Anda di halaman 1dari 33

BUPATI TANGERANG

PROVINSI BANTEN
PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG
NOMOR 11 TAHUN 2014
TENTANG
PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI TANGERANG,
Menimbang

Mengingat

a.

bahwa dengan semakin meningkatnya kegiatan usaha


industri dan perdagangan di Kabupaten Tangerang
diperlukan adanya iklim usaha industri dan perdagangan
yang sehat dan tertib;

b.

bahwa dengan diberlakukannya otonomi daerah dan


kewenangan yang diberikan oleh Pemerintah dibidang
industri dan perdagangan, dipandang perlu adanya
peraturan kegiatan usaha industri dan perdagangan;

c.

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud


dalam huruf a dan huruf b, perIu menetapkan Peraturan
Daerah tentang Perindustrian dan Perdagangan;

1.

Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik


Indonesia Tahun 1945;

2.

UndangUndang Nomor 14 Tahun 1950 tentang


Pembentukan
Daerah-Daerah
Kabupaten
Dalam
Lingkungan Provinsi Jawa Barat (Berita Negara Tahun
1950);

3.

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1965 tentang


Penetapan Peraturan Permerintah Pengganti UndangUndang Nomor 5 Tahun 1962 tentang Perubahan
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1960 tentang
Pergudangan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1965 Nomor 31) menjadi Undang-Undang
(Lembaran Negara Tahun Republik Indonesia 1965 Nomor
54, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 2759);

4.

Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1982 tentang Wajib


Daftar Perusahaan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1982 Nomor 87, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3214);

5.

Undang-Undang Nomor 9 Tahun1995 tentang Usaha


Kecil (lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995
Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3611);
6. Undang-Undang...

-2-

6.

UndangUndang Nomor 32 Tahun 2004 tentang


Pemerintahan
Daerah
(Lembaran
Negara
Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah
beberapa kali diubah, terakhir dengan UndangUndang
Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas
UndangUndang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan
Daerah
(Lembaran
Negara
Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

7.

Undang-Undang
Nomor
25
Tahun
2007
tentang
Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2007 Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4724);

8.

Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan


Terbatas (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2007 Nomor 106, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4756);

9.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha


Mikro, Kecil dan Menengah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 36, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4866);

10. Undang-Undang
Nomor
32
Tahun
2009
tentang
Perlindungan
dan
Pengelolaan
Lingkungan
Hidup
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor
140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5059);
11. Undang-Undang
Nomor
3
Tahun
2014
tentang
Perindustrian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2014 Nomor 4, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5492);
12. Undang-Undang
Nomor
7
Tahun
2014
tentang
Perdagangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2014 Nomor 45, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5512);
13. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 1986 tentang
Kewenangan Pembinaan dan Pengembangan Industri
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1986 Nomor
23, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3330);
14. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun1986 tentang
Kawasan Berikat (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1986 Nomor 30, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3334);
15. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang
Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah,
Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah
Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara

-3Republik Indonesia Nomor 4737);


16. Peraturan Pemerintah...
16. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2007 tentang
Waralaba (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2007 Nomor 90, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4742);
17. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2009 tentang
Kawasan Industri (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 24, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4987);
18. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2012 tentang Izin
Lingkungan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2012 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5285);
19. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 11 Tahun
2006 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan
yang Wajib Dilengkapi dengan Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan Hidup;
20. Peraturan
Menteri
Perindustrian
IND/PER/3/2006 tentang Penataan
Pergudangan;

Nomor
16/Mdan Pembinaan

21. Peraturan
Menteri
Perindustrian
Nomor
19/MIND/PER/5/2006 tentang Standardisasi, Pembinaan dan
Pengawasan Standar Nasional Indonesia Bidang Industri;
22. Peraturan
Menteri
Perindustrian
Nomor
41/MIND/PER/6/2008 tentang Ketentuan dan tata cara
Pemberian Izin Usaha Industri, Izin Perluasan dan Tanda
Daftar Industri;
23. Peraturan
Menteri
Perindustrian
Nomor
5/MIND/PER/2/2014 tentang Tata cara pemberian Izin Usaha
Kawasan Industri dan Izin Perluasan kawasan Industri;
24. Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 1 Tahun
2008 tentang Urusan Pemerintahan Kabupaten Tangerang
(Lembaran Daerah Kabupaten Tangerang Tahun 2008
Nomor 01, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten
Tangerang Nomor 0108);
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKlLAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN TANGERANG
dan
BUPATI TANGERANG
MEMUTUSKAN:
Menetapkan

: PERATURAN DAERAH
PERDAGANGAN.

TENTANG

PERINDUSTRIAN

DAN

-4-

BAB I...
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan:
1.

Daerah adalah Kabupaten Tangerang.

2.

Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah


sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.

3.

Bupati adalah Bupati Tangerang.

4.

Dinas Perindustrian dan Perdagangan yang selanjutnya


disebut
Dinas
adalah
Dinas
Perindustrian
dan
Perdagangan Kabupaten Tangerang.

5.

Perindustrian adalah tatanan dan segala kegiatan yang


bertalian dengan kegiatan industri.

6.

Perdagangan adalah kegiatan jual beli barang atau jasa yang


dilakukan secara terus menerus dengan tujuan pengalihan
hak atas barang atau jasa dengan disertai imbalan atau
kompensasi,

7.

Industri adalah seluruh bentuk kegiatan ekonomi yang


mengolah Bahan Baku dan/atau memanfaatkan sumber
daya industri sehingga menghasilkan barang yang
mempunyai nilai tambah atau manfaat lebih tinggi, termasuk
Jasa Industri.

8.

Bahan Baku adalah bahan mentah, barang setengah jadi,


atau barang jadi yang dapat diolah menjadi barang setengah
jadi atau barang jadi yang mempunyai nilai ekonomi yang
lebih tinggi.

9.

Jasa Industri adalah usaha jasa yang terkait dengan kegiatan


industri.

10. Setiap Orang adalah orang perseorangan atau korporasi.


11. Korporasi adalah kumpulan orang dan/atau kekayaan yang
terorganisasi, baik merupakan badan hukum maupun bukan
badan hukum.
12. Perusahaan Industri adalah setiap orang yang melakukan
kegiatan di bidang usaha industri yang berkedudukan di
Indonesia.
13. Perusahaan Kawasan Industri adalah perusahaan yang
mengusahakan pengembangan dan pengelolaan kawasan
industri.
14. Kawasan Industri adalah kawasan tempat pemusatan
kegiatan industri yang dilengkapi dengan sarana dan
prasarana penunjang yang dikembangkan dan dikelola oleh
Perusahaan Kawasan Industri.
15. Data Industri adalah fakta yang dicatatatau direkam dalam
bentuk angka, huruf, gambar, peta, dan/atau sejenisnya
yang menunjukkan keadaan sebenarnya untuk waktu

-5tertentu, bersifat bebas nilai, dan belum diolah terkait


dengan kegiatan Perusahaan Industri.
16. Data Kawasan...
16. Data Kawasan Industri adalah fakta yang dicatat atau
direkam dalam bentuk angka, huruf, gambar, peta, dan/atau
sejenisnya yang menunjukkan keadaan sebenarnya untuk
waktu tertentu, bersifat bebas nilai, dan belum diolah terkait
dengan kegiatan Perusahaan Kawasan Industri.
17. Informasi Industri adalah hasil pengolahan Data Industri dan
Data Kawasan Industri ke dalam bentuk tabel, grafik,
kesimpulan, atau narasi analisis yang memiliki arti atau
makna tertentu yang bermanfaat bagi penggunanya.
18. Sistem Informasi Industri adalah tatanan prosedur dan
mekanisme
kerja
yang
terintegrasi
meliputi
unsur
institusi,sumber daya manusia, basis data, perangkat keras
dan lunak, serta jaringan komunikasi data yang terkait satu
sama lain dengan tujuan untuk penyampaian, pengelolaan,
penyajian, pelayanan serta penyebarluasan data dan/atau
informasi industri.
19. Jenis Industri adalah bagian suatu cabang industri yang
mempunyai ciri khusus yang sama dan/atau hasilnya
bersifat akhir dalam proses produksi.
20. Bidang usaha industri adalah lapangan kegiatan yang
bersangkutandengan cabang industri atau Jenis Industri.
21. Perluasan
perusahaan
industri
adalah
penambahan
kapasitas produksi melebihi 30% (tiga puluh persen) dari
kapasitas produksi yang diizinkan.
22. Izin adalah merupakan salah satu bentuk pelaksanaan
fungsi pengaturan dan bersifat pengendalian dari Pemerintah
Daerah atas kegiatan yang dilakukan masyarakat dalam
kelangsungan dunia usaha.
23. Izin Usaha Industri yang selanjutnya disingkat IUI adalah izin
yang diberikan kepada pelaku industri dengan penetapan
jumlah tenaga kerja dan investasi tidak termasuk tanah dan
bangunan tempat usaha.
24. Izin Usaha Industri Kecil yang selanjutnya disingkat IUIK
adalah izin yang ditetapkan berdasarkan jumlah tenaga kerja
dan nilai investasi tidak termasuk tanah dan bangunan
tempat usaha.
25. Izin Usaha Kawasan Industri yang selanjutnya disebut IUKI
adalah izin usaha yang diberikan kepada pelaku industri
pada Kawasan Industri.
26. Surat Izin Usaha Perdagangan selanjutnya disebut SIUP
adalah surat Izin untuk dapat melaksanakan kegiatan usaha
perdagangan.
27. Upaya
Pengelolaan
Lingkungan
Hidup
dan
Upaya
Pemantauan Lingkungan Hidup, yang selanjutnya disebut
UKL-UPL, adalah pengelolaan dan pemantauan terhadap
usaha-usaha dan/atau kegiatan yang tidak berdampak
penting terhadap proses pengambilan keputusan tentang
penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan.

-6-

28. Izin Lingkungan...


28. Izin Lingkungan adalah izin yang diberikan kepada setiap
orang yang melakukan usaha dan/atau kegiatan yang wajib
analisis dampak lingkungan atau UKL-UPL dalam rangka
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup sebagai
prasarat memperoleh izin usaha dan/atau kegiatan.
29. Tanda Daftar Gudang yang selanjutnya disingkat TDG adalah
tanda daftar yang diberikan oleh Dinas kepada perusahaan
yang telah mendaftarkan.
30. Tanda Daftar Perusahaan yang selanjutnya disingkat TDP
adalah tanda daftar yang diberikan oleh SKPD yang
membidangi perizinan kepada perusahaan yang telah
mendaftarkan kegiatan usahanya.
31. Gudang adalah suatu ruangan tidak bergerak yang dapat
ditutup dengan tujuan tidak untuk dikunjungi oleh umum,
melainkan untuk dipakai khusus sebagai
tempat
penyimpanan barang-barang perniagaan dan memenuhi
syarat-syarat lain yang ditetapkan.
32. Usaha Pergudangan adalah kegiatan usaha jasa pergudangan
yang dilakukan oleh suatu perusahaan atau perorangan
melalui pemanfaatan gudang miliknya sendiri dan atau pihak
lain untuk mendukung dan memperlancar kegiatan usaha
perdagangan barang.
33. Pusat Perbelanjaan adalah suatu area tertentu yang terdiri
dari satu atau beberapa bangunan yang didirikan secara
vertikal mau horizontal yang dijual atau disewakan kepada
pelaku usaha atau dikelola sendiri untuk melakukan
kegiatan perdagangan barang.
34. Izin Usaha Pusat Perbelanjaan yang selanjutnya disingkat
IUPP adalah izin usaha untuk menyelenggarakan Pusat
Perbelanjaan.
35. Pasar Tradisional adalah pasar yang dibangun dan dikelola
oleh pemerintah pusat, Pemerintah Daerah, swasta, badan
usaha milik Negara dan badan usaha milik daerah termasuk
kerjasama dengan swasta dengan tempat usaha berupa took,
kios, los dan tenda yang dimiliki/dikelola oleh pedagang
kecil, menengah, swadaya masyarakat atau koperasi dengan
usaha skala kecil, modal kecil dan dengan proses jual beli
barang dagangan melalui tawar menawar.
36. Izin Usaha Pengelolaan Pasar Tradisional yang selanjutnya
disingkat IUPPT adalah izin usaha untuk menyelenggarakan
Pasar Tradisional.
37. Badan Hukum adalah suatu bentuk usaha yang meliputi
Perseroan Terbatas, Persekutuan Komanditer (CV), Koperasi,
Firma, Yayasan atau organisasi sejenisnya, lembaga, kongsi,
perkumpulan, Badan Usaha Milik Negara/Daerah, bentuk
usaha tetap dan usaha lainnya yang memenuhi ketentuan
perundang-undangan yangberlaku.
38. Perusahaan

Perorangan

adalah

perusahaan

yang

-7dimiliki oleh perorangan/pribadi yang juga bertindak


mengurus dan mengelola sendiri dan tidak merupakan badan
hukum atau sesuatu persekutuan.
39. Penyidik...
39. Penyidik Pegawai Negeri Sipil adalah pejabat atau pegawai
negeri sipil tertentu yang diberi wewenang
untuk
melaksanakan penyidikan terhadap pelanggaran Peraturan
Daerah.
40. Waralaba adalah hak khusus yang dimiliki oleh orang
perseorangan atau badan usaha terhadap sistem bisnis
dengan ciri khas usaha dalam rangka memasarkan barang
dan/atau jasa yang telah terbukti berhasil dan dapat
dimanfaatkan dan/atau digunakan oleh pihak lain
berdasarkan perjanjian Waralaba.
41. Surat Tanda Pendaftaran Waralaba yang selanjutnya disebut
STPW adalah bukti pendaftaran prospektus penawaran
Waralaba bagi Pemberi Waralaba bagi Pemberi Waralaba
dan/atau Pemberi Waralaba lanjutan serta bukti pendaftaran
perjanjian Waralaba bagi Penerima Waralaba dan/atau
Penerima Waralaba lanjutan, yang diberikan setelah
memenuhi persyaratan pendaftaran.
42. Perjanjian Waralaba adalah perjanjian tertulis antara Pemberi
Waralaba dan Penerima Waralaba.
43. Pemberi Waralaba adalah orang perseorangan atau badan
usaha yang memberikan hak untuk memanfaatkan dan/atau
menggunakan Waralaba yang dimilikinya kepada Penerima
Waralaba.
44. Penerima Waralaba adalah orang perseorangan atau badan
usaha yang diberikan hak oleh Pemberi Waralaba untuk
memanfaatkan dan/atau menggunakan Waralaba yang
dimiliki Pemberi Waralaba.
45. Perlindungan konsumen adalah segala upaya yang menjamin
adanya kepastian hukum untuk memberi perlindungan
kepada konsumen.
Pasal 2
(1) Prinsip pembangunan Perindustrian dan Perdagangan
didasarkan kepada pemenuhan kebutuhan masyarakat,
pemanfaatan
peluang
pasar
ekonomi
daerah
dan
pengembangan potensi daerah mengacu pada prinsip Negara
Kesatuan Republik Indonesia dan berpedoman pada
pembangunan ekonomi nasional.
(2) Pengembangan
potensi
daerah
di
tunjukan
untuk
pemanfaatan peluang pasar dalam negeri dan luar negeri
dengan memberdayakan bagi pelaku industri kecil dan
menengah.
Pasal 3
Pembangunan
Industri
dan
Perdagangan
berlandaskan
demokrasi ekonomi, pada kemampuan dan kekuatan diri

-8sendiri, untuk meningkatkan nilai tambah serta kelancaran arus


barang.
Pasal 4...

Pasal 4
Pembangunan Industri dan Perdagangan bertujuan untuk:
a.

meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat secara


adil dan merata dengan memanfaatkan dana, sumber daya
alam, dan/atau hasil budidaya serta memperhatikan
keseimbangan dan kelestarian lingkungan;

b.

meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara bertahap,


memperbaiki struktur perekonomian yang lebih maju,
mandiri, kondusif sebagai upaya untuk mewujudkan dasar
yang lebih kuat dan Iebih luas bagi pertumbuhan ekonomi
dan memberi nilai t ambah bagi masyarakat pada sektor
Industri dan Perdagangan;

c.

meningkatkan kemampuan dan penguasaan serta mendorong


terciptanya teknologi
tepat
guna
dan
menumbuh
kembangkan kepercayaan terhadap kemampuan dunia
usaha;

d.

meningkatkan peran serta masyarakat ekonomi lemah,


termasuk pengrajin secara aktif dalam pembangunan Industri
dan Perdagangan;

e.

Memperluas kesempatan kerja dan kesempatan berusaha,


serta meningkatkan peranan industri kecil dan menengah;
dan
Meningkatkan penerimaan devisa melalui peningkatan
ekspor dan mengutamakan pemakaian produksi dalam
negeri dengan mengurangi ketergantungan kepada luar
negeri dalam rangka penghematan devisa.

f.

BAB II
PERIJINAN
Bagian Kesatu
Jenis Perijinan
Pasal 5
Jenis perizinan usaha bidang Perindustrian dan Perdagangan
meliputi:
a. IUI;
b. Izin Perluasan;
c. IUIK;
d. IUKI;
e. SIUP Barang dan Jasa;
f. IUPP;
g. IUPPT;
h. TDP;
i. TDG; dan
j. STPW;

-9-

Bagian Kedua...
Bagian Kedua
IUI
Pasal 6
(1) Setiap Perusahaan Industri yang nilai investasi perusahaan
seluruhnya di atas Rp.500.000.000,- (lima ratus juta rupiah)
sampai dengan Rp.10.000.000.000,- (sepuluh milyar rupiah)
tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, wajib
memiliki IUI dari Bupati atau pejabat yang ditunjuk.
(2) IUI sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
berdasarkan berita acara pemeriksaaan lapangan.

diberikan

Pasal 7
Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
6 bagi Jenis Industri sebagai berikut:
a. industri yang mengolah dan menghasilkan Bahan Beracun
dan Berbahaya (B3);
b. industri minuman beralkohol;
c. industri teknologi tinggi yang strategis;
d. industri kertas berharga;
e. industri senjata dan amunisi;
f. industri yang lokasinya lintas provinsi;
g. industri yang berlokasi pada lintas kabupaten/kota dalam
satu provinsi; dan
h. industri dengan skala investasi di atas Rp.10.000.000.000,(sepuluh milyar rupiah).

Pasal 8
(1) IUI melalui persetujuan prinsip diberikan kepada Perusahaan
Industri yang:
a. jenis dan komoditi industrinya tidak termasuk dalam
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7;
b. rencana usaha dan/atau kegiatannya berdasarkan
ketentuan
peraturan
perundang-undangan
wajib
dilengkapi dengan dokumen lingkungan; dan
c. lokasi industrinya berbatasan langsung dengan kawasan
lindung berdasarkan ketentuan peraturan perundangundangan.
(2) Persetujuan prinsip bukan merupakan izin untuk melakukan
produksi komersial.
(3) Persetujuan prinsip dinyatakan batal demi hukum apabila
dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
perusahaan industri belum melaksanakan operasional.
(4) Perusahaan Industri yang persetujuan prinsipnya batal demi
hukum dapat mengajukan persetujuan prinsip baru.

-10(5) Perusahaan Industri yang telah memperoleh Persetujuan


prinsip dan telah selesai melakukan kegiatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), wajib memiliki IUI.
(6) Perusahaan...
(6) Perusahaan Industri yang telah memiliki IUI, dalam jangka
waktu 3 (tiga) bulan terhitung mulai tanggal diterbitkannya
IUI wajib mendaftarkan perusahaannya dalam ke instansi
penerbit ijin sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.
Bagian Ketiga
Izin Perluasan
Pasal 9
(1) Setiap Perusahaan industri yang telah memiliki IUI yang
akan melakukan perluasan kapasitas produksi melebihi 30%
(tiga puluh persen) dari IUI yang telah diizinkan wajib
memiliki Izin perluasan.
(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), berlaku
untuk jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan sejak
dilakukan perluasan dan dalam waktu dimaksud perluasan
industri yang bersangkutan wajib memiliki Izin Perluasan
(3) Setiap Perusahaan Industri yang melakukan perluasan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), wajib memberitahukan
secara tertulis tentang kenaikan produksinya sebagai akibat
dari kegiatan perluasan kepada Bupati atau pejabat yang
ditunjuk sesuai dengan yang tercantum dalam IUI-nya,
paling lambat 6 (enam) bulan sejak tanggal dimulai kegiatan
perluasan.
Pasal 10
(1) Izin Perluasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1)
diterbitkan oleh Bupati atau pejabat yang ditunjuk.
(2) Izin Perluasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
diberikan berdasarkan berita acara pemeriksaan lapangan.
Pasal 11
Ketentuan mengenai tata cara penerbitan IUI, Izin Perluasan,
dan penggantian diatur dengan Peraturan Bupati.
Bagian Keempat
IUIK
Pasal 12
(1) Setiap Perusahaan Industri yang termasuk dalam kelompok
industri kecil dengan nilai investasi perusahaan seluruhnya
di atas Rp.5.000.000,- (lima juta rupiah) sampai dengan
Rp.500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk
tanah dan bangunan tempat usaha, wajib memiliki IUIK dari
Bupati atau Pejabat yang ditunjuk.

-11(2) IUIK sebagaimana dimaksud pada ayat (1),


berdasarkan berita acara pemeriksaan lapangan.

diberikan

(3) IUIK diberlakukan sama dengan IUI.


(4) Perusahaan...
(4) Perusahaan Industri yang telah memiliki IUIK, dalam jangka
waktu 3 (tiga) bulan terhitung mulai tanggal diterbitkannya
IUIK wajib mendaftarkan perusahaannya dalam ke instansi
penerbit ijin sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.

Pasal 13
Persyaratan untuk memperoleh IUIK bagi perusahaan yang nilai
investasinya di bawah Rp.500.000.000,- (lima ratus juta rupiah)
adalah :
a. copy Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);
b. copy akte pendirian perusahaan (bagi yang Berbadan
Hukum);
c. copy Kartu Tanda Penduduk (KTP) Pemilik atau penanggung
jawab;
d. copy Domisili Tempat Usaha; dan
e. UKL-UPL bagi yang berdampak tidak penting atau surat Izin
Lingkungan yang dikeluarkan oleh BLHD.
Pasal 14
Ketentuan lebih lanjut mengenai penerbitan
penggantian diatur dengan Peraturan Bupati.

IUIK

dan

Bagian Kelima
Pemberlakuan IUI, Izin Perluasan dan IUIK
Pasal 15
Perusahaan Industri yang telah memiliki IUI, Izin Perluasan dan
IUIK tanpa terkecuali 3 (tiga) tahun sekali, diharuskan
mengajukan her registrasi kepada intansi penerbit setelah
memenuhi persyaratan dan dibuatkan berita acara pemeriksaan
lapangan.
Pasal 16
IUI, Izin Perluasan dan IUIK berlaku sebagai Izin Gudang/Izin
tempat penyimpanan bagi gudang/tempat penyimpanan yang
berada dalam kompleks usaha industri yang bersangkutan, yang
digunakan untuk menyimpan peralatan, perlengkapan, Bahan
Baku, bahan penolong dan barang/bahan jadi untuk keperluan
kegiatan usaha Jenis Industri yang bersangkutan.
Pasal 17
IUI, Izin Perluasan dan IUIK diberikan sesuai dengan Klasifikasi
Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI).

-12-

Bagian Keenam...

Bagian Keenam
Pemindahan Lokasi
Pasal 18
(1) Pemindahan lokasi Industri wajib mendapat persetujuan
tertulis dari Bupati atau pejabat yang ditunjuk setelah
mendapat berita acara pemeriksaan lapangan.
(2) Persetujuan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
berlaku sebagai:
a. persetujuan prinsip di lokasi baru untuk IUI melalui
Persetujuan prinsip.
b. persetujuan pindah pada lokasi baru untuk IUI Tanpa
persetujuan prinsip dan IUIK.
(3) Berdasarkan persetujuan tertulis sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), Perusahaan Industri wajib mengajukan
permohonan IUI/IUIK baru.
Bagian Ketujuh
Perubahan Nama, Alamat, dan/atau Penanggung Jawab
Pasal 19
(1) Perusahaan industri yang telah mendapatkan IUI, Izin
Perluasan dan IUIK yang melakukan perubahan nama,
alamat dan/atau penanggung jawab perusahaan, wajib
memberitahukan secara tertulis kepada pejabat pemberi izin
setelah mendapat penetapan perubahan.
(2) Berdasarkan pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), Pejabat pemberi izin mengeluarkan persetujuan
perubahan,
dan
persetujuan
perubahan
dimaksud
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari IUI, Izin
Perluasan dan IUIK setelah mendapat berita acara
pemeriksaan lapangan.
Pasal 20
Perusahaan Industri yang telah mendapatkan persetujuan
perubahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (2) dalam
jangka waktu 3 (tiga) bulan terhitung mulai tanggal
diterbitkannya persetujuan perubahan wajib mendaftarkan
perusahaannya dalam ke instansi penerbit ijin sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan.

-13Bagian Kedelapan...

Bagian Kedelapan
IUI, Izin Perluasan, IUIK Hilang atau Rusak
Pasal 21
(1) Dalam hal IUI, Izin Perluasan atau IUIK hilang atau rusak
tidak terbaca, perusahaan yang bersangkutan dapat
mengajukan permohonan penggantian kepada Bupati atau
pejabat yang ditunjuk.
(2) Permohonan penggantian IUI, Izin Perluasan atau IUIK yang
telah hilang dan rusak sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
dilampiri dengan surat asli IUI, Izin Perluasan atau IUIK bagi
yang rusak atau surat keterangan dari kepolisian setempat
yang menerangkan bahwa IUI, Izin Perluasan atau IUIK
perusahaan industri yang bersangkutan telah hilang.
(3) Berdasarkan permohonan penggantian IUI, Izin Perluasan
atau IUIK sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diterima dan
telah dilampiri dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat
(2), pejabat pemberi Izin mengeluarkan IUI, Izin Perluasan
atau IUIK sebagai pengganti yang hilang atau rusak setelah
mendapat berita acara pemeriksaan lapangan.
Bagian Kesembilan
Sistem Informasi Industri
Pasal 22
(1) Perusahaan Industri yang telah memiliki IUI/Izin Perluasan
wajib menyampaikan Sistem Informasi Industri secara
berkala kepada Bupati melalui dinas terkait mengenai
kegiatan usahanya menurut jadwal sebagai berikut:
a. 6 (enam) bulan pertama tahun yang bersangkutan
selambat-lambatnya setiap tanggal 31 Juli; dan
b. 1 (satu) tahun selambat-lambatnya setiap tanggal 31
Januari pada tahun berikutnya.
(2) Perusahaan Industri yang telah memiliki IUIK wajib
menyampaikan Informasi Industri kepada Bupati melalui
dinas terkait setiap tahun selambat-lambatnya tanggal 31
Januari pada tahun berikutnya.
Pasal 23
Sesuai dengan IUI, Izin Perluasan atau IUIK yang dimiliki,
Perusahaan Industri wajib:
a. melaksanakan upaya keseimbangan dan kelestarian sumber
daya alam serta pencegahan kerusakan dan pencemaran
terhadap lingkungan hidup akibat kegiatan industri yang
dilakukannya dengan melaksanakan dokumen lingkungan;

-14b.

dan
melaksanakan upaya yang menyangkut keamanan dan
keselamatan alat, Bahan Baku dan bahan penolong, proses,
hasil produksi dan pengangkutannya serta keselamatan kerja
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
BAB III...
BAB III
KAWASAN INDUSTRI
Bagian Kesatu
IUKI
Pasal 24

(1) Pemberian Ijin pengelolaan Kawasan Industri dan Kawasan


Industri tertentu harus memiliki rekomendasi dari tim teknis.
(2) Penentuan Kawasan Industri dilakukan oleh tim penetapan
kawasan industri yang ditetapkan dengan Keputusan Bupati.
(3) Persyaratan Ijin Kawasan Industri sesuai dengan peraturan
perundang-undangan tentang Kawasan Industri.
(4) Perusahaan pengelola Kawasan Industri yang telah memiliki
Ijin Usaha Kawasan Industri setiap 10 (sepuluh) tahun,
diharuskan mengajukan her registrasi selambat lambatnya
90 (sembilan puluh) hari sebelum masa berlakunya berakhir
kepada SKPD yang membidangi perizinan setelah memenuhi
persyaratan dan pembuatan berita acara pemeriksaan
lapangan dari instansi teknis.
Pasal 25
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penerbitan IUKI dan
penggantian diatur dengan Peraturan Bupati.

Bagian Kedua
SIUP
Pasal 26
(1) Setiap perusahaan yang melakukan kegiatan usaha
perdagangan barang dan jasa yang berkedudukan atau
berdomisili di Daerah wajib memiliki SIUP.
(2) Perusahaan yang dikecualikan dari kewajiban memperoleh
SIUP adalah:
a. pedagang keliling;
b. asongan;
c. pedagang kaki lima;
d. perusahaan yang telah memperoleh IUTM;
e. perusahaan yang telah memperoleh IUPP; dan
f. perusahaan yang telah memperoleh IUPPT;

-15(3) Dalam hal perusahaan belum memperoleh IUTM, IUPP, dan


IUPPT sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf d, huruf e,
dan huruf f, harus mengajukan permohanan kepada SKPD
yang membidangi perizinan.
(4) Ketentuan mengenai tata cara penerbitan IUTM, IUPP dan
IUPPT diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.
Pasal 27...
Pasal 27
SIUP berlaku untuk jangka waktu 5 (lima) tahun, terhitung mulai
tanggal diterbitkannya dan wajib diperbaharui kembali selambatlambatnya 90 (sembilan puluh) hari sebelum masa berlakunya
berakhir.
Pasal 28
(1) Bagi perusahaan yang telah memperoleh SIUP apabila
melakukan perubahan modal dan kekayaan bersih, wajib
mengajukan perubahan SIUP.
(2) Setiap perusahaan yang
mengajukan penggantian.

SIUP-nya

hilang/rusak

dapat

Pasal 29
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penerbitan SIUP diatur
dengan Peraturan Bupati.

BagianKetiga
TDP
Pasal 30
(1) Setiap perusahaan yang telah memperoleh IUI dan/atau
SIUP, wajib mendaftarkan kegiatan usahanya ke SKPD yang
membidangi perizinan.
(2) Perusahaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang telah
didaftarkan dalam daftar perusahaan akan memperoleh TDP.
Pasal 31
(1) TDP berlaku untuk jangka waktu 5 (lima) tahun terhitung
mulai tanggal diterbitkannya dan wajib diperpanjang kembali
paling lambat 90 (sembilan puluh) hari sebelum masa
berlakunya berakhir.
(2) Perusahaan yang memiliki TDP wajib memasangnya
ditempatyang mudah dibaca dan dilihat oleh umum.
(3) Nomor TDP sebagaimana dimaksud pada ayat (2) wajib
dicantumkan pada Papan Nama dan dokumen-dokumen
perusahaan
yang
dipergunakan
untuk
kepentingan
usahanya.

-16Pasal 32
(1) Perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas yang
menjual sahamnya melalui Pasar Modal ,wajib mendaftarkan
kepada Dinas, untuk memperoleh TDP Perusahaan Terbatas
Terbuka (PT.Tbk).
(2) Perusahaan...
(2) Perusahaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) apabila
terjadi perubahan Anggaran Dasar, wajib melaporkan kepada
Dinas dengan menyebutkan alasan-alasannya untuk
diberikan Tanda Daftar Perusahaan atau Perusahaan
Terbatas Terbuka yang baru.
Pasal 33
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penerbitan TDP diatur
dengan Peraturan Bupati

Bagian Keempat
Tanda Daftar Gudang
Pasal 35
(1) Setiap badan usaha atau perorangan yang memiliki
dan/atau mempergunakan Gudang wajib memiiki TDG dari
Dinas.
(2) TDG diberikan kepada badan usaha atau perorangan yang
telah memiliki SIUP dan TDP.
Pasal 36
(1) Gudang yang wajib didaftarkan ialah ruangan yang
dipergunakan untuk menyimpan barang-barang dagangan.
(2) Setiap
perusahaan
usaha
pergudangan
wajib
menyelenggarakan administrasi
mengenai barang-barang
yang masuk dan keluar gudang sehingga dapat diikuti lalu
lintas barang dari dan kegudang tersebut.
Pasal 37
(1) Perusahaan atau perorangan yang melakukan penyimpanan
barang tertentu dalam gudang yang melebihi jangka waktu
3 (tiga) bulan dalam kondisi normal wajib melaporkan kepada
Dinas.
(2) Untuk dapat melakukan penyimpanan digudang melebihi
kebutuhan dari 3 (tiga) bulan, pemilik gudang wajib memiliki
Surat Keterangan Penyimpanan Barang (SKPB) dari Dinas.
(3) Dikecualikan dari ketentuan-ketentuan TDG adalah gudanggudang yang berada pada pelabuhan yang dikuasi oleh
penguasa pelabuhan, kawasan berikat, gudang yang melekat

-17dengan usaha perindustriannya.


Pasal 38
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara untuk penerbitan
TDG, perubahan dan penggantian TDG diatur dengan Peraturan
Bupati.
Bagian Kelima...
Bagian Kelima
STPW
Pasal 39
(1) Setiap perusahaan atau perorangan yang menerima
Waralaba wajib mendaftarkan Perjanjian Waralaba, guna
memperoleh STPW.
(2) Ketantuan lebih lanjut mengenai tata cara penerbitan
STPW diatur dengan Peraturan Bupati.
Bagian Keenam
Perizinan Ekspor dan Impor
Pasal 40
(1) Kegiatan perdagangan luar negeri khususnya ekspor dapat
dilaksanakan oleh perusahaan atau perorangan yang telah
memiliki:
a. IUI;
b. SIUP; atau
c. TDP.
(2) Bagi setiap perusahaan Industri dan Perdagangan yang
melakukan kegiatan ekspor barang yang diperlakukan secara
khusus dapat memperoleh Surat Keterangan Asal (SKA) guna
mendapatkan fasilitas pengurangan atau pembebasan tarif
bea masuk yang diberikan suatu Negara terhadap barang
ekspor
Indonesia
sesuai
perjanjian
Internasional.
(dimasukkan dalam penjelasan : barang yang diperlakukan
secara khusus adalah barang yang tata niaga eksposnya
diatur dalam peraturan perundang-undangan)
(3) SKA diterbitkan oleh dinas yang ditunjuk sebagai Instansi
Penerbit Surat Keterangan Asal (IPSKA) oleh Direktur
Jenderal Perdagangan Luar Negeri dan atas nama Menteri.
(4) SKA ditandatangani oleh pejabat yang ditunjuk atas nama
menteri sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
(5) Kegiatan perdagangan luar negeri khususnya impor dapat
dilaksanakan oleh perusahaan atau perorangan yang telah
memiliki;
a. IUI;
b. SIUP; atau
c. TDP.

-18(6) Bagi setiap perusahaan Industri dan Perdagangan yang


melakukan kegiatan impor yang diperlakukan secara khusus
dapat memperoleh Angka Pengenal Impor Umum dan Angka
Pengenal Impor Produsen.
(7) Untuk mendapatkan Angka Pengenal Impor Umum dan
Angka Pengenal Impor Produsen, perusahaan Industri dan
Perdagangan harus mendapatkan berita acara pemeriksaan
lapangan dari Dinas.
(8) Penandatanganan...
(8) Penandatangan Angka Pengenal Impor Umum dan Angka
Pengenal Impor Produsen diterbitkan oleh skpd pada provinsi
yang membidangi perdagangan dan perindustrian.
Bagian Ketujuh
Promosi Dagang
Pasal 41
(1) Untuk memperluas akses pasar bagi barang dan/atau jasa
produksi dalam negeri, Pemerintah Daerah berkewajiban
memperkenalkan barang dan/atau jasa dengan cara:
a. menyelenggarakan promosi dagang di dalam negeri
dan/atau diluar negeri;dan
b. berpartisipasi dalam promosi dagang di dalam negeri
dan/atau di luar negeri.
(2) Promosi dagang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
berupa:
a. pamerang dagang; dan
b. misi dagang
(3) Promosi Dagang yang berupa pameran dagang sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf a meliputi:
a. pameran dagang internasional;
b. pameran dagang nasional; atau
c. pameran dagang lokal.
(4) Pelaksanaan kegiatan promosi dagang di luar negeri oleh
Pemerintah
Daerah
dilakukan
berkoordinasi
dengan
perwakilan republik Indonesia di luar negeri di negara terkait.
Pasal 42
(1) Pemerintah Daerah dapat memberikan fasilitas dan/atau
kemudahan untuk pelaksanaan kegiatan pameran dagang
yang dilakukan oleh pelaku usaha dan/atau lembaga selain
pemerintah atau Pemerintah Daerah sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Pemberian fasilitas dan/atau kemudahan pameran dagang
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan kepada:
a. penyelenggara promosi dagang nasional; dan
b. peserta lembaga selain pemerintah dan/atau Pemerintah
Daerah dan pelaku usaha nasional.
(3) Pemerintah Daerah saling mendukung dalam melakukan
pameran dagang untuk mengembangkan ekspor komoditas
unggulan nasional.

-19-

BAB IV...

BAB IV
PEMBINAAN, PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN
PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN
Bagian Kesatu
Pembinaan
Pasal 43
(1) Pemerintah Daerah melakukan pembinaan dalam rangka
mendukung kemampuan dalam penyelenggaraan urusan
perindustrian dan Perdagangan.
(2) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
dalam bentuk pemberian bimbingan, supervisi, konsultasi,
monitoring dan evaluasi, pendidikan dan pelatihan, serta
kegiatan yang diarahkan guna pemberdayaan Pemerintah
Daerah dalam menyelenggarakan urusan perindustrian dan
Perdagangan.
Bagian Kedua
Pengendalian dan Pengawasan
Pasal 44
(1) Pemerintah
Daerah
melaksanakan
pengawasan
dan
pengendalian terhadap kegiatan usaha Industri dan kegiatan
usaha Kawasan Industri.
(2) Pengawasan dan pengendalian sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan untuk mengetahui pemenuhan dan
kepatuhan terhadap peraturan di urusan Perindustrian dan
Perdagangan yang dilaksanakan oleh Perusahaan Industri
dan Perusahaan Kawasan Industri.
(3) Pemenuhan dan kepatuhan terhadap peraturan pada urusan
Perindustrian dan Perdagangan yang dilaksanakan oleh
Perusahaan Industri dan Perusahaan Kawasan Industri
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.

sumber daya manusia industri;


pemanfaatan sumber daya alam;
manajemen energi;
manajemen air;
SNI, spesifikasi teknis, dan/atau pedoman tata cara;
Data Industri dan Data Kawasan Industri;
standar Kawasan Industri;
Perizinan Industri dan perizinan Kawasan Industri; dan

-20i.

keamanan dan keselamatan alat proses, hasil produksi,


penyimpanan,dan pengangkutan.

(4) Setiap perusahaan yang tercantum pada Pasal 5 dan telah


memenuhi persyaratan perijinan diwajibkan memasang
papan nama perusahaan..
(5) Pelaksanaan pengawasan dan pengendalian sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Dinas.
Pasal 45...
Pasal 45
(1) Pelaksanaan pemberian perizinan di bidang perdagangan
dilaksanakan oleh SKPD yang melaksanakan tugas di bidang
pelayanan perizinan.
(2) Pengawasan dan pengendalian izin di bidang perdagangan
dilaksanakan oleh Dinas.
(3) Dinas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
dalam melaksanakan tugasnya dapat berkoordinasi dengan
instansi terkait.
BAB V
SANKSI ADMINISTRASI
Pasal 46
(1) Setiap perusahaan yang tidak memiliki IUI, IUIK, IUKI, SI UP,
IUPP, IUPPT, STPW, TDG, dan TDP dikenakan sanksi
administrasi.
(2) Sanksi administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
antara lain:
a. peringatan tertulis;
b. pembekuan sementara;
c. pencabutan;
d. penyegelan;
e. penutupan sementara; atau
f. penutupan tempat usaha.

BAB VI
KETENTUAN PENYIDIKAN
Pasal 47
(1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan
Pemerintah Daerah diberi wewenang khusus sebagai
penyidik untuk melakukan penyidikan atas pelanggaran
ketentuan
dalam
PeraturanDaerah
ini
sebagaimana
dimaksud dalam undang-undang hukum acara pidana.
(2) Wewenang penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
adalah:
a. menerima laporan atau pengaduan dari seseorang
mengenai adanya tindak pidana atas pelanggaran
peraturan daerah;

-21b. melakukan tindakan pertama dan pemeriksaan di tempat


kejadian;
c. menyuruh berhenti seseorang dan memeriksa tanda
pengenal diri tersangka;
d. melakukan penyitaan benda atau surat;
e. mengambil sidik jari dan memotret seseorang;
f. memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai
tersangka atau saksi;
g. mendatangkan...
g. mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam
hubungannya dengan pemeriksaan perkara;
h. melakukan penghentian penyidikan setelah penyidik
mendapat petunjuk bahwa tidak terdapat cukup bukti
atau
peristiwa
tersebut
bukan
merupakan
tindakpidanadanselanjutnya
melalui
penyidik
memberitahukan hal tersebut kepada penuntut umum,
tersangka atau keluarganya;
i. melakukan tindakan lain menurut hukum yang dapat
dipertanggungjawabkan.
(3) Penyidik
sebagaimana
dimaksud
pada
ayat
(1)
memberitahukan dimulainya penyidikan danmenyampaikan
hasil penyidikannya kepada penuntut umum melalui
penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia sesuai
dengan ketentuan yang diatur dalam
undang-undang
hukum acara pidana.
BAB VII
KETENTUAN PIDANA
Pasal 48
(1) Setiap pengusaha yang melanggar ketentuan Pasal 8, Pasal 9
ayat (3) dan Pasal 18 ayat (1), Pasal 19 ayat (1) dan Pasal 23
diancam pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau
denda paling banyak Rp.50.000.000,00 (lima puluh juta
rupiah).
(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah
pelanggaran.
BABVIII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 49
(1) Bagi perusahaan industri dan perdagangan yang telah
memperoleh IUI, Izin Perluasan, IUIK, IUKI, SIUP, IUPP,
IUPPT, STPW, TDG serta TDP sebelum ditetapkan Peraturan
Daerah ini apabila masa berlakunya belum mencapai 5 (lima)
tahun terhitung mulai tanggal diterbitkannya, dinyatakan
masih berlaku dan wajib untuk diperbaharui kembali paling
lambat 90 (sembilanpuluh) hari sebelum masa berlakunya
berakhir.
(2) Bagi perusahaan industri dan perdagangan yang telah

-22memperoleh IUI, Izin Perluasan, IUIK, IUKI, SIUP, IUPP,


IUPPT, STPW, TDG serta TDP sebelum ditetapkan Peraturan
Daerah ini apabila masa berlakunya telah melebihi dari 5
(lima) tahun terhitung mulai tanggal diterbitkannya,
dinyatakan sudah tidak berlaku lagi dan wajib diperbaharui
paling lambat 180 (seratus delapanpuluh) hari kerja sesuai
dengan Peraturan Daerah.

BAB IX...
BAB IX
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 50
Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka Peraturan
Daerah Nomor 7 Tahun 2002 tentang Pengaturan, Pembinaan
dan Pengendalian Industri dan Perdagangan dicabut dan
dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 51
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar
setiap
orang
mengetahuinya,
memerintahkan
pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya
dalam Lembaran Daerah Kabupaten Tangerang.
Ditetapkan di Tigaraksa
Pada tanggal 29 September 2014
BUPATI TANGERANG,
ttd
A. ZAKI ISKANDAR
Diundangkan di Tigaraksa
Pada tanggal 1 Oktober 2014
SEKRETARIS DAERAH
KABUPATEN TANGERANG,
ttd
ISKANDAR MIRSAD

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2014 NOMOR 11

-23-

PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG
NOMOR 11 TAHUN 2014
TENTANG
PERINDUSTRIAN DANPERDAGANGAN

I.

UMUM
Pembangunan Daerah harus memberi manfaat sebesar-besarnya
untuk kesejahteraan rakyat dalam rangka mewujudkan masyarakat adil
dan

makmur yang

diselenggarakan

berdasarkan

prinsip

demokrasi

ekonomi. Pembangunan Daerah dilaksanakan dengan memanfaatkan


kekuatan dan kemampuan sumber daya yang tangguh dan didukung oleh
nilai-nilai

budaya

kemandirian

dan

Pembangunan

luhur

bangsa,

ketahanan

guna

bangsa

mewujudkan

untuk

kedaulatan,

kepentingan

nasional.

di bidang ekonomi dilaksanakan untuk menciptakan

struktur ekonomi yang mandiri, sehat dan kukuh dengan menempatkan


pembangunan

Industri

sebagai

penggerak

utama.

Globalisasi

dan

liberalisasi membawa dinamika perubahan yang sangat cepat dan


berdampak luas bagi perekonomian nasional. Di satu sisi pengaruh yang
paling dirasakan adalah terjadi persaingan yang semakin ketat dan di sisi
lain

membuka

peluang

kolaborasi

sehingga

pembangunan

Industri

memerlukan berbagai dukungan dalam bentuk perangkat kebijakan yang


tepat, perencanaan yang terpadu, dan pengelolaan yang efisien dengan
memperhatikan prinsip- prinsip tata kelola yang baik.

Undang-Undang

Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, telah membawa


konsekuensi pergeseran peran dan misi, Pemerintah Kabupaten Tangerang
dalam

perumusan

dan

pelaksanaan

kebijakan

nasional

di

bidang

pembangunan Industri. Penyempurnaan Undang-Undang 3 Tahun 2014


tentang

Perindustrian

Kabupaten

Tangerang

berpengaruh
sehingga

terhadap

Pemerintah

pembanguna
daerah

harus

daerah
mampu

menjawab kebutuhan dan perkembangan akibat perubahan lingkungan

-24strategis dan sekaligus mampu menjadi landasan hukum bagi tumbuh,


berkembang, dan kemajuan Industri di Kabupaten Tangerang.
Kegiatan Perdagangan merupakan penggerak utama pembangunan
perekonomian

Daerah

yang

memberikan

daya

dukung

dalam

meningkatkan produksi, menciptakan lapangan pekerjaan, meningkatkan


Ekspor dan devisa, memeratakan pendapatan, sertamemperkuat daya
saing Produk Dalam Negeri demi kepentingan nasional. Perdagangan di
Kabupaten Tangerang sebagai penggerak utama perekonomian tidak hanya
terbatas pada aktivitas perekonomian yang berkaitan dengan transaksi
Barang dan/atau Jasa yang dilakukan oleh Pelaku Usaha, baik di dalam
negeri

maupun

perekonomian

melampaui
yang

batas

harus

wilayah

negara,

dilaksanakan

dengan

tetapi

aktivitas

mengutamakan

kepentingan nasional Indonesia yang diselaraskan dengan konsepsi


pengaturan di bidang Perdagangan sesuai dengan cita-cita pembentukan
negara Indonesia, yaitu masyarakat adil dan makmur sebagaimana
diamanatkan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.
Berdasarkan tujuan dan asas tersebut, Undang-Undang 7 Tahun
2014 tentang Perdagangan memuat materi pokok sesuai dengan lingkup
pengaturan yang meliputi Perdagangan Dalam Negeri, Perdagangan Luar
Negeri,

Perdagangan

melalui

Sistem

Elektronik,

pelindungan

dan

pengamanan Perdagangan, pemberdayaan koperasi serta usaha mikro,


kecil, dan menengah,pengembangan Ekspor, Kerja Sama Perdagangan
Internasional,

Sistem

Informasi

Perdagangan,

pemerintah daerah di bidang Perdagangan.


II.

PASAL DEMI PASAL


Pasal 1
Cukup jelas.
Pasal 2
Cukup jelas.
Pasal 3
Cukup jelas.
Pasal 4
Cukup jelas.
Pasal 5
Cukup jelas.
Pasal 6
Ayat (1)

tugas

dan

wewenang

-25Cukup jelas.
Ayat (1)
Cukup jelas.
Pasal 7
Cukup jelas.
Pasal 8
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan persetujuan prinsip adalah Persetujuan
prinsip yang diberikan kepada perusahaan industri untuk
melakukan persiapan dan usaha pembangunan, pengadaan,
pemasangan/ instalasi peralatan dan kesiapan lain yang
diperlukan Persetujuan prinsip berlaku paling lama 1 (satu) tahun
dan dapat diperpanjang 1 (satu) kali.

Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Pasal 9
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 10
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)

-26Cukup jelas.
Pasal 11
Cukup jelas.
Pasal 12
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 13
Cukup jelas.
Pasal 14
Cukup jelas.
Pasal 15
Cukup jelas.
Pasal 16
Cukup jelas.
Pasal 17
Cukup jelas.
Pasal 18
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 19
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)

-27Cukup jelas.
Pasal 20
Cukup jelas.
Pasal 21
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 22
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 23
Cukup jelas.
Pasal 24
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 25
Cukup jelas.
Pasal 26
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.

-28Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 27
Cukup jelas.
Pasal 28
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 29
Cukup jelas.
Pasal 30
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 31
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 32
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Pasal 33
Cukup jelas.
Pasal 34
Cukup jelas

-29Pasal 35
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 36
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 37
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 38
Cukup jelas
Pasal 39
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 40
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan dokumen Surat Keterangan Asal (SKA)
adalah dokumen yang diisi oleh eksportir dengan lengkap, jelas

-30dan benar, diketik dalam bahasa Inggris sesuai tala cara


yangberlaku mengenai ketentuan
asal barang kemudian
diterbitkan oleh Instansi penerbit yang ditunjuk/ditetapkan
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Cukup jelas
Ayat (5)
Cukup jelas
Ayat (6)
Yang dimaksud
dengan Angka Pengenal Impor adalah
dokumen atau tanda pengenaI yang menyatakan bahwa badan
usaha yang memilikinya mempunyai hak/wewenang untuk
mengimpor barang
Ayat (7)
Cukup jelas
Ayat (8)
Cukup jelas
Pasal 41
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 42
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 43
Ayat (1)

-31Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 44
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Pasal 45
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 46
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 47
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.

-32Pasal 48
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 49
Ayat (1)

-33Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 50
Cukup jelas
Pasal 51
Cukup jelas

TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 1114

Anda mungkin juga menyukai