Anda di halaman 1dari 11

DELUSI

Disebuah rumah yang tampak sederhana terdapat sepasang suami istri yang sedang bercengkrama
dengan mesra , sang bapa sedang asyik bercengkrama dengan calon bayi dalam perut istrinya, sang istri
tersenyum bahagia meihat kelakuan suamnya yang begitu romantis kepadanya

1. Hendra : lailaa ha illallah muhammad rasulullah, guring guring anakku guringi akan dalam kandungan,
tak lama lagi, dia keluar ya bu,
2. Mariati : iya pa, tak lama lagi dia akan menemani kita
3. Hendra : sudah lama aku merindukan tawa kejujuran, tawa ikhlas tanpa beban dunia
4. Mariati : iya pa aku juga sama, (serasa ada yang nendang) dia nendang pa (tersenyum)
5. Hendra : mana, (tersenyum dan mendekat ke perut istri)
6. Mariati : apa yang dia katakan ?
7. Hendra : katanya, ibu jangan terlalu cape, perbanyak istirahat, dan, jangan lupa tersenyum
8. Mariati : ahh bapa
9. Hendra : senyumanmu inilah yang membuatku bersemengat dalam menjalani hidup
10. Mariati : sudah sana mandi, dan bersiap pergi ke sawah
11. Hendra : sepertinya hari ini aku tidak akan ke sawah bu, tulisanku sudah selesai dan rencananya hari ini
aku akan pergi ke kota
12. Mariati : kembali mengkritik di koran
13. Hendra : iya bu, lambat laun proyek itu pasti akan terjadi,
14. Mariati : sudahlah pa, lebih baik kau berpikir ke kenyataan daripada kau terlalu jauh ke masa depan,
biarkan tuhan yang mengatur semuanya
15. Hendra : tuhan tak akan mengubah satu kaum, kecuali kaum itu sendiri yang merubah nasibnya bu
16. Mariati : tapi pa ?
17. Hendra : sudahlah bu, aku tidak ingin berdebat denganmu (mencoba meninggalkan mariati)
18. Mariati : pa, tunggu
19. Hendra : apalagi bu, sampai kapanpun aku tak akan pernah leleah untuk memperjuangkan tulisan itu
20. Mariati : pengorbananmu memang besar dan titik peluhmu tak bisa di bayar dengan apapun, tapi untuk
apa, untuk siapa pa ?
21. Hendra : untuk kebahagiaan
22. Mariati : kebahagiaan, senyuman, selalu itu yang kau katakan, bahkan para warga tidak peduli dengan
semua perjuanganmu itu
23. Hendra : itu karena mereka belum merasakan bagaimana sakitnya di jajah di tempatnya sendiri bu, oleh
karena itu sebelum semua itu terjadi, biarkan aku berjuang untuk mempertahankan tempat ini
24. Mariati : kau rela meniggalkan aku yang sedang mengandung anak kita hanya demi kebahagiaan dan
senyuman semu, kejadian yang akan terjadi hanyalah prakiramu pa
25. Hendra : bu, aku tidak meninggalkanmu, justru aku berjuang untukmu, aku berjuang demi anak kita,
26. Mariati : berjuang, berjuang, berjuang, berjuang, selalu itu yang kau katakan, apa kau tidak paham
tentang keadaanku sekarang, aku ingin kau disini bersamaku pa(terdiam) aku ingin saat dia lahir kedunia, yang di
lihatnya pertama kali adalah ayahnya
27. Hendra : tapi bu
28. Mariati : terserah, aku tak bisa lagi menahanmu dengan kata, biarkan nuranimu yang bicara dan silahkan
pilih, pengorbanan atau perjuangan
PADE OUT
Pada sebuah meja kecil yang terletak diruang tengah yang berdampingan kamar tidurnya, pak hendra
sedang mengerjakan tulisannya. (meja kerjanya)
Dengan khusunya inya mengerjakan tulisannya, tak berapa lama berselang istrinya pun keluar dari dapur
dengan membawa secangkir kopi.
29. Hesti : belum selesai mas..?
30. Pa.hendra : masih sedikit lagi..tulisan ini harus selesai malam ini juga..
31. Hesti : apa tidak cape..
32. Pa.hendra : sudah menjadi tugasku dalam hal pekerjaan ini, ini lah yang menghidupiku semenjak
dulu sampai saat ini hes,
33. Hesti : oleh karena itu, bolehkah aku ikut berjuang menghidangkan secangkir kopi ini buat
mas, biar mas tetap semangat.. (menyuguhkan kopi)
34. Pa hendra : kamu belum tidur?
35. Hesti : sebentar lagi mas..
36. Pa hendra : bilang saja mau menemaniku..iya kan?
37. Hesti : eee… tidak..
38. Pa hendra : kebiasaanmu itu yang membuat apa yang kau simpan terbuka dan terbaca dengan
sendirinya,
39. Hesti : aku belum mengerti apa yang kau maksud mas..
40. Pa hendra : tentu saja kau tak mengerti..karena kau tak menyadari dengan setiap tingkahmu.. setiap
aku mengerjakan tulisan hingga larut malam, kau selalu saja belum tidur , dan selalu duduk dikursi itu, apabila
kutanyakan, kau kerap kali dengan jawaban yang sama, sebentar lagi mas, (mengambil foto mariati) jujur
saja..kehadiranmu dirumah ini tidak ada bedanya dengan dia.. (memandang foto) sikapmu persis sekali dengan
mariati.. walau dia telah lama meninggal, tapi dengan kehadiranmu, aku merasa seperti tidak hehilangan, karena
kepribadianmu sama seperti dia..
41. Hesti : tentu saja almarhumah mariati tetap yang terbaik mas..dia kan orang yang pertama
hidup bersama dengan mas.. dan memberikan keturunan..
42. Pa hendra : ya..dia memang yang pertama hidup bersamaku hingga puluhan tahun, dia juga
memberikan keturunan buatku.. tapi yang membuatku heran adalah kau hes.. baru saja 3 tahun aku nikah
denganmu, tapi sikap dan perhatianmu sama persis seperti dia..kau dan dia sama-sama menyuguhkan kopi ketika
aku lelah dalam hal pekerjaan,, dan,, dengan cangkir yang sama, dia juga duduk di kursi itu.. banyak lagi
kutemukan kesamaan itu hes.. termasuk perhatianmu terhadap munir, anak yang dititipkannya kepadaku..
43. Hesti : aku bersikap seperti itu karena aku tidak mau mas merasa kehilangan.. setidaknya aku
bisa mengikuti sikap baiknya, dan sebab itu juga aku tidak mau kalau mas menyimpan poto-poto dia.. biar lah
semua tetap terpajang dirumah ini.. karena dia adalah bagian kita semua mas..begitu juga dengan anakmu.. dia
juga anakku.. aku tau kalau mas sangat menyayanginya,
44. Pa.hendra : rizal munir,, dia sama persis seperti ibunya.. sangat cerdas dan ramah.. (terdiam)
sebentar lagi dia menyelesaikan studinya.
45. Hesti : menyandang sarjana seperti bapaknya,
46. Pa.hendra : seperti bapaknya..”bapak.. sebutan mariati sehari-hari terhadapku.. (teringat) oh ya
hes..emhhhh,,, dulu mariati memanggil saya dengan sebutan bapak..dan aku pun memanggilnya, ibu..
47. Hesti : dan aku memanggil mas dengan sebutan mas? Mengapa tidak bapak..
48. Pa hendra : ee..aku tidak bermaksud memaksamu untuk menyebutku seperti itu..
49. Hesti : tidak apa mas..mungkin aku merasa belum pantas
50. Pa hendra : belum pantas karena sebutan itu untuk pasangan yang mendapatkan keturunan begitu?..
51. Hesti : bukan begitu mas..aku beranggapan panggilan itu adalah panggilan kesayangan dia kepadamu..
begitu pula sebaliknya.. aku merasa dengan aku memanggilmu mas, itu adalah panggilan rasa sayangku
terhadapmu
52. Pa.hendra : oh..begitu ya hes..kalau begitu aku akan meneruskan pekerjaanku kembali..besok harus
kukirim ke redaksi.. agar segera diterbitkan.. karena tulisan ini menyangkut kesejahteraan masyarakat
53. Hesti : aku sangat mendukung niat mulia mas..tapi mas juga harus berhati-hati..(terdiam) kalau
begitu aku masuk duluan ya mas,, besok aku mau ke pasar, permisi
54. Pa hendra : hes,,(terdiam) selamat tidur dan jangan terlupa tersenyum,, (terdiam) oh ya hes..klo
kamu besok kepasar.. tolong beritahukan si samsul suaminya saila yang rumahnya dekat bu RT itu untuk
menemuiku..
55. Hesti : iya mas
Pak hendra melanjutkan pekerjaannya, di iringi kesunyian malam, lambat laun lampu mulai meredep
dan padam,
56. Samsul : selamat pagi pa,, bu hesti bilang bapa ada keperluan dengan saya
57. Pa hendra : eh kebetulan kau datang sul, begini sul, apa kau bersedia bekerja di rumah ini
58. Samsul : menjadi kurir surat atau tulisan ya pa, ahh tidak lah pa, aku takut
59. Pa hendra : bukan sul,
60. Samsul : lalu
61. Pa hendra : ini sul, aku ingin kau mengecat ulang rumah ini, gimana ?
62. Samsul : wahh, mau mau, kebetulan aku tidak ada kerjaan pa, kalau masalah cat mengecat aku
siap, tapi kalau antar mengantar aku takut hihihi
63. Pa hendra : ada2 saja kau ini sul,
Hesti datang dari pasar sambil menenteng sayuran
64. Hesti : assalamualaikum
65. Pa hendra : wa alaikum salam,, (memberi uang ke samsul) ya sudah kalau kurang silahkan kau
bicara dengan hesti, aku mau keluar sebentar
66. Samsul : ok, everyting scana be ok
67. Pa hendra : samsul samsul selalu membuat orang tersenyum
68. Samsul : membuat senyuman gampang, membuat uang yang susah
69. Pa hendra : udahlah sul, aku pergi dulu, assalamualaikum
70. Koor : waalaikum salam
Seiring kepergian pa hendra hesti mendekat ke samsul
71. Samsul : ee,, ohh iya sebelum saya membeli cat dan keperluan lain bolehkah saya ke dalam sebentar, mau
meliat apa saja yang di perlukan
72. Hesti : silahkan sul
Samsulpun bergegas masuk kedalam rumah, dan hesti kembali melanjutkan pekerjaannya, pada saat itu
pula terdngar suara saila
73. Saila : permisi bu, apa benar mas samsul ke rumah ibu
74. Hesti : benar la, memangnya ada apa la
75. Saila : tidak apa-apa bu, ada yang ingin saila kabarkan ke mas samsul
76. Hesti : memangnya kabar apa la
77. Saila : emhhhhh
78. Hesti : ya sudah kalau itu memang kabar pribadi tidak usah di ucapkan,
79. Saila : tidak bu, aa, anu, tapi, aa, emhhh
80. Hesti : sudah tidak usah, sul, samsul,,,(memanggil samsul) ini saila mencarimu
81. Samsul : saila, ada apa la ?
82. Saila : lah, ko akang yang balik nanya, seharusnya aku yang bertanya ke akang, kenapa akang ke
rumah bu saila, apalagi barusan ku lihat pa hendra sedang keluar
83. Samsul : hush sembarangan, aku baru saja dari dapur dan toiletnya bu saila
84. Saila : ngapain kang,, ihh malu-maluin, kalau sudah kebelet, ke toilet mushola kan bisa
85. Hesti : ee begini saila
86. Saila : dia memang begitu bu, tidak punya rasa malu, maaf ya bu
87. Samsul : astaga saila, aku kesini bukan untuk buang air, tapi......
88. Saila : na, na, na ini uang siapa, darimana uang ini kang, ohhh saya tau, kang samsul ngutang sama bu
hesti ya
89. Samsul : bukan, ini uang untuk
90. Saila : untuk berpoya-poya di warung noni begitu, biar di pandang banyak uang, banyak duit,
dermawan, sugih, kaya, raya, bersahaja, berjasa, apalah. Apalah, apalah (geregetan) kurang apa lagi aku kang,
belum puas
91. Samsul : saila
92. Saila : jangan sentuh aku, haram manyarah waja sampai ka puting
93. Hesti : saila saila, (tersenyum) begini la, mas samsul akan bekerja dirumah ibu, dia akan ngecat rumah
ini, jadi uang yang di tangan masmu itu, untuk kerperluan yang diperlukan,
94. Samsul : mengerti !
95. Saila : wahhhhh , uang, duit, baju baru, bedak, pupur, dampol, minyak wangi (bergumam)
96. Samsul : saila, sssstttttt,
97. Sala : emhh akang sekarang begitu, sekarang menyuruh aku diam, akang lupa dengan jani-janji akang,
akang mau seperti pa RT mengubar janji tapi tak ditepati, kacang lupa kulitnya
98. Samsul : janji apa la
99. Saila : akang janji kalau akang dapat kerjaan akan belikan semua yang aku inginkan, janji adalah
hutang, hutang harus di bayar dengan kutang, kalau tidak ada kutang maka tumpahlah semuanya, begitu kata ibu-
ibu disini kang
100. Samsul : saila2 iya nanti semua yang saila inginkan akan akang penuhi
101. Hesti : ada-ada saja kau ini la, ya sudah sailakan ingin mengabarkan sesuatu ke mas samsul
102. Saila : oh iya aku lupa
103. Hesti : ibu tinggal kedalam sebentar ya, permisi
104. Koor : iya bu
Bu hestipun meninggalkan saila dan samsul di luar
105. Samsul : apa maksud bu hesti tadi la, katanya ada kabar yang ingin saila kabarkan
106. Saila : begini mas, lagi-lagi warga kita menjadi korban
107. Samsul : korban apa la
108. Saila : anak pa jalal kakinya patah diserempet truck tambang dan sekarang sedang dilarikan ke rumah
sakit
109. Samsul : bajingan
110. Saila : yang lebih parahnya lagi, ketika pa jalal menghampiri sopir trucknya, tiba- tiba ada salah
seorang petugas menghampiri dan mengancamnya
111. Samsul : ini sudah sangat menyalahi aturan,apa sudah di laporkan ke bu RT
112. Saila : sudah kang, tapi bu RT bilang tidak tahu menahu soal masalah itu, munkin itu karena
keteledoran anak pa jalal sendiri
113. Samsul : bangsat, seorang pemimpin yang tidak tau di untung,
114. Saila : iya kang, sebelum menajdi RT janji-janji manis terucap, tidak akan menyengsarakan warga,
membela warga dengan jiwa dan raga, akan membela yang benar dan menghukum yang salah, buktinya ! pender
wara
115. Samsul : ya sudah tidak ada jalan terpaksa masalah ini kita laporkan ke pihak berwajib
116. Saila : sudah berulang kali warga sini melaporkan kejadian yang sama ke pihak tersebut tapi hasilnya
“nihil”
117. Samsul : tapi kemungkinan masih ada yang bisa mendengarkan laporan kita kan la,
118. Saila : ini untuk hakim, ini untuk jaksa, ini untuk polisi dan para mentri, negara ini kelaparan kang,
dan negara ini di penuhi orang-orang yang korup
119. Samsul : benar juga ya la, kebanyakan matanya sudah tertutup dengan uang
120. Saila : tidak matanya saja kang, mulutnya, hidung, telinganya, bahkan seluruh tubuhnya sudah tertutup
dengan uang, yang terbuka cuman kemaluannya
121. Samsul : hush,, ya sudah kalau memang tidak ada jalan damai, lebih baik kita bicara kepada seluruh
warga, semoga suara orang banyak masih di perhatikan, agar pertambangan itu tidak semena-mena lagi, ya sudah
lebih baik kita pulang, akang mau mencari keperluan untuk bekerja besok
122. Saila : baik kang
Munir lambat laun meninggalkan ruma diiringi lagu, hesti menatap penuh harapan dan kecemasan tidak
berapa lama hesti juga meninggalkan rumah tersebut, bersamaan dengan berhentinya musik, pa hendra
datang dan terheran karena meliat rumah dalam keadaan sepi
123. Bu RT : permisi pa hendra !
124. Pa hendra : Bu RT..ee.. , oh iya ayo masuk ?
125. Bu RT : tidak usah disini ajja pak, adem,,, sebenarnya.. kedatangan saya..eee..begini pak hendra.. saya
ingin mengantarkan nyonya ini.
126. Bu maria : (membuka kacamata/masker) perkenalkan nama saya maria
127. Pak.hendra : ti,,,,,,,yati (menatap lama)
128. Bu maria : ada apa ya pa
129. Pa hendar : tidak apa bu, saya hendra setiawan..ee.. ada apa ya ibu ingin bertemu dengan saya..
130. Bu maria : jadi begini pak..saya adalah salah seseorang yang tidak pernah ketinggalan membaca tulisan
bapak, dan saya sangat mengapresiasi apa yang bapak lakukan selama ini,,perbuatan yang sangat mulia dan
terbilang sangat berani..jadi saya ingin menawarkan pa hendra..untuk menjadi motifator di kantor saya..
131. Bu RT : wahhh motifator pa hendra,,,,,
132. Bu maria : ya..bapak hanya memberikan motivasi pada semua karyawan
133. Bu RT : mudah itu pak hendra..apalagi yang saya tau bu maria ini adalah pengusaha sukses,
tentunya untuk gajih,,,,
134. Bu maria : ooo… untuk masalah gajih bisa diatur.. terserah pak hendra maunya bagaimana...
135. Pa hendra : ee..begini Bu RT dan bu maria juga.. sebelumnya terimakasih dengan tawaran
pekerjaan ini.. tapi bukannya saya ingin menolak, tapi ??
136. Bu maria : tidak perlu terburu-buru bapak menjawabnya..tidak baik memutuskan sesuatu hal terlalu
cepat.. pikirkanlah, saya permisi duluan, masih ada urusan lain.. (salaman) (keluar)
137. Pa hendra : sama-sama bu..
138. Bu RT : wah..ini yang dinamakan garis tangan yang beruntung pak hendra..semoga tidak kau
tolak
139. Pa hendra : apabila saya menerima tawaran pekerjaan bu maria ..bukankan saya harus melupakan
semua yang sudah saya perjuangkan..
140. Bu RT : oh..untuk masalah warga disini.. tak perlu khawatir.. itu semua menjadi tanggung jawab
saya pak hendra..
141. Pak hendra : tanggung jawab seperti apa?
142. Bu RT : (emosi) ooo..jadi selama ini pak hendra tidak percaya dengan kepemimpinan saya..
143. Pak hendra : apakah Bu RT selama ini melihat dan mendengar dengan banyaknya korban akibat
semua kegiatan pertambangan yang berada di kampung ini..
144. Bu RT : pak hendra..( sedikit mengangkat suara)
Tiba-tiba hesti datang
145. Hesti : as.mikum…
146. Koor : walaikum salam..
147. Hesti : Bu RT..sudah lama Bu? biar saya buatkan minum
148. Bu RT : ee..tidak usah bu hesti. Saya juga mau pulang..terima kasih pa hendra, kita lanjutkan di
lain waktu..permisi (keluar)
149. Hesti : ada apa Bu RT kemari mas
150. Pa hendra : emhhh tidak apa2 hes (terdiam lama)
151. Koor : ada yang ingin aku ceritakan kepadamu mas/hes !
152. Pa hendra : (tersenyum) ceritkanlah ?
153. Hesti : anak pa jalal kakinya patah gara2 truck pertambangan dan yang lebih parahnya mereka
tidak mau bertanggung jawab atas perbuatannya tersebut
154. Pa hendra : allahu akbar, mariati, tolong aku mariati
155. Hesti : mas, apa yang ingin mas ceritakan kepadaku ?
156. Pa hendra : ohh iya, tadi siang Bu RT kerumah dan menawarkan pekerjaan kepadaku ?
157. Hesti : menawarkan pekerjaan apa mas ?
158. Pa hendra : menjadi motivator disebuah perusahaan
159. Hesti : apakah langsung mas terima pekerjaan tersebut ?
160. Pa hendra : tidak semudah itu hes, aku takut kalau aku menerima pekerjaan itu, perjuanganku
terhentikan dan pikiranku terfokuskan Cuma ke pekerjaan tersebut, dan juga orang yang menawarkan pekerjaan
tersebut ?
161. Hesti : apa mas ?
162. Pa hendra : begitu mirip dengan mariati
163. Hesti : mariati lagi, apakah mas tidak ikhlas dengan ke pergian mariati
164. Pa hendra : aku ikhlas hes, Cuma
165. Hesti : Cuma apa mas
166. Pa hendra : dia sangat mirip dengan mariati, matanya, hidungnya, keningnya, dan seluruh bentuk
tubuhnya sama persis seperti mariati
167. Hesti : mas, apa kau tau selembut apa hati wanita ?
168. Pa hendra : maafkan aku hes, aku tidak bermaskud untuk ?
169. Hesti : untuk apa mas, untuk menyamakanku dengan mariati begitu
170. Pa hendra : bukan itu yang ku maksud, aku Cuma mau bercerita kepadamu
171. Hesti : sampai kapan kau menyamakan semua wanita sama persis seperti mariati mas,
172. Pa hendra : aku bercerita dengan jujur hes dia sama persis seperti mariati
173. Hesti : dan inilah kejujuran hatiku mas, aku lelah dengan semua prilakumu
174. Pa hendra : jangan pernah kau mengatakan lelah hes,
175. Hesti : terus apa yang harus ku katakan, aku harus selalu berbohong dengan hatiku sendiri,
begitu
176. Pa hendra : sebelum pernikahan kita terjadi, aku sudah mengatakan bahwa aku masih mencintai
mariati dan kau siap menerima itu semua
177. Hesti : tapi sampai kapan mas, sampai kapan
178. Pa hendra : sampai aku bisa melupakannya
179. Hesti : dan sekarang mas belum mampu untuk melupakannya
180. Pa hendra : eeeee
181. Hesti : katakan mas katakan
182. Pa hendra : hesti, kemana adabmu selama ini, kenapa kau berteriak seperti itu
183. Hesti : adabku hilang ditelan amarah, kalau memang mas tidak bisa melupakan mariati, kenapa
mas menikahiku
184. Pa hendra : karena
185. Hesti : karena apa mas ?
186. Pa hendra : karena ini adalah amanah mariati
187. Hesti : apa yang kau maksud mas
188. Pa hendra : mariati berpesan harus melanjutkan hidupku dan
189. Hesti : dan harus menikahiku, karena aku adalah sahabatnya, karena aku adalah perawan tua,
karena aku juga mencintai mas hendra, begitu
190. Pa hendra : bukan itu hes
191. Hesti : terus apa
192. Pa hendra : dan aku juga mencintaimu,(terdiam) sebelum aku di nikahkan dengan mariati, aku
sangat mengagumimu, mariati juga tau itu, tapi karena adatlah cintaku tak sampai kepadamu, kami di jodohkan
karena keluarga kami dekat, seiring berjalannya waktu, aku menerima semua keputusan, aku menjalani hidup
bersama mariati berpuluh-puluh tahun dan aku menerimanya dalam hidupku, cintaku kepadanya mulai tumbuh,
tapi cintaku kepadamu tak pernah pupus, munkin kebanyakan orang tak mampu membagi cinta, tapi aku sanggup,
aku juga tak mengerti, hatiku memang terbagi, kepadamu, dan mariati
193. Hesti : aku tak mengerti apa yang kau maksud, maafkan aku sudah berbicara keras dan kasar
kepadamu, mohon beri aku waktu untuk berpikir, izinkan aku untuk pulang kerumah orang tuaku untuk beberapa
waktu
194. Pa hendra : pullanglah, barangkali kau bisa tenang,
195. Hesti : terima kasih mas, permisi
Dan bersambut dengan suara saila dari luar
196. Saila : permisi,,,,,,,,,,,,,
197. pa hendra : kebetulan, ini sudah jam makan siang.. bagaimana kalau kita makan bersama..
198. saila : ee.. biar kang samsul makan disini aja pak, kalau boleh..
199. hesti : iya.. tidak apa saila.. biar nanti ibu panggilkan samsulnya..
200. Saila : ah ibu bisa aja… (malu-malu)
201. Hesti : tunggu sebentar ya saila.. (ibu dan pak hendra kedalam)
Tak berapa lama saila menunggu
202. Samsul : (terkejut) astaga la,,malu la..kan kalau lapar akang bisa pulang sendiri..
203. Saila : ooo..jadi akang tidak suka kalau saya bawakan makan siang..
204. Samsul : bukan begitu..tidak enak sama pak hendra dan bu hesti
205. Saila :saila sudah bilang sama bu hesti.. ya sudah kalau akang tidak senang.. aku pulang
206. Samsul : la..la..la… (menegejar saila) iya..iya.. akang mau.. akang senang ko..
207. Saila : muka akang masih terpaksa..
208. Samsul : (merubah mukanya) ni..sudah.. tidak terpaksa kan??
209. Saila : heee… gitu dong kang..ini saya masak masakan kesukaan akang.. biar akang
semanagat,,ini kang..saila masakin sayur waluh.. dan ini ikan nya.. papuyu baubar.,.
210. Samsul : iya..akang suka ko
211. Saila : eeiiitt..bentar.. karena ini adalah masakan spesial buat akang.. jadi suapan pertama biar
saila yang nyuapin..
212. Samsul : astaga… malu-maluin..akang kan bukan anak kecil lagi..
213. Saila : berarti akang sudah tidak sayang lagi..akang lupa dengan masa-masa pacaran kita dulu
214. Samsul : iya..iya… (samsulpun menerima disuapin saila) sudah kan..
215. Saila : gak dibalas kang…
216. Samsul : ikhhh..iya… (membalas suapan)
Samsul melanjutkan makan siangnya dengan lahap
217. Samsul : kamu tunggu sebentar disini..sepertinya pa hendra dan bu hesti ada masalah, aku ingin
izin pulang...
218. Saila : iya kang..
PADE OUT
Bu RT dan Bu maria datang untuk melanjutkan pembicaraan
219. Bu RT : selamat pagi pak hendra,, apa kedatangan kami mengganggu bapak?
220. Pak hendra ; eee..tidak Bu RT.
221. Bu RT : syukurlah kalau begitu..
222. Bu maria : saya rasa pak hendra sudah mempunyai keputusan dengan tawaran saya kemaren. jadi
bagaimana pak ?
223. Pak hendra : mohon maaf, saya tidak bisa menerimanya..
224. Bu RT : lo..kenapa pak..
225. Pak hendra : seperti yang saya sampaikan pada Bu RT kemaren.. saya masih mempunyai tugas..
untuk kampung dan warga disini.. sampai pertambangan disini menghentikan aktivitasnya..
226. Bu RT : astaga pak hendra..hanya masalah itu pak hendra harus menolak tawaran bu maria..
227. Pak hendra : ini bukan lagi berbicara tentang materi, Tapi berbicara hak..
228. Bu RT : kemudian harus menyisihkan hak pak hendra sendiri..
229. Pak hendra : bukankah itu adalah kewajiban manusia secara hakiki..dan juga,, itu salah satu tanggung
jawab orang yang diamanahkan menjadi pemimpin..
230. Bu RT : jadi pak hendra mengatakan saya tidak bertanggung jawab..
231. Bu maria : cukup Bu RT..saya menghargai dengan keputusan pak hendra.. mungkin baginya
perjuangan, lebih bermakna daripada uang,,, ee… kalau memang itu sudah menjadi keputusan bapak..saya mohon
pamit pulang, permisi.. (ingin pergi)
232. Pak hendra : tunggu sebentar (punya firasat terhadap sikap mereka) sebenarnya anda siapa. kenapa
tidak saling terbuka saja..aku rasa seperti ada kecemasan ketika aku putuskan untuk berjuang di jalanku
233. Pak RT : (cemas)
234. Bu maria : ternyata dugaanku tak salah.. pak hendra adalah orang yang terbilang cerdas.. dan tak
mudah untuk menghalangi keinginannya,,, ya..semua firasat pak hendra memang benar.. ada permainan dibalik
tawaran ini..
235. Pak hendra : siapa anda?
236. Bu maria : aku adalah pemilik pertambangan yang selalu pak hendra singgung dalam tulisan bapak,
kata-katanya yang menohok yang membuatku penasaran seperti apa sosok sang penulis
237. Pak hendra : tapi pertemuan dengan cara yang salah.
238. Bu maria : apa sebenarnya yang pak hendra inginkan,,, apa mata pa hendra bisa di tutup dengan ini
(memetik jari simbol uang)
239. Pak hendra : saya akan tetap teruskan tulisan ini.. jangan berpikir kalau saya akan berhenti karena
iming-iming uang
240. Bu maria : oh.. benarkah?? bagaimana dengan ini (membuka koper yang penuh uang) mungkin pak
hendra menganggap semua tawaran saya main-main..
241. Pak hendra : jangan berpikir semua dapat dibeli dengan uang.. perjuangan ini bukan semata untuk
uang, tapi untuk harga diri
242. Bu maria : harga diri siapa pak hendra?
243. Pak hendra : harga diri masyarakat.. lebih baik bu maria bersiap untuk mencari lahan pertambangan
lain..
244. Bu maria : atas dasar apa pak hendra mengusir kami..
245. Pak hendra : atas dasar legalitas pertambangan..
246. Bu maria : keberadaan kami legal dan resmi..
247. Pak hendra : melegalkan diri dengan memainkan pemimpin dan pihak berwajib.. ya kan?
248. Bu maria : jangan mengada ada pak hendra.. (marah)
249. Pak hendra : bu maria,, anda kira saya buta.. kalau memang benar pertambangan bu maria itu legal..
kita akan uji materi dipemerintah pusat.. apa benar nama perusahaan bu maria terdaftar..
250. Bu maria : jangan sekali-kali pa hendra mengangkat permasalahan ini ke ranah hukum
251. Pak hendra : ternyata benar..
252. Bu maria : pak hendra sudah sangat berani terhadap saya.. apa pak hendra tidak berpikir tentang
akibatnya
253. Pak hendra : ini kulakukan untuk masyarakat.. apapun aku lakukan untuk itu
254.
255. Bu maria : baguslah kalau begitu.. oh ya.. bagaimana dengan rizal munir anak kesayangan bapak
256. Pak hendra : dari mana anda tau tentang anak saya.. dan apa hubungannya dengan masalah ini..
257. Bu maria : tentu saja saya tau seorang rizal munir, calon sarjana seperti bapaknya, dan, mewarisi
keteguhan sifat ibunya..ya, ibunya(terdiam) dia adalah anak yang dititipkan oleh saya sendiri (terdiam) ohhh
tidak, santai,,saya cuma bercanda, saya bukan mariati, beda watak dan beda keadaan, walaupun mempunyai paras
yang begitu sama (tersenyum) tapi tentunya pak hendra tak ingin rizal munir ikut terlibat dalam permasalahan ini
bukan??
258. Pak hendra : tidak ada urusan dengan dia..
259. Bu maria : bagaimana perasaan pak hendra.. bila dia terlibat dengan masalah ini...
260. Pak hendra : apa maksudmu?
261. Bu maria : pikirkan kembali pendirian dan niatmu pak .... (mengancam)
262. Pak hendra : jangan macam-macam dengan munir anakku.. (marah)
263. Bu maria : sentuhlah, maka permasalahan ini akan ku bawa ke ranah hukum (keluar) ohh iya, satu
lagi, ucapkan selamat tinggal kepada istrimu… permisi
264. Pa hendra : apa yang kau maksud
Pak bobi keluar dengan penuh perasaan kesal
265. Bu RT : munkin pak hendra harus memikirkan lagi tentang pernyataan bapak
266. Pak hendra : apa untungnya
267. Bu RT : tentu saja pak hendra akan menjadi untung.. pak hendra akan kaya raya..
268. Pak hendra : aku tak perlu harta.. bagiku harta yang sebenarnya adalah anak dan istriku..
269. Bu RT : istri, apakah bu maria terlihat seperti istri bapak yang sebelumnya
270. Pa hendra : tidak, mariati sudah meninggal,
271. Bu RT : bentuk tubuh dan paras yang begitu persis,
272. Pa hendra : tapi hatinya berbeda,
273. Bu RT : (menagalih pembicaraan) dan,,, bapak juga sangat menyayangi anak bapak,, siapa
namanya.. saya lupa..
274. Pak hendra : rizal munir..
275. Bu Rt : oh iya.. rizal.. sudah lama sekali aku tak melihatnya
276. Pak hendra : harta yang sangat ku jaga dan kusayangi..
277. Bu RT : (dapat ide) bukankah munir meneruskan studinya diluar kota?
278. Pak hendra : iya..
279. Bu RT : baguslah.. ee.. kalau begitu saya pamit dulu. ada urusan lain yang harus diselesaikan..
Bu RT keluar dengan tegesa-gesa sedikit demi sedikit lampu memadamkan cahayanya pertanda
pergantian ruang dimana terlihat disekapnya mariati di suatu tempat
Seiring berjalannya waktu pa hendra terus gelisah tentang keadaan anak dan istrinya, pa hendra
menunggu kedatangan keluarganya berhari-hari, diiringi musik yang terus mencekam menandakan
gelisahan hati pa hendra, dan pa hendra akhirnya termenung di sebuah bangku
PADE OUT
280. Suara bayangan RT : pa, bu maria benar-benar marah pa, bapa harus ber hati-hati
281. Suara bayangan saila : jangan pernah bermain-main dengan bu maria pak .. tolong kami pak tolong
282. Suara bayangan RT : mereka benar-benar nekat pak.. lebih baik pak hendra pikirkan nasib munir dan
para warga..
Ditempat lain
283. Suara bayangan saila : ampuni kami bu, ampunnnnnn, jangan bunuh kami
284. Suara bayangan RT : saya tau betul dengan mereka pak hendra.. preman-preman dia.
Ditempat lain
285. Suara bayangan saila : kang samsul telah di bunuh pa, dan munir, munir, munir
286. Suara RT : ingat pak.. munir adalah harta pak hendra yang dititipkan mariati..
Berulang-ulang
287. Suara bayangan saila : bu hesti (teriak), munir (teriak), kang samsul (teriak), tolong kami pa, ampuni
kami pa, kami tidak ingin terlibat pa, bapa (teriak)
288. Pak hendra : (berteriak)
PADE OUT
(dalam halusinasi pa hendra) munir datang membawa koper dari kota dan tidak menyadari ada ancaman
yang menghampirinya
289. Munir : (menutup pintu) (melihat ruangan rumah) bapak… pa… (memanggil ayahnya)
290. Preman : tidak perlu terburu buru menutup pintunya..
291. Munir : apa-apaan ini hei
292. Preman : weiiiiii, liar dan menggairahkan
293. Munir : lepaskan, salahku apa
294. Preman : kau tidak bersalah, tapi ayahmu lah yang menyebabkan ini semua
295. munir : ohh kalian adalah preman-preman pertambangan itu
296. Preman : betul sekali
297. Munir : dia tak akan gentar dengan apapun
298. Preman : walaupun kau akan menerima akbit dari perbuatannya itu
299. Munir : dengan menyekapku seperti ini, kalian kira ayahku berhenti dengan perjuangannya,
tidak sama sekali bung, dan aku, aku akan selalu mengiringi dalam perjuangan tersebut
300. preman : apa, mengiringi, ingat diri nir, kau ini sedang dimana
301. munir : sedang dalam genggaman para binatang
302. Preman : apa yang kau maksud hah
303. Munir : ya binatang, bintang yang rela menjilat kaki tuannya sendiri
304. Preman : dan kami juga rela menjilat darahmu nir
305. Munir : (tersenyum) kalian kira aku takut dengan pisau itu, sini lebih dekat
306. Preman : bangsat,, kau berani melawan hah
307. Munir : melawan (tertawa) kalian kira aku takut dengan bajingan seperti kalian
308. Preman : kurang ajar,
309. Munir : apa hah, kenapa Cuma di pegang pisau tersebut, ayo, arahkan lah ke leherku, ayoo
310. Preman : jika bukan karena perintah, ku bunuh kau
311. Munir : (tertawa) seperti anjing dalam ikatan majikannya,
312. Preman : bangsat,,,,,,,,,,, (membunuh munir)
Disaat itu pula pa hendra datang menemui munir dan para preman kabur
313. Pak hendra : munir… bertahanlah munir.. ini bapak nak.. munir.. kamu tidak boleh mati.. aku
berjanji dengan ibu mu.. untuk selalu menjagamu… munirrrrr… bertahanlah munir… munirrrrr…. (dan
ternyata munirpun mati)
PADE OUT
Pa hendra dalam keadaan stres
314. Pak hendra : munir… ini bapak nak… kembali nak.. bapak ingin memeluk mu.. maafkan aku
mariati.. aku gagal dengan amanah mu..
315. Pak hendra : munir… kenapa kau harus meninggalkan bapak dengan cara seperti itu nak..(berbicara
sendiri)
316. Pak hendra : maafkan aku nak.. ini semua gara-gara bapak.. sehingga kamu menjadi korban.. kenapa
harus kamu yang terbunuh.. kenapa tidak bapak saja…(berbicara sendiri)
Tidak berapa lama hesti datang sambil memegang perut yang berlumuran darah, mendekat ke suaminya
musik terus mengisi kesedihan keluarga tersebut, seiring berjalannya waktu hesti menghembuskan nafas
terkahirnya,, tidak berapa lama munir meliat keadaan tersebut
317. Munir : bapaaaaaaaaaaaaaaaaa
Munir meratapi kesedihan karena keadaan tersebut, emosi bercampur aduk, tidak berapa lama datang bu maria
dan pengawalnya menyekap munir
318. Munir : aku bersumpah demi harkat dan martabat yang tertanam dalam darahku, akan ku jaga
tanahku, akan ku lindungi meratusku, akan ku lanjutkan perjuangan ayahku
319. Pengawal : diam
320. Munir : heyyy, bangsat
321. Bu maria : sssssstttttttt aku beritahu kepadamu, meratus kalian ini memang kaya, bahkan kayu di
masukkan kedalam tanhpun menjadi harta, tapi sayang, otak kalian yang tidak berharga, karena otak kalian tidak
bisa melakukan itu, dan kalian memang di ciptakan untuk menjadi cacing, cacing yang membantu kami untuk
mengeruk hasil buminya
322. Munir : hei jalang, kami memang cacing, tapi apa kau tau sifat cacing sesungguhnya, cacing itu
memang kecil, tapi dialah yang hidup dan selalu menjaga tanah ini, dan apa kau tau ketika cacing tu marah, dia
akan masuk kedalam perutmu dan mengerogoti seluruh tubuhmu, bahkan akan membuat kempes kedua
payudaramu (senyum sinis)
323. Bu maria : bangsat apa kau bilang hah
324. Munir : silahkan kau tusukkan pisau itu ke leher atau bahkan kepalaku kami yang menyayangi
meratus kami,, tetap bertahan walau ajjal menimpa kami,, dan satu lagi yang ingin aku katakan,,, sebelum kau
menghitung mundur kematianku,,, kami para pencinta meratus ini,, sudah menghitung mundur dari awal mula
kami di lahirkan untuk terus mempertahankan meratus ini,,, kau memang banyak membunuh,,bung,, tapi lihat di
mata ini,,, apakah dia takut dan gentar menemui ajalnya, tidak ada kesedihan ataupun takut akan kematian,,, yang
ada hanya kebanggaan,,,, kau akan segera menghadapi kematianmu di mata yang sama,, di mata pencinta meratus
ini,, sekarang ataupun nanti,, dan silahkan tusukkan pisaumu sekarang,,, 10,, 9, ayo tunggu apa lagi 8, ayo tusuk
(tetawa) 7, 6, tunggu apa lagi (tersenyum sinis dan meludah ke muka preman)
325. Bu maria : bangsattttttttttttttt, bunuh dia
TAMAT

Anda mungkin juga menyukai