PROVINSI BANTEN
PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG
NOMOR 11 TAHUN 2014
TENTANG
PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI TANGERANG,
Menimbang
Mengingat
a.
b.
c.
1.
2.
3.
4.
5.
-2-
6.
7.
Undang-Undang
Nomor
25
Tahun
2007
tentang
Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2007 Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4724);
8.
9.
10. Undang-Undang
Nomor
32
Tahun
2009
tentang
Perlindungan
dan
Pengelolaan
Lingkungan
Hidup
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor
140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5059);
11. Undang-Undang
Nomor
3
Tahun
2014
tentang
Perindustrian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2014 Nomor 4, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5492);
12. Undang-Undang
Nomor
7
Tahun
2014
tentang
Perdagangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2014 Nomor 45, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5512);
13. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 1986 tentang
Kewenangan Pembinaan dan Pengembangan Industri
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1986 Nomor
23, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3330);
14. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun1986 tentang
Kawasan Berikat (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1986 Nomor 30, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3334);
15. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang
Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah,
Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah
Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara
Nomor
16/Mdan Pembinaan
21. Peraturan
Menteri
Perindustrian
Nomor
19/MIND/PER/5/2006 tentang Standardisasi, Pembinaan dan
Pengawasan Standar Nasional Indonesia Bidang Industri;
22. Peraturan
Menteri
Perindustrian
Nomor
41/MIND/PER/6/2008 tentang Ketentuan dan tata cara
Pemberian Izin Usaha Industri, Izin Perluasan dan Tanda
Daftar Industri;
23. Peraturan
Menteri
Perindustrian
Nomor
5/MIND/PER/2/2014 tentang Tata cara pemberian Izin Usaha
Kawasan Industri dan Izin Perluasan kawasan Industri;
24. Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 1 Tahun
2008 tentang Urusan Pemerintahan Kabupaten Tangerang
(Lembaran Daerah Kabupaten Tangerang Tahun 2008
Nomor 01, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten
Tangerang Nomor 0108);
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKlLAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN TANGERANG
dan
BUPATI TANGERANG
MEMUTUSKAN:
Menetapkan
: PERATURAN DAERAH
PERDAGANGAN.
TENTANG
PERINDUSTRIAN
DAN
-4-
BAB I...
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
-6-
Perorangan
adalah
perusahaan
yang
Pasal 4
Pembangunan Industri dan Perdagangan bertujuan untuk:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
BAB II
PERIJINAN
Bagian Kesatu
Jenis Perijinan
Pasal 5
Jenis perizinan usaha bidang Perindustrian dan Perdagangan
meliputi:
a. IUI;
b. Izin Perluasan;
c. IUIK;
d. IUKI;
e. SIUP Barang dan Jasa;
f. IUPP;
g. IUPPT;
h. TDP;
i. TDG; dan
j. STPW;
-9-
Bagian Kedua...
Bagian Kedua
IUI
Pasal 6
(1) Setiap Perusahaan Industri yang nilai investasi perusahaan
seluruhnya di atas Rp.500.000.000,- (lima ratus juta rupiah)
sampai dengan Rp.10.000.000.000,- (sepuluh milyar rupiah)
tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, wajib
memiliki IUI dari Bupati atau pejabat yang ditunjuk.
(2) IUI sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
berdasarkan berita acara pemeriksaaan lapangan.
diberikan
Pasal 7
Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
6 bagi Jenis Industri sebagai berikut:
a. industri yang mengolah dan menghasilkan Bahan Beracun
dan Berbahaya (B3);
b. industri minuman beralkohol;
c. industri teknologi tinggi yang strategis;
d. industri kertas berharga;
e. industri senjata dan amunisi;
f. industri yang lokasinya lintas provinsi;
g. industri yang berlokasi pada lintas kabupaten/kota dalam
satu provinsi; dan
h. industri dengan skala investasi di atas Rp.10.000.000.000,(sepuluh milyar rupiah).
Pasal 8
(1) IUI melalui persetujuan prinsip diberikan kepada Perusahaan
Industri yang:
a. jenis dan komoditi industrinya tidak termasuk dalam
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7;
b. rencana usaha dan/atau kegiatannya berdasarkan
ketentuan
peraturan
perundang-undangan
wajib
dilengkapi dengan dokumen lingkungan; dan
c. lokasi industrinya berbatasan langsung dengan kawasan
lindung berdasarkan ketentuan peraturan perundangundangan.
(2) Persetujuan prinsip bukan merupakan izin untuk melakukan
produksi komersial.
(3) Persetujuan prinsip dinyatakan batal demi hukum apabila
dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
perusahaan industri belum melaksanakan operasional.
(4) Perusahaan Industri yang persetujuan prinsipnya batal demi
hukum dapat mengajukan persetujuan prinsip baru.
diberikan
Pasal 13
Persyaratan untuk memperoleh IUIK bagi perusahaan yang nilai
investasinya di bawah Rp.500.000.000,- (lima ratus juta rupiah)
adalah :
a. copy Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);
b. copy akte pendirian perusahaan (bagi yang Berbadan
Hukum);
c. copy Kartu Tanda Penduduk (KTP) Pemilik atau penanggung
jawab;
d. copy Domisili Tempat Usaha; dan
e. UKL-UPL bagi yang berdampak tidak penting atau surat Izin
Lingkungan yang dikeluarkan oleh BLHD.
Pasal 14
Ketentuan lebih lanjut mengenai penerbitan
penggantian diatur dengan Peraturan Bupati.
IUIK
dan
Bagian Kelima
Pemberlakuan IUI, Izin Perluasan dan IUIK
Pasal 15
Perusahaan Industri yang telah memiliki IUI, Izin Perluasan dan
IUIK tanpa terkecuali 3 (tiga) tahun sekali, diharuskan
mengajukan her registrasi kepada intansi penerbit setelah
memenuhi persyaratan dan dibuatkan berita acara pemeriksaan
lapangan.
Pasal 16
IUI, Izin Perluasan dan IUIK berlaku sebagai Izin Gudang/Izin
tempat penyimpanan bagi gudang/tempat penyimpanan yang
berada dalam kompleks usaha industri yang bersangkutan, yang
digunakan untuk menyimpan peralatan, perlengkapan, Bahan
Baku, bahan penolong dan barang/bahan jadi untuk keperluan
kegiatan usaha Jenis Industri yang bersangkutan.
Pasal 17
IUI, Izin Perluasan dan IUIK diberikan sesuai dengan Klasifikasi
Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI).
-12-
Bagian Keenam...
Bagian Keenam
Pemindahan Lokasi
Pasal 18
(1) Pemindahan lokasi Industri wajib mendapat persetujuan
tertulis dari Bupati atau pejabat yang ditunjuk setelah
mendapat berita acara pemeriksaan lapangan.
(2) Persetujuan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
berlaku sebagai:
a. persetujuan prinsip di lokasi baru untuk IUI melalui
Persetujuan prinsip.
b. persetujuan pindah pada lokasi baru untuk IUI Tanpa
persetujuan prinsip dan IUIK.
(3) Berdasarkan persetujuan tertulis sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), Perusahaan Industri wajib mengajukan
permohonan IUI/IUIK baru.
Bagian Ketujuh
Perubahan Nama, Alamat, dan/atau Penanggung Jawab
Pasal 19
(1) Perusahaan industri yang telah mendapatkan IUI, Izin
Perluasan dan IUIK yang melakukan perubahan nama,
alamat dan/atau penanggung jawab perusahaan, wajib
memberitahukan secara tertulis kepada pejabat pemberi izin
setelah mendapat penetapan perubahan.
(2) Berdasarkan pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), Pejabat pemberi izin mengeluarkan persetujuan
perubahan,
dan
persetujuan
perubahan
dimaksud
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari IUI, Izin
Perluasan dan IUIK setelah mendapat berita acara
pemeriksaan lapangan.
Pasal 20
Perusahaan Industri yang telah mendapatkan persetujuan
perubahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (2) dalam
jangka waktu 3 (tiga) bulan terhitung mulai tanggal
diterbitkannya persetujuan perubahan wajib mendaftarkan
perusahaannya dalam ke instansi penerbit ijin sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan.
-13Bagian Kedelapan...
Bagian Kedelapan
IUI, Izin Perluasan, IUIK Hilang atau Rusak
Pasal 21
(1) Dalam hal IUI, Izin Perluasan atau IUIK hilang atau rusak
tidak terbaca, perusahaan yang bersangkutan dapat
mengajukan permohonan penggantian kepada Bupati atau
pejabat yang ditunjuk.
(2) Permohonan penggantian IUI, Izin Perluasan atau IUIK yang
telah hilang dan rusak sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
dilampiri dengan surat asli IUI, Izin Perluasan atau IUIK bagi
yang rusak atau surat keterangan dari kepolisian setempat
yang menerangkan bahwa IUI, Izin Perluasan atau IUIK
perusahaan industri yang bersangkutan telah hilang.
(3) Berdasarkan permohonan penggantian IUI, Izin Perluasan
atau IUIK sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diterima dan
telah dilampiri dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat
(2), pejabat pemberi Izin mengeluarkan IUI, Izin Perluasan
atau IUIK sebagai pengganti yang hilang atau rusak setelah
mendapat berita acara pemeriksaan lapangan.
Bagian Kesembilan
Sistem Informasi Industri
Pasal 22
(1) Perusahaan Industri yang telah memiliki IUI/Izin Perluasan
wajib menyampaikan Sistem Informasi Industri secara
berkala kepada Bupati melalui dinas terkait mengenai
kegiatan usahanya menurut jadwal sebagai berikut:
a. 6 (enam) bulan pertama tahun yang bersangkutan
selambat-lambatnya setiap tanggal 31 Juli; dan
b. 1 (satu) tahun selambat-lambatnya setiap tanggal 31
Januari pada tahun berikutnya.
(2) Perusahaan Industri yang telah memiliki IUIK wajib
menyampaikan Informasi Industri kepada Bupati melalui
dinas terkait setiap tahun selambat-lambatnya tanggal 31
Januari pada tahun berikutnya.
Pasal 23
Sesuai dengan IUI, Izin Perluasan atau IUIK yang dimiliki,
Perusahaan Industri wajib:
a. melaksanakan upaya keseimbangan dan kelestarian sumber
daya alam serta pencegahan kerusakan dan pencemaran
terhadap lingkungan hidup akibat kegiatan industri yang
dilakukannya dengan melaksanakan dokumen lingkungan;
-14b.
dan
melaksanakan upaya yang menyangkut keamanan dan
keselamatan alat, Bahan Baku dan bahan penolong, proses,
hasil produksi dan pengangkutannya serta keselamatan kerja
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
BAB III...
BAB III
KAWASAN INDUSTRI
Bagian Kesatu
IUKI
Pasal 24
Bagian Kedua
SIUP
Pasal 26
(1) Setiap perusahaan yang melakukan kegiatan usaha
perdagangan barang dan jasa yang berkedudukan atau
berdomisili di Daerah wajib memiliki SIUP.
(2) Perusahaan yang dikecualikan dari kewajiban memperoleh
SIUP adalah:
a. pedagang keliling;
b. asongan;
c. pedagang kaki lima;
d. perusahaan yang telah memperoleh IUTM;
e. perusahaan yang telah memperoleh IUPP; dan
f. perusahaan yang telah memperoleh IUPPT;
SIUP-nya
hilang/rusak
dapat
Pasal 29
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penerbitan SIUP diatur
dengan Peraturan Bupati.
BagianKetiga
TDP
Pasal 30
(1) Setiap perusahaan yang telah memperoleh IUI dan/atau
SIUP, wajib mendaftarkan kegiatan usahanya ke SKPD yang
membidangi perizinan.
(2) Perusahaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang telah
didaftarkan dalam daftar perusahaan akan memperoleh TDP.
Pasal 31
(1) TDP berlaku untuk jangka waktu 5 (lima) tahun terhitung
mulai tanggal diterbitkannya dan wajib diperpanjang kembali
paling lambat 90 (sembilan puluh) hari sebelum masa
berlakunya berakhir.
(2) Perusahaan yang memiliki TDP wajib memasangnya
ditempatyang mudah dibaca dan dilihat oleh umum.
(3) Nomor TDP sebagaimana dimaksud pada ayat (2) wajib
dicantumkan pada Papan Nama dan dokumen-dokumen
perusahaan
yang
dipergunakan
untuk
kepentingan
usahanya.
-16Pasal 32
(1) Perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas yang
menjual sahamnya melalui Pasar Modal ,wajib mendaftarkan
kepada Dinas, untuk memperoleh TDP Perusahaan Terbatas
Terbuka (PT.Tbk).
(2) Perusahaan...
(2) Perusahaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) apabila
terjadi perubahan Anggaran Dasar, wajib melaporkan kepada
Dinas dengan menyebutkan alasan-alasannya untuk
diberikan Tanda Daftar Perusahaan atau Perusahaan
Terbatas Terbuka yang baru.
Pasal 33
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penerbitan TDP diatur
dengan Peraturan Bupati
Bagian Keempat
Tanda Daftar Gudang
Pasal 35
(1) Setiap badan usaha atau perorangan yang memiliki
dan/atau mempergunakan Gudang wajib memiiki TDG dari
Dinas.
(2) TDG diberikan kepada badan usaha atau perorangan yang
telah memiliki SIUP dan TDP.
Pasal 36
(1) Gudang yang wajib didaftarkan ialah ruangan yang
dipergunakan untuk menyimpan barang-barang dagangan.
(2) Setiap
perusahaan
usaha
pergudangan
wajib
menyelenggarakan administrasi
mengenai barang-barang
yang masuk dan keluar gudang sehingga dapat diikuti lalu
lintas barang dari dan kegudang tersebut.
Pasal 37
(1) Perusahaan atau perorangan yang melakukan penyimpanan
barang tertentu dalam gudang yang melebihi jangka waktu
3 (tiga) bulan dalam kondisi normal wajib melaporkan kepada
Dinas.
(2) Untuk dapat melakukan penyimpanan digudang melebihi
kebutuhan dari 3 (tiga) bulan, pemilik gudang wajib memiliki
Surat Keterangan Penyimpanan Barang (SKPB) dari Dinas.
(3) Dikecualikan dari ketentuan-ketentuan TDG adalah gudanggudang yang berada pada pelabuhan yang dikuasi oleh
penguasa pelabuhan, kawasan berikat, gudang yang melekat
-19-
BAB IV...
BAB IV
PEMBINAAN, PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN
PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN
Bagian Kesatu
Pembinaan
Pasal 43
(1) Pemerintah Daerah melakukan pembinaan dalam rangka
mendukung kemampuan dalam penyelenggaraan urusan
perindustrian dan Perdagangan.
(2) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
dalam bentuk pemberian bimbingan, supervisi, konsultasi,
monitoring dan evaluasi, pendidikan dan pelatihan, serta
kegiatan yang diarahkan guna pemberdayaan Pemerintah
Daerah dalam menyelenggarakan urusan perindustrian dan
Perdagangan.
Bagian Kedua
Pengendalian dan Pengawasan
Pasal 44
(1) Pemerintah
Daerah
melaksanakan
pengawasan
dan
pengendalian terhadap kegiatan usaha Industri dan kegiatan
usaha Kawasan Industri.
(2) Pengawasan dan pengendalian sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan untuk mengetahui pemenuhan dan
kepatuhan terhadap peraturan di urusan Perindustrian dan
Perdagangan yang dilaksanakan oleh Perusahaan Industri
dan Perusahaan Kawasan Industri.
(3) Pemenuhan dan kepatuhan terhadap peraturan pada urusan
Perindustrian dan Perdagangan yang dilaksanakan oleh
Perusahaan Industri dan Perusahaan Kawasan Industri
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
-20i.
BAB VI
KETENTUAN PENYIDIKAN
Pasal 47
(1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan
Pemerintah Daerah diberi wewenang khusus sebagai
penyidik untuk melakukan penyidikan atas pelanggaran
ketentuan
dalam
PeraturanDaerah
ini
sebagaimana
dimaksud dalam undang-undang hukum acara pidana.
(2) Wewenang penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
adalah:
a. menerima laporan atau pengaduan dari seseorang
mengenai adanya tindak pidana atas pelanggaran
peraturan daerah;
BAB IX...
BAB IX
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 50
Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka Peraturan
Daerah Nomor 7 Tahun 2002 tentang Pengaturan, Pembinaan
dan Pengendalian Industri dan Perdagangan dicabut dan
dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 51
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar
setiap
orang
mengetahuinya,
memerintahkan
pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya
dalam Lembaran Daerah Kabupaten Tangerang.
Ditetapkan di Tigaraksa
Pada tanggal 29 September 2014
BUPATI TANGERANG,
ttd
A. ZAKI ISKANDAR
Diundangkan di Tigaraksa
Pada tanggal 1 Oktober 2014
SEKRETARIS DAERAH
KABUPATEN TANGERANG,
ttd
ISKANDAR MIRSAD
-23-
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG
NOMOR 11 TAHUN 2014
TENTANG
PERINDUSTRIAN DANPERDAGANGAN
I.
UMUM
Pembangunan Daerah harus memberi manfaat sebesar-besarnya
untuk kesejahteraan rakyat dalam rangka mewujudkan masyarakat adil
dan
makmur yang
diselenggarakan
berdasarkan
prinsip
demokrasi
budaya
kemandirian
dan
Pembangunan
luhur
bangsa,
ketahanan
guna
bangsa
mewujudkan
untuk
kedaulatan,
kepentingan
nasional.
Industri
sebagai
penggerak
utama.
Globalisasi
dan
membuka
peluang
kolaborasi
sehingga
pembangunan
Industri
Undang-Undang
perumusan
dan
pelaksanaan
kebijakan
nasional
di
bidang
Perindustrian
Kabupaten
Tangerang
berpengaruh
sehingga
terhadap
Pemerintah
pembanguna
daerah
harus
daerah
mampu
Daerah
yang
memberikan
daya
dukung
dalam
maupun
perekonomian
melampaui
yang
batas
harus
wilayah
negara,
dilaksanakan
dengan
tetapi
aktivitas
mengutamakan
Perdagangan
melalui
Sistem
Elektronik,
pelindungan
dan
Sistem
Informasi
Perdagangan,
tugas
dan
wewenang
-25Cukup jelas.
Ayat (1)
Cukup jelas.
Pasal 7
Cukup jelas.
Pasal 8
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan persetujuan prinsip adalah Persetujuan
prinsip yang diberikan kepada perusahaan industri untuk
melakukan persiapan dan usaha pembangunan, pengadaan,
pemasangan/ instalasi peralatan dan kesiapan lain yang
diperlukan Persetujuan prinsip berlaku paling lama 1 (satu) tahun
dan dapat diperpanjang 1 (satu) kali.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Pasal 9
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 10
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
-26Cukup jelas.
Pasal 11
Cukup jelas.
Pasal 12
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 13
Cukup jelas.
Pasal 14
Cukup jelas.
Pasal 15
Cukup jelas.
Pasal 16
Cukup jelas.
Pasal 17
Cukup jelas.
Pasal 18
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 19
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
-27Cukup jelas.
Pasal 20
Cukup jelas.
Pasal 21
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 22
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 23
Cukup jelas.
Pasal 24
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 25
Cukup jelas.
Pasal 26
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
-28Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 27
Cukup jelas.
Pasal 28
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 29
Cukup jelas.
Pasal 30
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 31
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 32
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Pasal 33
Cukup jelas.
Pasal 34
Cukup jelas
-29Pasal 35
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 36
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 37
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 38
Cukup jelas
Pasal 39
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 40
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan dokumen Surat Keterangan Asal (SKA)
adalah dokumen yang diisi oleh eksportir dengan lengkap, jelas
-31Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 44
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Pasal 45
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 46
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 47
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
-32Pasal 48
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 49
Ayat (1)
-33Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 50
Cukup jelas
Pasal 51
Cukup jelas