Anda di halaman 1dari 6

Dr. Rahayu Suharmadji Sp.

A
Staf Pengajar Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan ( STIKes ) Tuanku Tambusai
=======================================================================
PENDAHULUAN
Asfiksia neonatorum merupakan keadaan gawat bayi. Akibat langsung dari as fiksia yaitu
hipoksia ini merupakan penyebab utama kegagalan adaptasi pada ba yi baru lahir dan kegagal
an ini akan sering berlanjut menjadi sindrom gangguan per nafasan pada hari-hari pertama setelah
lahir. Konsekuensi fisiologis yang utama pada keadaan asfiksia adalah depresi SSP, sehingga asfik
sia me rupakan penyebab utama kematian pada bayi baru lahir.
Bayi-bayi dengan APGAR skor < 6 pada menit ke 5, kecenderung mengalami kelainan saraf
3 kali lebih besar bila dibanding dengan bayi dengan APGAR skor 6 10 pada menit yang sama.
12% bayi dengan APGAR skor < 3 pada menit ke 10 apa bila hidup cenderung akan mengalami
kelainan saraf sedangkan pada menit ke 20 maka 87% meinggal dan 36% mengalami Cerebral
Palsy.
DIFINISI
Asfiksia adalah suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal bernafas secara spontan dan teratur
segera setelah lahir. Asfiksia ini perlu dibedakan dengan sindrom gangguan pernapasan pada bayi
baru lahir (RDS : respiratory distres syndrom) adalah gangguan pernapasan yang terjadi setelah 2
jam pertama dari kelahiran bayi dan biasanya merupakan kelanjutan dari asfiksia juga.
ETIOLOGI
Towell ( 1966 ) mengajukan penggolongan penyebab kegagalan pernafasan pada bayi yang
terdiri dari :
1. Faktor Ibu
- Hipoksia ibu :
hal ini akan menimbulkan hipoksia janin. Hipoksia ibu ini dapat terjadi karena hipoven tilasi
akibat pemberian obat analgetik atau anestesia lain.
- Gangguan aliran darah uterus: mengurangnya aliran darah pada uterus akan menyebab kan
berkurangnya aliran oksigen ke plasenta dan janin.
Hal ini sering ditemukan pada keadaan :
a. ganguan kontraksi uterus, misalnya hipertoni, hipotoni atau tetani uterus akibat penyakit atau
obat.
b. Hipotensi mendadak karena perdarahan
c. Hipertensi pada penyakit eklampsi dan lain-lain
2.Faktor Plasenta
------------------------------------------------------------------------------------------------------Asfiksia Neonatorum Kuliah Tahun 2012

Asfiksia Neonatorum Kuliah Tahun 2012

.1

Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan kondisi plasenta. Asfiksia janin akan
terjadi bila terdapat gangguan mendadak pada plasenta, misalnya solutio plasenta, perdarahan
plasenta dan lain-lain.
3. Faktor Fetus
Kompresi umbilikal akan mengakibatkan terganggunya aliran darah dalam pembuluh darah um
bilikus dan menghambat pertukaran gas antara ibu dan janin. Hal ini dapat ditemukan pada kea
daan tali pusat menumbung, tali pusat melilit leher dan lain-lain.
4. Faktor Neonatus
Depresi pusat pernapasan pada bayi baru lahir dapat terjadi karena beberapa hal, yaitu :
a. pemakaian obat anestesi / analgetik yang berlebihan pada ibu
b. trauma persalinan, misalnya perdarahan intrakranial
c. kelainan kongenital bayi misalnya: hernia diafragmatika, atresia/ stenosis saluran
pernapasan, hipoplasia paru dan lain-lain.
PATOFISIOLOGI DAN GAMBARAN KLINIS
Proses kelahiran selalu menimbulkan asfiksia ringan yang bersifat sementara (asfiksia
transient ), proses ini dianggap sangat perlu untuk merangsang kemoreseptor pusat per napasaasn
agar terjadi primary gasping yang kemudian akan berlanjut dengan pernapasan ter atur. Sifat
asfiksia ini tidak mempunyai pengaruh buruk karena reaksi adapatasi bayi dapat me ngatasinya.
Bila terdapat gangguan / kegagalan pernapasan selama kehamilan dan persalinan, dapat me
ngakibatkan gangguan pertukaran oksigen dan karbon dioksida sehingga menimbulkan berkurang
nya oksigen dan meningkatnya karbon-dioksida, diikuti dengan asidosis respiratorik. Pada tingkat
selanjutnya akan terjadi peru bahan

kardiovaskuler yang disebabkan beberapa keadaan

diantaranya :
1. hilangnya sumber glikogen dalam jantung akan mempengaruhi fungsi jantung
2. terjadinya asidosis metabolik mengakibatkan menurunnya sel jaringan termasuk otot
jantung sehingga menimbulkan kelemahan jantung.
3. pengisian udara alveolus yang kurang adekuat nmenyebabkan tetap tingginya resistensi
pembuluh darah paru, sehingga sirkulasi darah ke paru dan ke sisytem sirkulasi tubuh
lain mengalami gangguan.
Fase awal asfiksia ditandai dengan pernapasan cepat dan dalam selama 3 menit (periode
hiperpneu ), diikuti dengan apnu primer kira-kira 1 menit dimana pada saat ini denyut jantung dan
tekanan darah menurun. Kemudian bayi mulai bernafasas ( gasping 8 10 kali / menit selama
beberapa menit, gasping ini semakin melemah sehingga akhirnya timbul apnu sekunder.
Pada asfiksia berat menyebabkan

kerusakan membran sel terutama sel SSP sehingga

menyebabkan gangguan elektrolit berakibat terjadinya hiperkalemia dan pembengkaan sel.


Kerusakan sel otak terjadi setelah asfiksia berlangsung lama 8 15 mnenit.
------------------------------------------------------------------------------------------------------Asfiksia Neonatorum Kuliah Tahun 2012

Asfiksia Neonatorum Kuliah Tahun 2012

.2

Pada keadaan asfiksia pertolongan resusitasi harus segera diberikan secepatnya yaitu dalam
waktu 3 4 menit pertama oleh karena pertolongan yang diberi kan dealam fase apnu primer akan
memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan bila diberikan pada fase apnu sekunder.
MACLAURIN ( 1970 ) menggambarkan secara skematis perubahan yang penting dalam
tubuh selama proses asfiksia disertai hubungannya dengan gambaran klinis:

Keterangan Gambar :
Pada skema ini yang perlu mendapatkan perhatian yaitu :
1). Menurunnya tekanan oksogen darah ( Pa O2 )
2). Meningginya tekanan CO2 darah ( PaCO2)
3). Menurunnya PH ( akibat asidosis respiratorik dan metabolik )
4). Dipakainya sumber glikogen tubuh untuk metabolisme anaerobik
5). Terjadinya perubahan sistem kardiovaskuler.

------------------------------------------------------------------------------------------------------Asfiksia Neonatorum Kuliah Tahun 2012

Asfiksia Neonatorum Kuliah Tahun 2012

.3

DAWES menggambarkan hasil penyelidikannya dalam suatu diagram yaitu: hasil observasi klinis
yang tampak pada bayi asfiksia :

Keterangan gambar:
Asfiksia yang terjadi dimulai dengan suatu periode apnu ( primary apnoea ) disertai
dengan penurunan frekuensi jantung, selanjutnya bayi akan memperlihatkan usaha bernafas
( gasping ) yang kemudian diikuti dengan pernapasan teratur. Pada bayi dengan asfiksia berat,
usaha bernapas ini tidak tampak dan bayi selanjutnya berada dalam periode apnu ke-dua (
secondary apnoea ). Pada tingkat ini disamping bradikardi ditemukan pula penurunan tekanan
darah.
PENILAIAN KLINIK
Cara yang dianggap paling ideal untuk menentukan derajat asfiksia, ialah penilaian klinik
yang diusulkan oleh VIRGINIA APGAR ( 1953 ). Penilaian ini meliputi nilai 0 1 2 untuk
penilaian fungsi alat vital yaitu warna kulit , pernapasan, denyut jantung dan penilaian oksigenasi
susunan saraf pusat ( SSP ), yaitu tonus otot, reflek rangsangan. Penilaian secara praktis dilakukan
pada menit ke 1 berhubungan erat dengan PH arteri umbilikalis, sedangkan pada menit ke 5
berhubungan erat dengan akibat neurologis nantinya. Apabila pada menit ke 5, nilai APGAR belum
mencapai 7 maka ditentukan nilai pada menit ke 10, 15, 20 dan seterusnya. Maksimal seorang bayi
dapat mencapai nilai : 10 dan minimal : 0
------------------------------------------------------------------------------------------------------Asfiksia Neonatorum Kuliah Tahun 2012

Asfiksia Neonatorum Kuliah Tahun 2012

.4

Tabel APGAR
Tanda

Nilai
0
Frekwensi Jantung Tidak ada
Usaha Nafas

Tidak ada

Tonus Otot

Lumpuh

Refleks

Tidak ada

Warna

Biru / pucat

Jumlah Nilai
1 menit 5 menit
100

1
2
<
100>
kali/menit
kali/menit
Lambat. TidakMenangis
teratur
kuat
Ekstrimitas Gerakan aktif
sedikit fleksi
Gerakan
menangis
sedikit
Tubuh
Tubuh
dan
kemerahan, ekstrimitas
ekstrimitas
kemerahan
biru

10 menit

Total Nilai

Atas dasar penilain klinik tersebut, asfiksia neonatorum dapat dibagi dalam :
1. VIGOROUS BABY ( bayi sehat ). Skor 8 10 dalam hal ini bayi dianggap sehat dan tidak
memerlukan tindakan istimewa.
2. ASFIKSIA RINGAN : nilai APGAR 7
3. Mild moderate asfiksia ( ASFIKSIA SEDANG ): APGAR skor 4 6, pada pemeriksaan
fisik terlihat frekuensi jantung lerbih dari 100 per menit , tonus otot baik atau kurang,
sianosis, refleks iritabilitas tidak ada.
4. ASFIKSIA BERAT : skor APGAR 0 3, pada pemeriksaan fisik terlihat frekuensi jantung
kurang dari 100 / menit, tonus otot buruk, sianosis berat, kadang-kadang pucat, refleks
iritabilitas tidak ada.
TINDAKAN PADA ASFIKSIA NEONATORUM
Tujuan utama mengatasi asfiksia ialah untuk :
1. mempertahankan kelangsungan hidup bayi
2. membatasi gejala sisa ( sekuele ) yang mungkin terjadi dikemudian hari.
Tindakan yang dikerjakan pada bayi lazim disebut dengan RESUSITASI BAYI BARU LAHIR:
Sewaktu bayi lahir, tali pusat dipotong, bayi dikeringkan dengan handuk dan ditempatkan ditempat
yang hangat sambil dibersihkan jalan nafasnya dengan penyedot lendir. Letakkan kepala bayi lebih
rendah dari tubuhnya agar cairan yang berada di jalan nafas dapat keluar, dilakukan dengan cepat
tetapi berhati-hati, hindari gerakan yang kasar karena dapat menyebabkan luka. Apabila bayi mulai
bernafas, bayi diletakkan pda posisi horizontal, sementara itu ditentukan skor APGAR 1 menit
setelah lahir.
Tergantung dari skor APGAR 1 menit, kita bertindak sbb:
Skor APGAR 7 10 : bayi normal, asfiksi aringan dan tidak asfiksia:
------------------------------------------------------------------------------------------------------Asfiksia Neonatorum Kuliah Tahun 2012

Asfiksia Neonatorum Kuliah Tahun 2012

.5

o dijaga suhu badan, jangan kedinginan


o ditetapkan skor APGAR pada menit ke 5
o dilakukan pemeriksaan fisik
o dirawat bersama ibu ( rawat gabung )
Skor APGAR 4 6 : bayi menderita asfiksia sedang:
o diberikan rangsangan taktil, misal menepuk telapak kaki
o bila belum bernafas atau nafas lemah, denyut jantung > 100 kali / menit
o diberikan oksigen pada mula bayi melalui sungkup, hal ini dapat merangsang trigeminus
untuk mengadakan pernapasan
o bila dengan oksigen tadi setelah 1 menit tidak ada perbaikan dan denyut nadi < 100 kali ,
diberikan O2 100% melalui sungkup dan mengadakan tekanan dada
o bila dada tidak dapat bergerak teratur dan denyut jantung < 60 kali / menit, dilakukan
intubasi dan masase jantung dengan 2 kali tekanan setiap detik.
Skor APGAR 0 3 : bayi menderita asfiksia berat:
Harus segera dilakuakn intubasi / pernafasan buatan dengan oksigen-100% ( positive pressure ) dan
massage jantung
RINGKASAN
Asfiksia neonatorum merupakan salah satu keadaan darurat yang terpenting dalam ilmu ilmu
kesehatan anak terutama bila pengawasan pada ibu hamil ( prenatal ) tidak ada atau tidak sempurna
Pada penelitian2 yang dilakukan pada bayi asfiksia yag dapat tertolong, bayi ini cenderung
menderita kelainan saraf, menderita cacat, mempunyai IQ yang lebih rendah.
Sedapat mungkin harus dicegah terjadinya asfiksia dan bila terjadi asfiksia harus diberikan pertolo
ngan yang cepat dan tepat agar di dapatkan bayi tanpa cacat baik fisik maupun mental.
Agar resusitasi dapat dilakukan dengan baik, harus mengenal tentang: dasar faal asfiksia,
penilaian klinik asfiksia dan keterampilan tehnik resusitasi.
--KEPUSTAKAAN
1. Roberton RC. Resuscitation and initial care of the Newborn. In: Manual of neonatal
intensive care. I st edit. London: Butler & Tanner. 1981.
2. Budi Rahardjani K. Resusitasi bayi baru lahir dengan asfiksia. PIB I.Kes Anak FK UNDIP,
Semarang, 1966Tanner BD. Workbook for course on neonatology. Orientation Course on
Neonatology. Rangoon burma, 1970.
3. Staf Pengajar FKUI, Buku Kuliah 3 Ilmu Kesehatan Anak FKUI, 1985 hal: 1072 1081
-- y --

------------------------------------------------------------------------------------------------------Asfiksia Neonatorum Kuliah Tahun 2012

Asfiksia Neonatorum Kuliah Tahun 2012

.6

Anda mungkin juga menyukai