Brsind-20160504121157indeks Tendensi Bisnis Dan Indeks Tendensi Konsumen Triwulan I-2016
Brsind-20160504121157indeks Tendensi Bisnis Dan Indeks Tendensi Konsumen Triwulan I-2016
Indeks Tendensi Bisnis (ITB) pada triwulan I-2016 sebesar 99,46, berarti kondisi bisnis menurun dari
triwulan sebelumnya. Pelaku bisnis lebih pesimis jika dibandingkan dengan triwulan IV-2015 (nilai ITB
sebesar 105,22).
Optimisme pelaku bisnis pada triwulan I-2016 terjadi pada 7 lapangan usaha, sedangkan pelaku bisnis di 10
lapangan usaha lainnya pesimis. Peningkatan tertinggi terjadi pada lapangan usaha Informasi dan
Komunikasi (nilai ITB sebesar 118,27), sedangkan peningkatan kondisi bisnis terendah terjadi pada
lapangan usaha Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial (nilai ITB sebesar 100,42). Pelaku bisnis yang paling
pesimis memandang bisnis di triwulan I-2016 adalah di lapangan usaha Pertambangan dan Penggalian (nilai
ITB sebesar 86,03).
Kondisi bisnis pada triwulan I-2016 menurun karena adanya penurunan pendapatan usaha (nilai indeks
sebesar 98,91), kapasitas produksi/usaha (nilai indeks sebesar 99,77), dan rata-rata jumlah jam kerja (nilai
indeks sebesar 99,79).
Nilai ITB pada triwulan II-2016 diprediksi sebesar 103,52 berarti kondisi bisnis diperkirakan akan meningkat
dibandingkan triwulan sebelumnya. Tingkat optimisme pelaku bisnis diperkirakan lebih tinggi jika
dibandingkan dengan triwulan I-2016 (nilai ITB sebesar 99,46).
Kondisi bisnis di semua lapangan usaha pada triwulan II-2016 diperkirakan mengalami peningkatan, kecuali
lapangan usaha Pertambangan dan Penggalian (nilai ITB sebesar 94,54). Peningkatan kondisi bisnis
tertinggi diperkirakan terjadi pada lapangan usaha Informasi dan Komunikasi (nilai ITB sebesar 123,47), dan
peningkatan terendah diperkirakan terjadi pada lapangan usaha Pengadaan Listrik dan Gas (nilai ITB
sebesar 101,42).
Berita Resmi Statistik No. 45/05/Th. XIX, 04 Mei 2016
1.
Secara umum kondisi bisnis di Indonesia pada triwulan I-2016 menurun dibandingkan triwulan
sebelumnya, dengan nilai ITB sebesar 99,46. Pelaku bisnis pada triwulan I-2016 di Indonesia lebih
pesimis dibandingkan triwulan sebelumnya (nilai ITB sebesar 105,22).
Peningkatan kondisi bisnis pada triwulan I-2016 terjadi pada 7 lapangan usaha, sedangkan
penurunan kondisi bisnis terjadi pada 10 lapangan usaha. Tiga lapangan usaha yang mengalami
peningkatan kondisi bisnis tertinggi adalah Informasi dan Komunikasi (nilai ITB sebesar 118,27), Jasa
Perusahaan (nilai ITB sebesar 108,67), dan Jasa Keuangan (nilai ITB 106,64). Sedangkan, tiga lapangan
usaha yang mengalami penurunan kondisi bisnis tertinggi adalah Pertambangan dan Penggalian (nilai
ITB sebesar 86,03), Konstruksi (nilai ITB sebesar 93,02), dan Jasa Lainnya (nilai ITB 93,16).
Tabel 1
Indeks Tendensi Bisnis Triwulan IV-2015 dan Triwulan I-2016
Menurut Lapangan Usaha dan Variabel Pembentuknya
Lapangan Usaha
(1)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
ITB Triwulan
IV-2015
ITB Triwulan
I-2016
(2)
(3)
90,18
94,74
101,03
111,18
106,10
86,03
97,29
99,65
85,25
97,25
98,30
106,10
82,65
96,51
99,34
88,09
97,65
100,90
109,82
99,79
98,14
98,86
101,55
107,98
93,02
86,71
98,41
95,99
105,03
99,75
98,77
101,63
99,78
109,08
99,79
93,79
101,49
104,05
109,19
103,04
108,26
96,51
101,45
109,07
112,03
101,45
111,23
118,27
106,64
106,01
108,67
123,96
109,33
105,88
111,15
128,03
104,59
92,65
109,26
109,43
105,26
111,76
106,35
117,84
99,64
98,18
105,98
98,18
107,99
108,10
110,02
99,60
100,42
93,16
100,62
99,50
89,36
98,30
101,76
81,91
99,30
100,63
101,06
105,22
99,46
98,91
99,77
99,79
Dilihat berdasarkan variabel pembentuknya, penurunan kondisi bisnis pada triwulan I-2016 terjadi
karena penurunan pada semua komponen indeks, yaitu pendapatan usaha (nilai indeks sebesar 98,91),
penggunaan kapasitas produksi/usaha (nilai indeks sebesar 99,77), dan rata-rata jumlah jam kerja (nilai
indeks sebesar 99,79).
2.
Nilai ITB triwulan II-2016 diperkirakan sebesar 103,52, artinya secara umum kondisi bisnis pada
triwulan II-2016 diperkirakan akan meningkat dibandingkan triwulan I-2016. Tingkat optimisme pelaku
bisnis dalam melihat potensi bisnis pada triwulan II-2016 diperkirakan lebih tinggi dibandingkan triwulan
I-2016 (nilai ITB sebesar 99,46). Seluruh lapangan usaha diperkirakan mengalami peningkatan kondisi
2
bisnis pada triwulan II-2016 kecuali lapangan usaha Pertambangan dan Penggalian (nilai ITB sebesar
94,54). Peningkatan bisnis tertinggi diperkirakan terjadi pada lapangan usaha Informasi dan Komunikasi
(nilai ITB sebesar 123,47). Sedangkan peningkatan bisnis terendah terjadi pada lapangan usaha Pengadaan
Listrik dan Gas (nilai ITB sebesar 101,42).
Tabel 2
Perkiraan Indeks Tendensi Bisnis Triwulan II-2016
Menurut Lapangan Usaha dan Variabel Pembentuknya
Variabel Pembentuk Perkiraan ITB Triwulan II-2016
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
Perkiraan ITB
Triwulan
II-2016
Lapangan Usaha
Order dari
Dalam
Negeri
Order dari
Luar Negeri
Harga Jual
Produk
Order
Barang
Input
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
105,22
97,78
104,63
102,78
92,05
88,25
93,70
-
110,05
93,41
110,17
101,00
95,10
104,10
100,55
103,44
94,54
103,85
101,42
101,15
100,14
102,58
101,53
103,99
112,97
102,43
105,35
104,32
95,71
108,91
102,41
102,40
111,33
105,84
130,19
121,09
101,47
110,28
102,77
111,05
113,21
98,11
117,65
105,66
-
-
-
-
-
-
107,94
107,90
123,47
111,99
107,87
108,45
106,11
113,52
109,04
115,35
104,50
98,94
103,23
110,50
108,51
-
-
-
110,55
106,88
102,73
106,56
93,60
102,74
103,52
108,17
Dilihat berdasarkan variabel pembentuknya, peningkatan kondisi bisnis pada triwulan II-2016
diperkirakan terjadi karena adanya peningkatan order dari dalam negeri (nilai indeks sebesar 106,56),
harga jual produk (nilai indeks sebesar 108,17), dan order barang input (nilai indeks sebesar 102,74).
Sedangkan, order dari luar negeri diperkirakan menurun (nilai indeks sebesar 93,60).
Peningkatan tertinggi untuk order dari dalam negeri terjadi pada lapangan usaha Informasi dan
Komunikasi (nilai indeks sebesar 130,19), sedangkan yang mengalami penurunan adalah lapangan usaha
Pertambangan dan Penggalian (nilai indeks sebesar 97,78) dan Jasa Lainnya (nilai indeks 98,94).
Peningkatan tertinggi untuk harga jual produk diperkirakan terjadi pada lapangan usaha Real Estate (nilai
indeks sebesar 117,65). Sedangkan penurunan tertinggi untuk harga jual produk diperkirakan terjadi pada
lapangan usaha Pertambangan dan Penggalian (nilai indeks sebesar 93,41). Peningkatan tertinggi untuk
order barang input terjadi pada lapangan usaha Industri Pengolahan (nilai indeks sebesar 104,10),
sedangkan order barang input yang mengalami penurunan terjadi pada lapangan usaha Pertambangan
dan Penggalian (nilai indeks sebesar 95,10).
Gambar 1
Indeks Tendensi Bisnis (ITB) 1) Triwulan I-2013Triwulan I-2016 dan
Perkiraan ITB Triwulan II-20162)
116,00
112,00
106,12
Indeks
108,00
104,00
102,34
105,64
104,72
107,24
105,46
104,07
106,04 105,22
103,52
103,88
100,00
102,23
99,46
96,00
96,30
92,00
Triwulan
Keterangan:
1)
ITB berkisar antara 0 sampai dengan 200, dengan indikasi sebagai berikut:
a. Nilai ITB < 100, menunjukkan kondisi bisnis pada triwulan berjalan lebih buruk (menurun) dibanding triwulan sebelumnya
b. Nilai ITB = 100, menunjukkan kondisi bisnis pada triwulan berjalan tidak mengalami perubahan (stagnan) dibanding triwulan sebelumnya
c. Nilai ITB > 100, menunjukkan kondisi bisnis pada triwulan berjalan lebih baik (meningkat) dibanding triwulan sebelumnya
2)
II20162)
I2016
IV2015
III2015
II2015
I2015
IV2014
III2014
II2014
I2014
IV2013
III2013
II2013
I2013
88,00
Indeks Tendensi Konsumen (ITK) pada triwulan I-2016 sebesar 102,89 berarti kondisi ekonomi
konsumen meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Peningkatan kondisi ekonomi konsumen
disebabkan oleh meningkatnya pendapatan, relatif rendahnya pengaruh inflasi terhadap tingkat
konsumsi, dan meningkatnya tingkat konsumsi. Tingkat optimisme konsumen sedikit lebih tinggi
dibandingkan triwulan sebelumnya (nilai ITK sebesar 102,77).
Meningkatnya kondisi ekonomi konsumen di tingkat nasional terjadi pada 25 provinsi sedangkan 8
provinsi mengalami penurunan. Terdapat 12 provinsi (36,36 persen) dari 33 provinsi, yang memiliki
indeks di atas nasional. Provinsi yang memiliki nilai ITK tertinggi adalah Provinsi Maluku (nilai ITK
sebesar 109,96), sedangkan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung memiliki nilai ITK terendah, yaitu
sebesar 94,71.
1.
Nilai ITK nasional pada triwulan II-2016 diperkirakan sebesar 106,56 artinya kondisi ekonomi konsumen
diperkirakan akan meningkat. Tingkat optimisme konsumen diperkirakan lebih tinggi dibandingkan
triwulan I-2016 (nilai ITK sebesar 102,89).
Perkiraan membaiknya kondisi ekonomi konsumen di Indonesia terjadi pada seluruh provinsi di
Indonesia. Terdapat 15 provinsi (45,45 persen) diperkirakan memiliki nilai indeks di atas nasional.
Provinsi yang memiliki perkiraan nilai ITK tertinggi adalah Provinsi DI Yogyakarta (nilai ITK sebesar
123,60), dan nilai ITK terendah di Provinsi Jambi (nilai ITK sebesar 100,10).
Indeks Tendensi Konsumen (ITK) nasional pada triwulan I-2016 sebesar 102,89, artinya kondisi
ekonomi konsumen meningkat dibanding triwulan sebelumnya. Kondisi ini didorong oleh peningkatan
semua komponen indeks, yaitu pendapatan rumah tangga (nilai indeks sebesar 102,43), pengaruh inflasi
terhadap tingkat konsumsi (nilai indeks sebesar 103,83) dan tingkat konsumsi (nilai indeks sebesar
102,80).
Tabel 3
Indekks Tendensii Konsumen
n Triwulan IV-2015 dan
n Triwulan II-2016
Menurut Va
ariabel Pem
mbentuknya
a
Variabel Pembentuk
ITK Triw
w IV-2015
(1)
(2)
(
(3)
P
Pendapatan rumaah tangga
10
03,14
102,43
P
Pengaruh inflasi terhadap
t
tingkat konsumsi
10
01,89
103,83
02,99
10
102,80
10
02,77
102,89
ningkatnya kondisi
k
ekon
nomi konsum
men pada triiwulan I-201
16 di tingkatt nasional teerjadi karenaa
Men
adanya pen
ningkatan kondisi
k
ekon
nomi konsum
men pada 25
2 provinsi, sementara 8 provinsi mengalamii
penurunan. Terdapat 12
1 provinsi (36,36 perssen) dari 33 provinsi dii seluruh Inndonesia yan
ng memilikii
angka indekks di atas naasional. Prov
vinsi yang m
memiliki nilaai ITK triwullan I-2016 teertinggi adalah Provinsii
Maluku (niilai ITK sebesar 109,96)), sementaraa Provinsi Kepulauan
K
Bangka
B
Belituung memiliki nilai ITK
K
triwulan I-2016 terenddah, yaitu seebesar 94,711. Perbandingan nilai ITK triwulan I-2016 tingk
kat nasionall
dan provinssi dapat dilih
hat pada Gam
mbar 2 dan T
Tabel 5.
Gambar 2
Indeks Tendensi
T
Ko
onsumen (ITK) Triwula
an I-2016
Tingkat N
Nasional dan Provinsi
110
0
105
5
102,89
115
5
109,96
120
0
94,71
100
0
95
5
Maluku
Bali
NTB
DIYogyakarta
gy
Sulteng
Sulbar
Jatim
Banten
DKIJakarta
DKI Jakarta
Kalbar
Jabar
Kalteng
Nasional
Kaltim
Sulsel
Sumbar
Kepri
Lampung
Gorontalo
G
t l
Aceh
Bengkulu
Sultra
Sumut
Jambi
Malut
Jateng
Papua
Kalsel
PapuaBarat
NTT
Sumsel
Sulut
Riau
Kep.Babel
90
0
2.
Tabel 4
Perkiraan Indeks Tend
densi Konsumen Triwu
ulan II-20166
Menurut Va
ariabel Pem
mbentuknya
a
Perkkiraan
ITK Triw
w II-2016
((2)
Variabel
V
Pembenntuk
(1)
Perkiraan penndapatan rumah tangga
t
1008,72
Rencana pem
mbelian barang-baarang tahan lamaa (elektronik, perhhiasan,
perangkat kom
munikasi, meubellair, peralatan rum
mah tangga, kendaraan
bermotor, tanaah, rumah), rekreeasi, dan pesta/haajatan
1002,78
1006,56
130
0
125
5
123,60
Gambar 3
Perkiraan Inde
eks Tenden
nsi Konsum
men (ITK) Trriwulan II-20016
Tingkat N
Nasional dan Provinsi
110
0
105
5
100,10
115
5
106,56
120
0
100
0
95
5
DIYogyakarta
Maluku
Gorontalo
DKIJakarta
Sulut
Jatim
Bali
Sulteng
NTB
Sulbar
Sulsel
Jateng
Kepri
Banten
Kep.Babel
Nasional
Jabar
Malut
Bengkulu
B
k l
Kalsel
Kalteng
PapuaBarat
NTT
Riau
Lampung
Sumbar
Aceh
Kalbar
Sultra
Kaltim
Papua
Sumut
Sumsel
Jambi
90
0
Berita Re
esmi Statistik
k No. 45/05/T
Th. XIX, 04 M
Mei 2016
Tabel 5
1)
Indeks Tendensi Konsumen Triwulan I-2015Triwulan I-2016 dan
Perkiraan Indeks Tendensi Konsumen Triwulan II-2016 Tingkat Nasional
dan Provinsi
No.
Provinsi
(1)
(2)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
32
33
Papua Barat
Papua
Indonesia
Triwulan
I-2015
Triwulan
II-2015
Triwulan
III-2015
Triwulan
IV-2015
Triwulan
I-2016
Perkiraan
Triwulan
II-2016
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
100,33
100,48
94,58
90,72
91,66
99,97
96,54
93,38
92,19
101,80
103,97
104,43
99,71
97,18
100,75
104,07
102,36
97,50
93,45
100,44
94,98
94,25
101,03
93,15
91,78
96,29
92,52
95,18
100,69
102,18
103,19
107,92
101,60
101,07
104,74
99,57
101,97
105,55
102,57
97,90
108,82
109,71
105,67
103,60
111,73
103,88
108,19
105,42
101,43
100,30
105,05
106,37
107,21
107,40
103,46
105,03
106,24
102,70
109,08
111,64
107,38
103,81
110,29
102,17
100,61
105,65
101,02
107,31
107,07
101,51
105,54
101,92
111,88
109,69
109,81
110,33
115,98
111,21
111,66
109,07
102,42
106,86
104,46
103,25
110,92
100,28
111,42
103,38
110,64
108,02
107,24
108,48
108,94
102,21
102,52
99,10
94,27
100,94
100,35
101,20
101,19
93,91
100,68
106,64
102,38
99,87
103,02
102,12
103,29
105,84
106,47
106,32
104,07
104,74
101,51
105,90
108,42
103,85
102,68
106,06
101,40
109,15
112,03
99,14
100,99
100,55
101,85
95,99
100,53
96,44
100,57
101,55
94,71
101,56
105,20
104,03
100,28
107,96
105,38
105,25
108,40
108,20
98,15
104,15
103,04
99,34
102,40
96,08
107,58
101,91
100,57
101,14
105,58
109,96
100,45
101,64
100,71
102,00
102,33
100,10
100,42
105,17
102,11
106,98
107,15
110,11
105,78
107,41
123,60
109,03
107,01
108,95
108,21
103,72
101,59
104,57
105,11
101,08
110,02
108,69
107,60
101,19
110,93
107,71
115,53
105,27
99,77
93,88
109,12
107,57
109,31
109,13
110,22
111,72
98,53
99,78
104,06
100,97
100,87
105,22
109,00
102,77
102,89
106,56