duduk disebelah Adelia ).
Adelia : ( sedikit tersentak kaget.Ia menoleh dan melihat Rini, teman
sebangkunya,sedang tersenyum).
Rini : Lia, ndak ke kantin?
Adelia : Ndak punya duit, Rin, (jawab Adelia ringan,tanpa merasa ada beban
mengakui ketidak punyaannya).
Rini : Lagi ngerjain apa? (buru-buru bertanya lagi,supaya Adelia lupa dengan
pertanyaannya barusan) Apa belajar buat ujian pelajarannya pak Budi
besok? ( ia menerka-nerka).
Adelia : Ndak belajar.Ndak ngerjain apa-apa kok.Aku tadi ngelamun.
Rini : (tertawa pelan ketika mendengar jawaban jujur dan polos Adelia).
Ngelamunin siapa to,Ya? Aku boleh tau ndak? (Rini menatap Adelia
dengan pandangan penuh rasa ingin tahu). Aku tebak saja ya !
Adelia : (mengangguk), silahkan saja.
Rini : (tertawa senang).Pasti cowok.
Adelia : (belum mengiyakan atau menidakkan).
Rini : Anak IPA 5 yang cuakep itu. (Rini terus tersenyum-senyum,tapi lalu
berhenti dan berfikir).
Aih,tapi kayaknya kok ndak mungkin ya,Adelia mau mikirin masalah
cowok.
Adelia : Bukan. (Adelia akhirnya bersuara sebelum Rini menebak jauh siapa).
Bulan.
Rini : Ha ? (mata Rini membulat tidak percaya. Ia merasa sepertinya salah
mendengar Adelia barusan berkata, Bulan ).
Adelia : (akhirnya tersenyum)
Rini : siapa? (ulang Rini ingin memastikan).
Adelia : Aku sedang ngelamunin bulan,Rin.Aku kangen sama bulan. Ini masih
siang dan aku harus nunggu lama kalau mau ketemu bulan.
Rini : (terus menatap tidak mengerti.Adelia itu romantis atau aneh?).
Adelia : Iya, (tegas Adelia waktu melihat Rini menatap sangsi,sepertinya tidak
percaya).
Rini : Tapi,bulan kan jelek,Ya?! Mukannya ndak mulus gitu.Ada kawahnya.Ada
esnya.Ada gunung-gunung berapinya, (Rini mencoba mengerti Adelia).
Adelia : Bulan itu cantik kok,Rin. Sungguh . aku ada hubungan bathin. Sama dia
(Adelia tersenyum lagi matanya merawang indah)
Rini : Ya ampun. (mengeryit semakin tidak mengerti. Ia tidak mengira jawaban
Adelia akan sejauh itu. Ia mengira Adelia akan mendebatnya dan
mengatakan isi bulan yang jelek itu tidak terlihat dari bumi,sehingga
bulan tampak cantik).
Itu iya . tapi ini? Kamu ndak sakit kan, Ya? Aku antar ke UKS ya?
Adelia : (menggeleng). Aku cuma kangen sama bulan,kok.
Rini : (merasa sampai hari ini ia belum juga dapat memahami pikiran dan apa
yang sedang menari diangan temannya itu. Adelia itu romantis atau aneh?).
Aku lapar. Aku ke kantin dulu ya?!(berdiri dari bangkunya)
Adelia : (mengangguk)
Rini : Kamu mau ikut ndak?
Adelia : (menggeleng,bola matanya mulai menerawang angannya beranjak
hendak menari kembali).
Rini : (baru ingat,tadi temannya itu sudah bilang kalau dia lagi tidak ada
uang).Salam buat bulan nanti malam ya,Ya. (tambahnya,sebelum benar-
benar pergi ke kantin
Adelia : (tidak menjawab dan tidak melihat lagi temannya yang berseragam abu-abu
itu berlalu).

Bagus tekun mengejakan soal-soal latihan untuk kelas tiga SMA. Sibuk
mencoret-coret kertas buramnya,mencari jawaban yang benar .Teman-temannya boleh
menikmati istirahat dengan cara mereka sendiri,tapi ia memilih untuk bersama soal-
soalnya

Ratna : Wah, Pak Dokter. Rajin banget, Pak!(seseorang gadis dengan dekik
manis dipipi tersenyum dan duduk dibangku depan Bagus).
Bagus : (mendongkak dari halaman buku kumpulan soal. Senyum itu tertangkap
disudut mata. Menatap sedetik,cuma ingin tahu siapa yang menyapanya.
Lalu menunduk lagi).
Ratna : Ya ampun. Pak Dokter ghadul bashor. (gadis itu tertawageli
mendengar ucapannya sendiri. Suaranya merdu walaupun ia Cuma
tertawa).
Bagus : (sama sekali belum pernah mendengar seseorang tertawa dengan begitu
manisnya).
Nggak kok. Cuma lagi ngerjain soal latihan. (jawab Bagus ramah dan
lambat. Ia tidak melukai perasaan temannya yang belum ngerti dengan
bersikap kaku).
Kok nggak ke kantin, Na?
Ratna : Kok nggak ke kantin, pa? (malah balik bertanya).
Serius banget ngerjain latihannya!
Bagus : (mendongak dan tersenyum. Tatapan matanya lebih tertuju ke tembok
kelas dibelakang Ratna). Iya.
Ratna : (menilai senyum Bagus itu senyum rindu. Dan ia tidak mengerti).
Bagus : Iya. (senyum bagus kembali mengembang)
Ratna : Kenapa? (desak Ratna ingin tahu).
Bagus : (menunduk tidak tahu kenapa saat ini ia ingin menceritakan angannya
kepada gadis berdekik manis yang sedang duduk dihadapannya. Mungkin
ia terlalu lelah untuk terus dan mengejar angan).
Mungkin kamu nggak tahu ya,Na,aku murid pindahan waktu SD. Bapak
pindah tugas ke kota ini,jadinya aku juga harus ikut. Padahal,aku nggak
mau. Aku pengin tetap di desa. Makanya,bapakku janji kalau aku sekolah
benar-benar rajin,lalu jadi Dokter,aku boleh balik lagi ke desa ku dulu.
Ratna : (diam mendengarkan).
Bagus : Kata bapak,desaku itu nggak maju. Kalau aku sukses kan biar bikin
desaku itu maju.
Ratna : (mengangguk-angguk mengerti sambil kembali mengembangkan senyum
manisnya).
Berarti kamu serius belajar biar bisa jadi dokter ya?
Dan biar bisa balik ke desa.
Buat majuin desamu itu?
dan buat ketemu.
Ketemu siapa?eyang?
Bagus : Aku sudah nggak punya eyang.
Ratna : Keluargamu yang masih ada di desa?
Bagus : Bukan
Ratna : Terus?
Bagus : Bulan.
Ratna : (mulut Ratna membulat sempurna membentuk huruf O dengan penuh
tanda tanya,terlihat cantik, bulannya Bagus tidak pernah terlihat secantik
itu.Tapi,tetap saja yang paling dirindui).
Bulan? (bisik Ratna tidak mengerti).
Bagus : (mengangguk. Tatapannya kembali membentur tembok).

Empat
Ratna : Aku mau ngomong! (cegat Ratna,entah untuk yang ke berapa kalinya.
Langkah Bagus tertaha, ia merasa semakin tidak mengerti dengan apa yang
diinginkan temannya itu).
Bagus : Ya udah,ngomong saja. (Bagus mencari cara bagaimana caranya
supaya dia bias segera keluar dari jajaran bangku kelas).
Ratna : tapi, nggak di sini. (Ratna keras kepala).
Bagus : (mengeluh kesal), Apa lagi sih, Na? Kalau nggak mau ngomong,ya
ngomong saja. Kalau nggak mau ngomong di sini,ya sudah.Aku nggak
mau ngomong berdua saja sama kamu.
Ratna : (raut wajah Ratna berubah. Sepertinya,dia menyesali keputusannya tidak
mau berbicara dengan Bagus di kelas. Padahal, keberduaan mereka itu
yang diinginkannya).
Bagus : Atau besok saja ya, Na? Aku mau pulang. (Bagus mengambil jalan lain
membelok ke arah jajaran kursi yang lain).
Ratna : Gus! (Ratna menghentakkan kakinya kesal. Ia berbalik mengikuti
Bagus).
Bagus : (terus melangkah pulang)

Koridor kelas mulai sepi. Tinggal beberapa murid saja yang memang ingin
berjalan pelan-pelan sambil menikmati rasa nikmatnya pulang sekolah. Ada juga yang
memang disibukkan membahas pelajaran atau tugas yang sepertinya tidak pernah ada
habisnya.

Ratna : Gus,dengerin aku dulu!Aku kepingin ngomong sama kamu. Ini


penting! (bergegas menyusul langkah lebar Bagus).
Bagus : Penting buat siapa,Rat? Buat kamu saja kan! Aku nggak.
Ratna : Gus!(kekesalan Ratna mencapai puncaknya. Ia memegang dan menarik
telapak tangan Bagus cepat, mencoba menghentikan langkah Bagus).

Seakan ada aliran listrik yang merambat cepat di lengan Bagus. Langkahnya
terhenti dan ia membalik kaget.
Ratna tetap berkeras memegang telapak tangan Bagus yang tiba-tiba saja
menjadi dingin.
Raut Bagus melunak. Sambil tersenyum lembut dan pandangan yang
terlempar jauh di belakang Ratna, ia menarik pelan tangannya. Melepaskan tangannya
dari genggaman tangan Ratna.

Bagus : Mau Ratna apa?(suara bagus terdengar bergetar pelan)


Ratna : Bagus nggak marah?(Ratna sedikit berkurang keras kepalanya,melihat
Bagus yang hanya menarik telapak tangannya saja tidak mengibaskan
seperti yang dibayangkannya).
Bagus : (diam dan menunggu).
Ratna : Bagus nggak marah tadi tangannya aku pegang?
Bagus : Aku pikir kamu belum tahu saja,kalau itu mungkin belum boleh
dilakuin, (getaran suara Bagus menipis), besok lagi itu nggak boleh
dilakuin.
Ratna : Berarti, (Ratna menarik napas panjang. Agak ragu ia mengatakan hal
ini), masih ada kesempatan buat aku untuk megang tangan Bagus? Tadi
kamu bilang belum___.
Bagus : (mengedikkan bahunya). Aku bilang belum,soalnya aku nggak tahu
akan seperti kita besok di masa depan, hidup kan terus berjalan. Bisa jadi
boleh, bisa juga selamanya nggak boleh. Makannya ,aku tadi bilang
mungkin.
Ratna : Maaf ya, Gus, (Ratna benar-benar merasa tidak enak,sekarang).
Bagus : Cuma ini yang kamu bilang penting tadi? (Bagus bersiap pulang).
Ratna : Belum.
Bagus : Aku kepingin pulang.
Ratna : Sebentar aja,Gus! (suara Ratna kembali menaik. Untungnya tidak
menarik banyak perhatian).
Bagus : Aku nggak mau berduaan di sini.
Ratna : Kita nggak berdua,tuh ada yang lain. (Ratna menunjuk beberapa anak
yang masih berada di sekolah).

Adelia : (terus naik ke atas.Angin mencoba menyibakkan jaket tipisnya sambil


menyertakan hawa dingin).
Budhe : Yak,ibumu benar ya mau cerai? Dengar-dengar mau kawin lagi? (nada
suara Budhe terdengar senang).
Adelia tidak pernah mengerti,kenapa kabar buruk selalu saja mudah tersebar.
Diembus angina malu-malu yang kemudian membuatnya menjadi besar dan seluruh
orang pun akhirnya tahu. Tidak adakah pekerjaan yang lebih penting lainnya yang
bisa dilakukan orang-orang semacam Budhe selain membicarakan orang lain?
Sepertinya membicarakan orang lain,terutama keburukannya,merupakan kenikmatan
tersendiri bagi orang-orang seperti Budhe.

Adelia : Budhe,katanya mau beli kecap? (suara Adelia terdengar sayup-sayup


dari atas genting rumah).
Budhe : (mendengus kesal,lalu beranjak pergi meninggalkan halaman samping
rumah Adelia).

Adelia duduk hati-hati di atas genting,mengeluarkan senter kecil yang


cahayanya menyebar memberi penerangan.Sehelai kertas putih melorot turun dari
himpitan puisi,untung saja belum terbang ke bawah tersapu angin. Adelia mengambil
helaian itu dan membacanya.

Assalamualaikum.
Adelia : Waalaikumsalam.(bibir Adelia bergerak-gerak tanpa suara membalas
salam dalam surat itu).

Lia, maaf kalau aku malah memberi


kamu buku puisi ini. Aku masih bingung mau
nulis apa. Aku pikir di dalam puisi ada
jalinan kata-kata indah yang bisa mewakili
apa yang ingin aku tulis buat kamu. Silakan
dibaca saja. Nanti kalau aku kepingin
ngomong sesuatu,aku akan memberi surat ke
kamu. Dan aku harap puisi-puisi itu bisa
mewakili aku. Adelia juga boleh mengutip
puisi-puisi itu kalau mau ngomong sama aku.
Terima kasih ya.

Helaian itu terembus juga oleh tiupan angin, lepas darijemari Adelia.melayang
jatuh ke bawah meliuk-liuk indah,Adelia berjanji akan mengambil surat itu dan
menyimpannya setelah ia turun dari genting nanti. Sekarang ia kembali membuka-
buka halaman puisi dalam genggamannya.

Mari kita sebut cinta itu gaib juga basi.

Adelia menengadahkan kepalanya ke langit atas, menatap bulannya.


Cinta itu memang gaib. Walaupun ia tidak tampak dan tidak berwujud,
kehadirannya mampu membuat oorang saling memandang dengan cara yang indah.
Pikiran Adelia melayang kembali dan sepertinya belum mau pergi. Ibunya yang
memutuskan untuk meninggalkan Bapak dan dirinya. Mungkin sepenuhnya
meninggalkan dirinya. Tapi, ia masih ragu apakah hatinya masih bisa bertaut mesra
setelah apa yang dilakukan ibunya padanya dan Bapak. Apakah ini menunjukkan
kalau cinta ibunya sedang basi? Padahal dan juga pada Bapak. Tidak bisakah
dihangatkan kembali hingga gaibnya rasa cinta yang pernah ada itu muncul lagi?

cinta memaham segala rahasia


segegas malam tiba asa di pungkas sebuah cerita

cinta mencipta peraduandi malam purnama


di jalang pagut dua birahi tak padam senandung
sonata

cinta mengisah senda dan gulana


sebagai aksara di gurat abadi arca mayapada

cinta merangkulmu di haru seribu Cleopatra


seniscaya kala menjanjimu satu belah jiwa

cinta memang sulit untuk dimengerti,tapi tanpa cinta,manusia tidak akan bias
menikmati indahnya hidup. Adelia yakin itu,jadi ia merasa cintanya pada Ibu tidak
akan pernah basi, bagitu juga sebaliknya. Entah cinta antara Bapak dan Ibu, kenapa
harus ada yang memudar di antara keduanya. Sekali lagi entah, hanya Tuhan yang
akan campur tangan.
Adelia mengembus napas berat. Dan ingat ia belum mengambil surat dari Fikri
yang sekarang tergeletak pasrah di bawah.

Anda mungkin juga menyukai