Cahaya Mu
Di Bawah Naungan
Cahaya Mu
Satu
Rini : Lia, kok ngelamun? ( menarik ujung belakang jilbab Adelia pelan.Lalu
duduk disebelah Adelia ).
Adelia : ( sedikit tersentak kaget.Ia menoleh dan melihat Rini, teman
sebangkunya,sedang tersenyum).
Rini : Lia, ndak ke kantin?
Adelia : Ndak punya duit, Rin, (jawab Adelia ringan,tanpa merasa ada beban
mengakui ketidak punyaannya).
Rini : Lagi ngerjain apa? (buru-buru bertanya lagi,supaya Adelia lupa dengan
pertanyaannya barusan) Apa belajar buat ujian pelajarannya pak Budi
besok? ( ia menerka-nerka).
Adelia : Ndak belajar.Ndak ngerjain apa-apa kok.Aku tadi ngelamun.
Rini : (tertawa pelan ketika mendengar jawaban jujur dan polos Adelia).
Ngelamunin siapa to,Ya? Aku boleh tau ndak? (Rini menatap Adelia
dengan pandangan penuh rasa ingin tahu). Aku tebak saja ya !
Adelia : (mengangguk), silahkan saja.
Rini : (tertawa senang).Pasti cowok.
Adelia : (belum mengiyakan atau menidakkan).
Rini : Anak IPA 5 yang cuakep itu. (Rini terus tersenyum-senyum,tapi lalu
berhenti dan berfikir).
Aih,tapi kayaknya kok ndak mungkin ya,Adelia mau mikirin masalah
cowok.
Adelia : Bukan. (Adelia akhirnya bersuara sebelum Rini menebak jauh siapa).
Bulan.
Rini : Ha ? (mata Rini membulat tidak percaya. Ia merasa sepertinya salah
mendengar Adelia barusan berkata, Bulan ).
Adelia : (akhirnya tersenyum)
Rini : siapa? (ulang Rini ingin memastikan).
Adelia : Aku sedang ngelamunin bulan,Rin.Aku kangen sama bulan. Ini masih
siang dan aku harus nunggu lama kalau mau ketemu bulan.
Rini : (terus menatap tidak mengerti.Adelia itu romantis atau aneh?).
Adelia : Iya, (tegas Adelia waktu melihat Rini menatap sangsi,sepertinya tidak
percaya).
Rini : Tapi,bulan kan jelek,Ya?! Mukannya ndak mulus gitu.Ada kawahnya.Ada
esnya.Ada gunung-gunung berapinya, (Rini mencoba mengerti Adelia).
Adelia : Bulan itu cantik kok,Rin. Sungguh . aku ada hubungan bathin. Sama dia
(Adelia tersenyum lagi matanya merawang indah)
Rini : Ya ampun. (mengeryit semakin tidak mengerti. Ia tidak mengira jawaban
Adelia akan sejauh itu. Ia mengira Adelia akan mendebatnya dan
mengatakan isi bulan yang jelek itu tidak terlihat dari bumi,sehingga
bulan tampak cantik).
Itu iya . tapi ini? Kamu ndak sakit kan, Ya? Aku antar ke UKS ya?
Adelia : (menggeleng). Aku cuma kangen sama bulan,kok.
Rini : (merasa sampai hari ini ia belum juga dapat memahami pikiran dan apa
yang sedang menari diangan temannya itu. Adelia itu romantis atau aneh?).
Aku lapar. Aku ke kantin dulu ya?!(berdiri dari bangkunya)
Adelia : (mengangguk)
Rini : Kamu mau ikut ndak?
Adelia : (menggeleng,bola matanya mulai menerawang angannya beranjak
hendak menari kembali).
Rini : (baru ingat,tadi temannya itu sudah bilang kalau dia lagi tidak ada
uang).Salam buat bulan nanti malam ya,Ya. (tambahnya,sebelum benar-
benar pergi ke kantin
Adelia : (tidak menjawab dan tidak melihat lagi temannya yang berseragam abu-abu
itu berlalu).
Bagus tekun mengejakan soal-soal latihan untuk kelas tiga SMA. Sibuk
mencoret-coret kertas buramnya,mencari jawaban yang benar .Teman-temannya boleh
menikmati istirahat dengan cara mereka sendiri,tapi ia memilih untuk bersama soal-
soalnya
Ratna : Wah, Pak Dokter. Rajin banget, Pak!(seseorang gadis dengan dekik
manis dipipi tersenyum dan duduk dibangku depan Bagus).
Bagus : (mendongkak dari halaman buku kumpulan soal. Senyum itu tertangkap
disudut mata. Menatap sedetik,cuma ingin tahu siapa yang menyapanya.
Lalu menunduk lagi).
Ratna : Ya ampun. Pak Dokter ghadul bashor. (gadis itu tertawageli
mendengar ucapannya sendiri. Suaranya merdu walaupun ia Cuma
tertawa).
Bagus : (sama sekali belum pernah mendengar seseorang tertawa dengan begitu
manisnya).
Nggak kok. Cuma lagi ngerjain soal latihan. (jawab Bagus ramah dan
lambat. Ia tidak melukai perasaan temannya yang belum ngerti dengan
bersikap kaku).
Kok nggak ke kantin, Na?
Ratna : Kok nggak ke kantin, pa? (malah balik bertanya).
Serius banget ngerjain latihannya!
Bagus : (mendongak dan tersenyum. Tatapan matanya lebih tertuju ke tembok
kelas dibelakang Ratna). Iya.
Ratna : (menilai senyum Bagus itu senyum rindu. Dan ia tidak mengerti).
Bagus : Iya. (senyum bagus kembali mengembang)
Ratna : Kenapa? (desak Ratna ingin tahu).
Bagus : (menunduk tidak tahu kenapa saat ini ia ingin menceritakan angannya
kepada gadis berdekik manis yang sedang duduk dihadapannya. Mungkin
ia terlalu lelah untuk terus dan mengejar angan).
Mungkin kamu nggak tahu ya,Na,aku murid pindahan waktu SD. Bapak
pindah tugas ke kota ini,jadinya aku juga harus ikut. Padahal,aku nggak
mau. Aku pengin tetap di desa. Makanya,bapakku janji kalau aku sekolah
benar-benar rajin,lalu jadi Dokter,aku boleh balik lagi ke desa ku dulu.
Ratna : (diam mendengarkan).
Bagus : Kata bapak,desaku itu nggak maju. Kalau aku sukses kan biar bikin
desaku itu maju.
Ratna : (mengangguk-angguk mengerti sambil kembali mengembangkan senyum
manisnya).
Berarti kamu serius belajar biar bisa jadi dokter ya?
Dan biar bisa balik ke desa.
Buat majuin desamu itu?
dan buat ketemu.
Ketemu siapa?eyang?
Bagus : Aku sudah nggak punya eyang.
Ratna : Keluargamu yang masih ada di desa?
Bagus : Bukan
Ratna : Terus?
Bagus : Bulan.
Ratna : (mulut Ratna membulat sempurna membentuk huruf O dengan penuh
tanda tanya,terlihat cantik, bulannya Bagus tidak pernah terlihat secantik
itu.Tapi,tetap saja yang paling dirindui).
Bulan? (bisik Ratna tidak mengerti).
Bagus : (mengangguk. Tatapannya kembali membentur tembok).
Empat
Ratna : Aku mau ngomong! (cegat Ratna,entah untuk yang ke berapa kalinya.
Langkah Bagus tertaha, ia merasa semakin tidak mengerti dengan apa yang
diinginkan temannya itu).
Bagus : Ya udah,ngomong saja. (Bagus mencari cara bagaimana caranya
supaya dia bias segera keluar dari jajaran bangku kelas).
Ratna : tapi, nggak di sini. (Ratna keras kepala).
Bagus : (mengeluh kesal), Apa lagi sih, Na? Kalau nggak mau ngomong,ya
ngomong saja. Kalau nggak mau ngomong di sini,ya sudah.Aku nggak
mau ngomong berdua saja sama kamu.
Ratna : (raut wajah Ratna berubah. Sepertinya,dia menyesali keputusannya tidak
mau berbicara dengan Bagus di kelas. Padahal, keberduaan mereka itu
yang diinginkannya).
Bagus : Atau besok saja ya, Na? Aku mau pulang. (Bagus mengambil jalan lain
membelok ke arah jajaran kursi yang lain).
Ratna : Gus! (Ratna menghentakkan kakinya kesal. Ia berbalik mengikuti
Bagus).
Bagus : (terus melangkah pulang)
Koridor kelas mulai sepi. Tinggal beberapa murid saja yang memang ingin
berjalan pelan-pelan sambil menikmati rasa nikmatnya pulang sekolah. Ada juga yang
memang disibukkan membahas pelajaran atau tugas yang sepertinya tidak pernah ada
habisnya.
Seakan ada aliran listrik yang merambat cepat di lengan Bagus. Langkahnya
terhenti dan ia membalik kaget.
Ratna tetap berkeras memegang telapak tangan Bagus yang tiba-tiba saja
menjadi dingin.
Raut Bagus melunak. Sambil tersenyum lembut dan pandangan yang
terlempar jauh di belakang Ratna, ia menarik pelan tangannya. Melepaskan tangannya
dari genggaman tangan Ratna.
Assalamualaikum.
Adelia : Waalaikumsalam.(bibir Adelia bergerak-gerak tanpa suara membalas
salam dalam surat itu).
Helaian itu terembus juga oleh tiupan angin, lepas darijemari Adelia.melayang
jatuh ke bawah meliuk-liuk indah,Adelia berjanji akan mengambil surat itu dan
menyimpannya setelah ia turun dari genting nanti. Sekarang ia kembali membuka-
buka halaman puisi dalam genggamannya.
cinta memang sulit untuk dimengerti,tapi tanpa cinta,manusia tidak akan bias
menikmati indahnya hidup. Adelia yakin itu,jadi ia merasa cintanya pada Ibu tidak
akan pernah basi, bagitu juga sebaliknya. Entah cinta antara Bapak dan Ibu, kenapa
harus ada yang memudar di antara keduanya. Sekali lagi entah, hanya Tuhan yang
akan campur tangan.
Adelia mengembus napas berat. Dan ingat ia belum mengambil surat dari Fikri
yang sekarang tergeletak pasrah di bawah.