Anda di halaman 1dari 13

A.

PENGERTIAN
Meningitis merupakan inflamasi yang terjadi pada lapisan arahnoid dan piamatter di
otak serta spinal cord. Inflamasi ini lebih sering disebabkan oleh bakteri dan virus meskipun
penyebab lainnya seperti jamur dan protozoa juga terjadi. (Donna D.,1999).
Meningitis adalah radang pada meningen (membran yang mengelilingi otak dan
medula spinalis) dan disebabkan oleh virus, bakteri atau organ-organ jamur(Smeltzer, 2001).
Meningitis merupakan infeksi akut dari meninges, biasanya ditimbulkan oleh salah
satu dari mikroorganisme pneumokok, Meningokok, Stafilokok, Streptokok, Hemophilus
influenza dan bahan aseptis (virus) (Long, 1996).
Meningitis adalah peradangan pada selaput meningen, cairan serebrospinal dan spinal
column yang menyebabkan proses infeksi pada sistem saraf pusat (Suriadi & Rita, 2001).
Meningitis adalah infeksi cairan otak disertai radang yang mengenai
piamater,araknoid dan dalam derajat yang lebih ringan mengenai jaringan otak dan medulla
spinalis yang superficial.(neorologi kapita selekta,1996).

B.

PATOFISIOLOGI
Otak dilapisi oleh tiga lapisan,yaitu : durameter, arachnoid,dan piameter.cairan otak
dihasilkan didalam pleksus choroid ventrikel bergerak/mengalir melalui sub arachnoid dalam
system ventrikuler seluruh otak dan sumsum tulang belakang, direabsorbsi melalui villi
arachnoid yang berstruktur seperti jari jari didalam lapisan subarchnoid.
Organisme ( virus/ bakteri ) yang dapat menyebabkan meningitis, memasuki cairan
otak melalui aliran darah didalam pembuluh darah otak. Cairan hidung ( secret hidung ) atau
secret telinga yang disebabkan oleh fraktur tulang tengkorak dapat menyebabkan meningitis
karena hubungan langsung antara cairan otak dengan lingkungan (dunia luar ),
mikroorganisme yang masuk dapat berjalan kecairan otak melalui ruangan subarachnoid.
Adanya mikroorganisme yang patologis merupakan penyebab peradangan pada piamater,
arachnoid, cairan otak dan ventrikel. Eksudat yang dibentuk akan menyebar, baik kecranial
maupun kesaraf spinal yang dapat menyebabkan kemunduran neurologis selanjutnya, dan
eksudat ini dapat menyebabkan sumbatan aliran normal cairan otak dan dapat menyebabkan
hydrocephalus.

C.

KLASIFIKASI
Meningitis dibagi menjadi 2 golongan berdasarkan perubahan yang terjadi pada cairan
otak, yaitu :
1. Meningitis purulenta
adalah radang selaput otak ( aracnoid dan piamater ) yang menimbulkan eksudasi
berupa pus, disebabkan oleh kuman non spesifik dan non virus. Penyakit ini lebih sering
didapatkan pada anak daripada orang dewasa.
Meningitis purulenta pada umumnya sebagai akibat komplikasi penyakit lain. Kuman
secara hematogen sampai keselaput otak; misalnya pada penyakit penyakit faringotonsilitis,
pneumonia, bronchopneumonia, endokarditis dan lain lain. Dapat pula sebagai perluasan
perkontinuitatum dari peradangan organ / jaringan didekat selaput otak, misalnya abses otak,
otitis media, mastoiditis dan lain lain. Penyebab meningitis purulenta adalah sejenis kuman

pneomococcus, hemofilus influenza, stafhylococcus, streptococcus, E.coli, meningococcus,


dan salmonella.
Komplikasi pada meningitis purulenta dapat terjadi sebagai akibat pengobatan yang
tidak sempurna / pengobatan yang terlambat . pada permulaan gejala meningitis purulenta
adalah panas, menggigil, nyeri kepala yang terus menerus, mual dan muntah, hilangnya napsu
makan, kelemahan umum dan rasa nyeri pada punggung dan sendi, setelah 12 (dua belas )
sampai 24 (dua pulu empat ) jam timbul gambaran klinis meningitis yang lebih khas yaitu
nyeri pada kuduk dan tanda tanda rangsangan selaput otak seperti kaku kuduk dan brudzinski.
Bila terjadi koma yang dalam , tanda tanda selaput otak akan menghilang, penderita takut
akan cahaya dan amat peka terhadap rangsangan, penderita sering gelisah, mudah terangsang
dan menunjukan perubahan mental seperti bingung, hiperaktif dan halusinasi. Pada keadaan
yang berat dapat terjadi herniasi otak sehingga terjadi dilatasi pupil dan koma.
2. Meningitis serosa ( tuberculosa )
Meningitis tuberculosa masih sering dijumpai di Indonesia, pada anak dan orang
dewasa. Meningitis tuberculosa terjadi akibat komplikasi penyebab tuberculosis primer,
biasanya dari paru paru. Meningitis bukan terjadi karena terinpeksi selaput otak langsung
penyebaran hematogen, tetapi biasanya skunder melalui pembentukan tuberkel pada
permukaan otak, sumsum tulang belakang atau vertebra yang kemudian pecah kedalam
rongga archnoid.
Tuberkulosa ini timbul karena penyebaran mycobacterium tuberculosa. Pada
meningitis tuberkulosa dapat terjadi pengobatan yang tidak sempurna atau pengobata yang
terlambat. Dapat terjadi cacat neurologis berupa parase, paralysis sampai deserebrasi,
hydrocephalus akibat sumbatan , reabsorbsi berkurang atau produksi berlebihan dari likour
serebrospinal. Anak juga bias menjadi tuli atau buta dan kadang kadang menderita retardasi
mental.
Gambaran klinik pada penyakit ini mulainya pelan. Terdapat panas yang tidak terlalu
tinggi, nyeri kepala dan nyeri kuduk, terdapat rasa lemah, berat badan yang menurun, nyeri
otot, nyeri punggung, kelainan jiwa seperti halusinasi. Pada pemeriksaan akan dijumpai tanda
tanda rangsangan selaput otak seperti kaku kuduk dan brudzinski. Dapat terjadi hemipareses
dan kerusakan saraf otak yaitu N III, N IV, N VI, N VII,N VIII sampai akhirnya kesadaran
menurun.
D.

ETIOLOGI
Meningitis yang disebabkan oleh virus umumnya tidak berbahaya, akan pulih tanpa
pengobatan dan perawatan yang spesifik. Namun Meningitis disebabkan oleh bakteri bisa
mengakibatkan kondisi serius, misalnya kerusakan otak, hilangnya pendengaran, kurangnya
kemampuan belajar, bahkan bisa menyebabkan kematian. Dikarenakan infeksi bakteri adalah
yang paling serius dan dapat mengancam jiwa, identifikasi sumber infeksi adalah bagian
penting dari perencanaan pengobatan. Sedangkan Meningitis disebabkan oleh jamur sangat
jarang, jenis ini umumnya diderita orang yang mengalami kerusakan immun (daya tahan
tubuh) seperti pada penderita AIDS.
a.
Bacterial meningitis (meningitis karena bakteri)
Acute bacterial meningitis biasanya terjadi ketika bakteri masuk ke dalam aliran darah
dan berpindah ke otak dan tulang belakang. Tetapi juga dapat terjadi ketika bakteri secara

langsung menyerang membran, akibat dari infeksi telinga atau sinus atau kerusakan
tengkorak.
Beberapa bakteri yang dapat menyebabkan acute bacterial meningitis secara umum
antara lain:

Streptococcus pneumonia (pneumococcus). Bakteri ini paling umum menyebabkan


meningitis pada bayi, anak-anak dan orang dewasa. Jenis bakteri ini juga yang bisa
menyebabkan infeksi pneumonia, telinga dan rongga hidung (sinus).

Neisseria meningitis (meningococcus). Bakteri ini merupakan penyebab kedua terbanyak


setelah Streptococcus pneumoniae. Meningitis ini umumnya terjadi ketika bakteri dari infeksi
saluran pernapasan atas masuk ke dalam peredaran darah. Infeksi ini sangat menular.

Haemophilus influenzae (haemophilus). Sebelum tahun 1990an, bakteri haemophilus


influenzae tipe b (Hib) menjadi penyebab utama meningitis akibat bakteri pada anak-anak.
Pemberian vaksin Hib telah membuktikan terjadinya angka penurunan pada kasus meningitis
yang disebabkan bakteri jenis ini. Meningitis jenis ini terjadi cenderung berasal dari infeksi
saluran pernapasan atas, infeksi telinga atau sinusitis.

Listeria monocytogenes (listeria). Bakteri ini dapat ditemukan hampir di manapun


diantaranya tanah, debu atau makanan yang terkontaminasi. Banyak hewan liar dan ternak
juga membawa bakteri ini.
Klien yang mempunyai kondisi seperti : otitis media, pneumonia, sinusitis akut atau
sickle sell anemia yang dapat meningkatkan kemungkinan terjadi meningitis. Fraktur tulang
tengkorak atau pembedahan spinal dapat juga menyebabkan meningitis . Selain itu juga dapat
terjadi pada orang dengan gangguan sistem imun, seperti : AIDS dan defisiensi imunologi
baik yang congenital ataupun yang didapat.
Tubuh akan berespon terhadap bakteri sebagai benda asing dan berespon dengan
terjadinya peradangan dengan adanya neutrofil, monosit dan limfosit. Cairan eksudat yang
terdiri dari bakteri, fibrin dan leukosit terbentuk diruangan subarachnoid ini akan terkumpul
didalam cairan otak sehingga dapat menyebabkan lapisan yang tadinya tipis menjadi tebal.
Dan pengumpulan cairan ini akan menyebabkan peningkatan intra cranial. Hal ini akan
menyebabkan jaringan otak akan mengalami infark.
b. Viral meningitis (meningitis akibat virus)
Tipe dari meningitis ini sering disebut aseptic meningitis. Viral meningitis biasanya
ringan dan sering hilang dengan sendirinya dalam dua minggu. Ini biasanya disebabkan oleh
berbagai jenis penyakit yang disebabkan oleh virus, seperti : campak, mumps, herpes simplek
dan herpes zoster. Virus herpes simplek mengganggu metabolisme sel sehingga sell cepat
mengalami nekrosis. Jenis lainnya juga mengganggu produksi enzim atau neurotransmitter
yang dapat menyebabkan disfungsi sel dan gangguan neurologic.
Eksudat yang biasanya terjadi pada meningitis bakteri tidak terjadi pada meningitis
virus dan tidak ditemukan organisme pada kultur cairan otak. Peradangan terjadi pada seluruh
kortek serebri dan lapisan otak. Mekanisme atau respon dari jaringan otak terhadap virus
bervariasi tergantung pada jenis sel yang terlibat.
c.
Chronic meningitis
Bentuk meningitis kronis terjadi ketika organisme menyerang membran dan cairan
disekitar otak. Meskipun meningitis akut menyerang secara tiba-tiba, meningitis kronis

berkembang dalam dua minggu atau lebih. Tanda dan gejala meningitis kronis serupa dengan
meningitis akut. Meningitis jenis ini langka.
d. Fungal meningitis (meningitis akibat jamur)
Meningitis jenis ini relatif tidak biasa dan menyebabkan meningitis kronis. Dapat
menyerupai acute bacterial meningitis. Cryptococcal meningitis adalah bentuk umum dari
infeksi jamur yang mempengaruhi sistem saraf pusat pada mereka yang mengalami
penurunan sistem imun, seperti AIDS. Dapat mengancam jiwa jika tidak segera diobati.
Gejala klinisnya bervariasi tergantung dari system kekebalan tubuh yang akan berefek pada
respon inflamasi Respon inflamasi yang ditimbulkan pada klien dengan menurunnya sistem
imun antara lain: bisa demam/tidak, sakit kepala, mual, muntah dan menurunnya status
mental.
e.
Penyebab lain meningitis :
Meningitis juga dapat disebabkan oleh noninfeksi, seperti alergi obat, beberapa jenis
kanker dan peradangan seperti lupus.

a.

b.
c.
d.
e.

E.
1.
a.

Selain itu ada pula factor factor yang meningkatkan resiko meningitis, antara lain :
Faktor risiko
Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko meningitis, antara lain:
Usia. Banyak kasus meningitis terjadi pada usia dibawah 5 tahun.
Berada pada lingkungan sosial dimana kontak sosial banyak berlangsung sehingga
mempermudah penyebaran faktor penyebab meningitis, contohnya sekolah, kamp militer,
kampus, dsb
Kehamilan. Jika anda sedang hamil maka anda mengalami peningkatan listeriosis yaitu
infeksi yang disebabkan oleh bakteri listeria, yang juga menyebabkan meningitis. Jika anda
memiliki listeriosis, janin dalam kandungan anda juga memiliki risiko yang sama.
Bekerja dengan hewan ternak dimana dapat meningkatkan risiko listeria, yang juga dapat
menyebabkan meningitis.
Memiliki sistem imun yang lemah.
Faktor predisposisi : jenis kelamin laki - laki lebih sering dibandingkan dengan wanita
Faktor maternal : ruptur membran fetal, infeksi maternal pada minggu terakhir kehamilan
Faktor imunologi : defisiensi mekanisme imun, defisiensi imunoglobulin.
Kelainan sistem saraf pusat, pembedahan atau injury yang berhubungan dengan sistem
persarafan

MANIFESTASI KLINIS
Pada meningitis purulenta ditemukan tanda dan gejala :
Gejala infeksi akut atau sub akut yang ditandai dengan keadaan lesu, mudah terkena
rangsang, demam, muntah penurunan nafsu makan, nyeri kepala.
b. Gejala peningkatan tekanan intrakranial ditandai dengan muntah, nyeri kepala, penurunan
kesadaran ( somnolen sampai koma ), kejang, mata juling, paresis atau paralisis.
c.
Gejala rangsang meningeal yang ditandai dengan :

rasa nyeri pada leher dan punggung,

Rigiditas nukal (kaku leher). Upaya untuk fleksi kepala mengalami kesukaran karena
adanya spasme otot-otot leher.

2.
a.

b.
c.
3.
4.

F.

1.

2.

3.
4.

Tanda kernik positip: ketika pasien dibaringkan dengan paha dalam keadan fleksi kearah
abdomen, kaki tidak dapat di ekstensikan sempurna.
Tanda brudzinki positif : bila leher pasien di fleksikan maka dihasilkan fleksi lutut dan
pinggul. Bila dilakukan fleksi pasif pada ekstremitas bawah pada salah satu sisi maka gerakan
yang sama terlihat peda sisi ektremita yang berlawanan.
Pada meningitis tuberkulosas didapatkan gejala dalam stadium-stadium yaitu :
Stadium prodomal ditandai dengan gejala yang tidak khas dan terjadi perlahan-lahan yaitu
demam ringan atau kadang-kadang tidak demam, nafsu makan menurun, nyeri kepala,
muntah, apatis, berlangsung 1-3 minggu, bila tuberkulosis pecah langsung ke ruang
subaraknoid, maka stadium prodomal berlangsung cepat dan langsung masuk ke stadium
terminal.
Stadium transisi ditandai dengan gejala kejang, rangsang meningeal yaitu kaku kuduk,
tanda brudzinky I dan II positif, mata juling, kelumpuhan dan gangguan kesadaran.
Stadium terminal ditandai dengan keadaan yang berat yaitu kesadaran menurun sampai
koma, kelumpuhan, pernapasan tidak teratur, panas tinggi dan akhirnya meninggal.
Pada viral meningitis (meningitis akibat virus) ditemukan tanda dan gejala : ruam, radang
tenggorokan, diare, nyeri sendi dan sakit kepala.
Pada fungal meningitis (meningitis akibat jamur) ditemukan tanda dan gejala yang
bervariasi tergantung dari system kekebalan tubuh yang akan berefek pada respon inflamasi.
Gejala klinisnya bisa disertai demam atau tidak, tetapi hampir semua penderita ditemukan
sakit kepala, nausea, muntah, penurunan status mental, dan adanya ruam yang merupakan ciri
menyolok pada meningitis meningokokal.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium yang khas pada meningitis adalah analisa cairan otak.
Analisa cairan otak diperiksa untuk jumlah sel, protein, dan konsentrasi glukosa.
Lumbal pungsi biasanya dilakukan untuk menganalisa hitung jenis sel dan protein
cairan cerebrospinal, dengan syarat tidak ditemukan adanya peningkatan TIK. Lumbal punksi
tidak dapat dikerjakan pada pasien dengan peningkatan TIK.
Analisa CSS dari fungsi lumbal
Meningitis bacterial : tekanan meningkat, cairan keruh / berkabut, jumlah sel darah putih
dan protein meningkat, glukosa menurun, kultur positif terhadap beberapa jenis bakteri
Meningitis virus : tekanan bervariasi, CSS biasanya jernih, sel darah putih meningkat,
glukosa dan protein biasanya normal, kultur biasanya negative, kultur virus biasanya hanya
dengan prosedur khusus
Kaku kuduk pada meningitis bisa ditemukan dengan melakukan pemeriksaan fleksi pada
kepala klien yang akan menimbulkan nyeri, disebabkan oleh adanya iritasi meningeal
khususnya pada nervus cranial ke XI, yaitu Asesoris yang mempersarafi otot bagian belakang
leher, sehingga akan menjadi hipersensitif dan terjadi rigiditas.
Pada pemeriksaan Kernigs sign (+) dan Brudzinsky sign (+) menandakan bahwa infeksi
atau iritasi sudah mencapai ke medulla spinalis bagian bawah.
Pemeriksaan darah ini terutama jumlah sel darah merah yang biasanya meningkat diatas
nilai normal.Serum elektrolit dan serum glukosa dinilai untuk mengidentifikasi adanya
ketidakseimbangan elektrolit terutama hiponatremi.

5.

Kadar glukosa darah dibandingkan dengan kadar glukosa cairan otak. Normalnya kadar
glukosa cairan otak adalah 2/3 dari nilai serum glukosa dan pada pasien meningitis kadar
glukosa cairan otaknya menurun dari nilai normal.
6. Glukosa serum : meningkat
7. LDH serum : meningkat pada meningitis bakteri

Sel darah putih : meningkat dengan peningkatan neotrofil (infeksi bakteri)

Elektrolit darah : abnormal


8. LED : meningkat
Kultur darah / hidung / tenggorokan / urine : dapat mengindikasikan daerah pusat infeksi
atau mengidentifikasikan tipe penyebab infeksi
9. MRI /CT Scan : dapat membantu melokalisasi lesi, melihat ukuran / letak ventrikel ;
hematom daerah serebral, hemoragik maupun tumor
10. Rontgen dada/kepala/ sinus ; mungkin ada indikasi sumber infeksi intra kranial.
11. Arteriografi karotis : Letak abses
G.

H.

PENCEGAHAN
Meningitis dapat dicegah dengan cara mengenali dan mengerti dengan baik factor
predisposisi seperti otitis media atau infeksi saluran napas (seperti TBC ) dimana dapat
menyebabkan meningitis serosa. Dalam hal ini yang paling penting adalah pengobatan tuntas
(antibiotic) walaupun gejala gejala infeksi tersebut telah hilang.
Meningitis yang disebabkan oleh virus dapat ditularkan melalui batuk, bersin, ciuman,
sharing makan 1 sendok, pemakaian sikat gigi bersama dan merokok bergantian dalam satu
batangnya. Seseorang yang mengetahui rekan atau disekelilingnya ada yang mengalami
meningitis jenis ini haruslah berhati-hati. Adapun langkah dalam mencegah meningitis antara
lain:
Mencuci tangan secara benar untuk menghindari terkena penyebab infeksi.
Tetap sehat. Menjaga stamina (daya tahan) tubuh dengan cukup istirahat, makan makanan
sehat dan bergizi, berolahraga yang teratur adalah sangat baik menghindari berbagai macam
penyakit.
Menutup mulut dan hidung ketika bersin atau batuk.
Pemberian Imunisasi vaksin (vaccine) Meningitis merupakan tindakan yang tepat
terutama didaerah yang diketahui rentan terkena wabah meningitis, adapun vaccine yang
telah dikenal sebagai pencegahan terhadap meningitis diantaranya adalah ;
Haemophilus influenzae type b (Hib)
Pneumococcal conjugate vaccine (PCV7)
Pneumococcal vaccine (PPV)
Meningococcal conjugate polysaccharide vaccine (MCV4)
Setelah terjadinya meningitis penanganan yang sesuai harus cepat diatasi. Untuk
mengidentifikasi factor atau jenis organisme penyebab dan dengan cepat memberikan terapi
sesuai dengan organisme penyebab untuk melindungi komplikasi yang serius.
KOMPLIKASI
Komplikasi yang bisa terjadi adalah ;
Gangguan pembekuan darah

I.

Syok septic
Demam yang memanjang
Meningococcal Septicemia ( mengingocemia )
Sindrome water-friderichen (septik syok, DIC,perdarahan adrenal bilateral)
SIADH ( Syndrome Inappropriate Antidiuretic hormone )
Efusi subdural, emfisema subdural
Kejang
Edema dan herniasi serebral
Cerebral palsy
Attention deficit disorder
Ketidaksesuaian sekresi ADH
Pengumpulan cairan subdural
Lesi lokal intrakranial dapat mengakibatkan kelumpuhan sebagian badan
Hidrocepalus yang berat dan retardasi mental, tuli, kebutaan karena atrofi nervus II
( optikus )
Pada meningitis dengan septikemia menyebabkan suam kulit atau luka di mulut,
konjungtivitis.
Epilepsi
Pneumonia karena aspirasi
Keterlambatan bicara
Kelumpuhan otot yang disarafi nervus III (okulomotor), nervus IV (toklearis ), nervus VI
(abdusen). Ketiga saraf tersebut mengatur gerakan bola mata.
PENATALAKSANAAN
Apabila ada tanda-tanda dan gejala seperti di atas, maka secepatnya penderita dibawa
kerumah sakit untuk mendapatkan pelayan kesehatan yang intensif. Pemeriksaan fisik,
pemeriksaan labratorium yang meliputi test darah (elektrolite, fungsi hati dan ginjal, serta
darah lengkap), dan pemeriksaan X-ray (rontgen) paru akan membantu tim dokter dalam
mendiagnosa penyakit. Sedangkan pemeriksaan yang sangat penting apabila penderita telah
diduga meningitis adalah pemeriksaan Lumbar puncture (pemeriksaan cairan selaput otak).
Jika berdasarkan pemeriksaan penderita didiagnosa sebagai meningitis, maka
pemberian antibiotik secara Infus (intravenous) adalah langkah yang baik untuk menjamin
kesembuhan serta mengurang atau menghindari resiko komplikasi. Antibiotik yang diberikan
kepada penderita tergantung dari jenis bakteri yang ditemukan.
Adapun beberapa antibiotik yang sering diresepkan oleh dokter pada kasus meningitis
yang disebabkan oleh bakteri Streptococcus pneumoniae dan Neisseria meningitidis antara
lain Cephalosporin (ceftriaxone atau cefotaxime). Sedangkan meningitis yang disebabkan
oleh bakteri Listeria monocytogenes akan diberikan Ampicillin, Vancomycin dan
Carbapenem (meropenem), Chloramphenicol atau Ceftriaxone.
Treatment atau therapy lainnya adalah yang mengarah kepada gejala yang timbul,
misalnya sakit kepala dan demam (paracetamol), shock dan kejang (diazepam) dan lain
sebagainya.

J.

PROGNOSIS
Penderita meningitis dapat sembuh, baik sembuh dengan cacat motorik atau mental atau
meninggal tergantung :
a. umur penderita.
b. Jenis kuman penyebab
c. Berat ringan infeksi
d. Lama sakit sebelum mendapat pengobatan
e. Kepekaan kuman terhadap antibiotic yang diberikan
f. Adanya dan penanganan penyakit.
Meskipun telah diberikan pengobatan, sebanyak 30% bayi meninggal. Jika terjadi abses,
angka kematian mendekati 75%. 20-50% bayi yang bertahan hidup, mengalami kerusakan
otak dan saraf (misalnya hidrosefalus, tuli dan keterbelakangan mental).

LANDASAN TEORI ASKEP


A.
1.
2.

PENGKAJIAN
Biodata Klien
Keluhan utama
Keluhan utama yang sering adalah panas badan tinggi, koma, kejang dan penurunan
kesadaran.
3. Riwayat penyakit sekarang
Faktor riwayat penyakit sangat penting diketahui karena untuk mengetahui jenis
kuman penyebab. Disini harus ditanya dengan jelas tetang gejala yang timbul seperti kapan
mulai serangan, sembuh atau bertambah buruk. Pada pengkajian pasien meningitis biasanya
didapatkan keluhan yang berhubungan dengan akibat dari infeksi dan peningkatan TIK.
Keluhan tersebut diantaranya, sakit kepala dan demam adalah gejala awal yang sering. Sakit
kepala berhubungan dengan meningitis yang selalu berat dan sebagai akibat iritasi meningen.
Demam umumnya ada dan tetap tinggi selama perjalanan penyakit. Keluhan kejang
perlu mendapat perhatian untuk dilakukan pengkajian lebih mendalam, bagaimana sifat
timbulnya kejang, stimulus apa yang sering menimbulkan kejang dan tindakan apa yang telah
diberikan dalam upaya menurunkan keluhan kejang tersebut. Pengkajian lainnya yang perlu
ditanyakan seperti riwayat selama menjalani perawatan di RS, pernahkah mengalami
tindakan invasive yang memungkinkan masuknya kuman kemeningen terutama tindakan
melalui pembuluh darah.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Pengkajian penyakit yang pernah dialami pasien yang memungkinkan adanya
hubungan atau menjadi predisposisi keluhan sekarang meliputi pernahkah pasien mengalami
infeksi jalan napas bagian atas, otitis media, mastoiditis, tindakan bedah saraf, riwayat trauma
kepala dan adanya pengaruh immunologis pada masa sebelumnya.
Riwayat sakit TB paru perlu ditanyakan pada pasien terutama apabila ada keluhan
batuk produktif dan pernah menjalani pengobatan obat anti TB yang sangat berguna untuk
mengidentifikasi meningitis tuberculosia.

5.

6.
a.

b.

c.
d.

e.
f.

Pengkajian pemakaian obat obat yang sering digunakan pasien, seperti pemakaian
obat kortikostiroid, pemakaian jenis jenis antibiotic dan reaksinya (untuk menilai resistensi
pemakaian antibiotic).
Pengkajian psikososial
Respon emosi pengkajian mekanisme koping yang digunakan pasien juga penting
untuk menilai pasien terhadap penyakit yang dideritanya dan perubahan peran pasien dalam
keluarga dan masyarakat serta respon atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari harinya baik
dalam keluarga ataupun dalam masyarakat.
Pemeiksaan fisik
Aktivitas / istirahat
Gejala : perasaan tidak enak (malaise ), keterbatasan yang ditimbulkan kondisinya.
Tanda : Ataksia, masalah berjalan, kelumpuhan, gerakan involunter, kelemahan secara
Umum, keterbatasan dalam rentang gerak.
Sirkulasi
Gejala : adanya riwayat kardiologi, seperti endokarditis, beberapa penyakit jantung
Conginetal ( abses otak ).
Tanda : tekanan darah meningkat, nadi menurun dan tekanan nadi berat (berhubungan
Dengan peningkatan TIK dan pengaruh dari pusat vasomotor ). Takikardi, distritmia
( pada fase akut ) seperti distrimia sinus (pada meningitis )
Eleminasi
Tanda : Adanya inkotinensia dan retensi.
Makanan dan Cairan
Gejala : Kehilangan napsu makan, kesulitan menelan (pada periode akut )
Tanda : Anoreksia, muntah, turgor kulit jelek, membrane mukosa kering.
Hygiene
Tanda : Ketergantungan terhadap semua kebutuhan perawatan diri ( pada periode akut )
Neurosensori
Gejala : sakit kepala ( mungkin merupan gejala pertama dan biasanya berat ) . Pareslisia,
Terasa kaku pada semua persarafan yang terkena, kehilangan sensasi ( kerusakan
Pada saraf cranial ). Hiperalgesia / meningkatnya sensitifitas ( minimitis ) . Timbul
Kejang ( minimitis bakteri atau abses otak ) gangguan dalam penglihatan, seperti
Diplopia ( fase awal dari beberapa infeksi ). Fotopobia ( pada minimitis ). Ketulian
( pada minimitis / encephalitis ) atau mungkin hipersensitifitas terhadap kebisingan,
Adanya halusinasi penciuman / sentuhan.
Tanda :
status mental / tingkat kesadaran ; letargi sampai kebingungan yang berat hingga koma,
delusi dan halusinasi / psikosis organic ( encephalitis ).
Kehilangan memori, sulit mengambil keputusan ( dapat merupakan gejala
Berkembangnya hidrosephalus komunikan yang mengikuti meningitis bacterial )
Afasia / kesulitan dalam berkomunikasi.
Mata ( ukuran / reaksi pupil ) : unisokor atau tidak berespon terhadap cahaya
( peningkatan TIK ), nistagmus ( bola mata bergerak terus menerus ).
Ptosis ( kelopak mata atas jatuh ) . Karakteristik fasial (wajah ) ; perubahan pada
Fungsi motorik da nsensorik ( saraf cranial V dan VII terkena )

Kejang umum atau lokal ( pada abses otak ) . Kejang lobus temporal . Otot
Mengalami hipotonia /flaksid paralisis ( pada fase akut meningitis ). Spastik
( encephalitis).
Hemiparese hemiplegic ( meningitis / encephalitis )
Tanda brudzinski positif dan atau tanda kernig positif merupakan indikasi adanya
Iritasi meningeal ( fase akut )
Regiditas muka ( iritasi meningeal )
Refleks tendon dalam terganggu, brudzinski positif
Refleks abdominal menurun.
g.
Nyeri / Kenyamanan
Gejala : sakit kepala ( berdenyut dengan hebat, frontal ) mungkin akan diperburuk oleh
ketegangan leher /punggung kaku ,nyeri pada gerakan ocular, tenggorokan nyeri
Tanda : Tampak terus terjaga, perilaku distraksi /gelisah menangis / mengeluh.
h. Pernapasan
Gejala : Adanya riwayat infeksi sinus atau paru
Tanda : Peningkatan kerja pernapasan (tahap awal ), perubahan mental ( letargi sampai
koma ) dan gelisah
i.
Keamanan
Gejala :
Adanya riwayat infeksi saluran napas atas atau infeksi lain, meliputi mastoiditis
Telinga tengah sinus, abses gigi, abdomen atau kulit, fungsi lumbal, pembedahan,
Fraktur pada tengkorak / cedera kepala.
Imunisasi yang baru saja berlangsung ; terpajan pada meningitis, terpajan oleh
Campak, herpes simplek, gigitan binatang, benda asing yang terbawa.
Gangguan penglihatan atau pendengaran
Tanda :
suhu badan meningkat,diaphoresis, menggigil
Kelemahan secara umum ; tonus otot flaksid atau plastic
Gangguan sensoris
B.
1.
2.

DIAGNOSA KEPERAWATAN
Resiko tinggi terhadap ( penyebaran ) infeksi berhubungan dengan statis cairan tubuh.
Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan edema serebral yang mengubah /
menghentikan aliran darah arteri / vena.
3. Resiko tinggi terhadap trauma berhubungan dengan kelemahan umum.
4. Nyeri ( akut ) berhubungan dengan adanya proses inflamasi / infeksi.
5. Ansietas / ketakutan berhubungan dengan pemisahan dari system pendukung
( hospitalisasi ).
C.
1.

INTERVENSI KEPERAWATAN
Resiko tinggi terhadap ( penyebaran ) infeksi berhubungan dengan statis cairan tubuh.
Hasil yang diharapkan / criteria evaluasi pasien anak ; mencapai masa penyembuhan tepat
waktu, tanpa penyebaran infeksi endogen atau keterlibatan orang lain
Intervensi :

a.

b.

c.

d.

e.

2.

a.

b.

c.

d.

e.

Pertahankan teknik aseptik dan cuci tangan baik pasien, pengunjung, maupun staf.
Rasional ; menurunkan resiko pasien terkena infeksi sekunder. Mengontrol penyebaran
sumber infeksi, mencegah pemajanan pada individu terinfeksi ( mis : individu yang
mengalami infeksi saluran napas atas )
Pantau dan catat secara teratur tanda-tanda klinis dari proses infeksi.
Rasional : Terapi obat akan diberikan terus menerus selama lebih 5 hari setelah suhu turun
( kembali normal ) dan tanda-tanda klinisnya jelas. Timbulnya tanda klinis terus menerus
merupakan indikasi perkembangan dari meningokosemia akut yang dapat bertahan sampai
berminggu minggu / berbulan bulan atau penyebaran pathogen secara hematogen / sepsis.
Ubah posisi pasien dengan teratur tiap 2 jam.
Rasionalisasi ; Mobilisasi secret dan meningkatkan kelancaran secret yang akan menurunkan
resiko terjadinya komplikasi terhadap pernapasan.
Catat karakteristik urine, seperti warna, kejernihan dan bau
Rasionalisasi ; Urine statis, dehidrasi dan kelemahan umum meningkatkan resiko terhadap
infeksi kandung kemih / ginjal / awitan sepsis.
Kolaborasi tim medis
Rasional : Obat yang dipilih tergantung pada infeksi dan sensitifitas individu. Catatan ; obat
cranial mungkin diindikasikan untuk basilus gram negative, jamur, amoeba.
Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan edema serebral yang mengubah /
menghentikan aliran darah arteri / vena.
Hasil yang diharapkan / kriteria pasien anak : mempertahankan tingkat kesadaran ,
mendemontrasikan tanda-tanda vital stabil, melaporkan tak adanya / menurunkan berat sakit
kepala, mendemontrasikan adanya perbaikan kognitif dan tanda peningkatan TIK.
Intervensi
Perubahan tirah baring dengan posisi kepala datar dan pantau tanda vital sesuai indikasi
setelah dilakukan fungsi lumbal.
Rasional : perubahan tekanan CSS mungkin merupakan adanya resiko herniasis batang otak
yang memerlukan tindakan medis dengan segera.
Pantau / catat status neurologis dengan teratur dan bandingkan dengan keadaan normalnya,
seperti GCS.
Rasional : pengkajian kecenderungan adanya perubahan tingkat kesadaran dan potensial
peningkatan TIK adalah sangat berguna dalam menntukan lokasi, penyebaran / luas dan
perkembangan dari kerusakan serebral.
Pantau masukan dan keluaran . catat karakteristik urine, turgor kulit, dan keadaan
membrane mukosa.
Rasional : hipertermia meningkatkan kehilangan air tak kasat mata dan meningkatkan resiko
dehidrasi, terutama jika tingkat kesadaran menurun / munculnya mual menurunkan
pemasukan melalui oral.
Berikantindakan yang memberikan rasa nyaman seperti massage punggung, lingkungan
yang tenang, suara yang halus dan sentuhan yang lembut.
Rasional : meningkatkan istirahat dan menurunkan stimulasi sensori yang berlebihan.
Pantau gas darah arteri. Berikan terapi oksigen sesuai kebutuhan.
Rasional : terjadinya asidosis dapat menghambat masuknya oksigen pada tingkat sel yang
memperburuk / meningkatkan iskemia serebral.

f.
3.

a.

b.

c.

d.

4.

a.

b.
c.

d.

5.

Berikan obat sesuai indikasi.


Resiko tinggi terhadap trauma berhubungan dengan kelemahan umum.
Hasil yang diharapkan / kriteria evaluasi pasien anak : tidak mengalami kejang atau penyerta
atau cedera lain.
Intervensi
Pantau adanya kejang / kedutan pada tangan, kaki dan mulut atau otot wajah yang lain.
Rasional : mencerminkan pada iritasi SSP secara umum yang memerlukan evaluasi segera
dan intervensi yang mungkin untuk mencegah komplikasi.
Berikan keamanan pada pasien dengan memberi bantuan pada penghalang tempat tidur dan
pertahankan tetap terpasang dan pasang jalan napas buatan plastik atau gulungan lunak dan
alat penghisap.
Rasional : melindungi pasien jika kejang. Catatan ; masukan jalan napas bantuan / gulungan
lunak jika hanya rahangnya relaksasi, jangan dipaksa memasukkan ketika giginya mengatup
dan jaringan lunak akan rusak.
Pertahankan tirah baring selama fase akut. Pindahkan .gerakkan dengan bantuan sesuai
membaiknya keadaan.
Rasional : menurunkan resiko terjatuh / trauma jika terjadi vertigo, sinkope atau ataksia.
Berikan obat sesuai indikasi seperti fenitoin ( dilantin ), diazepam , fenobarbital.
Rasional : merupakan indikasi untuk penanganan dan pencegahan kejang .catatan :
fenobarbital dapat menyebabkan defresi pernapasan dan sedative serta menutupi tanda /
gejala dari peningkatan TIK.
Nyeri ( akut ) berhubungan dengan adanya proses inflamasi / infeksi.
Hasil yang diharapkan / kriteria evaluasi pasien anak : melaporkan nyeri hilang / terkontrol,
menunjukkan poster rileks dan mampu tidur / istirahat dengan tepat.
Intervensi :
Berikan lingkungan yang tenang, ruangan agak gelap sesuai indikasi.
Rasional : menurunkan reaksi terhadap stimulasi dari luar atau sensitifitas pada cahaya dan
meningkatkan istirahat / relaksasi.
Tingkatkan tirah baring, bantulah kebutuhan perawatan yang penting .
Rasional : menurunkan gerakan yang dapat meningkatkan nyeri.
Berikan latihan rentang gerak aktif / pasif secara aktif dan massage otot daerah leher /bahu.
Rasional : dapat membantu merelaksasikan ketegangan otot yang menimbulkan reduksi nyeri
atau rasa tidak nyaman tersebut.
Berikan analgetik, seperti asetaminofen dan kodein
Rasional : mungkin diperlukan untuk menghilangkan nyeri yang berat.
Catatan : narkotik merupakan kontraindikasi sehingga menimbulkan ketidak akuratan dalam
pemeriksaan neurologis.
Ansietas / ketakutan berhubungan dengan pemisahan dari system pendukung
( hospitalisasi ).
Hasil yang diharapkan / criteria evaluasi pasien anak : mengikuti dan mendiskusikan rasa
takut, mengungkapkan kekurang pengetahuan tentang situasi, tampak rileks dan melaporkan
ansietas berkurang sampai pada tingkat dapat diatasi.

a.

b.

c.

d.

e.

Intervensi
Kaji status mental dan tingkat ansietas dari pasien / keluarga. Catat adanya tanda-tanda verbal
atau non verbal.
Rasional : gangguan tingkat kesadaran dapat mempengaruhi ekspresi rasa takut tetapi tidak
menyangkal keberadaannya. Derajat ansietas akan dipengaruhi bagaimana informasi tersebut
diterima oleh individu.
Berikan penjelasan hubungan antara proses penyakit dan gejala.
Rasional : meningkatkan pemahaman, mengurangi rasa takut karena ketidaktahuan dan dapat
membantu dan menurunkan ansietas.
Jawab setiap pertanyaan dengan penuh perhatian dan berikan informasi tentang prognosa
penyakit.
Rasional : penting untuk menciptakan kepercayan karena diagnosa meningitis mungkin
menakutkan, ketulusan dan informasi yang akurat dapat memberikan keyakinan pada pasien
dan juga keluarga
Libatkan pasien / keluarga dalam perawatan, perencanaan kehidupan sehari-hari, membuat
keputusan sebanyak mungkin.
Rasional : meningkatkan perasaan kontrol terhadap diri dan meningkatkan kemandirian.
Lindungi privasi pasien jika terjadi kejang.
Rasional : memperhatikan kebutuhan privasi pasien memberikan peningkatan akan harga diri
pasien dan melindungi pasien dri rasa malu.
DAFTAR PUSTAKA
1. Alpers,Ann.2006.Buku Ajar Pediatri Rudolph. Ed.20.Jakarta:EGC.
2. Http://www.anneahira.com
3. Brough,Hellen,et al.2007.Rujukan Cepat Pediatri dan Kesehatan Anak.Jakarta:EGC.
4. Ngastiyah.2005.Perawatan Anak Sakit.Ed.2.Jakarta:EGC
5. Suriadi, Rita Yuliani.2006.Asuhan keperawatan pada Anak Ed.2.Jakarta:Percetakan
Penebar Swadaya
Doenges, Marilyn. E., et al, 1999. Rencana asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk
Perencanaan Dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi III. Jakarta: EGC.
Arief Mansjoer. 2000. Asuhan Keperawatan Pada System Saraf. Jakarta. EGC

Anda mungkin juga menyukai