tp
s:
//w
w
w
.b
ps
.g
o.id
ht
tp
s:
//w
w
w
.b
ps
.g
o.
id
2018
EDISI
93
FEBRUARI
Laporan Bulanan
Data Sosial Ekonomi
Februari 2018
ISSN: 2087-930X
Katalog: 9199017
No. Publikasi: 03220.1802
id
Ukuran Buku: 18,2 cm x 25,7 cm
Jumlah Halaman: xxii + 225 halaman
o.
Naskah: .g
ps
Direktorat Statistik Kependudukan dan Ketenagakerjaan
Direktorat Statistik Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Perkebunan
.b
Penyunting:
Subdirektorat Publikasi dan Kompilasi Statistik
Gambar Kulit:
Subdirektorat Publikasi dan Kompilasi Statistik
HEADLINES
1. Inflasi
Pada Januari 2018 terjadi inflasi sebesar 0,62 persen. Tingkat inflasi tahun kalender
2018 sebesar 0,62 persen dan tingkat inflasi tahun ke tahun (Januari 2018 terhadap
Januari 2017) sebesar 3,25 persen.
2. Pertumbuhan PDB
Ekonomi Indonesia tahun 2017 tumbuh 5,07 persen, meningkat dibanding
tahun 2016 sebesar 5,03 persen.
PDB triwulan IV-2017 tumbuh sebesar 5,19 persen dibanding triwulan
id
IV-2016 (y-on-y) dan mengalami kontraksi sebesar 1,70 persen dibanding
.
go
Triwulan III-2017 (q-to-q). p s.
3. Ekspor
.b
Nilai ekspor Desember 2017 sebesar US$14,79 miliar, turun 3,45 persen jika
w
dibanding ekspor November 2017 dan naik 6,93 persen dibanding ekspor
w
Desember 2016.
//w
Nilai ekspor nonmigas Desember 2017 mencapai US$13,28 miliar yang terdiri
s:
dari produk hasil pertanian US$0,28 miliar, hasil industri pengolahan US$10,33
tp
4. Impor
Nilai impor Desember 2017 sebesar US$15,06 miliar, turun 0,29 persen
dibanding impor November 2017 dan naik 17,83 persen jika dibanding impor
Desember 2016.
Nilai impor menurut golongan penggunaan barang Desember 2017 mencakup
barang konsumsi sebesar US$1,37 miliar, bahan baku/penolong US$10,99
miliar, dan barang modal US$2,70 miliar.
5. Upah Buruh
Upah nominal harian buruh tani dan buruh bangunan Desember 2017 naik
masing-masing sebesar 0,24 persen dan 0,02 persen dibanding upah nominal
bulan sebelumnya.
Upah riil harian buruh tani Desember 2017 turun sebesar 0,78 persen dibanding
upah riil bulan sebelumnya, upah riil harian buruh bangunan Desember 2017
turun 0,69 persen dibanding upah riil bulan sebelumnya.
6. Nilai Tukar Petani (NTP), Inflasi Perdesaan dan Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga
Pertanian (NTUP)
NTP Januari 2018 turun 0,14 persen dibanding Desember 2017.
Pada Januari 2018, terjadi inflasi perdesaan sebesar 1,22 persen.
NTUP Januari 2018 naik 0,24 persen dibanding Desember 2017.
7. Harga Pangan
Rata-rata harga beras Januari 2018 sebesar Rp14.531,00 per kg, naik 6,25
persen dari bulan sebelumnya.
Harga cabai rawit naik 24,45 persen; cabai merah naik 7,16 persen; daging
ayam ras naik 5,52 persen; dan ikan kembung naik 1,82 persen.
id
Indeks Harga Produsen (Sektor Pertanian, Pertambangan dan Penggalian, dan
.
go
Industri Pengolahan) pada Indeks Harga Produsen (IHP) triwulan IV-2017 naik
s.
1,60 persen terhadap triwulan III-2017 (q-to-q) dan naik 3,10 persen terhadap
p
triwulan IV-2016 (y-on-y).
.b
IHPB Umum Nonmigas Januari 2018 naik sebesar 0,76 persen dibanding
w
//w
bulan sebelumnya.
Pada Desember 2017 IHPB Umum naik sebesar 0,75 persen dibanding bulan
s:
sebelumnya.
tp
ht
10. Industri
Pertumbuhan produksi industri pengolahan/manufaktur besar dan sedang
(IBS) tahun 2017 naik 4,74 persen dibanding tahun 2016, triwulan IV-2017 naik
5,15 persen dibanding triwulan IV-2016 (y-on-y), dan mengalami penurunan
sebesar 0,59 persen dari triwulan III-2017 (q-to-q).
Pertumbuhan produksi industri mikro dan kecil (IMK) tahun 2017 naik 4,74
persen dibanding tahun 2016, triwulan IV-2017 naik 4,59 persen dibanding
triwulan IV-2016 (y-on-y), dan mengalami penurunan 0,21 persen dari triwulan
III-2017 (q-to-q).
11. Pariwisata
Jumlah kunjungan wisatawan mancanegara atau wisman selama Januari‒
Desember 2017 mencapai 14,04 juta kunjungan atau naik 21,88 persen
id
dibandingkan dengan jumlah kunjungan wisman pada periode yang sama
.
go
tahun 2016.
s.
TPK Hotel Berbintang pada bulan Desember 2017 mencapai 59,53 persen atau
p
naik 3,03 poin dibanding TPK Desember 2016, dan mengalami kenaikan 1,65
.b
12. Transportasi
//w
Jumlah penumpang pelayaran dalam negeri Desember 2017 naik 12,10 persen
dibandingkan bulan sebelumnya.
Jumlah penumpang kereta api Desember 2017 naik 7,12 persen dibandingkan
bulan sebelumnya.
pasangan selama hidupnya, dan sekitar 1 dari 10 atau 9,4 persen perempuan usia
15–64 tahun mengalaminya dalam 12 bulan terakhir.
15. Ketenagakerjaan
Pada Agustus 2017, jumlah penganggur sebanyak 7,04 juta orang dan Tingkat
Pengangguran Terbuka (TPT) sebesar 5,50 persen.
Dalam setahun terakhir (Agustus 2016‒Agustus 2017), jumlah penganggur naik
sebanyak 10 ribu orang.
.id
go
b. Ketimpangan Pengeluaran September 2017
Pada September 2017, tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk Indonesia
s.
yang diukur oleh Gini Ratio adalah sebesar 0,391. Angka ini menurun jika
p
.b
dibandingkan dengan Gini Ratio Maret 2017 yang sebesar 0,393 dan Gini Ratio
w
2016, IPM Indonesia telah mencapai 70,18, memasuki IPM kategori “Tinggi”. Angka
ht
ini meningkat sebesar 0,63 poin atau tumbuh sebesar 0,91 persen dibandingkan
dengan IPM Indonesia pada tahun 2015 yang sebesar 69,55.
id
usaha/perusahaan.
.
Bila dibedakan menurut skala usaha, 26,26 juta usaha/perusahaan (98,33
go
persen) berskala Usaha Mikro Kecil (UMK) dan 0,45 juta usaha/perusahaan
s.
(1,67 persen) berskala Usaha Menengah Besar (UMB).
p
.b
Jumlah tenaga kerja hasil SE2016 tercatat sebanyak 70,32 juta, yang didominasi
w
lapangan usaha perdagangan besar dan eceran sebanyak 22,37 juta tenaga
w
kerja atau 31,81 persen dari tenaga kerja yang ada di Indonesia.
//w
20. Kependudukan
s:
Politik yang turun 0,52 poin (dari 70,63 menjadi 70,11), dan (3) Lembaga-
lembaga Demokrasi yang turun 4,82 poin (dari 66,87 menjadi 62,05).
id
subindeks akses dan infrastruktur, subindeks penggunaan, dan subindeks
.
go
keahlian. Pada tahun 2016, nilai subindeks paling tinggi adalah subindeks
keahlian sebesar 5,54, diikuti subindeks akses dan infrastruktur sebesar 4,88
s.
serta subindeks penggunaan sebesar 3,19.
p
.b
IP-TIK level provinsi rata-rata mengalami peningkatan dari tahun 2015 ke tahun
w
2016. Provinsi dengan IP-TIK tertinggi pada tahun 2016 adalah DKI Jakarta, yaitu
w
7,41. Sedangkan provinsi dengan IP-TIK terendah adalah Papua, yaitu 2,41.
//w
s:
tp
ht
KATA
PENGANTAR
Buku Laporan Bulanan Data Sosial Ekonomi ini diterbitkan setiap awal bulan oleh Badan
Pusat Statistik (BPS). Data dan informasi yang dimuat tetap mengikuti perkembangan data
terbaru yang dihimpun dan dirilis BPS, yang merupakan hasil pendataan langsung dan
hasil kompilasi produk administrasi pemerintah yang dilakukan secara teratur (bulanan,
triwulanan, tahunan) oleh jajaran BPS di seluruh Indonesia.
Buku ini dimaksudkan untuk melengkapi bahan penyusunan kebijakan dan evaluasi
id
kemajuan yang dicapai baik di bidang sosial maupun di bidang ekonomi. Buku Laporan
.
Bulanan Data Sosial Ekonomi Edisi Februari 2018 ini mencakup antara lain: perkembangan
go
bulanan inflasi (s.d. Januari 2018), perkembangan triwulanan pertumbuhan ekonomi (s.d.
s.
triwulan IV-2017), ekspor-impor (s.d. Desember 2017), upah buruh (s.d. Desember 2017),
p
nilai tukar petani dan harga pangan (s.d. Januari 2018), harga produsen (s.d. triwulan IV-
.b
2017) dan harga perdagangan besar (s.d. Januari 2018), perkembangan triwulanan indeks
w
tendensi bisnis dan konsumen (s.d. triwulan IV-2017), perkembangan triwulanan indeks
w
produksi industri (s.d. triwulan IV-2017), pariwisata (s.d. Desember 2017), transportasi
//w
(s.d. Desember 2017), nilai tukar eceran rupiah Desember 2017, prevalensi kekerasan
s:
September 2017, indeks pembangunan manusia 2016, indeks perilaku anti korupsi
Indonesia (IPAK) 2017, Sensus Ekonomi 2016, kependudukan Juni 2017, indeks
kebahagiaan Indonesia 2017, indeks demokrasi Indonesia (IDI) 2016, serta indeks
pembangunan teknologi informasi dan komunikasi (IP-TIK) 2015–2016.
Lebih lanjut, keseluruhan data yang disajikan dalam publikasi ini merupakan statistik resmi
(official statistics) yang menjadi rujukan resmi bagi berbagai pihak yang berkepentingan.
Apabila masih diperlukan data yang lebih luas dan spesifik untuk sektor tertentu,
dipersilahkan melihat publikasi BPS lainnya atau melalui website BPS:
http://www.bps.go.id.
Jakarta, 6 Februari 2018
Kepala Badan Pusat Statistik
Republik Indonesia
Dr. Suhariyanto
id
.
go
s.
p
.b
w
w
//w
s:
tp
ht
DAFTAR ISI
id
.
go
ps.
.b
w
w
//w
s:
tp
ht
id
.
go
s.
p
.b
w
w
//w
s:
tp
ht
DAFTAR TABEL
id
.
go
ps.
.b
w
w
//w
s:
tp
ht
id
.
go
s.
p
.b
w
w
//w
s:
tp
ht
id
.
go
ps.
.b
w
w
//w
s:
tp
ht
id
.
go
s.
p
.b
w
w
//w
s:
tp
ht
id
.
go
ps.
.b
w
w
//w
s:
tp
ht
id
.
go
s.
p
.b
w
w
//w
s:
tp
ht
DAFTAR GRAFIK
id
.
go
ps.
.b
w
w
//w
s:
tp
ht
id
.
go
s.
p
.b
w
w
//w
s:
tp
ht
id
.
go
ps.
.b
w
w
//w
s:
tp
ht
id
.
go
s.
p
.b
w
w
//w
s:
tp
ht
GLOSARIUM
1. Inflasi
id
Inflasi umum (headline inflation)
.
go
Inflasi umum adalah komposit dari inflasi inti, inflasi administered prices, dan inflasi
volatile goods.
p s.
.b
perkembangan ekonomi secara umum, seperti ekspektasi inflasi, nilai tukar, dan
//w
sebanyak 751, antara lain: kontrak rumah, upah buruh, mie, susu, mobil, sepeda
tp
PDB merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam
suatu negara tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa (produk) akhir
yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi.
PDB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang
dihitung menggunakan harga yang berlaku pada setiap tahun
PDB atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa yang
dihitung menggunakan harga pada satu tahun tertentu sebagai dasar.
PDB atas dasar harga berlaku digunakan untuk melihat struktur ekonomi.
PDB atas dasar harga konstan digunakan untuk mengetahui laju pertumbuhan
id
ekonomi dari tahun ke tahun.
.
go
Pendekatan yang digunakan untuk menghitung PDB adalah (1) pendekatan
produksi, menghitung nilai tambah dari proses produksi setiap kategori/aktivitas
s.
ekonomi, (2) pendekatan pendapatan, menghitung semua komponen nilai tambah,
p
.b
Secara teoritis, ketiga pendekatan ini akan menghasilkan nilai PDB yang sama.
w
Pertumbuhan ekonomi (y-on-y) adalah Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar
//w
harga konstan pada suatu triwulan dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun
s:
sebelumnya.
tp
Pertumbuhan ekonomi (q-to-q) adalah Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar
ht
Pertumbuhan ekonomi (c-to-c) adalah Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar
harga kosntan kumulatif sampai dengan suatu triwulanan dibandingkan periode
kumulatif yang sama pada tahun sebelumya.
PDB Perkapita adalah Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku dibagi
dengan jumlah penduduk pertengahan tahun.
3. Ekspor-Impor
Total nilai ekspor adalah jumlah nilai Free on Board (FOB) seluruh barang-barang
ekspor yang keluar dari daerah pabean Indonesia.
Free on Board (FOB) adalah nilai barang sampai di pelabuhan muat setelah barang
dimuat ke kapal.
Total nilai impor adalah jumlah nilai Cost Insurance Freight (CIF) seluruh barang-
barang ekspor yang masuk ke daerah pabean Indonesia.
Cost Insurance Freight (CIF) adalah nilai barang ketika sampai di pelabuhan
bongkar (Indonesia), termasuk harga barang, ongkos angkut (freight) dan asuransi
(insurance). CIF = FOB + Insurance + Freight.
id
4. Upah Buruh
.
go
Upah Nominal adalah upah yang diterima buruh sebagai balas jasa atas pekerjaan
yang dilakukan.
p s.
Upah Riil menggambarkan daya beli dari pendapatan/upah yang diterima buruh,
.b
upah riil dihitung dari besarnya upah nominal dibagi dengan Indeks Harga
w
Konsumen (IHK).
w
//w
Pengumpulan data upah buruh tani dilakukan melalui Survei Harga Perdesaan
tp
dengan responden petani. Data upah buruh bangunan diperoleh dari Survei Harga
ht
id
Perdesaan adalah pedagang di pasar perdesaan.
.
go
Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) diperoleh dari perbandingan
s.
indeks harga yang diterima petani (It) terhadap indeks harga yang dibayar petani
p
.b
konsumsi rumah tangga dari komponen indeks harga yang dibayar petani (Ib),
w
Harga Produsen Gabah di Tingkat Petani adalah harga yang disepakati pada waktu
terjadinya transaksi antara petani dengan pedagang pengumpul/tengkulak/pihak
penggilingan yang ditemukan pada hari dilaksanakannya observasi dengan kualitas
apa adanya, sebelum dikenakan ongkos angkut pasca panen.
Harga Pembelian Pemerintah (HPP) adalah harga gabah dalam negeri minimal
yang harus dibayarkan pemerintah melalui Bulog kepada petani dan penggilingan
sesuai dengan kualitas gabah sebagaimana yang telah ditetapkan dalam SK Inpres.
Tujuan kebijakan penerapan HPP, selain untuk pengamanan cadangan
pemerintah, adalah sebagai insentif yang diberikan pemerintah kepada petani padi
dengan cara memberikan jaminan harga di atas harga keseimbangan.
Gabah Kering Panen (GKP) adalah gabah yang mengandung kadar air maksimum
sebesar 25,0 persen dan hampa/kotoran maksimum 10,0 persen.
Gabah Kering Giling (GKG) adalah gabah yang mengandung kadar air maksimum
sebesar 14,0 persen dan hampa/kotoran maksimum 3,0 persen.
Gabah Kualitas Rendah adalah gabah yang mengandung kadar air minimum 25,0
persen dan hampa/kotoran minimum 10,0 persen.
Kadar Air (KA) adalah jumlah kandungan air dalam butir gabah yang dinyatakan
dalam persentase dari berat basah.
Kadar Hampa (KH) adalah jumlah kandungan selain air, yang umumnya terdiri atas
butiran hampa dan kotoran, seperti butir gabah yang tidak berkembang, pasir,
kerikil, biji dan lainnya. Kadar Hampa dinyatakan dalam persentase dari berat
sampel gabah.
id
Responden adalah petani produsen yang melakukan transaksi penjualan gabah.
.
go
Pencatatan harga dilaksanakan setiap bulan, tetapi saat panen raya (biasanya pada
s.
bulan Maret s.d. Mei dan Agustus) pencatatan harga dilakukan setiap minggu.
p
Panen dengan sistem tebasan tidak termasuk dalam pencatatan ini.
.b
Beras Kualitas Premium adalah kualitas beras dengan kadar patah (broken)
w
maksimum 10 persen.
w
//w
Beras Kualitas Medium adalah kualitas beras dengan kadar patah (broken) 10,1-
s:
20 persen.
tp
Beras Kualitas Rendah adalah kualitas beras dengan kadar patah (broken) 20,1 - 25
ht
persen.
Butir Beras Patah/Pecah (Broken) adalah butir beras baik sehat maupun cacat yang
mempunyai ukuran lebih besar dari 0,25 bagian sampai dengan lebih kecil 0,75
bagian dari butir beras utuh.
Indeks Harga Produsen (IHP) adalah angka indeks yang menggambarkan tingkat
perubahan harga di tingkat produsen. Pengguna data dapat memanfaatkan
perkembangan harga produsen sebagai indikator dini harga grosir maupun harga
eceran. Selain itu dapat juga digunakan untuk membantu penyusunan neraca
ekonomi (PDB/PDRB), distribusi barang, margin perdagangan, dan sebagainya.
Sesuai dengan Manual Producer Price Index (PPI), harga yang dikumpulkan adalah
basic price (harga dasar), yaitu harga yang diterima produsen tidak temasuk pajak.
IHP dihitung menggunakan formula Laspeyres yang dimodifikasi, dengan tahun
dasar 2010=100.
Pengumpulan harga dilakukan setiap bulan di 34 Provinsi. Responden yang dipilih
adalah produsen dengan penerimaan perusahaan yang cukup besar, sedangkan
komoditas yang dipilih adalah komoditas yang memberikan share besar terhadap
PDB nasional. Pengelompokan komoditas dalam IHP didasarkan pada Klasifikasi
Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) dan Klasifikasi Baku Komoditi Indonesia
(KBKI).
id
tingkat harga perdagangan besar/grosir dari komoditas-komoditas yang
.
diperdagangkan di suatu negara/daerah. Komoditas tersebut merupakan produksi
go
dalam negeri ataupun yang diekspor dan komoditas yang berasal dari impor.
s.
IHPB Konstruksi adalah salah satu indikator ekonomi yang digunakan untuk
p
.b
dasar untuk penghitungan eskalasi nilai kontrak sesuai dengan Keppres No. 8 Tahun
//w
Indeks Tendensi Bisnis (ITB) dihitung berdasarkan data dari Survei Tendensi Bisnis
(STB). Tujuan dari ITB adalah untuk menghasilkan suatu indikator dini yang dapat
menggambarkan kondisi perekonomian pada triwulan berjalan dan perkiraan
triwulan mendatang dari sisi pelaku usaha.
9. Industri
10. Pariwisata
id
Data kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) diperoleh setiap bulan dari
.
go
laporan Ditjen Imigrasi berupa laporan kedatangan dari luar negeri, yang meliputi
s.
seluruh Tempat Pemeriksaan Imigrasi (TPI) di Indonesia. Jumlah kunjungan wisman
p
dihitung berdasar jenis paspor untuk WNI dan jenis visa untuk WNA. Pada tahun
.b
pemegang KITAS yang sejak akhir 2014 sesuai peraturan Ditjen Imigrasi tidak hanya
w
diberikan kepada WNA yang bekerja di Indonesia, tetapi juga dapat diberikan
//w
sebagai rohaniwan, dan lain-lain. Selain itu pada tahun 2016 juga dilakukan
ht
pendataan di pos-pos lintas batas (PLB) yang sifatnya tradisional yang biasanya
tidak ada pos imigrasi atau jika ada namun tidak secara rutin dan
berkesinambungan mencatat keluar masuk orang yang melewati pos-pos
perbatasan tersebut. Selanjutnya pada bulan Oktober 2016 mulai digunakan
Mobile Positioning Data (MPD) untuk memperluas cakupan pendataan wisman
mengingat kondisi geografis dan banyaknya pintu masuk ke wilayah Indonesia.
Namun MPD yang digunakan baru berasal dari satu penyedia jasa telekomunikasi
di Indonesia yaitu Telkomsel.
id
dengan kapal atau kereta api, di mana mereka tidak menginap di
.
akomodasi yang tersedia di negara tersebut).
go
s.
Data Tingkat Penghunian Kamar (TPK) Hotel diperoleh dari hasil Survei Hotel yang
p
dilakukan setiap bulan terhadap seluruh hotel berklasifikasi bintang dan sebagian
.b
(sampel) hotel non bintang di seluruh Indonesia. Data yang dikumpulkan meliputi
w
jumlah kamar tersedia, jumlah kamar terpakai, jumlah tamu yang datang
w
(menginap) serta jumlah tamu yang keluar dari hotel setiap harinya.
//w
Rata-rata lamanya tamu menginap adalah hasil bagi antara banyaknya malam
ht
tempat tidur yang terpakai dengan banyaknya tamu yang mneginap di hotel
dan akomodasi lainnya.
Data transportasi diperoleh setiap bulan dari PT (Persero) Angkasa Pura I dan II,
Kantor Bandara yang dikelola Ditjen Perhubungan Udara, PT (Persero) KAI (Kantor
Pusat dan Divisi Jabodetabek), PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I s,d, IV, dan
Kantor Pelabuhan yang dikelola Ditjen Perhubungan Laut. Data yang disajikan
mencakup jumlah penumpang berangkat dan jumlah barang dimuat dalam negeri.
Khusus untuk transportasi udara disajikan jumlah penumpang berangkat baik
domestik maupun internasional.
BPS melaporkan informasi nilai tukar eceran rupiah secara periodik. Statistik yang
dihasilkan dapat digunakan untuk melihat pengaruh nilai tukar transaksi besar
terhadap nilai tukar transaksi eceran, perkembangan nilai tukar rupiah transaksi
eceran, melengkapi informasi real-time yang beredar di internet, dan sebagainya.
id
Mata uang asing yang dimonitor mencakup empat jenis, yaitu dolar Amerika (USD),
.
dolar Australia (AUD), yen Jepang (JPY), dan euro (EUR) dengan alasan merupakan
go
mata uang yang hampir selalu diperdagangkan di 34 provinsi di Indonesia, sehingga
s.
dapat dimonitor transaksinya.
p
.b
Nilai Tukar (Kurs) adalah harga mata uang suatu negara yang diukur dalam mata
w
Nilai Tukar Ecerah Rupiah adalah nilai mata uang rupiah yang diukur dalam mata
uang negara lain yang ditransaksikan melalui money changer.
s:
tp
Kurs Tengah adalah kurs rata-rata antara kurs beli dan kurs jual.
Money Changer adalah tempat pertukaran atau tempat jual beli mata uang asing.
ht
Spot rate adalah harga yang diberikan untuk suatu mata uang yang akan dibayar
dan diserahkan segera, dalam 1-2 hari kerja.
Swap adalah transaksi pertukaran dua valas melalui pembelian tunai dengan
penjualan kembali secara berjangka, atau penjualan tunai dengan pembelian
kembali secara berjangka.
d. Jenis kekerasan yang dicakup pada SPHPN 2016 dibedakan menurut pelaku
kekerasan yaitu pasangan dan selain pasangan. Kekerasan yang dilakukan
pasangan meliputi: kekerasan fisik, kekerasan seksual, kekerasan emosional,
kekerasan ekonomi, dan pembatasan aktivitas. Sedangkan kekerasan yang
dilakukan selain pasangan meliputi: kekerasan fisik dan kekerasan seksual.
Pasangan yang dimaksud adalah suami, pasangan hidup bersama, dan
pasangan seksual yang tinggal terpisah. Sedangkan yang dimaksud selain
id
pasangan adalah orang tua/mertua, kakek, paman, sepupu, teman, tetangga,
.
go
guru/pendidik, orang tak dikenal, dan lain-lain.
s.
e. Responden adalah perempuan usia 15–64 tahun yang dipilih satu orang dari
p
.b
sensitif.
s:
14. Ketenagakerjaan
Data diperoleh dari Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) yang dilaksanakan
di seluruh provinsi Indonesia baik di daerah perdesaan maupun perkotaan.
Pengumpulan data berbasis sampel, dengan pendekatan rumah tangga. Estimasi
ketenagakerjaan mulai Februari 2014 menggunakan penimbang hasil proyeksi
penduduk tahun 2010-2035.
Definisi yang digunakan antara lain:
Penduduk yang termasuk angkatan kerja adalah penduduk usia kerja (15 tahun ke
atas) yang bekerja, atau punya pekerjaan tetapi sementara tidak bekerja dan
pengangguran.
Penduduk yang termasuk bukan angkatan kerja adalah penduduk usia kerja (15
tahun ke atas) yang masih sekolah, mengurus rumah tangga atau melaksanakan
kegiatan lainnya.
Bekerja adalah kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh seseorang dengan maksud
memperoleh atau membantu memperoleh pendapatan atau keuntungan, paling
sedikit 1 jam (tidak terputus) dalam seminggu yang lalu, Kegiatan tersebut
termasuk pula kegiatan pekerja tak dibayar yang membantu dalam suatu
usaha/kegiatan ekonomi.
Pekerja Tidak Penuh adalah mereka yang bekerja di bawah jam kerja normal
(kurang dari 35 jam seminggu), Pekerja Tidak Penuh terdiri dari:
Setengah Penganggur (Underemployment) adalah mereka yang bekerja di bawah
jam kerja normal (kurang dari 35 jam seminggu), dan masih mencari pekerjaan atau
id
masih bersedia menerima pekerjaan (dahulu disebut setengah pengangguran
.
go
terpaksa).
s.
Pekerja Paruh Waktu (Part time worker) adalah mereka yang bekerja di bawah
p
jam kerja normal (kurang dari 35 jam seminggu), tetapi tidak mencari pekerjaan
.b
pengangguran sukarela).
w
//w
15. Kemiskinan
a. Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per
kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan.
b. Garis Kemiskinan (GK) adalah total nilai pengeluaran untuk memenuhi
kebutuhan minimum makanan dan nonmakanan. GK terdiri dari dua
komponen, yaitu Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan
Bukan-Makanan (GKBM).
c. Garis Kemiskinan Makanan (GKM) merupakan nilai pengeluaran kebutuhan
minimum makanan yang disetarakan dengan 2.100 kkalori per kapita per hari.
Paket komoditi kebutuhan dasar makanan diwakili oleh 52 jenis komoditi
id
g. Indeks Keparahan Kemiskinan (Poverty Severity Index-P2) adalah ukuran rata-
.
rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap garis
go
kemiskinan. s.
p
16. Ketimpangan Pengeluaran
.b
a. Gini Ratio adalah salah satu ukuran ketimpangan pengeluaran. Nilai Gini Ratio
w
berkisar antara 0 (nol) dan 1 (satu). Nilai Gini Ratio yang semakin mendekati 1
w
b. Ukuran Bank Dunia adalah salah satu ukuran ketimpangan yang mengacu
tp
Angka Harapan Hidup saat lahir (AHH) adalah jumlah tahun yang diharapkan dapat
dicapai oleh bayi yang baru lahir untuk hidup, dengan asumsi bahwa pola angka
kematian menurut umur pada saat kelahiran sama sepanjang usia bayi.
id
Rata-rata Lama Sekolah (RLS) adalah rata-rata lamanya (tahun) penduduk usia 25
.
go
tahun ke atas dalam menjalani pendidikan formal.
s.
Harapan Lama Sekolah (HLS) didefinisikan sebagai lamanya (tahun) sekolah formal
p
.b
yang diharapkan akan dirasakan oleh anak pada umur tertentu di masa mendatang.
w
kapita dibuat konstan/riil dengan tahun dasar 2012=100 dan paritas daya beli.
//w
id
representasi level nasional.
.
go
c. IPAK disusun berdasarkan dua substansi utama, yakni persepsi atau penilaian
s.
masyarakat terhadap kebiasan yang mencerminkan nilai-nilai yang dipahami
p
maupun sikap diri terhadap korupsi dan pengalaman langsung pada jenis
.b
dengan acak (Tabel Kish) dan diwawancarai secara langsung (tatap muka)
ht
19. Kependudukan
id
Indeks Kebahagiaan Indonesia 2017 diukur menggunakan data hasil Survei
.
Pengukuran Tingkat Kebahagiaan (SPTK) 2017 yang dilaksanakan di 487
go
kabupaten/kota terpilih yang tersebar di 34 provinsi di seluruh Indonesia. Jumlah
s.
sampel sebesar 75.000 rumah tangga dengan respon sebesar 96,42 persen (72.317
p
.b
rumah tangga) untuk estimasi level nasional dan provinsi. Responden pada survei
w
ini adalah kepala rumah tangga atau pasangan kepala rumah tangga (istri/suami).
w
Oleh sebab itu, yang dimaksud sebagai penduduk adalah kepala rumah tangga atau
//w
pasangannya.
s:
menggunakan dimensi dan indikator dengan skala 0–100. Semakin tinggi nilai
ht
id
aspek yang diukur. Di samping level nasional, IDI juga dapat memberikan gambaran
.
go
perkembangan demokrasi di provinsi-provinsi seluruh Indonesia. IDI merupakan
s.
indikator yang tidak hanya melihat gambaran demokrasi yang berasal dari sisi
p
kinerja pemerintah/birokrasi saja. Namun, juga melihat perkembangan demokrasi
.b
dari aspek peran masyarakat, lembaga legislatif (DPRD), partai politik, lembaga
w
peradilan dan penegak hukum. Oleh karena itu, perkembangan IDI merupakan
w
Dalam pengumpulan data digunakan 4 sumber data berupa : (1) review surat kabar
s:
lokal), (2) review dokumen (Perda, Pergub, dll), (3) Focus Group Discussion (FGD),
tp
IP-TIK disusun oleh 11 indikator yang dikombinasikan menjadi suatu ukuran standar
pembangunan TIK suatu wilayah sebagai berikut:
A. Subindeks Akses dan Infrastruktur
1. Pelanggan telepon tetap per 100 penduduk/Fixed-telephone
subscription per 100 inhabitants;
2. Pelanggan telepon seluler per 100 penduduk/Mobile-cellular
telephone subscription per 100 inhabitants;
3. Bandwidth internet internasional per pengguna/International
internet bandwidth (bit/s) per internet user;
id
4. Persentase rumah tangga yang menguasai komputer/Percentage of
.
households with a computer;
go
5. Persentase rumah tangga yang
s. memiliki akses
internet/Percentage of households with internet access;
p
B. Subindeks Penggunaan
.b
Data yang digunakan untuk penghitungan IP-TIK tahun 2015−2016 bersumber dari
Survei BPS, yaitu SUSENAS, dan data sekunder dari Kementerian Kominfo.
id
.
go
s.
p
.b
w
w
//w
s:
tp
ht
FOKUS
PERHATIAN
1. Pada Januari 2018 terjadi Inflasi sebesar 0,62 persen
Pada Januari 2018 terjadi Inflasi sebesar 0,62 persen. Dari 82 kota, 79 kota
mengalami inflasi dan 3 kota mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Bandar
Lampung sebesar 1,42 persen dengan IHK 133,17 dan terendah terjadi di
id
Tangerang sebesar 0,04 persen dengan IHK 138,34. Inflasi Januari 2018 sebesar
.
0,62 persen lebih rendah dibanding kondisi Januari 2017 yang mengalami inflasi
go
sebesar 0,97 persen. Tingkat inflasi tahun kalender 2018 sebesar 0,62 dan
p s.
tingkat inflasi tahun ke tahun (Januari 2018 terhadap Januari 2017) sebesar 3,25
.b
persen.
w
w
PDB Indonesia tahun 2017 tumbuh sebesar 5,07 persen (c-to-c). Pertumbuhan
s:
tp
terjadi pada semua lapangan usaha, tertinggi dicapai oleh Lapangan Usaha
ht
Informasi dan Komunikasi yang tumbuh sebesar 9,81 persen. Pertumbuhan PDB
triwulan IV-2017 dibandingkan triwulan IV-2016 tumbuh sebesar 5,19 persen (y-
on-y), didukung oleh semua lapangan usaha ekonomi dengan pertumbuhan
tertinggi terjadi pada Jasa Perusahaan sebesar 9,25 persen. Apabila
dibandingkan dengan triwulan III-2017, PDB triwulan IV-2017 mengalami
kontraksi sebesar 1,70 persen (q-to-q), terutama disebabkan oleh pertumbuhan
Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan dan Perikanan sebesar 21,60 persen.
Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan PDB tahun 2017 (c-to-c) terjadi pada semua
Komponen, tertinggi dicapai oleh Komponen Ekspor barang dan jasa sebesar
9,09 persen. Demikian juga dengan pertumbuhan PDB triwulan IV-2017
dibandingkan triwulan IV-2016 (y-on-y), dengan pertumbuhan tertinggi terjadi
pada Komponen Ekspor Barang dan Jasa sebesar 8,50 persen. Jika dibandingkan
dengan triwulan sebelumnya (q-to-q), PDB triwulan IV–2017 mengalami
3. Nilai ekspor Indonesia Desember 2017 mencapai US$14,79 miliar, naik 6,93
persen (year-on-year)
Nilai ekspor Indonesia Desember 2017 mencapai US$14,79 miliar, naik 6,93
persen jika dibandingkan dengan bulan yang sama tahun sebelumnya (year-on-
year), sementara itu jika dibanding ekspor November 2017 turun 3,45 persen.
Nilai ekspor nonmigas Desember 2017 mencapai US$13,28 miliar atau naik 5,56
persen dibanding ekspor nonmigas Desember 2016. Demikian juga ekspor migas
id
pada Desember 2017 naik 20,78 persen dibanding Desember tahun sebelumnya.
.
go
Ditinjau menurut sektor, ekspor nonmigas hasil industri pengolahan Januari–
s.
Desember 2017 naik sebesar 13,14 persen dibanding ekspor nonmigas hasil
p
.b
industri pengolahan periode yang sama tahun 2016, demikian juga ekspor
w
nonmigas hasil pertanian naik 7,79 persen dan ekspor nonmigas hasil tambang
w
4. Nilai impor Indonesia Desember 2017 sebesar US$15,06 miliar, naik sebesar
tp
Nilai impor Indonesia Desember 2017 sebesar US$15,06 miliar, atau turun 0,29
persen dibanding impor November 2017, dan naik 17,83 persen jika
dibandingkan dengan bulan yang sama tahun sebelumnya. Nilai impor nonmigas
Desember 2017 sebesar US$12,51 miliar atau turun 3,05 persen dibanding
November 2017. Sementara impor migas Desember 2017 tercatat sebesar
US$2,55 miliar, naik 15,89 persen jika dibandingkan bulan sebelumnya.
Peningkatan nilai impor nonmigas terbesar Desember 2017 adalah golongan
kapal laut dan bangunan terapung sebesar US$121,8 juta, atau naik 194,88
persen dibanding November 2017 (US$62,5 juta). Negara asal barang impor
nonmigas terbesar Januari–Desember 2017 ditempati oleh Tiongkok (US$35,52
miliar) dengan pangsa 26,79 persen.
5. Upah nominal harian buruh tani dan buruh bangunan Desember 2017 masing-
masing sebesar Rp50.568,00 dan Rp84.454,00
Rata-rata upah nominal buruh tani pada Desember 2017 sebesar Rp50.568,00,
naik 0,24 persen dibanding upah nominal bulan sebelumnya, sedangkan upah
riil turun sebesar 0,78 persen. Rata-rata upah nominal harian buruh bangunan
(tukang bukan mandor) pada Desember 2017 tercatat Rp84.454,00, naik 0,02
persen dibanding upah nominal bulan sebelumnya, sedangkan upah riil turun
sebesar 0,69 persen.
6. Nilai Tukar Petani (NTP) Januari 2018 tercatat 102,92, turun 0,14 persen
dibanding Desember 2017, inflasi perdesaan sebesar 1,22 persen, dan Nilai
id
Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) naik sebesar 0,24 persen
.
go
dibanding Desember 2017.
s.
NTP Januari 2018 tercatat 102,92 atau turun sebesar 0,14 persen dibanding NTP
p
Desember 2017 sebesar 103,06. Penurunan NTP bulan ini disebabkan turunnya
.b
w
Pada Januari 2018 terjadi inflasi perdesaan sebesar 1,22 persen dengan indeks
ht
konsumsi rumah tangga 136,47. Pada bulan ini terjadi inflasi perdesaan di 33
provinsi. Inflasi perdesaan tertinggi terjadi di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
sebesar 2,13 persen sedangkan inflasi perdesaan terendah terjadi di Provinsi
Aceh dan Kalimantan Timur sebesar 0,40 persen.
Pada Januari 2018 terjadi kenaikan NTUP sebesar 0,24 persen. Hal ini terjadi
karena kenaikan It (0,92 persen) lebih tinggi dari kenaikan indeks BPPBM (0,67
persen). Kenaikan NTUP disebabkan oleh naiknya NTUP di tiga subsektor
penyusun NTUP yaitu NTUP Tanaman Pangan (1,62 persen), Tanaman
Hortikultura (0,13 persen), dan Perikanan (0,21 persen), sedangkan NTUP
Tanaman Perkebunan Rakyat dan Peternakan mengalami penurunan masing-
masing sebesar 1,19 persen dan 0,21 persen.
7. Rata-rata harga beras pada Januari 2018 sebesar Rp14.531,00 per kg, naik 6,25
persen
Rata-rata harga beras pada Januari 2018 sebesar Rp14.531,00 per kg, naik 6,25
persen dari bulan sebelumnya. Dibandingkan Januari 2017, harga beras naik 9,90
persen, lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi tahun ke tahun periode yang
sama sebesar 3,25 persen. Komoditas yang mengalami kenaikan harga adalah
cabai rawit naik 24,45 persen; cabai merah naik 7,16 persen; daging ayam ras
naik 5,52 persen; dan ikan kembung naik 1,82 persen.
id
2017 naik 1,60 persen terhadap triwulan III-2017 (q-to-q) dan naik 3,10
.
go
persen terhadap triwulan IV-2016 (y-on-y).
s.
Indeks Harga Produsen (IHP) gabungan (Sektor Pertanian, Pertambangan dan
p
Penggalian, dan Industri Pengolahan) mengalami kenaikan sebesar 1,60
.b
w
persen pada triwulan IV-2017 (q-to-q). Kenaikan terjadi pada IHP Sektor
w
Dibandingkan terhadap triwulan IV-2016 (y-on-y), IHP naik 3,10 persen. IHP
tp
b. Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB) Umum Nonmigas Januari 2018 naik
sebesar 0,76 persen dari bulan sebelumnya
IHPB Umum Nonmigas Januari 2018 naik sebesar 0,76 persen dari bulan
sebelumnya. Kenaikan tertinggi terjadi pada Sektor Pertanian sebesar 1,08
persen. Sektor Pertambangan dan Penggalian naik sebesar 0,97 persen,
Sektor Industri naik 0,81 persen, Kelompok Barang Impor Nonmigas naik 0,25
persen, dan Kelompok Barang Ekspor Nonmigas naik 0,58 persen.
Dibandingkan bulan sebelumnya, IHPB Umum Desember 2017 naik 0,75
persen. Kenaikan IHPB tertinggi terjadi pada Sektor Pertanian sebesar 1,25
persen. IHPB Kelompok Bahan Bangunan/Konstruksi Januari 2018 naik
sebesar 0,46 persen. Kenaikan indeks terbesar terjadi pada jenis Bangunan
Tempat Tinggal dan Bukan Tempat Tinggal sebesar 0,51 persen.
9. Indeks Tendensi Bisnis (ITB) Triwulan IV-2017 sebesar 111,02 dan Indeks
Tendensi Konsumen (ITK) Triwulan IV-2017 sebesar 107,00.
id
pendapatan usaha yang meningkat (nilai indeks sebesar 115,58), peningkatan
.
go
penggunaan kapasitas produksi/usaha (nilai indeks sebesar 112,74), dan
s.
peningkatan rata-rata jumlah jam kerja (nilai indeks sebesar 104,72).
p
.b
optimisme pelaku bisnis diperkirakan menurun (ITB 108,60). Pada triwulan I-2018
w
//w
kondisi bisnis pada seluruh kategori lapangan usaha diperkirakan masih tumbuh
s:
walau dengan tingkat optimisme pelaku bisnis yang lebih rendah jika dibandingkan
tp
dengan optimisme konsumen yang mendekati stagnan dan lebih rendah jika
dibandingkan triwulan IV-2017 (ITK sebesar 107,00). Kondisi ekonomi dan
optimisme konsumen triwulan I-2018 tersebut diperkirakan disebabkan oleh
adanya peningkatan pendapatan (nilai indeks sebesar 109,86). Sebaliknya,
konsumen belum memprioritaskan rencana untuk membeli barang tahan lama,
melakukan rekreasi, maupun menyelenggarakan hajatan. Hal ini ditunjukkan
dengan nilai indeks sebesar 86,43, lebih rendah jika dibandingkan triwulan IV-
2017.
10. Pertumbuhan produksi IBS naik 4,74 persen dan IMK naik 4,74 persen pada
tahun 2017
id
Pertumbuhan produksi industri manufaktur besar dan sedang (IBS) tahun 2017
.
go
naik 4,74 persen dibanding tahun 2016, triwulan IV-2017 naik 5,15 persen
s.
dibanding triwulan IV-2016 (y-on-y), dan mengalami penurunan sebesar 0,59
p
.b
persen dari triwulan III-2017 (q-to-q). Pertumbuhan bulanan produksi IBS pada
w
Oktober 2017 naik 6,38 persen dari Oktober 2016, November 2017 naik 5,65
w
persen dari November 2016, dan Desember 2017 naik 3,41 persen dari
//w
Desember 2016. Pertumbuhan produksi industri mikro dan kecil (IMK) naik 4,74
s:
persen dibanding tahun 2016, triwulan IV-2017 naik 4,59 persen dibanding
tp
triwulan IV-2016 (y-on-y), dan mengalami penurunan 0,21 persen dari triwulan
ht
III-2017 (q-to-q).
11. Jumlah kunjungan wisman Desember 2017 mencapai 1,15 juta kunjungan
12. Jumlah penumpang angkutan udara domestik Desember 2017 mencapai 8,3
juta orang, naik 6,99 persen (year-on-year)
. id
a. Rupiah terdepresiasi 0,37 persen terhadap dolar Amerika.
go
Rupiah terdepresiasi 0,37 persen terhadap dolar Amerika pada Desember
s.
2017. Level terendah rata-rata nasional kurs tengah eceran rupiah terhadap
p
.b
dolar Amerika terjadi pada minggu kedua Desember 2017 yang mencapai
w
2017. Level terendah rata-rata nasional kurs tengah eceran rupiah terhadap
ht
dolar Australia terjadi pada minggu keempat Desember 2017 yang mencapai
Rp10.429,91 per dolar Australia.
14. Satu dari tiga atau 33,4 Persen Perempuan Usia 15–64 Tahun di Indonesia
Mengalami Kekerasan Fisik dan atau Seksual yang Dilakukan oleh Pasangan
dan Selain Pasangan Selama Hidup Mereka
Prevalensi kekerasan fisik dan atau seksual cenderung lebih tinggi pada
perempuan usia 15–64 tahun yang tinggal di daerah perkotaan (36,3 persen),
daripada perempuan di daerah perdesaan (29,8 persen). Sementara, kekerasan
fisik dan/atau seksual lebih banyak dialami perempuan usia 15–64 tahun dengan
latar belakang pendidikan SMA ke atas (39,4 persen) dan status pekerjaan tidak
bekerja (35,1 persen).
15. Pada Agustus 2017, jumlah penduduk yang bekerja bertambah sebanyak 2,61
id
juta orang jika dibandingkan Agustus 2016
.
go
Ketenagakerjaan Indonesia masih dihadapkan pada sejumlah persoalan
s.
diantaranya sekitar 33,33 persen tenaga kerja tidak berpartisipasi aktif dalam
p
.b
kegiatan ekonomi, penyediaan lapangan kerja bagi 7,04 juta penganggur dan
w
9,14 juta setengah penganggur, serta masih sekitar 69,02 juta penduduk bekerja
w
16. a. Jumlah Jumlah penduduk miskin pada September 2017 sebanyak 26,58 juta
tp
Dibandingkan dengan penduduk miskin Maret 2017 yang sebesar 27,77 juta
orang (10,64 persen), penduduk miskin September 2017 turun sebesar 1,19
juta orang menjadi 26,58 juta orang (10,12 persen). Berdasarkan daerah
tempat tinggal, jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan turun sebanyak
401,3 ribu orang (dari 10,67 juta orang pada Maret 2017 menjadi 10,27 juta
orang pada September 2017). Sementara itu, di daerah perdesaan turun
sebanyak 786,9 ribu orang (dari 17,10 juta orang pada Maret 2017 menjadi
16,31 juta orang pada September 2017).
Gini Ratio September 2017 tercatat sebesar 0,391 turun 0,002 poin jika
dibandingkan dengan Gini Ratio Maret 2017 yang sebesar 0,393 dan turun
17. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) tahun 2016 mencapai kategori “Tinggi”
Pada tahun 2016, IPM Indonesia telah mencapai 70,18. Angka ini meningkat
sebesar 0,63 poin atau tumbuh sebesar 0,91 persen dibandingkan dengan IPM
id
Indonesia pada tahun 2015. Pada tahun 2016, status pembangunan manusia di
.
go
Indonesia telah beranjak dari “sedang” menjadi berstatus “tinggi”. Jika dilihat
s.
menurut provinsi, 12 provinsi telah mencapai status pembangunan manusia
p
.b
“tinggi” atau berada pada selang 70 hingga 80, yaitu Provinsi Aceh, Sumatera
w
Utara, Sumatera Barat, Riau, Kepulauan Riau, DKI Jakarta, Jawa Barat, DI
w
Yogyakarta, Banten, Bali, Kalimantan Timur, dan Sulawesi Utara. Sementara itu,
//w
dialami oleh Provinsi Papua (1,40%), Provinsi Sumatera Selatan (1,16%), dan
tp
18. Hasil pendaftaran (Listing) Sensus Ekonomi 2016 (SE2016) tercatat sebanyak
26,71 juta usaha/perusahaan, meningkat 17,51 persen dibandingkan dengan
hasil Sensus Ekonomi 2006 (SE06) yang berjumlah 22,73 juta
usaha/perusahaan
19. Jumlah penduduk Indonesia Juni 2017 sebanyak 261.890,9 ribu orang
. id
Indonesia berjumlah 261.890,9 ribu orang terdiri dari 131.579,2 ribu orang laki-
go
laki dan 130.311,7 ribu orang perempuan. Rata-rata laju pertumbuhan
s.
penduduk 2010–2017 sekitar 1,34 persen per tahun.
p
.b
w
oleh tiga dimensi yang memiliki besaran kontribusi yang berbeda-beda, yaitu
ht
21. Indeks Demokrasi Indonesia (IDI) tingkat nasional 2016 mengalami penurunan
dibandingkan dengan IDI nasional 2015.
Indeks Demokrasi Indonesia (IDI) level nasional tahun 2016 mencapai 70,09
dalam skala indeks 0 sampai 100. Angka ini mengalami penurunan dibandingkan
dengan IDI 2015 yang capaiannya sebesar 72,82. Meskipun sedikit mengalami
perubahan, tingkat demokrasi Indonesia tersebut masih termasuk dalam
kategori “sedang”.
Jika dilihat menurut provinsi, terdapat empat provinsi yang berada di level
kinerja demokrasi kategori “baik”. Posisi pertama ditempati oleh DI Yogyakarta
yang naik dari 83,19 pada 2015 menjadi 85,58 pada 2016. Tiga provinsi lainnya
adalah Kepulauan Bangka-Belitung naik dari 72,31 pada 2015 menjadi 83,00
pada 2016, Nusa Tenggara Timur naik dari 78,47 pada 2015 menjadi 82,49 pada
2016, dan Sumatera Selatan yang naik dari 79,81 pada 2015 menjadi 80,95 pada
2016. Sebanyak 29 provinsi lainnya berada dalam kinerja demokrasi kategori
id
“sedang” dan pada 2016 hanya terdapat satu provinsi yakni Sumatera Barat yang
.
go
masuk dalam kategori “buruk”. p s.
22. IP-TIK Indonesia tahun 2016 mencapai nilai 4,34 pada skala 0-10
.b
IP-TIK Indonesia tahun 2016 sebesar 4,34 pada skala 0 – 10. Pada tahun 2016,
w
w
nilai subindeks paling tinggi adalah subindeks keahlian sebesar 5,54, diikuti
//w
sebesar 3,19.
tp
Provinsi dengan IP-TIK tertinggi pada tahun 2016 adalah DKI Jakarta, yaitu 7,41.
ht
id
.
go
s.
p
.b
w
w
//w
s:
tp
ht
id
.
go
ps.
.b
w
w
//w
1
s:
tp
ht
INFLASI
JANUARI
2018
id
ke tahun (Januari 2018 terhadap Januari 2017) sebesar 3,25 persen.
.
go
Grafik 1.1
Tingkat Inflasi Bulan ke Bulan, Tahun Kalender, dan Tahun ke Tahun s.
Gabungan 82 Kota, 2016–2018
p
.b
5.00
w
w
4.00
//w
3.00
s:
persen
2.00
tp
ht
1.00
0.00
-1.00
Apr
Apr
Mar
Mar
Sep
Feb
Sep
Feb 2016
Mei
Agt
Nov
Mei
Agu
Jun
Des
Nov
Des
Jul
Okt
Jun
Jul
Okt
Jan 2017
Jan 2018
2. Menurut jenis pengeluaran rumah tangga, Inflasi umum (headline inflation) terjadi
karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh kenaikan indeks kelompok
bahan makanan 2,34 persen; makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau 0,43
persen; perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar 0,23 persen; sandang 0,50
persen; kesehatan 0,28 persen; pendidikan, rekreasi, dan olahraga 0,16 persen;
sedangkan penurunan harga yang ditunjukan oleh penurunan indeks kelompok
transpor, komunikasi dan jasa keuangan sebesar 0,28 persen.
3. Dari Inflasi 0,62 persen, andil beras 0,24 persen; andil daging ayam ras 0,07 persen;
andil ikan segar 0,05 persen; andil cabai rawit 0,04 persen; andil cabai merah 0,03
persen; andil rokok kretek filter, upah tukang bukan mandor, upah pembantu
rumah tangga, emas perhiasan, bensin masing-masing sebesar 0,02 persen; andil
bayam, kentang, jeruk, pepaya, tomat buah, ayam goreng, mie, nasi dengan lauk,
rokok kretek dan tarif parkir masing-masing sebesar 0,01 persen.
4. Inflasi Januari 2018 sebesar 0,62 persen, angka tersebut lebih rendah dibanding
kondisi Januari 2017 yang mengalami inflasi 0,97 persen. Tingkat inflasi tahun
kalender 2018 sebesar 0,62 persen dan tingkat inflasi tahun ke tahun (Januari 2018
terhadap Januari 2017) sebesar 3,25 persen.
5. Menurut karakteristik perubahan harga, Inflasi Januari 2018 sebesar 0,62 persen
id
dipengaruhi oleh kenaikan indeks pada komponen inti (core) 0,31 persen;
.
go
penurunan indeks pada komponen yang harganya diatur pemerintah (administered
s.
prices) 0,15 persen; dan kenaikan indeks pada komponen bergejolak (volatile) 2,58
p
persen.
.b
w
6. Inflasi Januari 2018 sebesar 0,62 persen berasal dari sumbangan inflasi komponen
w
inti 0,18 persen, sumbangan deflasi komponen barang/jasa yang harganya diatur
//w
pemerintah 0,03 persen dan sumbangan inflasi komponen bergejolak 0,47 persen.
s:
7. Inflasi komponen inti Januari 2018 sebesar 0,31 persen, sedangkan inflasi tahun
tp
kalender 2018 sebesar 0,31 persen dan tingkat inflasi tahun ke tahun (Januari 2018
ht
8. Pada Desember 2017, Indonesia menjadi negara yang mengalami Inflasi tertinggi
dibandingkan beberapa negara lain, yaitu 0,71 persen.
Tabel 1.1
Indeks Harga Konsumen dan Tingkat Inflasi Gabungan 82 Kota Januari 2018
Menurut Kelompok Pengeluaran
(2012=100)
Tingkat
Tingkat
Inflasi Inflasi
IHK IHK Inflasi Andil
Kelompok Januari Tahun
Desember Januari Tahun ke Inflasi
Pengeluaran 2018 1) Kalender
2017 2018 Tahun 3) (%)
(%) 2018 2)
(%)
(%)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Umum 131,28 132,10 0,62 0,62 3,25 0,62
(Headline)
1. Bahan Makanan 142,35 145,68 2,34 2,34 2,95 0,48
2. Makanan Jadi, 138,74 139,34 0,43 0,43 4,07 0,08
Minuman, Rokok,
dan Tembakau
id
3. Perumahan, Air, 127,93 128,23 0,23 0,23 4,24 0,06
.
Listrik, Gas, dan
go
Bahan Bakar
4. Sandang 117,95 118,54 0,50
s. 0,50 4,10 0,03
Olahraga
w
Jasa Keuangan
s:
1)
Persentase perubahan IHK Januari 2018 terhadap IHK bulan sebelumnya.
tp
Tabel 1.2
Indeks Harga Konsumen, Tingkat Inflasi, dan Andil Inflasi Januari 2018
Menurut Komponen Perubahan Harga
(2012=100)
Tingkat Tingkat
Inflasi Inflasi Inflasi
IHK IHK Andil
Januari Tahun Tahun
Komponen Desember Januari Inflasi
2018 Kalender ke
2017 2018 (%)
(%) 2017 Tahun
(%) (%)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Umum 131,28 132,10 0,62 0,62 3,25 0,62
Inti 122,75 123,13 0,31 0,31 2,69 0,18
Tabel 1.3
Tingkat Inflasi Nasional Bulan ke Bulan dan Kalender (persen)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13)
Januari 1,03 1,07 -0,24 0,51 0,97 0,62 1,03 1,07 -0,24 0,51 0,97 0,62
Februari 0,75 0,26 -0,36 -0,09 0,23 1,79 1,33 -0,61 0,42 1,21
Maret 0,63 0,08 0,17 0,19 -0,02 2,43 1,41 -0,44 0,62 1,19
April -0,10 -0,02 0,36 -0,45 0,09 2,32 1,39 -0,08 0,16 1,28
Mei -0,03 0,16 0,50 0,24 0,39 2,30 1,56 0,42 0,40 1,67
Juni 1,03 0,43 0,54 0,66 0,69 3,35 1,99 0,96 1,06 2,38
id
Juli 3,29 0,93 0,93 0,69 0,22 6,75 2,94 1,90 1,76 2,60
.
go
Agustus 1,12 0,47 0,39 -0,02 -0,07 7,94 3,42 2,29 1,74 2,53
Oktober 0,09 0,47 -0,08 0,14 0,01 7,66 4,19 2,16 2,11 2,67
.b
w
November 0,12 1,50 0,21 0,47 0,20 7,79 5,75 2,37 2,59 2,87
w
Desember 0,55 2,46 0,96 0,42 0,71 8,38 8,36 3,35 3,02 3,61
//w
s:
Tabel 1.4
tp
Tabel 1.5
Tingkat Inflasi Beberapa Negara, Oktober–November 2017 (persen)
id
7. Pakistan 0,40 -0,10 4,00 4,60
.
go
8. Afrika Selatan 0,10 0,50 4,60 4,70
9. Inggris 0,38 0,29s. 3,10 3,00
p
10. Amerika Serikat 0,00 -0,10 2,20 2,10
.b
Grafik 1.2
ht
2.00 Indonesia
Malaysia
1.50
Philippina
1.00
Singapura
Persen
Vietnam
0.50
Cina
0.00
Pakistan
-0.50 Afrika
Selatan
Inggris
-1.00
Amerika
Apr
Des'16
Des'17
Jan'17
Mar
Sep
Feb
Mei
Jun
Agu
Nov
Jul
Okt
Serikat
. id
go
p s.
.b
w
w
//w
2
s:
tp
ht
PDB DAN
PERTUMBUHAN
EKONOMI
TRIWULAN IV-2017
Grafik 2.1
Laju Pertumbuhan PDB Triwulan I-2016 s.d Triwulan IV-2017 (persen)
id
6.00
.
go
5.00
5.21 5.01 5.06 5.19
4.94 5.03 4.94 5.01
s.
4.00
p
4.01
3.00 4.01
.b
3.14 3.19
w
2.00
persen
1.00
//w
0.00
s:
-0.30
ht
-2.00
-1.81 -1.70
-3.00
q-to-q y-on-y
Grafik 2.2
Laju Pertumbuhan PDB Menurut Lapangan Usaha
Triwulan IV-2017 (persen)
13.30 13.18
12.00
8.99 9.25 8.87
8.21
7.23 6.95
6.31
7.00 4.81 5.72
5.53
5.49 5.89
4.47
4.46 3.85
3.73
1.98 2.24 2.27
1.91 1.51 1.56
2.00 1.58 1.67
0.29 0.48 0.54 0.08
persen
-1.08
-3.00 -1.39
-2.97
-8.00
id
-13.00
.
go
-18.00
-21.60
s.
-23.00
p
q-to-q y-on-y
.b
w
Perdagangan & Reparasi Transportasi & Pergudangan Akomodasi dan Makan Minum
Informasi & Komunikasi Keuangan & Asuransi Real Estat
//w
Tabel 2.1
Laju Pertumbuhan PDB Menurut Lapangan Usaha (persen)
Triw I s.d
Triw III-2017 Triw IV-2017 Triw III-2017 Triw IV-2017 IV-2017 Sumber
Terhadap Terhadap Terhadap Terhadap Terhadap Pertumbuhan
Lapangan Usaha
Triw II-2017 Triw III-2017 Triw III-2016 Triw IV-2016 Triw I s.d Tahun 2017
(q-to-q) (q-to-q) (y-on-y) (y-on-y) IV-2016
(c-to-c)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
A Pertanian, Kehutanan dan 4,32 -21,60 2,77 2,24 3,81 0,49
Perikanan
B Pertambangan dan Penggalian 0,28 0,29 1,84 0,08 0,69 0,06
D Pengadaan Listrik dan Gas 5,32 1,58 4,88 2,27 1,54 0,02
id
F Konstruksi 4,75 4,81 6,98 7,23 6,79 0,67
.
go
G Perdagangan Besar dan 2,98 -1,39 5,20 4,47 4,44 0,59
Eceran; Reparasi dan
Perawatan Mobil dan Sepeda s.
Motor
p
H Transportasi dan Pergudangan 5,38 0,48 8,88 8,21 8,49 0,34
.b
Makan Minum
J Informasi dan Komunikasi 0,77 1,98 8,82 8,99 9,81 0,48
w
//w
K Jasa Keuangan dan Asuransi 3,01 -2,97 6,16 3,85 5,48 0,22
Q Jasa Keesehatan dan Kegiatan 1,77 5,72 7,51 6,31 6,79 0,07
Sosial
R,S,T,U Jasa Lainnya 2,70 1,56 9,31 8,87 8,66 0,14
NILAI TAMBAH ATAS HARGA DASAR 2,71 -1,93 4,97 4,81 4,76 4,59
PAJAK DIKURANG SUBSIDI ATAS PRODUK 15,29 3,67 7,06 14,03 13,38 0,48
3. Besaran PDB Indonesia atas dasar harga berlaku pada triwulan IV-2017 sebesar
Rp3.490,6 triliun, sedangkan PDB atas dasar harga konstan 2010 pada triwulan
yang sama adalah Rp2.508,9 triliun.
Tabel 2.2
Produk Domestik Bruto Menurut Lapangan Usaha
D Pengadaan Listrik dan Gas 41,8 42,5 25,9 26,3 1,19 1,22
id
G Perdagangan Besar dan 453,2 451,6 336,2 331,5 12,94 12,94
.
Eceran; Reparasi dan
go
Perawatan Mobil dan Sepeda
Motor s.
H Transportasi dan Pergudangan 195,5 193,9 105,0 105,5 5,58 5,56
p
I Penyediaan Akomodasi dan 97,7 99,4 75,1 76,4 2,79 2,85
.b
Makan Minum
J Informasi dan Komunikasi 130,3 132,8 127,3 129,8 3,72 3,80
w
w
K Jasa Keuangan dan Asuransi 147,1 144,1 102,5 99,4 4,20 4,13
//w
Q Jasa Keesehatan dan Kegiatan 36,5 38,6 27,2 28,8 1,04 1,11
Sosial
R,S,T,U Jasa Lainnya 60,9 62,2 43,2 43,8 1,74 1,78
NILAI TAMBAH ATAS HARGA DASAR 3 356,3 3 335,9 2 444,9 2 397,6 95,80 95,57
PAJAK DIKURANG SUBSIDI ATAS PRODUK 147,3 154,7 107,3 111,3 4,20 4,43
Tabel 2.3
Laju Pertumbuhan PDB Menurut Pengeluaran (persen)
Triw IV- Triw III- Triw IV- Triw I s.d
Triw III-2017 2017 2017 2017 IV-2017 Sumber
Terhadap Terhadap Terhadap Terhadap Terhadap Pertumbuhan
Jenis Pengeluaran
Triw II-2017 Triw III- Triw III- Triw IV- Triw I s.d Tahun 2017
(q-to-q) 2017 2016 2016 IV-2016
(q-to-q) (y-on-y) (y-on-y) (c-to-c)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
id
5. Perubahan Inventori - - - - - -
.
Diskrepansi Statistik - - - - - -
go
6. Ekspor Barang & 8,80 1,00 17,01 8,50 9,09 1,90
Jasa s.
7. Dikurangi Impor 9,01 9,47 15,46 11,81 8,06 1,55
p
Barang & Jasa
.b
Grafik 2.3
//w
39.94
tp
41.0
ht
31.0
21.0
11.81
9.47 8.50
11.0 7.27
4.73 4.97 5.24
2.07 3.81
0.01 1.00
1.0
-9.0
q-to-q y-on-y
id
2 Pengeluaran Konsumsi LNPRT 40,8 41,8 28,5 29,1 1,16 1,20
3 Pengeluaran Konsumsi
.
308,1 427,1 193,7 271,0 8,79 12,23
go
Pemerintah
4 Pembentukan Modal Tetap
1 115,9 1 181,1 s. 823,5 862,5 31,85 33,84
Bruto (PMTB)
5 Perubahan Inventori 44,5 -64,6 29,4 -31,0 1,27 -1,85
p
6 Ekspor Barang dan Jasa 714,8 745,6 556,1 561,7 20,40 21,36
.b
Grafik 2.4
s:
Tabel 2.5
Peranan Wilayah/Pulau dalam Pembentukan PDB Nasional (persen)
2017
Wilayah/Pulau 2015 2016
Trw III Trw IV
(1) (2) (3) (4) (5)
Sumatera 22,18 22,02 21,50 21,63
id
Bali dan Nusa Tenggara 3,07 3,12 3,21 3,11
.
go
Kalimantan 8,16 7,86 8,10 8,22
Sulawesi 5,91
s.
p
6,04 6,17 6,19
kontribusi sebesar 53,20 persen. Keempat provinsi tersebut adalah DKI Jakarta,
tp
Jawa Timur, Jawa Barat dan Jawa Tengah, dengan pertumbuhan y-on-y masing-
ht
masing sebesar 5,88 persen, 5,72 persen, 5,32 persen, dan 5,40 persen.
Tabel 2.6
Pertumbuhan dan Struktur Perekonomian Indonesia Secara Spasial Triwulan IV-2017 (persen)
Pertumbuhan Konstribusi
Provinsi Terhadap
Terhadap
q-to-q y-on-y c-to-c Total 33
Pulau
Provinsi
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Pertumbuhan Konstribusi
Provinsi Terhadap
Terhadap
q-to-q y-on-y c-to-c Total 33
Pulau
Provinsi
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
06. Sumatra Selatan -2,88 5,93 5,51 12,64 2,74
id
14. DI Yogyakarta -0,61 5,25 5,26 1,48 0,86
.
go
15. Jawa Timur -2,18 5,72 5,45 24,88 14,47
8. Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia tahun 2017 meningkat sebesar 5,07 persen
terjadi pada semua lapangan usaha ekonomi. Pertumbuhan tertinggi dicapai oleh
Lapangan Usaha Informasi dan Komunikasi yang tumbuh sebesar 9,81 persen,
diikuti oleh Jasa Lainnya dan Transportasi dan Pergudangan yang tumbuh masing-
masing sebesar 8,66 persen dan 8,49 persen.
Grafik 2.5
Laju Pertumbuhan PDB Tahun 2014–2017 (persen)
8.00
7.00
6.00
id
5.01 4.88 5.03 5.07
persen
.
go
5.00
4.00
p s.
.b
3.00
w
w
2.00
//w
Tabel 2.7
Laju Pertumbuhan dan Distribusi PDB Menurut Lapangan Usaha Tahun 2015–2017 (persen)
D Pengadaan Listrik dan Gas 0,90 5,39 1,54 1,13 1,15 1,19
id
Eceran; Reparasi dan
Perawatan Mobil dan
.
Sepeda Motor
go
H Transportasi dan 6,71 7,45 8,49 5,02 5,20 5,41
Pergudangan s.
I Penyediaan Akomodasi dan 4,31 5,17 5,55 2,96 2,93 2,85
p
Makan Minum
J Informasi dan Komunikasi 9,70 8,88 9,81 3,52 3,62 3,80
.b
K Jasa Keuangan dan Asuransi 8,58 8,90 5,48 4,03 4,19 4,20
w
w
Sosial Wajib
P Jasa Pendidikan 7,33 3,80 3,66 3,36 3,37 3,29
ht
PAJAK DIKURANG SUBSIDI ATAS 32,55 19,20 13,38 3,15 3,58 3,86
PRODUK
PRODUK DOMESTIK BRUTO 4,88 5,03 5,07 100,00 100,00 100,00
10. Besaran PDB Indonesia pada tahun 2017 atas dasar harga berlaku mencapai Rp
13.588,8 triliun, sedangkan atas dasar harga konstan (tahun 2010) mencapai Rp
9.912,7 triliun.
Tabel 2.8
PDB Atas Dasar Harga Berlaku dan Konstan 2010 Menurut Lapangan Usaha
Tahun 2015–2017 (triliun rupiah)
id
H Transportasi dan Pergudangan 578,5 645,0 735,2 348,8 374,8 406,7
I Penyediaan Akomodasi dan 341,5 363,1 387,5 268,9 282,8 298,5
.
Makan Minum
go
J Informasi dan Komunikasi 406,0 449,2 515,9 421,8 459,2 504,3
K Jasa Keuangan dan Asuransi 464,4 520,1 s. 571,1 347,3 378,2 398,9
L Real Estat 327,6 350,5 379,8 267,0 279,5 289,8
p
M,N Jasa Perusahaan 190,3 211,6 238,2 148,4 159,3 172,8
.b
Wajib
P Jasa Pendidikan 387,6 418,3 446,8 283,0 293,8 304,5
w
Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 123,2 132,5 145,0 97,5 102,5 109,4
//w
NILAI TAMBAH ATAS HARGA DASAR 11 163,2 11 963,2 13 064,5 8 699,5 9 097,3 9 530,3
PAJAK DIKURANG SUBSIDI ATAS PRODUK 363,2 443,6 524,3 283,0 337,3 382,4
tp
11. Pertumbuhan ekonomi tahun 2017 sebesar 5,07 persen ditopang oleh semua
Komponen. Pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Komponen Ekspor Barang dan Jasa
sebesar 9,09 persen, terutama barang nonmigas sebesar 10,65 persen, dan diikuti
oleh Komponen Pengeluaran Konsumsi LNPRT sebesar 6,91 persen, serta
Komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto yang tumbuh sebesar 6,15 persen
terutama barang modal jenis mesin dan perlengkapan serta barang modal jenis
peralatan lainnya, masing-masing tumbuh sebesar 9,51 persen, dan 9,26 persen.
Tabel 2.9
Laju Pertumbuhan dan Distribusi PDB Menurut Pengeluaran Tahun 2015–2017 (persen)
. id
go
12. Tahun 2017, Komponen Konsumsi Rumah Tangga masih memberikan kontribusi
terbesar terhadap total perekonomian sebesar 56,13 persen, diikuti Komponen
s.
Pembentukan Modal Tetap Bruto sebesar 32,16 persen, Komponen Ekspor Barang
p
.b
Tabel 2.10
PDB Atas Dasar Harga Berlaku dan Konstan 2010 Menurut Pengeluaran
s:
13. Dalam kurun waktu 2012-2017, PDB per kapita atas dasar harga berlaku terus
mengalami peningkatan, dari Rp35,1 juta pada tahun 2012 menjadi Rp51,9 juta
pada tahun 2017.
Tabel 2.11
PDB Per Kapita Indonesia Tahun 2010–2016
.id
go
p s.
.b
w
w
//w
s:
tp
ht
id
.
go
ps.
.b
w
w
//w
3
s:
tp
ht
EKSPOR
DESEMBER
2017
Grafik 3.1
Perkembangan Nilai Ekspor Indonesia (FOB)
Desember 2015–Desember 2017
id
18 000
.
go
16 000
14 000
p s.
12 000
.b
juta US$
10 000
w
8 000
w
//w
6 000
4 000
s:
2 000
tp
0
ht
Jan'16
Mei
Mei
Feb
Sep
Jan'17
Feb
Sep
Nov
Nov
Apr
Apr
Des
Okt
Okt
Des'15
Mar
Mar
Des'17
Jun
Jul
Jun
Jul
Agt
Agt
7. Menurut provinsi asal barang, ekspor Indonesia terbesar pada periode Januari–
Desember 2017 berasal dari Jawa Barat dengan nilai US$29,18 miliar (17,29
persen), diikuti Jawa Timur sebesar US$18,43 miliar (10,92 persen) dan Kalimantan
Timur sebesar U$17,63 miliar (10,45 persen).
. id
go
Tabel 3.1
Nilai FOB (juta US$) Ekspor Indonesia dan Persentase Perubahannya (∆%)
s.
p
2016 2017 ∆ (%) Peran (%)
.b
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
w
//w
Total Ekspor 13 832,4 145 186,2 15 320,2 14 791,2 168 728,6 6,93 -3,45 16,22 100,00
s:
Migas 1 250,2 13 105,5 1 280,0 1 509,9 15 738,3 20,78 17,96 20,09 9,33
Industri pengolahan
tp
Pengadaan gas 9,2 44,4 5,2 2,9 76,0 -68,25 -44,10 71,04 0,05
Pertambangan 1 131,1 12 189,1 1 155,4 1 385,8 14 022,7 22,51 19,95 15,04 8,31
- Minyak mentah 443,9 5 196,7 447,4 507,9 5 237,6 14,43 13,53 0,79 3,10
- Gas 687,2 6 992,4 708,0 877,9 8 785,1 27,74 24,00 25,64 5,21
Nonmigas 12 582,2 132 080,7 14 040,2 13 281,3 152 990,3 5,56 -5,41 15,83 90,67
Pertanian 358,1 3 407,0 316,3 275,7 3 672,4 -23,00 -12,82 7,79 2,18
Industri pengolahan 10 140,6 110 504,1 11 474,0 10 329,3 125 023,3 1,86 -9,98 13,14 74,10
Pertambangan dan
lainnya 2 083,5 18 169,6 2 249,9 2 676,3 24 294,6 28,45 18,95 33,71 14,39
Tabel 3.2
Perkembangan Nilai FOB Ekspor Indonesia (juta US$)
Triwulanan 2016–2017
Perubahan Triwulan (%)
2016 2017
I'17 II'17 III'17 IV'17 IV'17
Uraian
thd thd thd thd thd
Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV
IV'16 I'17 II'17 III'17 IV'16
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
Total Ekspor 40 079,0 40 694,0 39 280,5 43 400,4 45 353,7 1,53 -3,47 10,49 4,50 13,16
Migas 3 409,0 3 980,9 3 605,6 3 881,0 4 270,7 16,78 -9,43 7,64 10,04 25,28
Industri
pengolahan hasil 256,3 438,8 396,3 415,3 389,3 71,23 -9,69 4,80 -6,27 51,89
minyak
Pengadaan gas 34,3 26,7 11,8 15,6 21,8 -22,21 -55,62 32,33 39,15 -36,44
Pertambangan 3 118,5 3 515,4 3 197,5 3 450,1 3 859,6 12,73 -9,05 7,90 11,87 23,77
id
-Minyak mentah 1 154,5 1 401,0 1 157,2 1 224,8 1 454,6 21,36 -17,41 5,84 18,77 26,00
.
go
-Gas 1 964,0 2 114,4 2 040,3 2 225,3 2 405,0 7,66 -3,51 9,07 8,07 22,45
Nonmigas 36 670,0 36 713,1 35 674,9 39 519,4 41 083,0
s. 0,13 -2,83 10,78 3,96 12,05
Pertanian 1 099,5 854,3 860,6 1 016,2 941,3 -22,30 0,73 18,08 -7,36 -14,39
p
Industri
.b
29 959,1 30 625,2 29 185,8 32 442,9 32 769,4 2,22 -4,70 11,16 1,01 9,38
pengolahan
Pertambangan dan
w
5 611,4 5 233,6 5 628,5 6 060,3 7 372,3 -6,73 7,55 7,67 21,65 31,38
lainnya
w
//w
Tabel 3.3
Nilai FOB (juta US$) Ekspor Nonmigas Beberapa Golongan Barang HS 2 Digit
s:
Januari–Desember
November Desember
Golongan Barang (HS) ∆ ∆%
ht
Tabel 3.4
Nilai FOB (juta US$) Ekspor Nonmigas Indonesia Menurut Negara Tujuan
dan Perubahannya (∆)
Januari–Desember
November Desember Peran
Negara Tujuan ∆ ∆%
2017 2017 2016 2017 ∆% (%)
2017
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
Uni Eropa 1 380,1 1 330,5 -49,6 -3,59 14 415,5 16 293,4 13,03 10,65
4 Jerman 236,5 215,9 -20,6 -8,70 2 635,1 2 668,8 1,28 1,74
5 Belanda 340,3 343,5 3,2 0,93 3 219,9 3 983,7 23,72 2,60
id
6 Italia 157,0 174,9 17,9 11,36 1 572,1 1 937,6 23,25 1,27
Uni Eropa Lainnya 646,3 596,2 -50,1 -7,73 6 988,4 7 703,3 10,23 5,04
.
go
Negara Utama Lainnya 7 305,1 7 226,5 -78,6 -1,08 64 448,8 78 226,2 21,38 51,13
7 Tiongkok 2 219,8 2 192,6 -27,2
s.
-1,22 15 118,0 21 321,6 41,03 13,94
8 Jepang 1 328,1 1 472,9 144,8 10,90 13 209,5 14 695,0 11,25 9,60
p
9 Amerika Serikat 1 506,1 1 423,0 -83,1 -5,52 15 685,0 17 142,1 9,29 11,20
.b
Total 13 Negara Tujuan 10 039,5 9 607,1 -432,4 -4,31 91 849,2 108 319,8 17,93 70,80
Lainnya 4 000,7 3 674,2 -326,5 -8,16 40 231,5 44 670,5 11,03 29,20
s:
Total Ekspor Nonmigas 14 040,2 13 281,3 -758,9 -5,41 132 080,7 152 990,3 15,83 100,00
tp
Tabel 3.5
ht
Pelabuhan Muat
Total Ekspor
No
Provinsi Asal Barang Prov Asal Barang Prov Lain
Urut % % % %
Nilai % Baris Nilai Nilai % Baris
Kolom Kolom Baris Kolom
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
1 Aceh 77,8 0,06 52,98 69,1 0,14 47,02 146,9 0,09 100,00
2 Sumatera Utara 8 773,2 7,29 99,48 45,6 0,09 0,52 8 818,8 5,23 100,00
3 Sumatera Barat 1 676,7 1,39 88,24 223,4 0,46 11,76 1 900,2 1,13 100,00
4 Riau 16 065,5 13,35 98,21 292,3 0,60 1,79 16 357,8 9,69 100,00
5 Kepulauan Riau 11 180,4 9,29 99,93 8,0 0,02 0,07 11 188,4 6,63 100,00
6 Jambi 1 158,5 0,96 45,37 1 394,9 2,88 54,63 2 553,4 1,51 100,00
7 Sumatera Selatan 3 184,6 2,65 79,28 832,4 1,72 20,72 4 017,0 2,38 100,00
id
8 Kep. Bangka Belitung 1 784,1 1,48 95,92 75,8 0,16 4,08 1 859,9 1,10 100,00
9 Bengkulu 99,7 0,08 36,23 175,5 0,36 63,77 275,3 0,16 100,00
.
go
10 Lampung 3 654,2 3,04 94,34 219,2 0,45 5,66 3 873,4 2,30 100,00
11 DKI Jakarta 9 134,0 7,59 97,49 234,9 s. 0,49 2,51 9 368,9 5,55 100,00
12 Jawa Barat 269,2 0,22 0,92 28 909,1 59,71 99,08 29 178,3 17,29 100,00
p
13 Banten 1 952,5 1,62 17,35 9 300,2 19,21 82,65 11 252,8 6,67 100,00
.b
14 Jawa Tengah 5 692,6 4,73 76,28 1 769,9 3,66 23,72 7 462,5 4,42 100,00
w
15 DI Yogyakarta 7,8 0,01 2,01 383,0 0,79 97,99 390,8 0,23 100,00
w
16 JawaTimur 18 056,3 15,01 97,98 371,7 0,77 2,02 18 428,0 10,92 100,00
17 Bali 225,9 0,19 42,09 310,7 0,64 57,91 536,6 0,32 100,00
//w
18 Nusa Tenggara Barat 1 098,7 0,91 98,72 14,3 0,03 1,28 1 112,9 0,66 100,00
s:
19 Nusa Tenggara Timur 21,8 0,02 31,65 47,1 0,10 68,35 68,9 0,04 100,00
20 Kalimantan Barat 814,8 0,68 59,31 558,9 1,15 40,69 1 373,7 0,81 100,00
tp
21 Kalimantan Tengah 554,5 0,46 30,90 1 240,0 2,56 69,10 1 794,5 1,06 100,00
ht
22 Kalimantan Selatan 6 916,0 5,75 94,36 413,1 0,85 5,64 7 329,1 4,34 100,00
23 Kalimantan Timur 17 452,5 14,50 98,97 181,3 0,37 1,03 17 633,8 10,45 100,00
24 Kalimantan Utara 866,0 0,72 89,54 101,2 0,21 10,46 967,2 0,57 100,00
25 Sulawesi Utara 785,0 0,65 80,71 187,7 0,39 19,29 972,7 0,58 100,00
26 Gorontalo 1,6 0,00 65,83 0,8 0,00 34,17 2,4 0,00 100,00
27 Sulawesi Tengah 2 997,8 2,49 98,97 31,2 0,06 1,03 3 029,0 1,80 100,00
28 Sulawesi Selatan 951,5 0,79 80,33 233,0 0,48 19,67 1 184,5 0,70 100,00
29 Sulawesi Barat 0,2 0,00 0,04 385,4 0,80 99,96 385,5 0,23 100,00
30 Sulawesi Tenggara 193,0 0,16 50,40 189,9 0,39 49,60 383,0 0,23 100,00
31 Maluku 45,4 0,04 50,64 44,2 0,09 49,36 89,6 0,05 100,00
32 Maluku Utara 272,1 0,23 99,86 0,4 0,00 0,14 272,5 0,16 100,00
33 Papua 2 450,7 2,04 96,60 86,4 0,18 3,40 2 537,0 1,50 100,00
34 Papua Barat 1 958,2 1,63 98,73 25,1 0,05 1,27 1 983,3 1,18 100,00
Total Ekspor 120 372,9 100,00 - 48 355,7 100,00 - 168 728,6 100,00 -
id
.
go
ps.
.b
w
w
//w
4
s:
tp
ht
IMPOR
DESEMBER
2017
Grafik 4.1
Perkembangan Nilai Impor Migas dan Nonmigas Indonesia (CIF)
Desember 2016–Desember 2017
id
14
.
go
12
s.
10
p
.b
Miliar US$
8
w
w
6
//w
4
s:
2
tp
ht
0
Apr
Des'16
Jan'17
Feb
Mar
Jun
Agt
Jul
Okt
Des
Sep
Mei
Nov
Migas Nonmigas
2. Impor nonmigas Desember 2017 sebesar US$12,51 miliar, turun 3,05 persen
dibanding November 2017 (US$12,90 miliar). Selama Januari-Desember 2017
impor nonmigas naik 13,41 persen dibanding periode yang sama tahun
sebelumnya (US$116,91 miliar).
3. Impor migas Desember 2017 sebesar US$2,55 miliar, naik 15,89 persen dibanding
November 2017 (US$2,20 miliar). Selama Januari-Desember 2017 impor migas naik
29,71 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya (US$18,74 miliar).
4. Peningkatan nilai impor nonmigas terbesar Desember 2017 adalah golongan kapal
laut dan bangunan terapung sebesar US$121,8 juta, atau naik 194,88 persen
dibanding November 2017 (US$62,5 juta). Impor golongan barang tersebut pada
Januari-Desember 2017 mencapai US$1.342,8 juta, naik 35,60 persen dibanding
periode yang sama tahun sebelumnya.
Grafik 4.2
Nilai Impor Nonmigas Indonesia dari Lima Negara Utama Asal Barang (CIF)
id
Januari–Desember 2016 dan 2017
.
go
40
s.
35.52
p
35
.b
30.69
w
30
w
25
//w
Miliar US$
20
15.21
s:
15 12.93
9.19
tp
0
Singapura Thailand Jepang Tiongkok Amerika Serikat
Jan–Des'16 Jan–Des'17
6. Nilai impor golongan barang konsumsi, bahan baku/penolong dan barang modal
selama Januari-Desember 2017 mengalami kenaikan dibanding periode yang sama
tahun sebelumnya masing-masing sebesar 14,69 persen, 16,56 persen dan 12,14
persen.
Tabel 4.1
Ringkasan Perkembangan Nilai Impor Indonesia (Juta US$) dan Perubahannya
Januari–Desember 2016 dan 2017
Total 15 104,9 15 061,2 135 652,8 156 893,0 -0,29 15,66 100,00
Migas 2 204,4 2 554,6 18 739,8 24 307,6 15,89 29,71 15,49
-Minyak Mentah 527,5 806,9 6 730,5 7 059,7 52,97 4,89 4,50
- Hasil Minyak 1 393,6 1 462,9 10 340,4 14 523,9 4,97 40,46 9,26
- Gas 283,3 284,8 1 668,9 2 724,0 0,53 63,22 1,73
id
Nonmigas 12 900,5 12 506,6 116 913,0 132 585,4 -3,05 13,41 84,51
.
go
Tabel 4.2
p s.
Perkembangan Impor Indonesia
.b
Perubahan
w
2015
2016
tp
2017
Triwulan I 6 578,2 30 027,6 36 605,8 32,32 -6,13 -0,96
April 1 646,8 10 298,4 11 945,2 -27,68 -6,43 -10,07
Mei 1 791,6 11 975,5 13 767,1 8,79 16,29 15,25
Juni 1 600,6 8 391,2 9 991,8 -10,66 -29,93 -27,42
Triwulan II 5 039,0 30 665,1 35 704,1 -23,40 2,12 -2,46
Juli 1 778,7 12 106,9 13 885,6 11,13 44,28 38,97
Agustus 2 011,2 11 498,3 13 509,5 13,06 -5,03 -2,70
September 1 934,6 10 846,2 12 780,8 -3,81 -5,67 -5,39
Triwulan III 5 724,5 34 451,4 40 175,9 13,60 12,35 12,52
Oktober 2 206,9 12 034,0 14 240,9 14,08 10,95 11,42
November 2 204,4 12 900,5 15 104,9 -0,11 7,20 6,07
Desember 2 554,6 12 506,6 15 061,2 15,89 -3,05 -0,29
Triwulan IV 6 965,9 37 441,1 44 407,0 21,69 8,68 10,53
Jan–Des 24 307,6 132 585,4 156 893,0 29,71 13,41 15,66
Ju
Tabel 4.3
Impor Nonmigas Indonesia Beberapa Golongan Barang HS 2 Dijit dan Perubahannya
Januari–Desember 2016 dan 2017
1. Mesin dan peralatan mekanik (84) 2 341,3 2 142,1 21 025,2 21 776,2 -8,51 3,57 16,42
2. Plastik dan barang dari plastik (39) 712,3 652,2 6 999,8 7 726,9 -8,44 10,39 5,83
3. Kendaraan dan bagiannya (87) 665,8 527,1 5 298,4 6 692,3 -20,83 26,31 5,05
4. Bahan kimia organik (29) 553,9 451,9 4 790,6 5 897,1 -18,41 23,10 4,45
id
5. Perangkat optik (90) 323,2 278,9 2 353,5 2 588,6 -13,71 9,99 1,95
194,8
.
6. Kapal laut dan bangunan terapung (89) 62,5 184,3 990,3 1 342,8 35,60 1,01
go
8
7. Buah-buahan (08) 93,5 155,9 848,2 1 191,6 66,74 40,49 0,90
8. Perhiasan dan permata (71) 126,2 192,1
s. 894,6 1 139,4 52,22 27,36 0,86
9. Kapal terbang dan bagiannya (88)
p
112,6 166,8 797,0 923,6 48,13 15,88 0,70
.b
10. Sayuran (07) 56,6 109,3 695,8 820,7 93,11 17,95 0,62
w
Total 10 Golongan Barang 5 047,9 4 860,6 44 693,4 50 099,2 -3,71 12,10 37,79
w
Total Impor Nonmigas 12 900,5 12 506,6 116 913,0 132 585,4 -3,05 13,41 100,00
s:
Tabel 4.4
tp
Tabel 4.5
Nilai Impor Nonmigas Indonesia Menurut Negara Utama Asal Barang
Januari–Desember 2016 dan 2017
id
5 Belanda 74,4 107,4 722,6 955,1 44,35 32,18 0,72
6 Italia 139,6 152,5 1 386,9 1 569,3 9,24 13,15 1,18
.
go
Uni Eropa Lainnya 581,3 519,9 5 410,5 6 236,8 -10,56 15,27 4,70
Negara Utama Lainnya 7 755,1 7 314,9 66 960,6 77 726,2
s. -5,68 16,08 58,62
7 Tiongkok 3 795,2 3 735,0 30 689,4 35 517,9 -1,59 15,73 26,79
8 Jepang 1 516,0 1 325,4 12 926,7 15 213,5 -12,57 17,69 11,47
p
9 Amerika Serikat 668,6 725,9 7 206,5 7 701,9 8,57 6,87 5,81
.b
Total 13 Negara Utama 10 410,6 10 120,3 93 214,5 106 493,5 -2,79 14,25 80,32
Negara Lainnya 2 489,9 2 386,3 23 698,5 26 091,9 -4,16 10,10 19,68
s:
Total Impor Nonmigas 12 900,5 12 506,6 116 913,0 132 585,4 -3,05 13,41 100,00
tp
Tabel 4.6
ht
Nilai Impor Indonesia Menurut Golongan Penggunaan Barang, Januari 2016–Desember 2017
(Nilai CIF: Juta US$)
2016 2017
Tabel 4.7
Impor Indonesia Menurut Negara Utama Asal Barang, Januari–Desember 2017
(juta US$)
Negara Asal Oktober November Desember Jan-Des
Barang 2017 2017 2017 2017
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Tiongkok 3 184,7 3 799,7 3 736,5 35 773,0
2 Singapura 1 348,0 1 650,5 1 766,2 16 905,6
3 Jepang 1 475,1 1 517,4 1 329,4 15 244,2
4 Thailand 755,6 809,8 780,5 9 280,9
5 Malaysia 734,5 814,7 896,4 8 793,6
6 Amerika Serikat 703,6 741,9 831,4 8 124,6
7 Korea Selatan 727,9 733,9 704,9 8 118,3
8 Australia 562,9 452,6 410,8 6 009,2
9 India 353,8 409,3 378,9 4 048,6
10 Jerman 331,3 331,3 342,2 3 539,1
11 Taiwan 287,9 329,9 259,4 3 255,4
12 Vietnam 312,3 297,1 246,2 3 228,8
id
13 Saudi Arabia 400,4 184,1 329,5 3 167,0
.
14 Uni Emirat Arab 135,3 170,1 188,2 2 080,2
go
15 Hongkong 273,5 236,4 242,1 1 958,4
Total 15 Negara 11 586,7 12 478,9
s. 12 442,6 129 527,0
Negara Lainnya 2 654,2 2 626,0 2 618,6 27 366,0
p
Total Impor 14 240,9 15 104,9 15 061,2 156 893,0
.b
Tabel 4.8
Neraca Perdagangan Indonesia, Desember 2016–Desember 2017
s:
(miliar US$)
tp
2017
Januari 1,27 12,13 13,40 1,83 10,14 11,97 -0,56 1,99 1,43
Februari 1,20 11,42 12,62 2,47 8,88 11,35 -1,27 2,53 1,26
Maret 1,51 13,17 14,68 2,28 11,01 13,29 -0,77 2,16 1,39
April 1,03 12,24 13,28 1,65 10,30 11,95 -0,61 1,94 1,33
Mei 1,30 13,05 14,34 1,79 11,98 13,77 -0,49 1,07 0,58
Juni 1,27 10,38 11,66 1,60 8,39 9,99 -0,33 1,99 1,66
Juli 1,17 12,44 13,61 1,78 12,11 13,89 -0,60 0,33 -0,27
Agustus 1,28 13,95 15,23 2,01 11,50 13,51 -0,73 2,45 1,72
September 1,44 13,12 14,56 1,93 10,85 12,78 -0,49 2,27 1,78
Oktober 1,48 13,76 15,24 2,21 12,03 14,24 -0,73 1,73 1,00
November 1,28 14,04 15,32 2,20 12,90 15,10 -0,92 1,14 0,21
Desember 1,51 13,28 14,79 2,55 12,51 15,06 -1,04 0,77 -0,27
Jan–Des 15,74 152,99 168,73 24,31 132,59 156,89 -8,57 20,40 11,83
Tabel 4.9
Ekspor-Impor Beras Indonesia, Triwulan I-2014–Desember 2017
Ekspor Impor
Periode Berat Bersih Nilai FOB Berat Bersih Nilai CIF
(kg) (US$) (kg) (US$)
(1) (2) (3) (4) (5)
2014 516 069 759 928 844 163 741 388 178 457
Triwulan I 85 560 169 269 60 796 853 26 870 252
Triwulan II 161 455 264 660 115 480 643 49 336 490
Triwulan III 82 694 123 665 164 561 686 72 532 308
Triwulan IV 186 360 202 334 503 324 559 239 439 407
2015 519 497 630 391 861 601 001 351 602 090
id
Triwulan I 39 985 51 936 66 562 915 29 213 209
.
go
Triwulan II 160 770 206 334 127 866 410 55 705 088
Triwulan III 152 844 195 941 s. 35 181 781 14 964 060
Triwulan IV 165 898 176 180 631 989 895 251 719 733
p
.b
2016 999 167 864 261 1 283 178 527 531 841 557
w
Triwulan I 627 653 261 673 981 992 734 401 346 706
w
//w
2017 3 532 038 3 255 856 311 524 673 143 206 447
Triwulan I 70 826 154 641 45 898 090 26 097 625
Triwulan II 1 334 664 999 879 85 094 509 39 476 397
Juli 50 825 110 180 56 967 420 25 197 465
Agustus 10 064 18 136 2 500 008 737 689
September 2 024 477 1 915 809 8 100 563 3 398 292
Triwulan III
2 085 366 2 044 125 67 567 991 29 333 446
Oktober
40 336 52 994 18 200 114 7 528 097
November
359 2 485 39 798 912 17 344 550
Desember
487 1 732 54 965 057 23 426 332
Triwulan IV
41 182 57 211 112 964 083 48 298 979
id
.
go
ps.
.b
w
w
//w
5
s:
tp
ht
UPAH
BURUH
DESEMBER
2017
id
Grafik 5.1
.
Rata-Rata Upah Nominal Harian Buruh Tani dan Buruh Bangunan
go
Desember 2015–Desember 2017
s.
90 000
p
.b
85 000
80 000
w
75 000
w
//w
70 000
65 000
s:
Rupiah
60 000
tp
55 000
ht
50 000
45 000
40 000
35 000
Juni
Juni
Apr
Apr
Des`15
Okt
Okt
Jan`16
Juli
Sept
Jan`17
Juli
Sept
Feb
Mar
Feb
Mar
Mei
Agus
Nov
Agt
Des
Nov
Mei
Des
Tabel 5.1
Rata-Rata Upah Harian Buruh Tani dan Upah Harian Buruh Bangunan (rupiah)
Desember 2015–Desember 2017
id
Upah Buruh Tani Upah Buruh Bangunan
.
go
Bulan (harian) (harian)
Nominal Riil1) s. Nominal Riil2)
(1) (2) (3) (4) (5)
p
.b
id
.
go
s.
p
.b
w
w
//w
s:
tp
ht
. id
go
p s.
.b
w
w
//w
6
s:
tp
ht
NILAITUKAR
NILAI TUKAR
PETANI,INFLASI
PETANI, INFLASI
PERDESAAN,DAN
PERDESAAN, DAN
NILAITUKAR
NILAI TUKAR
USAHARUMAH
USAHA RUMAH
TANGGA
TANGGA
PERTANIAN
PERTANIAN
OKTOBER2018
JANUARI 2017 LBDSE Februari 2018 Edisi 93 69
NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PERDESAAN, DAN NILAI TUKAR USAHA RUMAH TANGGA
PERTANIAN JANUARI 2018
id
penyusun NTP yaitu Tanaman Hortikultura (0,57 persen), Tanaman Perkebunan
.
go
Rakyat (1,55 persen), Peternakan (0,57 persen), dan Perikanan (0,24 persen).
s.
Sebaliknya, Subsektor yang mengalami kenaikan adalah Tanaman Pangan yaitu
p
sebesar 1,42 persen.
.b
Grafik 6.1
w
105.00
104.50
s:
104.00
tp
102.22
102.50
102.00 101.60
101.50 100.91
101.00 100.53 100.65
100.33
100.50 100.15
99.95 100.01
100.00
99.50
99.00
Feb
Apr
Jan'17
Mar
Sep
Jan'18
Mei
Des
Jun
Jul
Agt
Nov
Okt
2. Indeks Harga yang Diterima Petani (It) pada Januari 2018 naik 0,92 persen bila
dibanding It pada Desember 2017, yaitu dari 133,35 menjadi 134,57. Kenaikan
indeks tersebut disebabkan naiknya It di empat subsektor, yaitu Tanaman Pangan
(2,54 persen), Tanaman Hortikultura (0,49 persen), Peternakan (0,30 persen), dan
Perikanan (0,58 persen). Sebaliknya, Subsektor yang mengalami penurunan
adalah Tanaman Perkebunan Rakyat (0,39 persen).
3. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) pada Januari 2018 naik sebesar 1,05 persen
dibanding Ib Desember 2017. Kenaikan indeks ini disebabkan naiknya Indeks
Kelompok Konsumsi Rumah Tangga sebesar 1,22 persen, dan naiknya Indeks
Kelompok Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal sebesar 0,67 persen.
Grafik 6.2
Indeks Harga yang Diterima Petani (It) dan Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib)
Januari 2017–Januari 2018 (2012=100)
150.00
145.00
140.00
134.57
133.35
id
135.00 131.59 132.34
130.31 130.94
129.12
128.00 127.69 127.19 127.08 128.02 128.78
.
130.00
go
130.76
129.40
125.00 127.82 128.10 128.28 128.25 128.10 128.03 128.41
s.
126.84 127.27 127.25 127.07
p
120.00
.b
115.00
w
w
110.00
Apr
Jan'17
Mar
Sep
Jan'18
Feb
Mei
Jun
Jul
Agt
Nov
Des
Okt
//w
s:
It Ib
tp
ht
4. NTP Tanaman Pangan (NTPP) pada Januari 2018 naik sebesar 1,42 persen
dibanding NTPP Desember 2017. Hal ini disebabkan It Tanaman Pangan naik
(2,54 persen) lebih besar dari kenaikan Ib Tanaman Pangan (1,11 persen). NTP
Tanaman Hortikultura (NTPH) turun sebesar 0,57 persen. Hal ini disebabkan
kenaikan It Tanaman Hortikultura (0,49 persen) lebih kecil dibandingkan
kenaikan Ib Tanaman Hortikultura (1,06 persen). NTP Tanaman Perkebunan
Rakyat (NTPR) turun sebesar 1,55 persen disebabkan It Tanaman Perkebunan
Rakyat turun (0,39 persen), sebaliknya Ib Tanaman Perkebunan Rakyat naik (1,18
persen). NTP Peternakan (NTPT) turun sebesar 0,57 persen disebabkan kenaikan
It Peternakan (0,30 persen) lebih kecil dibandingkan kenaikan Ib Peternakan
(0,87 persen). Nilai Tukar Nelayan dan Pembudidaya Ikan (NTNP) turun sebesar
0,24 persen. Hal ini disebabkan kenaikan It Perikanan (0,58 persen) lebih kecil
dibandingkan kenaikan Ib Perikanan (0,82 persen).
Tabel 6.1
Nilai Tukar Petani Per Subsektor serta Persentase Perubahannya (2012=100)
Persentase
Subsektor Desember 2017 Januari 2018
Perubahan
(1) (2) (3) (4)
Gabungan/Nasional
a. Nilai Tukar Petani (NTP) 103,06 102,92 -0,14
b. Indeks Harga yang Diterima Petani (It) 133,35 134,57 0,92
c. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) 129,40 130,76 1,05
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 134,82 136,47 1,22
- Indeks BPPBM 118,64 119,44 0,67
id
c. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) 129,46 130,83 1,06
.
go
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 134,79 136,45 1,23
- Indeks BPPBM 118,76
s. 119,57 0,68
1. Tanaman Pangan
p
.b
2. Tanaman Hortikultura
a. Nilai Tukar Petani (NTPH) 101,37 100,80 -0,57
b. Indeks Harga yang Diterima Petani (It) 132,49 133,14 0,49
- Sayur-sayuran 130,63 130,95 0,24
- Buah-buahan 134,72 135,74 0,76
- Tanaman Obat 124,34 125,59 1,00
c. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) 130,70 132,09 1,06
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 134,84 136,55 1,27
- Indeks BPPBM 117,89 118,30 0,35
Persentase
Subsektor Desember 2017 Januari 2018
Perubahan
(1) (2) (3) (4)
4. Peternakan
a. Nilai Tukar Petani (NTPT) 107,21 106,60 -0,57
b. Indeks Harga yang Diterima Petani (It) 132,49 132,89 0,30
- Ternak Besar 135,74 135,81 0,05
- Ternak Kecil 124,58 124,21 -0,30
- Unggas 131,24 133,53 1,75
- Hasil Ternak 125,78 125,84 0,05
c. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) 123,58 124,66 0,87
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 134,93 136,59 1,23
- Indeks BPPBM 113,43 114,01 0,51
id
5. Perikanan
.
go
a. Nilai Tukar Nelayan dan Pembudidaya Ikan (NTNP) 105,00 104,75 -0,24
b. Indeks Harga yang Diterima Nelayan dan s. 133,73 134,51 0,58
pembudidaya ikan (It)
c. Indeks Harga yang Dibayar Nelayan dan Pembudidaya
p
127,36 128,41 0,82
Ikan (Ib)
.b
B. Inflasi Perdesaan
1. Pada Januari 2018 terjadi inflasi perdesaan
sebesar 1,22 persen dengan indeks konsumsi Pada Januari 2018 terjadi
rumah tangga 136,47. Pada bulan ini terjadi
inflasi perdesaan sebesar
inflasi perdesaan di 33 provinsi. Inflasi
1,22 persen
perdesaan tertinggi terjadi di Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung sebesar 2,13
persen sedangkan inflasi perdesaan terendah
terjadi di Provinsi Aceh dan Kalimantan Timur sebesar 0,40 persen.
Grafik 6.3
Inflasi Perdesaan, Januari 2016–Januari 2018
. id
go
1.60 p s. 1.22
1.10 0.95
0.87
persen
1.04
.b
0.60
0.59 0.32
w
0.10 0.22
0.13
0.09 0.15
0.06 0.04
-0.10 -0.12 -0.14
s:
-0.50
ht
-0.90
Apr
Apr
Jan'16
Feb
Mar
Sep
Jan'17
Feb
Mar
Sep
Jan'18
Agt
Agt
Nov
Mei
Jun
Jul
Nov
Des
Mei
Jun
Jul
Des
Okt
Okt
2. Menurut jenis pengeluaran rumah tangga pada Januari 2018, terjadi kenaikan
indeks harga di semua kelompok pengeluaran yaitu Bahan Makanan 2,12 persen;
Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau 0,75 persen; Perumahan, Air,
Listrik, Gas dan Bahan Bakar 0,38 persen; Sandang 0,59 persen; Kesehatan 0,73
persen; Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga 0,35 persen; serta Transportasi dan
Komunikasi 0,32 persen.
3. Inflasi perdesaan Januari 2018 sebesar 1,22 persen dipicu oleh naiknya harga
komoditas beras, cabai rawit, cabai merah, daging ayam ras, dan rokok kretek filter.
Tabel 6.2
Inflasi Perdesaan Menurut Kelompok Pengeluaran
Januari 2016–Januari 2018
Makanan
Perumahan, Pendidikan, Transportasi
Jadi,
Bahan Air, Listrik, Rekreasi, dan
Bulan Minuman, Sandang Kesehatan Umum
Makanan Gas dan dan Komuni-
Rokok dan
Bahan Bakar Olahraga kasi
Tembakau
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
Januari 2016 1,60 0,93 0,40 0,39 0,53 0,33 -1,28 0,83
Februari -0,10 0,50 0,10 0,29 0,28 0,13 -0,16 0,09
Maret 1,88 0,48 0,18 0,25 0,29 0,09 0,03 0,95
April -0,83 0,38 0,14 0,17 0,25 0,10 -2,28 -0,50
Mei -0,22 0,90 0,21 0,24 0,23 0,14 -0,15 0,13
id
Juni 0,63 1,05 0,28 0,92 0,26 0,17 0,14 0,59
.
go
Juli 1,24 0,63 0,23 0,48 0,26 0,47 0,12 0,76
Agustus -0,10 0,14 0,21
s.
0,21
p
0,29 0,35 0,04 0,06
September 0,44 0,34 0,16 0,23 0,33 0,10 0,09 0,32
.b
4. Tingkat inflasi perdesaan tahun kalender 2018 (Januari 2018 terhadap Desember 2017)
adalah sebesar 1,22 persen dan tingkat inflasi perdesaan year-on-year (Januari 2018
terhadap Januari 2017) adalah sebesar 3,23 persen.
Tabel 6.3
Tingkat Inflasi Perdesaan Januari 2018, Tahun Kalender dan Tahun ke Tahun 2018
Menurut Kelompok Pengeluaran
(2012=100)
Tingkat Inflasi
Indeks Konsumsi Rumah Tangga Inflasi Perdesaan
(IKRT) Perdesaan Januari 2018 (%)
Kelompok Pengeluaran Januari
2018 Tahun
Januari Desember Januari Tahun
(%) ke
2017 2017 2018 Kalender
Tahun
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
id
6. Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga 115,99 118,42 118,84 0,35 0,35 2,45
.
go
7. Transportasi dan Komunikasi 121,43 123,65 124,05 0,32 0,32 2,16
s.
C. Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP)
p
.b
1. Pada Januari 2018 terjadi kenaikan NTUP sebesar 0,24 persen. Hal ini terjadi karena
w
kenaikan It (0,92 persen) lebih tinggi dari kenaikan indeks BPPBM (0,67 persen). Kenaikan
w
NTUP disebabkan oleh naiknya NTUP di tiga subsektor penyusun NTUP yaitu NTUP Tanaman
//w
Pangan (1,62 persen), Tanaman Hortikultura (0,13 persen), dan Perikanan (0,21 persen),
s:
2. Dari 33 provinsi yang dihitung NTUP-nya, 19 provinsi mengalami kenaikan dan 14 provinsi
mengalami penurunan. Kenaikan NTUP tertinggi terjadi di Provinsi Jawa Barat, yaitu sebesar
1,46 persen. Sebaliknya, penurunan NTUP terbesar pada Januari 2018 terjadi di Provinsi
Riau sebesar 1,38 persen.
Tabel 6.4
Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian per Subsektor dan Persentase Perubahannya,
(2012=100)
Desember
Subsektor Januari 2018 Persentase Perubahan
2017
(1) (2) (3) (4)
1. Tanaman Pangan 110,13 111,92 1,62
2. Tanaman Hortikultura 112,39 112,54 0,13
3. Tanaman Perkebunan Rakyat 110,68 109,37 -1,19
4. Peternakan 116,81 116,56 -0,21
5. Perikanan 117,01 117,26 0,21
a. Tangkap 125,03 125,49 0,36
b. Budidaya 111,26 111,36 0,09
Nasional 112,40 112,67 0,24
id
.
go
ps.
.b
w
w
//w
7
s:
tp
ht
HARGA
PANGAN
JANUARI
2017
id
Grafik 7.1
Rata-rata Harga Gabah di Tingkat Petani Menurut Kelompok Kualitas
.
go
Januari 2017–Januari 2018
6 200
p s.
6 000
5 800
.b
5 600
w
5 400
5 200
w
5 000
//w
4 800
Rp/kg
4 600
4 400
s:
4 200
4 000
tp
3 800
3 600
ht
3 400
3 200
3 000
Jan'17 Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des Jan
2. Pada bulan yang sama, harga tertinggi di tingkat petani Rp7.500,00 per kg dan di
tingkat penggilingan Rp7.600,00 per kg. Sedangkan harga terendah di tingkat
petani dan tingkat penggilingan masing-masing Rp3.750,00 per kg dan Rp3.850,00
per kg. Harga tertinggi di tingkat petani dan tingkat penggilingan berasal dari
kualitas GKP varietas Ciherang yang terjadi di Kec. Pusakanagara, Kab. Subang
(Jawa Barat), dan kualitas Gabah Kering Giling (GKG) varietas IR64 yang terjadi di
Kec. Gabus Wetan, Kab. Indramayu, Jawa Barat, dan Kec. Taman, Kab. Pemalang,
Jawa Tengah. Sementara itu, harga terendah di tingkat petani dan tingkat
penggilingan berasal dari gabah kualitas rendah varietas Ciherang yang terjadi di
Kec. Sukaraja, Kab. Sukabumi (Jawa Barat).
Tabel 7.1
Rata-rata Harga Gabah di Tingkat Petani Menurut Kelompok Kualitas dan Kadar Air
serta Perubahannya, Januari 2017–Januari 2018
2017
Jan 18,29 4 754 2,83 12,82 5 542 1,91 26,64 4 225 1,36
Feb 18,82 4 639 -2,41 12,89 5 525 -0,32 25,79 3 803 -9,98
Mar 18,83 4 373 -5,74 12,60 5 452 -1,32 26,12 3 709 -2,47
Apr 18,33 4 308 -1,49 12,82 5 220 -4,25 25,90 3 705 -0,10
Mei 18,49 4 485 4,10 12,83 5 531 5,96 24,41 3 897 5,17
id
Jun 18,04 4 528 0,97 13,03 5 564 0,60 25,50 3 934 0,96
.
go
Jul 18,85 4 483 -0,99 12,63 5 457 -1,92 25,84 3 908 -0,67
Agt 18,57 4 509 0,58 12,87 5 471
s. 0,24 24,82 4 013 2,67
Sep 17,79 4 655 3,22 12,65 5 502 0,58 26,06 4 276 6,57
p
Okt 17,99 4 791 2,92 12,71 5 532 0,53 25,69 4 370 2,19
.b
Nov 19,00 4 864 1,52 12,78 5 593 1,11 25,19 4 494 2,86
w
Des 18,73 4 995 2,69 12,24 5 606 0,22 25,92 4 534 0,88
w
2018
//w
Jan 17,82 5 415 8,42 12,76 6 002 7,07 24,91 4 922 8,56
Perubahan (%)
s:
3. Rata-rata harga GKG di tingkat petani selama Januari 2018 naik 7,07 persen menjadi
Rp6.002,00 per kg, sedangkan di tingkat penggilingan naik 7,21 persen menjadi
Rp6.099,00 per kg dibandingkan harga gabah kualitas yang sama bulan lalu. Untuk
harga gabah kualitas rendah di tingkat petani dan tingkat penggilingan juga
mengalami kenaikan masing-masing 8,56 persen menjadi Rp4.922,00 per kg dan
8,57 persen menjadi Rp5.011,00 per kg.
Grafik 7.2
Rata-rata Harga Gabah di Tingkat Penggilingan Menurut Kelompok Kualitas
Januari 2017–Januari 2018
6 200
6 000
5 800
5 600
5 400
5 200
5 000
4 800
Rp/kg
4 600
4 400
4 200
4 000
3 800
3 600
3 400
3 200
id
3 000
Jan'17 Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des Jan'18
.
go
G KG GKP
Kua lita s Re nda h
s. H P P G KG = R p4600/kg
HP P G KP = R p3750/kg
p
.b
w
Rp5.508,00 per kg, Rp6.099,00 per kg, dan Rp5.011,00 terjadi pada Januari 2018.
s:
Untuk rata-rata harga terendah pada GKP, GKG, dan gabah kualitas rendah masing-
tp
masing Rp4.391,00 per kg, Rp5.313,00 per kg, dan Rp3.782,00 per kg terjadi pada
ht
April 2017.
6. Dibandingkan Januari 2017, rata-rata harga di tingkat petani pada Januari 2018
untuk semua kualitas GKP, GKG, gabah kualitas rendah mengalami kenaikan yaitu
sebesar 13,90 persen, 8,30 persen, dan 16,50 persen. Begitu pula di tingkat
penggilingan pada Januari 2018 untuk semua kualitas GKP, GKG, gabah kualitas
rendah juga mengalami kenaikan yaitu sebesar 13,71 persen, 8,22 persen, dan
15,83 persen.
Tabel 7.2
Rata-rata Harga Gabah di Tingkat Penggilingan Menurut Kelompok Kualitas dan Kadar Air
serta Perubahannya, Januari 2017–Januari 2018
2017
Jan 18,29 4 844 2,69 12,82 5 636 1,53 26,64 4 326 1,56
Feb 18,82 4 731 -2,34 12,89 5 621 -0,27 25,79 3 880 -10,33
Mar 18,83 4 460 -5,71 12,60 5 564 -1,01 26,12 3 783 -2,48
Apr 18,33 4 391 -1,56 12,82 5 313 -4,52 25,90 3 782 -0,03
Mei 18,49 4 570 4,09 12,83 5 622 5,82 24,41 3 966 4,87
id
Jun 18,04 4 615 0,98 13,03 5 677 0,99 25,50 4 008 1,05
.
go
Jul 18,85 4 570 -0,98 12,63 5 549 -2,26 25,84 3 989 -0,48
Agt 18,57 4 591 0,48 12,87 5 579
s. 0,52 24,82 4 104 2,88
Sep 17,79 4 744 3,31 12,65 5 590 0,21 26,06 4 368 6,43
p
Okt 17,99 4 885 2,98 12,71 5 621 0,55 25,69 4 468 2,31
.b
Nov 19,00 4 951 1,36 12,78 5 688 1,20 25,19 4 587 2,65
w
Des 18,73 5 081 2,62 12,24 5 689 0,01 25,92 4 615 0,62
w
2018
//w
Jan 17,82 5 508 8,41 12,76 6 099 7,21 24,91 5 011 8,57
Perubahan (%)
s:
10. Selama periode Januari 2017–Januari 2018, rata-rata harga beras tertinggi di
penggilingan untuk Premium, Medium, dan Rendah masing-masing Rp10.350,00
per kg, Rp10.177,00 per kg, dan Rp9.793,00 per kg terjadi pada Januari 2018.
Sebaliknya, rata-rata harga beras terendah di penggilingan untuk Premium,
Medium, dan Rendah masing-masing Rp9.325,00 per kg, Rp8.654,00 per kg, dan
Rp8.306,00 per kg terjadi pada April 2017.
Tabel 7.3
Rata-rata Harga Beras di Penggilingan Menurut Kelompok Kualitas dan Kadar Beras Patah
(Broken), Januari 2017–Januari 2018
id
an (%) an (%) an (%)
(Rp/kg) (Broken) (Rp/kg) (Broken) (Rp/kg) (Broken)
.
go
(%) (%) (%)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
2017
p s.
Jan 9 431 0,96 7,32 9 100 0,34 15,72 8 669 0,13 22,90
.b
Feb 9 408 -0,24 7,33 9 048 -0,57 15,24 8 584 -0,99 23,17
w
Mar 9 389 -0,21 7,26 8 705 -3,78 16,01 8 339 -2,85 23,06
w
Apr 9 325 -0,68 7,41 8 654 -0,59 15,70 8 306 -0,39 23,14
//w
Mei 9 436 1,20 7,34 8 790 1,58 15,28 8 374 0,82 23,15
Jun 9 444 0,09 7,21 8 794 0,05 15,39 8 380 0,07 22,71
s:
Jul 9 384 -0,64 7,20 8 744 -0,58 15,44 8 358 -0,27 22,80
tp
Agt 9 437 0,57 6,84 8 823 0,91 15,40 8 436 0,94 22,83
ht
Sep 9 471 0,36 6,81 8 935 1,27 15,14 8 672 2,80 23,05
Okt 9 503 0,34 6,78 9 117 2,03 15,58 8 834 1,86 23,23
Nov 9 539 0,38 7,06 9 280 1,79 15,44 9 039 2,33 23,16
Des 9 860 3,37 6,98 9 526 2,66 15,35 9 309 2,98 23,18
2018
Jan* 10 350 4,96 9,51 10 177 6,83 19,59 9 793 5,20 34,46
Perubahan (%)
9,74 11,84 12,97
Des'18 thd Des’17
Keterangan:
* Permentan No. 31 Tahun 2017:
- Premium : Maksimum beras patah (Broken) s.d 15,00 %
- Medium : Beras patah (Broken) 15,01 – 25,00 %
- Rendah : Beras patah (Broken) di atas 25,00 %
id
2. Harga cabai rawit naik 24,45 persen dibanding bulan Desember 2017 atau turun
.
42,37 persen dibanding Januari 2017. Kenaikan tertinggi terjadi di Sumenep (67
go
persen) dan Kupang (64 persen). Harga cabai merah naik 7,16 persen dibanding
s.
bulan Desember 2017 atau turun 8,68 persen dibanding Januari 2017. Kenaikan
p
.b
tertinggi terjadi di Bulukumba (41 persen) dan Kupang (37 persen). Harga daging
w
ayam ras naik 5,52 persen dibanding bulan Desember 2017 atau naik 6,97 persen
w
dibanding Januari 2017. Kenaikan tertinggi terjadi di Malang (13 persen), Sibolga
//w
dan Maumere (masing-masing 12 persen). Harga ikan kembung naik 1,82 persen
dibanding bulan Desember 2017 atau naik 8,39 persen dibanding Januari 2017.
s:
Kenaikan tertinggi terjadi di Manokwari (33 persen), Bungo dan Kupang (masing-
tp
masing 16 persen).
ht
3. Komoditas lain seperti susu kental manis, daging sapi, tepung terigu, minyak
goreng, telur ayam ras dan gula pasir perubahannya relatif rendah.
Tabel 7.4
Harga Eceran Beberapa Komoditas Bahan Pokok
Januari 2017–Januari 2018 (rupiah)
Susu
Daging Telur
Daging Kental Minyak Gula Tepung Cabai Cabai Ikan
Beras Ayam Ayam
Bulan Sapi Manis Goreng Pasir Terigu Rawit Merah Kembung
(kg) Ras Ras
(kg) (385 (liter) (kg) (kg) (kg) (kg) (kg)
(kg) (kg)
gram)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)
Januari’17 13 222 39 906 107 199 9 971 14 349 14 628 8 030 78 947 47 172 20 590 31 730
Februari 13 202 37 480 106 877 9 941 14 567 14 546 8 020 89 763 44 464 19 703 32 168
Maret 13 125 37 285 107 251 9 968 14 730 14 441 7 998 79 117 39 551 19 181 31 476
April 13 074 37 777 106 329 9 965 14 546 13 791 7 922 60 335 34 429 19 008 31 079
Mei 13 096 39 133 107 647 9 939 14 610 13 402 7 895 52 636 34 973 20 515 31 474
Juni 13 125 40 123 108 734 9 952 14 629 13 306 7 929 44 893 31 731 20 439 31 971
Juli 13 090 39 477 108 256 9 955 14 670 13 277 7 945 42 114 30 725 21 034 32 582
Agustus 13 095 39 868 108 072 10 047 14 575 13 160 8 005 37 208 31 008 21 375 32 295
id
September 13 215 39 031 107 715 10 084 14 588 13 034 8 159 33 472 31 433 20 811 32 414
Oktober 13 346 37 856 106 713 10 094 14 595 12 910 8 244 31 340 33 190 20 395 32 466
.
go
November 13 429 38 132 106 201 10 081 14 542 12 814 8 258 30 870 36 144 20 772 32 583
Desember’17 13 676 40 454 106 732 10 077 14 522 12 729 8 296 36 559 40 199 23 138 33 776
Januari’18 14 531 42 687 106 881 10 130 14 518 12 618
p s.
8 303 45 498 43 077 22 990 34 391
Januari’18 thd
6,25 5,52 0,14 0,53 -0,03 -0,87 0,08 24,45 7,16 -0,64 1,82
.b
Desember’17
Januari’18 thd
w
Januari’17 9,90 6,97 -0,30 1,59 1,18 -13,74 3,40 -42,37 -8,68 11,66 8,39
(dalam persen)
w
//w
s:
tp
ht
7830
7930
8030
8130
8230
8330
17000
27000
37000
47000
57000
67000
29500
30500
31500
32500
33500
35500
34500
13000
13500
14000
14500
15000
104000
105000
106000
107000
108000
109000
Nov'16
Nov'16 Nov'16 Nov'16 Nov'16 Nov'16
Des Des Des
Des Des Des
Jan'17 Jan'17 Jan'17 Jan'17 Jan'17
Jan'17
Feb Feb Feb Feb Feb
Feb
Mar Mar Mar Mar
Mar Mar
Apr Apr Apr Apr
Apr Apr
Mei Mei
Mei Mei Mei Mei
Jun
Jun Jun Jun
ht
Jun Jun
Jul
Cabai Merah
Jul Jul
Beras
Minyak Goreng
Daging Sapi
Agu
Ikan Kembung
Agu
Tepung Terigu
Agu Sep Agu Agu
Sep Sep Sep
Sep Okt Sep
s:
Okt Okt Okt
Okt Nov Okt
Nov Nov Nov
Nov Des'17 Nov
//w
Des'17 Des'17 Des'17
Des'17 Jan'18 Des'17
Jan'18
Jan'18
Jan'18
w Jan'18
Jan'18
w
.b 9800
9850
9950
9900
10000
10050
10100
10150
Grafik 7.3
12900
13500
14100
14700
15300
15900
18500
19500
20500
21500
22500
34000
36000
38000
40000
42000
100000
20000
40000
60000
80000
Nov'16
Nov'16 Nov'16 Nov'16
Nov'16 Des
Des Des Des
s.
Des Jan'17
Jan'17 Jan'17 Jan'17
Jan'17 Feb
Feb
go
Feb Feb
Feb
Mar Mar
Mar
Mar
. Mar
November 2016–Januari 2018 (Rupiah)
Mei
Jun Jun Jun
Jun
Jun
Jul Jul Jul
Gula Pasir
Jul
Jul
Cabai Rawit
Agu Agu Agu
Sep Okt
Okt Okt Okt
Okt Nov
Nov Nov Nov
Nov Des'17
Des'17 Des'17 Des'17
Des'17 Jan'18
Jan'18
Jan'18 Jan'18
Jan'18
85
HARGA PANGAN JANUARI 2018
id
.
go
s.
p
.b
w
w
//w
s:
tp
ht
. id
go
p s.
.b
w
w
//w
8
s:
tp
ht
INDEKS HARGA
PRODUSEN
TRIWULAN IV–2017
DAN INDEKS HARGA
PERDAGANGAN BESAR
JANUARI 2018
LBDSE Februari 2018 Edisi 93 87
INDEKS HARGA PRODUSEN TR IWULAN IV–2017 DAN
INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR JANUARI 2018
id
tersebut mengalami kenaikan sebesar 1,60 persen dibandingkan IHP triwulan III-
.
go
2017 sebesar 134,32 (q-to-q). Kenaikan IHP tertinggi terjadi di Sektor
s.
Pertambangan dan Penggalian yaitu 6,89 persen. Sedangkan Sektor Pertanian dan
p
Sektor Industri Pengolahan masing-masing mengalami kenaikan sebesar 1,99
.b
IHP Sektor Pengadaan Listrik dan Gas triwulan IV-2017 sebesar 132,59 naik 0,16
w
//w
sebesar 0,06 persen dibandingkan dengan IHP triwulan III-2017 sebesar 119,80 (q-
tp
to-q). Adapun IHP Sektor Akomodasi, Makanan dan Minuman triwulan IV-2017
ht
sebesar 126,68 naik 0,12 persen dibandingkan IHP triwulan III-2017 sebesar 126,54
(q-to-q). Sedangkan IHP Sektor Angkutan Penumpang triwulan IV-2017 sebesar
213,45 naik 0,14 persen dibandingkan dengan IHP triwulan III-2017 sebesar 213,15
(q-to-q).
IHP Sektor Pengadaan Listrik dan Gas triwulan IV-2017 terhadap triwulan IV-2016
(y-on-y) mengalami kenaikan sebesar 0,33 persen, yaitu dari 132,15 pada triwulan
IV-2016 menjadi 132,59 pada triwulan IV-2017. IHP Sektor Pengelolaan Air naik
sebesar 0,81 persen, yaitu dari 118,92 pada triwulan IV-2016 (y-on-y) menjadi
119,88 pada triwulan IV-2017. Sementara itu, Sektor Angkutan Penumpang
mengalami penurunan 2,13 persen, yaitu dari 218,09 pada triwulan IV-2016 (y-on-
y) menjadi 213,45 pada triwulan IV-2017. IHP Sektor Akomodasi, Makanan dan
Minuman triwulan IV-2017 terhadap triwulan IV-2016 (y-on-y) mengalami kenaikan
sebesar 1,07 persen, yaitu dari 125,34 pada triwulan IV-2016 menjadi 126,68 pada
triwulan IV-2017.
Tabel 8.1
Indeks Harga Produsen (2010=100) dan Inflasi Harga Produsen Menurut Sektor
Triwulan IV-2017
Inflasi Harga Inflasi Harga
Produsen Produsen
IHP IHP IHP
(q-to-q)1) (y-on-y)2)
Sektor Triw IV- Triw III- Triw IV-
(%) (%)
2016 2017 2017
Triw III- Triw IV- Triw IV- Triw IV-
2017 2017 2016 2017
id
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
Gabungan (1+2+3) 132,36 134,32 136,46 0,68 1,60 3,34 3,10
.
go
1. Pertanian 134,13 135,99 138,70 0,77 1,99 1,08 3,41
2. Pertambangan dan
97,26 97,31 104,01 s. 1,67 6,89 18,32 6,94
Penggalian
3. Industri Pengolahan 138,92 141,30 142,35 0,52 0,74 2,18 2,47
p
4. Pengadaan Listrik
.b
7. Akomodasi,
Makanan dan 125,34 126,54 126,68 0,26 0,12 0,93 1,07
Minuman
s:
Keterangan: 1). Inflasi Produsen (q-to-q) adalah persentase perubahan IHP Triwulan t terhadap Triwulan t-1
tp
2). Inflasi Produsen (y-on-y) adalah persentase perubahan IHP Triwulan t-2017 terhadap Triwulan t-2016
ht
Grafik 8.1
Indeks Harga Produsen (2010=100) Menurut Sektor
Triwulan IV-2014 s.d. Triwulan IV-2017
230.00
220.00
210.00
200.00
190.00
180.00
170.00
160.00
Indeks
150.00
140.00
130.00
120.00
110.00
100.00
90.00
80.00
70.00
II-15
II-16
II-17
IV-14
I-15
IV-15
I-16
IV-16
I-17
IV-17
III-15
III-16
III-17
Triwulan
Pertanian Pertambangan dan Penggalian
Industri Pengolahan Pengadaan Listrik dan Gas
Pengelolaan Air Angkutan Penumpang
1. Sektor Pertanian
IHP Sektor Pertanian pada triwulan IV-2017 naik 1,99 persen (q-to-q), yaitu dari
135,99 pada triwulan III-2017 menjadi 138,70 pada triwulan IV-2017. Inflasi harga
produsen pada sektor ini dipengaruhi oleh naiknya IHP di Subsektor Tanaman
Bahan Makanan (3,31 persen), Subsektor Perkebunan (2,61 persen), dan Subsektor
Perikanan (0,52 persen). Sementara itu, deflasi terjadi di Subsektor Kehutanan
(0,22 persen). Apabila dibandingkan dengan triwulan IV-2016, Sektor Pertanian
pada triwulan IV-2017 mengalami inflasi harga produsen (y-on-y) sebesar 3,41
persen, yaitu dari 134,13 pada triwulan IV-2016 menjadi 138,70 pada triwulan IV-
2017. Hal ini dipengaruhi oleh naiknya IHP Subsektor Perkebunan sebesar 4,33
persen, diikuti oleh Subsektor Perikanan sebesar 4,18 dan Subsektor Tanaman
Bahan Makanan sebesar 3,55 persen.
. id
2. Sektor Pertambangan dan Penggalian
go
s.
IHP Sektor Pertambangan dan Penggalian pada triwulan IV-2017 sebesar 104,01
p
mengalami kenaikan sebesar 6,89 persen dibandingkan IHP pada triwulan III-2017
.b
sebesar 97,31 (q-to-q). Inflasi harga produsen pada sektor ini dipengaruhi oleh
w
triwulan IV- 2017 mengalami kenaikan sebesar 6,94 persen, yaitu dari 97,26 pada
tp
triwulan IV-2016 menjadi 104,01 pada triwulan IV-2017. Inflasi harga produsen (y-
ht
on-y) pada Sektor Pertambangan dan Penggalian dipengaruhi oleh naiknya IHP
Subsektor Pertambangan sebesar 9,62 persen.
Dibandingkan triwulan IV-2016, IHP Sektor Industri Pengolahan pada triwulan IV-
2017 (y-on-y) mengalami kenaikan 2,47 persen dari 138,92 menjadi 142,35.
Penyebab kenaikan IHP tersebut terutama terjadi pada Subsektor Industri Kertas,
Barang dari Kertas dan Cetakan (5,97 persen); Subsektor Industri Logam Dasar
(5,63 persen); dan Subsektor Industri Barang-barang dari Logam (4,57 persen).
Sedangkan subsektor yang mengalami deflasi adalah Subsektor Industri Pupuk
(2,66 persen).
IHP Sektor Pengadaan Listrik dan Gas pada triwulan IV-2017 (q-to-q) sebesar 132,59
mengalami kenaikan sebesar 0,16 persen terhadap triwulan III-2017 yang sebesar
132,39. Inflasi Harga Produsen pada sektor ini disebabkan oleh naiknya IHP
Subsektor Ketenagalistrikan sebesar 0,18 persen.
Sedangkan terhadap triwulan IV-2016, IHP Sektor Pengadaan Listrik dan Gas
id
mengalami inflasi sebesar 0,33 persen, yaitu dari 132,15 pada triwulan IV-2016
.
go
menjadi 132,59 pada triwulan IV-2017 (y-on-y). Inflasi Harga Produsen terjadi di
Subsektor Ketenagalistrikan sebesar 0,41 persen.
s.
p
5. Sektor Pengelolaan Air
.b
w
IHP Sektor Pengelolaan Air pada Triwulan IV-2017 sebesar 119,88 mengalami
w
kenaikan sebesar 0,06 persen terhadap triwulan III-2017 yaitu sebesar 119,80 (q-
//w
to-q). Demikian juga terhadap triwulan IV-2016 naik 0,81 persen yaitu dari 118,92
s:
IHP Sektor Angkutan Penumpang pada triwulan IV-2017 sebesar 213,45 mengalami
inflasi sebesar 0,14 persen dibandingkan IHP triwulan sebelumnya yang sebesar
213,15 (q-to-q). Inflasi Harga Produsen pada sektor ini disebabkan oleh naiknya IHP
pada hampir semua subsektor, yaitu Subsektor Angkutan Kereta Api Penumpang
(0,39 persen), Subsektor Angkutan Udara Penumpang (0,22 persen), Subsektor
Angkutan Darat Penumpang (0,03 persen), dan Subsektor Angkutan Sungai Danau
dan Penyeberangan Penumpang (0,01 persen).
IHP Sektor Angkutan Penumpang triwulan IV-2017 terhadap triwulan IV-2016 (y-
on-y) turun sebesar 2,13 persen, yaitu dari 218,09 menjadi 213,45. Hal ini
diakibatkan oleh deflasi Harga Produsen pada hampir semua subsektor, yaitu
Subsektor Angkutan Udara Penumpang (3,53 persen), Subsektor Angkutan Laut
Penumpang (1,34 persen), Subsektor Angkutan Kereta Api Penumpang (1,13
persen), dan Subsektor Angkutan Darat Penumpang (0,13 persen). Sementara itu,
IHP Sektor Akomodasi, Makanan dan Minuman triwulan IV-2017 terhadap triwulan
IV- 2016 (y-on-y) naik sebesar 1,07 persen, yaitu dari 125,34 menjadi 126,68. Hal
ini diakibatkan oleh inflasi Harga Produsen Subsektor Penyediaan Makanan dan
id
Minuman dan Subsektor Penyediaan Akomodasi masing-masing sebesar 1,15
.
go
persen dan 0,51 persen. p s.
.b
w
w
//w
s:
tp
ht
Tabel 8.2
Indeks Harga Produsen (2010=100) dan Inflasi Harga Produsen Menurut Subsektor
Triwulan IV-2017
Inflasi Harga Inflasi Harga
Produsen Produsen
IHP IHP IHP (q-to-q)1) (y-on-y)2)
Sektor/Subsektor Triw IV- Triw III- Triw IV- (%) (%)
2016 2017 2017
Triw III- Triw IV- Triw IV- Triw IV-
2017 2017 2016 2017
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
Pertanian 134,13 135,99 138,70 0,77 1,99 1,08 3,41
1. Tanaman Bahan Makanan 140,40 140,73 145,39 1,29 3,31 -3,05 3,55
2. Perkebunan 124,21 126,29 129,59 -1,26 2,61 7,84 4,33
3. Peternakan 131,30 133,61 133,61 1,16 0,00 4,30 1,76
4. Perikanan 129,63 134,35 135,04 1,20 0,52 2,44 4,18
5. Kehutanan 144,71 146,75 146,42 0,78 -0,22 3,04 1,18
id
Pertambangan dan Penggalian 97,26 97,31 104,01 1,67 6,89 18,32 6,94
.
1. Pertambangan 90,46 91,25 99,16 2,10 8,68 24,93 9,62
go
2. Penggalian 133,60 129,73 129,92 0,08 0,14 -0,67 -2,75
2. Industri Susu dan Makanan Dari Susu 117,14 118,66 118,82 0,21 0,13 0,69 1,44
w
3. Industri Penggilingan Padi, Tepung 151,10 150,30 155,25 0,69 3,29 0,45 2,75
dan Pakan Ternak
//w
4. Industri Makanan Lainnya 135,56 138,93 139,56 0,55 0,45 4,01 2,95
5. Industri Minuman dan Rokok 144,62 150,10 150,93 0,63 0,55 5,41 4,36
s:
6. Industri Pemintalan dan Pertenunan 135,29 138,74 139,69 0,32 0,68 3,23 3,25
Tekstil
tp
7. Industri Pakaian Jadi dan Alas Kaki 155,18 155,44 156,22 0,39 0,50 1,50 0,67
ht
8. Industri Kayu Gergajian dan Olahan 158,87 160,68 161,22 0,19 0,34 -0,12 1,48
9. Industri Kertas, Barang dari Kertas 134,72 141,90 142,76 1,46 0,61 1,37 5,97
dan Cetakan
10. Industri Pupuk 122,64 121,01 119,39 -2,98 -1,34 -6,08 -2,66
11. Industri Kimia Dasar, Bahan Kimia dan 143,64 144,90 145,20 0,72 0,21 -0,70 1,09
Barang dari Bahan Kimia
12. Pengilangan Minyak Bumi dan Gas 124,96 127,37 128,13 0,52 0,60 -1,67 2,54
13. Industri Karet, Plastik, dan Hasil- 117,47 120,37 121,59 -1,27 1,01 2,90 3,51
Hasilnya
14. Industri Barang Mineral Bukan Logam 143,31 144,68 145,04 0,36 0,25 1,53 1,21
15. Industri Logam Dasar 111,14 115,63 117,40 1,65 1,53 0,04 5,63
16. Industri Barang-Barang dari Logam 120,56 124,76 126,06 0,80 1,04 1,30 4,57
17. Industri Mesin, Listrik, Elektronik, dan 140,39 141,33 141,35 0,86 0,02 2,01 0,68
Perlengkapannya
18. Industri Alat Angkutan 133,12 133,34 133,50 -0,07 0,12 1,73 0,29
19. Industri Perabot Rumah Tangga dan 148,95 151,97 152,16 0,68 0,13 0,84 2,16
Barang Lainnya
Pengadaan Listrik dan Gas 132,15 132,39 132,59 -0,31 0,16 -0,36 0,33
1. Ketenagalistrikan 126,99 127,29 127,51 -0,35 0,18 -0,35 0,41
2. Pengadaan Gas 191,96 191,49 191,49 0,00 0,00 -0,46 -0,25
Penyediaan Akomodasi, Makanan 125,34 126,54 126,68 0,26 0,12 0,93 1,07
dan Minuman
1. Akomodasi 141,11 141,57 141,83 0,23 0,19 1,36 0,51
id
2. Makanan dan Minuman 123,04 124,33 124,46 0,26 0,11 0,87 1,15
.
go
Keterangan: 1) Inflasi Produsen (q-to-q) adalah persentase perubahan IHP Triwulan t terhadap Triwulan t-1
2) Inflasi Produsen (y-on-y) adalah persentase perubahan IHP Triwulan t-2017 terhadap Triwulan t-2016
p s.
.b
0,76 persen dari bulan sebelumnya. Kenaikan Pada Januari 2018 IHPB
s:
tertinggi terjadi pada Sektor Pertanian sebesar tanpa impor migas dan
tp
Pada Desember 2017 IHPB Umum naik sebesar 0,75 persen dibandingkan IHPB
Umum bulan sebelumnya. Kenaikan IHPB tertinggi terjadi pada Sektor Pertanian
sebesar 1,25 persen. Sektor Industri naik sebesar 0,44 persen, Kelompok Barang
Impor naik 1,03 persen, dan Kelompok Barang Ekspor naik 0,90 persen. Sedangkan
Sektor Pertambangan dan Penggalian turun sebesar 0,01 persen.
Tabel 8.3
Perkembangan Indeks Harga Perdagangan Besar, Indonesia
November 2017–Januari 2018, (2010=100)
Perubahan
Desember 2017 Januari 2018
November Desember Januari terhadap terhadap
Sektor/Kelompok
2017 2017 2018 November 2017 Desember 2017
(%) (%)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
id
4. Impor Nonmigas 139,89 140,22 140,57 0,23 0,25
.
go
Impor 139,01 140,45 1,03
5. Ekspor Nonmigas 154,02 154,33 155,23
s. 0,20 0,58
p
Ekspor 149,49 150,83 0,90
.b
Tabel 8.4
s:
Tingkat Inflasi
IHPB
ht
Pertambangan
2 120,17 122,48 123,67 0,97 0,97 2,92
dan Penggalian
Grafik 8.2
Indeks Harga Perdagangan Besar Indonesia
Januari 2015–Januari 2018
180.00
170.00
160.00
150.00
140.00
130.00
120.00
110.00
id
100.00
.
go
Apr
Apr
Apr
Feb
Mar
Sep
Feb
Mar
Sep
Feb
Mar
Sep
Mei
Jun
Jul
Agt
Nov
Mei
Jun
Jul
Agt
Mei
Jun
Jul
Agt
Des
Nov
Des
Nov
Des
Okt
Okt
Okt
Jan-15
Jan-16
Jan-17
Jan-18
s.
Domestik Ekspor Impor Umum
p
.b
w
w
Tabel 8.5
Tingkat Inflasi Konstruksi Indonesia Januari 2018
Menurut Jenis Bangunan (2010=100)
Bangunan Tempat
Tinggal dan Bukan 133,46 137,68 138,39 0,51 0,51 3,69
Tempat Tinggal
Bangunan Pekerjaan
Umum untuk 130,66 135,56 136,09 0,39 0,39 4,15
id
Pertanian
Pekerjaan Umum
.
go
untuk Jalan,
126,60 132,10 132,68 0,44 0,44 4,80
Jembatan, dan s.
Pelabuhan
Bangunan dan
p
Instalasi Listrik, Gas,
.b
Komunikasi
w
Grafik 8.3
Indeks Harga Beberapa Bahan Bangunan Januari 2017–Januari 2018
Mar
Sep
Mei
Nov
Jul
Jan-17
Jan-18
114.0 116.0
Mar
Sep
Mar
Sep
Nov
Mei
Mei
Nov
Jul
Jul
Jan-17
Jan-18
Jan-17
Jan-18
id
Semen Portland Kaca lembaran Aspal
.
go
148.0 112.0
114.0
146.0 s.
144.0 110.0
p
112.0 142.0
108.0
.b
140.0
110.0
w
138.0 106.0
136.0
w
Sep
Mar
Mei
Nov
Jul
Jan-17
Jan-18
Sep
Mar
Sep
Mar
Mei
Mei
Jul
Nov
Jul
Nov
Jan-17
Jan-18
Jan-17
Jan-18
s:
tp
Sep
Mei
Jul
Nov
Jan-17
Jan-18
Mar
Sep
Mei
Jul
Nov
Jan-17
Jan-18
Sep
Mar
Mei
Jul
Nov
Jan-17
Jan-18
. id
go
p s.
.b
w
w
//w
9
s:
tp
ht
INDEKS
TENDENSI BISNIS
DAN KONSUMEN
TRIWULAN IV-2017
id
2. Kondisi bisnis dan optimisme pelaku bisnis yang masih baik pada triwulan IV-2017
.
go
disebabkan oleh pendapatan usaha yang meningkat (nilai indeks sebesar 115,58),
s.
peningkatan penggunaan kapasitas produksi/usaha (nilai indeks sebesar 112,74),
p
dan peningkatan rata-rata jumlah jam kerja (nilai indeks sebesar 104,72).
.b
3. Kondisi bisnis yang membaik dan optimisme pelaku bisnis terjadi pada seluruh
w
w
Pemerintahan, Pertahanan, dan Jaminan Sosial Wajib dengan nilai ITB tertinggi
sebesar 131,58.
s:
tp
ht
Tabel 9.1
Indeks Tendensi Bisnis (ITB) Triwulan IV-2017
Menurut Variabel Pembentuk dan Lapangan Usaha
Variabel Pembentuk ITB Triwulan IV-2017
Penggunaan ITB
Lapangan Usaha Pendapatan Rata-Rata Jumlah
Kapasitas Triwulan IV-2017
Usaha Jam Kerja
Produksi/ Usaha
(1) (2) (3) (4) (5)
id
6. Konstruksi
.
7. Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi 116,99 113,86 101,33 110,72
go
dan Perawatan Mobil dan Sepeda Motor
8. Transportasi dan Pergudangan 122,80 s. 118,24 105,86 115,64
16. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 124,86 122,65 107,18 118,23
id
103,76). Sementara itu, order dari luar negeri diperkirakan akan relatif sama
.
go
dengan kondisi triwulan IV-2017 (nilai indeks sebesar 100,05).
p s.
Tabel 9.2
.b
Lapangan Usaha Order dari Dalam Order dari Harga Jual Order Barang Triwulan I-2018
Negeri Luar Negeri Produk Input
s:
Grafik 9.1
Indeks Tendensi Bisnis1) Triwulan III-2012–Triwulan I-20182)
112.39
111.02
110.24 111.63
107.43 107.24
106.00 106.70
106.12 106.04
105.46 108.60
105.29 105.22 107.89
104.72 104.07
103.88 103.42
102.34 101.95
99.46
96.30
id
I-2014
I-2015
I-2016
I-2017
III-12
III-13
II-13
IV-12
I-13
I-2018 2)
II-2014
III-2014
II-2015
III-2015
II-2016
III-2016
II-2017
IV-2013
IV-2014
IV-2015
IV-2016
IV-2017
III-2017
.
go
p s.
.b
Keterangan:
1) ITB berkisar antara 0 sampai dengan 200, dengan indikasi sebagai berikut:
w
a. Nilai ITB < 100, menunjukkan kondisi bisnis pada triwulan berjalan menurun dibanding triwulan
w
sebelumnya.
b. Nilai ITB = 100, menunjukkan kondisi bisnis pada triwulan berjalan tidak mengalami perubahan
//w
triwulan sebelumnya.
2)
Angka perkiraan ITB triwulan I-2018.
tp
ht
2. Optimisme dan kondisi ekonomi yang membaik pada triwulan IV-2017 didorong
id
oleh meningkatnya pendapatan dan volume konsumsi rumah tangga dengan nilai
.
go
indeks masing-masing sebesar 106,68 dan 109,28. Selain itu, tingkat inflasi
menurut konsumen rumah tangga tidak banyak berpengaruh terhadap tingkat
s.
konsumsi masyarakat, ditunjukkan oleh indeks sebesar 105,80.
p
.b
provinsi, kecuali Provinsi Kalimantan Timur (nilai ITK sebesar 97,91). Nilai ITK
//w
tertinggi terjadi di Provinsi Nusa Tenggara Timur dengan nilai ITK sebesar 122,25.
s:
tp
Tabel 9.3
ht
Grafik 9.2
Indeks Tendensi Konsumen (ITK) Triwulan IV-2017
Tingkat Nasional dan Provinsi
150 122.25
140
130
97.91
120
110 Nasional: 107.00
100
90
80
70
60
50
Jambi
Papua Barat
Kalimantan Barat
Bali
Maluku Utara
DKI Jakarta
Sulawesi Tengah
Riau
Lampung
Sulawesi Selatan
Banten
Kep. Riau
Kalimantan Timur
Nusa Tenggara Timur
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Gorontalo
Jawa Barat
Sumatera Barat
Sumatera Utara
Sulawesi Tenggara
Maluku
Sulawesi Utara
Jawa Timur
Kalimantan Tengah
Aceh
Bengkulu
Kalimantan Selatan
. id
go
p s.
.b
w
w
nilai ITK triwulan I-2018 terendah terjadi di Provinsi Nusa Tenggara Timur dengan
nilai ITK sebesar 85,69.
Tabel 9.4
Perkiraan Indeks Tendensi Konsumen (ITK) Triwulan I-2018
Menurut Variabel Pembentuk
Perkiraan
Variabel Pembentuk
ITK Triw I-2018
(1) (2)
id
tangga, kendaraan bermotor, tanah, rumah), rekreasi, dan
pesta/hajatan
.
go
Indeks Tendensi Konsumen s. 101,35
p
.b
Grafik 9.3
w
130
116.20
s:
120
tp
ht
110
Nasional: 101.35
100
85.69
90
80
70
Nusa Tenggara…
Nusa Tenggara…
Kep. Bangka…
Jambi
Maluku Utara
Sulawesi Tengah
Riau
Papua Barat
Bali
Kep. Riau
Banten
Kalimantan Barat
Kalimantan Timur
Jawa Tengah
Sumatera Selatan
Gorontalo
DKI Jakarta
Sulawesi Selatan
Sumatera Barat
Lampung
DI Yogyakarta
Sulawesi Barat
Jawa Barat
Maluku
Jawa Timur
Kalimantan Tengah
Sulawesi Utara
Papua
Bengkulu
Aceh
Sulawesi Tenggara
Sumatera Utara
Kalimantan Selatan
Tabel 9.5
Indeks Tendensi Konsumen1) Triwulan IV-2016–Triwulan I-20182)
Tingkat Nasional dan Provinsi
id
11 DKI Jakarta 104,28 100,84 116,97 110,01 111,08 100,69
.
12 Jawa Barat 101,59 104,50 118,59 110,19 105,43 101,83
go
13 Jawa Tengah 99,93 102,05 114,74 110,47 106,63 101,22
14 D.I. Yogyakarta 103,15 104,13 s. 122,35 119,09 115,18 116,20
15 Jawa Timur 103,34 104,30 123,21 110,52 107,76 105,90
p
16 Banten 104,65 108,42 112,85 109,93 108,57 111,58
.b
Keterangan:
1) ITK berkisar antara 0 sampai dengan 200, dengan indikasi sebagai berikut:
a. Nilai ITK < 100, menunjukkan bahwa kondisi ekonomi konsumen pada triwulan berjalan
menurun dibanding triwulan sebelumnya.
b. Nilai ITK = 100, menunjukkan bahwa kondisi ekonomi konsumen pada triwulan berjalan tidak mengalami
perubahan (stagnan) dibanding triwulan sebelumnya.
c. Nilai ITK > 100, menunjukkan bahwa kondisi ekonomi konsumen pada triwulan berjalan
meningkat dibanding triwulan sebelumnya.
2) Angka perkiraan ITK triwulan I-2018.
id
.
go
s.
p
.b
w
w
//w
s:
tp
ht
PERTUMBUHAN PRODUKSI
INDUSTRI MANUFAKTUR
TRIWULAN IV-2017
. id
go
p s.
.b
w
w
//w
10
s:
tp
ht
PERTUMBUHAN
PRODUKSI
INDUSTRI
MANUFAKTUR
TRIWULAN IV-
2017
LBDSE Februari 2018 Edisi 93 109
PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR TRIWULAN IV -2017
X. PERTUMBUHAN PRODUKSI
INDUSTRI MANUFAKTUR
TRIWULAN IV-2017
A. Industri Manufaktur Besar dan Sedang (IBS)
1. Pertumbuhan produksi IBS triwulan IV-2017 Pertumbuhan produksi
naik sebesar 5,15 persen (y-on-y) dari IBS triwulan IV-2017 naik
triwulan IV-2016, triwulan III-2017 naik sebesar 5,15 persen (y-on-y)
sebesar 5,46 persen (y-on-y) dari triwulan III- dari triwulan IV-2016
2016, triwulan II-2017 naik sebesar 3,89
persen (y-on-y) dari triwulan II-2016, triwulan
id
I-2017 naik sebesar 4,46 persen (y-on-y) dari triwulan I-2016, triwulan IV-2016 naik
.
sebesar 2,10 persen (y-on-y) dari triwulan IV-2015, triwulan III-2016 naik sebesar
go
4,87 persen (y-on-y) dari triwulan III-2015, triwulan II-2016 naik sebesar 5,01 persen
s.
(y-on-y) dari triwulan II-2015, dan triwulan I-2016 naik sebesar 4,13 persen (y-on-y)
p
dari triwulan I-2015.
.b
w
Grafik 10.1
w
12.00
tp
10.00
ht
8.00
Persen
6.00 5.46
5.01 4.87 5.15
4.46
4.13 3.89
4.00
2.10
2.00
0.00
Triw I-16 Triw II-16 Triw III-16 Triw IV-16 Triw I-17 Triw II-17 Triw III-17 Triw IV-17
Triwulan
triwulan I-2017 naik 0,99 persen (q-to-q) dari triwulan IV-2016, triwulan IV-2016
turun sebesar 0,30 persen (q-to-q) dari triwulan III-2016, triwulan III-2016 naik
sebesar 0,70 persen (q-to-q) dari triwulan II-2016, triwulan II-2016 naik sebesar 3,02
persen (q-to-q) dari triwulan I-2016, dan triwulan I-2016 turun sebesar 1,29 persen
(q-to-q) dari triwulan IV-2015.
3. Pertumbuhan produksi IBS tertinggi pada triwulan IV-2017 (y-on-y) adalah industri
makanan naik sebesar 15,28 persen, industri alat angkutan lainnya naik 14,44
persen, serta industri pakaian jadi naik 11,45 persen.
4. Pertumbuhan produksi IBS tertinggi pada triwulan IV-2017 (q-to-q) adalah industri
kayu, barang dari kayu dan gabus (tidak termasuk furnitur) dan barang anyaman
dari bambu, rotan dan sejenisnya naik 8,71 persen, industri karet, barang dari karet
dan plastik naik 8,52 persen, dan industri kulit, barang dari kulit dan alas kaki naik
id
7,69 persen.
.
go
5. Pertumbuhan produksi IBS m-to-m Oktober mengalami kenaikan sebesar 0,11
s.
persen dan November 2017 mengalami penurunan sebesar 0,48 persen. Sementara
p
.b
Tabel 10.1
w
(persen) 2010=100
s:
q-to-q y-on-y
tp
Tahun Total
Triw I Triw II Triw III Triw IV Triw I Triw II Triw III Triw IV
ht
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
2015 -0,70 2,16 0,83 2,41 5,06 5,25 4,00 4,75 4,76
2016 -1,29 3,02 0,70 -0,30 4,13 5,01 4,87 2,10 4,01
2017 0,99 2,46 2,22 -0,59 4,46 3,89 5,46 5,15 4,74
Tabel 10.2
Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Besar dan Sedang Bulanan 2015–2017 (persen)
2010=100
y-on-y m-to-m
Bulan
2015 2016 2017 2015 2016 2017
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Januari 5,12 2,57 3,45 -1,29 -0,27 -1,06
Februari 2,63 7,38 3,77 -2,97 1,58 1,90
Maret 7,42 2,55 6,14 4,84 0,13 2,42
April 8,41 0,13 6,41 1,31 -1,08 -0,83
Mei 2,39 7,04 6,63 -3,21 3,47 3,69
Juni 5,02 7,96 -1,12 2,62 3,50 -4,02
Juli 4,41 8,77 3,88 -3,20 -2,47 2,46
Agustus 5,73 6,07 4,82 3,93 1,35 2,27
id
September 2,01 0,05 7,72 2,60 -3,23 -0,56
.
Oktober 6,20 0,06 6,38*) 1,35 1,37 0,11*)
go
November 6,60 2,04 5,65**) -1,74 0,20 -0,48**)
Desember 1,52 4,28 3,41***)
s.
-2,26
p
-0,12 -2,23***)
.b
Catatan:
w
*) Angka Sementara
**) Angka Sangat Sementara
w
Tabel 10.3
Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Besar dan Sedang Triwulan IV-2017
Menurut Jenis Industri Manufaktur KBLI 2-digit (persen)
Pertumbuhan
KBLI Jenis Industri Manufaktur
q-to-q y-on-y 2017
(1) (2) (3) (4) (5)
15 Kulit, Barang dari Kulit, dan Alas Kaki 7,69 6,47 5,33
id
16 Kayu, Barang dari Kayu dan Gabus (Tidak Termasuk Furnitur) 8,71 11,32 -0,11
.
dan Barang Anyaman dari Bambu, Rotan, dan Sejenisnya
go
17 Kertas dan Barang dari Kertas -6,06 -6,97 -2,15
21 Farmasi, Produk Obat Kimia, dan Obat Tradisional 4,59 10,97 7,94
w
w
28 Mesin dan Perlengkapan yang tidak termasuk dalam lainnya -0,56 9,62 3,75
33 Jasa Reparasi dan Pemasangan Mesin dan Peralatan -3,96 -1,48 -2,28
Grafik 10.2
Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Mikro dan Kecil Triwulanan (y-on-y)
Triwulan IV-2015 – Triwulan IV-2017
. id
go
8.00
6.56 s. 6.63
5.91
p
5.79 5.75
6.00
.b
5.34
4.88
4.59
w
Persen
4.00
//w
2.5
s:
2.00
tp
ht
0.00
IV/15 I/16 II/16 III/16 IV/16 I/17 II/17 III/17 IV/17
Triwulan/Tahun
2. Pertumbuhan produksi IMK triwulan IV-2017 naik sebesar 4,59 (y-on-y) dari
triwulan IV-2016, triwulan III-2017 naik sebesar 5,34 persen dari triwulan III-2016,
triwulan II-2017 naik sebesar 2,50 dari triwulan II-2016, triwulan I-2017 naik
sebesar 6,63 persen dari triwulan I-2016.
3. Pertumbuhan produksi IMK triwulan IV-2017 turun 0,21 persen (q-to-q) dari
triwulan III-2017, triwulan III-2017 naik 0,66 persen dari triwulan II-2017, triwulan
II-2017 naik 1.64 persen dari triwulan I-2017, dan triwulan I-2017 naik 2,44 persen
dari triwulan IV-2016.
4. Pertumbuhan produksi IMK tertinggi pada triwulan IV-2017 (y-on-y) adalah industri
logam dasar naik 36,19 persen, industri peralatan listrik naik 35,81 persen, dan
industri komputer, barang elektronik dan optik naik 29,83 persen.
5. Pertumbuhan produksi IMK tertinggi pada triwulan IV-2017 (q-to-q) adalah industri
logam dasar naik 20,25 persen, industri komputer, barang elektronik, dan optik
naik 8,42 persen, dan industri peralatan listrik naik 5,94 persen. Sementara, industri
yang mengalami penurunan terbesar adalah industri pengolahan tembakau, turun
48,77 persen.
Tabel 10.4
Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Mikro dan Kecil Triwulanan
Triwulan I-2015–Triwulan IV-2017 (persen)
id
q-to-q y-on-y
Tahun Triw Triw Triw Total
.
Triw I Triw II Triw IV Triw I Triw II
go
III III IV
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
s.
2015 0,64 5,09 -1,31 1,35 5,65 4,57 6,87 5,79 5,71
p
.b
2016 0,76 5,74 -2,06 0,51 5,91 6,56 5,75 4,88 5,78
w
2017 2,44 1,64 0,66 -0,21 6,63 2,50 5,34 4,59 4,74
w
//w
Tabel 10.5
s:
Pertumbuhan
ht
Pertumbuhan
KBLI Jenis Industri Manufaktur
q-to-q y-on-y 2017
(1) (2) (3) (4) (5)
24 Logam dasar 20,25 36,19 11,67
25 Barang logam, bukan mesin & peralatannya 0,92 -1,20 -1,44
26 Komputer, barang elektronik dan optik 8,42 29,83 35,25
27 Peralatan listrik 5,94 35,81 6,36
28 Mesin dan perlengkapan ytdl (yang tidak termasuk -3,22 -27,03 -2,24
dalam lainnya)
29 Kendaraan bermotor, trailer dan semi trailer -3,17 -4,66 -2,23
30 Alat angkutan lainnya -2,06 -0,83 4,59
31 Furnitur -1,55 1,60 4,09
32 Pengolahan lainnya -5,11 6,18 9,25
33 Jasa reparasi dan pemasangan mesin dan peralatan -2,24 14,05 2,55
id
.
go
ps.
.b
w
w
//w
s:
tp
ht
id
.
go
ps.
.b
w
w
//w
11
s:
tp
ht
PARIWISATA
DESEMBER
2017
. id
go
Tabel 11.1 s.
Perkembangan Kunjungan Wisman ke Indonesia
p
.b
Des 2016 Nov 2017 Des 2017* thd 2016 (%) Nov 2017 (%) thd 2016 (%)
2016 2017
w
a. Wisman Reguler 957 828 848 641 902 602 10 235 123 11 479 571 -5,77 6,36 12,16
Wisman Khusus (wisman
tp
b. lansia, rohaniawan, diklat, 20 871 23 206 24 393 335 164 312 283 16,88 5,12 -6,83
riset, dll)
ht
2. Wisman Diluar 19 Pintu Utama 134 629 190 183 220 036 948 988 2 247 945 63,44 15,70 136,88
a. Pos Lintas Batas (PLB) 56 845 132 280 154 974 372 830 1 590 049 172,63 17,16 326,48
b. Pintu Lainnya 77 784 57 903 65 062 576 158 657 896 -16,36 12,36 14,19
Jumlah 1 113 328 1 062 030 1 147 031 11 519 275 14 039 799 3,03 8,00 21,88
*)Angka sementara
2. Jumlah kunjungan wisman selama Desember 2017 mencapai 1,15 juta kunjungan
atau naik 3,03 persen dibandingkan dengan jumlah kunjungan selama Desember
2016, yang tercatat sebanyak 1,11 juta kunjungan. Begitu pula, jika dibandingkan
bulan sebelumnya, jumlah kunjungan wisman bulan Desember 2017 mengalami
kenaikan sebesar 8,00 persen.
Grafik 11.1
Perkembangan Jumlah Kunjungan Wisman menurut Pintu Masuk
Januari 2015–Desember 2017
700 000
600 000
Jumlah Kunjungan
500 000
400 000
300 000
200 000
100 000
id
0
Apr
Apr
Apr
Mar
Juli
Juli
Jan'15
Feb
Agt
Sep
Jan'16
Feb
Mar
Sep
Jan'17
Feb
Mar
Agt
Sep
Agt
Mei
Nov
Des
Mei
Nov
Des
Mei
Jun
Nov
Des
Okt
Okt
Jul
Okt
Juni
Juni
.
go
Bulan
s.
Soekarno-Hatta Ngurah Rai Batam Lainnya
p
.b
w
w
3. Jumlah kunjungan wisman melalui Bandara Ngurah Rai, Bali pada Desember 2017
//w
4. Dari sekitar 1,15 juta kunjungan wisman yang datang ke Indonesia pada Desember
2017, sebanyak 17,70 persen diantaranya dilakukan oleh wisman berkebangsaan
Singapura, diikuti oleh wisman Malaysia (13,48 persen), Australia (7,66 persen),
Tionghoa (6,54 persen), dan India (4,68 persen).
B. Tingkat Penghunian Kamar (TPK) dan Lama Menginap Tamu Hotel Berbintang
id
memperhatikan adanya perkembangan jumlah usaha dan kamar hotel. Naik
.
go
turunnya angka TPK tidak selalu mencerminkan kinerja di sektor perhotelan.
s.
Selain TPK, kinerja sektor perhotelan juga harus memperhatikan perkembangan
p
jumlah usaha dan kamar hotel yang siap dijual atau dipasarkan.
.b
w
Grafik 11.2
w
3. TPK hotel berbintang di Bali pada Desember 2017 sebesar 50,66 persen, atau
turun sebesar 9,42 poin dibandingkan TPK Desember 2016. Demikian pula jika
dibandingkan dengan November 2017, TPK Desember 2017 di Bali juga
mengalami penurunan sebesar 3,42 poin.
4. Rata-rata lama menginap tamu asing dan Indonesia pada hotel berbintang
selama Desember 2017 mencapai 1,72 hari, atau mengalami kenaikan 0,02
hari dibandingkan rata-rata lama menginap selama Desember 2016.
Sementara itu, jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya, rata-rata lama
menginap tamu asing dan Indonesia pada Desember 2017 mengalami
penurunan sebesar 0,08 poin.
Tabel 11.2
id
Perkembangan Jumlah Kunjungan Wisman, Tingkat Penghunian Kamar (TPK) Hotel Klasifikasi
.
go
Bintang, dan Rata-Rata Lama Menginap Tamu Januari 2016–Desember 2017
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
w
//w
2016 11 519 275 10,69 4 852 634 23,29 53,74 0,70 61,63 1,08 1,80 -0,18
Desember 1 113 328 11,07 437 946 10,55 56,50 0,74 60,08 0,37 1,70 -0,02
s:
tp
2017 14 039 799 21,88 5 653 086 16,50 55,83 2,09 62,82 1,19 1,89 0,09
ht
Januari 1 107 968 -0,48 452 106 4,11 50,66 -5,84 59,61 -0,47 1,94 0,24
Februari 1 023 388 -7,63 446 976 -1,70 52,57 1,91 60,82 0,66 1,91 -0,03
Maret 1 059 777 3,56 421 688 -5,36 54,70 2,13 56,58 -4,24 1,89 -0,02
April 1 171 386 10,53 474 592 12,56 55,14 0,44 58,79 1,96 1,84 -0,05
Mei 1 148 588 -1,95 486 579 2,36 56,07 0,93 61,91 3,37 1,99 0,15
Juni 1 144 001 -0,40 503 663 3,54 51,02 -5,05 66,72 4,81 1,92 -0,07
Juli 1 370 591 19,81 591 032 16,92 57,52 6,50 72,32 5,60 1,89 -0,03
Agustus 1 393 243 1,65 599 302 1,68 58,00 0,48 74,86 2,54 1,97 0,08
September 1 250 231 -10,26 549 680 -8,24 58,42 0,42 72,64 -2,22 1,97 0
Oktober 1 161 565 -7,09 462 135 -16,28 56,93 -1,49 65,93 -6,71 1,92 -0,05
November 1 062 030 -8,57 358 012 -22,53 57,88 0,95 54,08 -11,85 1,80 -0,12
Desember 1 147 031 8,00 307 321 -14,16 59,53 1,65 50,66 -3,42 1,72 -0,08
id
.
go
s.
p
.b
w
w
//w
s:
tp
ht
TRANSPORTASI NASIONAL
DESEMBER 2017
.id
go
ps.
.b
w
w
//w
12
s:
tp
ht
TRANSPORTASI
NASIONAL
DESEMBER 2017
. id
Grafik 12.1
go
Perkembangan Jumlah Penumpang Menurut Moda Transportasi
Desember 2016–Desember 2017 s.
p
40
.b
w
35
w
30
//w
25
juta orang
s:
20
tp
15
ht
10
0
Apr
Des'16
Feb
Sep
Jan'17
Mar
Agt
Mei
Jun
Jul
Nov
Des
Okt
2. Jumlah barang yang diangkut pelayaran dalam negeri Desember 2017 mencapai
23,2 juta ton atau turun 1,09 persen dibandingkan bulan sebelumnya namun naik
3,61 persen dibandingkan bulan yang sama tahun 2016.
. id
C. Angkutan Kereta Api
go
1. Jumlah penumpang kereta api s. Jumlah penumpang kereta
Desember 2017 mencapai 36,8 juta
p
api Desember 2017 mencapai
.b
orang atau naik 7,12 persen 36,8 juta orang, naik 7,12
w
2. Jumlah barang yang diangkut kereta api Desember 2017 mencapai 3,9 juta ton atau
tp
turun 0,28 persen dibandingkan bulan sebelumnya namun naik 16,42 persen
ht
Tabel 12.1
Perkembangan Jumlah Penumpang dan Barang Menurut Moda Transportasi
Desember 2016–Desember 2017
id
Januari 7 273,7 -6,63 1 343,8 -8,14 1 251,0 -2,69 21 350,3 -4,72 30 949 -3,74 3 304 -0,30
.
go
Februari 6 040,7 -16,95 1 265,0 -5,86 1 178,3 -5,81 19 388,3 -9,19 27 343 -11,65 2 905 -12,08
Maret 6 933,4 14,78 1 371,3 8,40 1 208,2 2,54 20 941,6
s. 8,01 32 170 17,65 3 507 20,72
April 7 064,8 1,90 1 395,5 1,76 1 253,1 3,72 20 928,3 -0,06 31 502 -2,08 3 448 -1,68
p
.b
Mei 7 239,3 2,47 1 342,1 -3,83 1 317,8 5,16 22 693,6 8,43 33 745 7,12 3 652 5,92
Juni 6 976,3 -3,63 1 336,8 -0,39 1 525,7 15,78 21 557,9 -5,00 30 723 -8,96 3 182 -12,87
w
w
Juli 8 922,3 27,89 1 478,0 10,56 1 811,5 18,73 21 039,5 -2,40 34 310 11,68 3 800 19,42
//w
Agustus 7 993,6 -10,41 1 520,1 2,85 1 606,9 -11,29 22 626,4 7,54 33 791 -1,51 4 012 5,58
September 7 551,5 -5,53 1 430,9 -5,87 1 510,4 -6,01 22 412,7 -0,94 32 498 -3,83 3 779 -5,81
s:
Oktober 7 523,1 -0,38 1 350,2 -5,64 1 530,9 1,36 22 806,5 1,76 35 070 7,91 4 055 7,30
tp
November 7 503,8 -0,26 1 340,3 -0,73 1 541,0 0,66 23 471,7 2,92 34 361 -2,02 3 869 -4,59
ht
Desember 8 335,2 11,08 1 434,7 7,04 1 727,4 12,10 23 215,6 -1,09 36 807 7,12 3 858 -0,28
. id
go
p s.
.b
w
w
//w
13
s:
tp
ht
PERKEMBANGAN
NILAI TUKAR
ECERAN RUPIAH
DESEMBER 2017
id
terakhir November 2017 tercatat di
.
go
Provinsi Kalimantan Utara sebesar
Rp13.557,00 per dolar AS, sementara pada minggu terakhir Desember 2017 terjadi
s.
di Provinsi Sulawesi Selatan, yaitu Rp13.667,50 per dolar AS. Sedangkan untuk level
p
.b
tertinggi, nilai tukar pada minggu terakhir November 2017 terjadi di Provinsi Papua
w
sebesar Rp13.322,10 per dolar AS dan pada minggu terakhir Desember 2017 juga
w
terjadi di Provinsi Papua dengan nilai tengah Rp13.386,75 per dolar AS.
//w
2. Pada minggu pertama Desember 2017, jika dibanding minggu terakhir November
s:
2017, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika secara rata-rata nasional melemah
tp
12,40 poin atau 0,09 persen. Depresiasi terbesar terjadi di Provinsi Sulawesi Selatan
ht
3. Pada minggu terakhir Desember 2017, rata-rata nasional nilai tukar rupiah terhadap
dolar Amerika melemah 50,48 poin atau 0,37 persen dibanding kurs pada minggu
terakhir November 2017. Depresiasi rupiah terbesar terjadi di Provinsi Sulawesi
Selatan, melemah sebesar 234,17 poin atau 1,74 persen.
id
menguat sebesar 1,63 persen dibanding minggu terakhir November 2017.
.
go
2. Pada minggu terakhir Desember 2017 rata-rata nasional kurs eceran rupiah
s.
terhadap dolar Australia mengalami depresiasi sebesar 180,02 poin atau 1,76
p
persen dibanding minggu terakhir November 2017. Depresiasi rupiah yang terbesar
.b
terjadi di Provinsi Sulawesi Utara, yaitu melemah sebesar 325,25 poin atau 3,19
w
3. Level tertinggi nilai tukar rupiah terhadap dolar Australia pada minggu terakhir
November 2017 terjadi di Provinsi Papua sebesar Rp10.068,38 per dolar Australia,
s:
sementara pada minggu terakhir Desember 2017 juga terjadi di Provinsi Papua
tp
sebesar Rp10.284,44 per dolar Australia. Di sisi lain, level terendah nilai tukar
ht
terhadap dolar Australia pada minggu terakhir November 2017 tercatat di Provinsi
Sulawesi Selatan sebesar Rp10.410,33 per dolar Australia, dan pada minggu
terakhir Desember 2017 tercatat di Provinsi Sulawesi Utara, yaitu sebesar
Rp10.534,50 per dolar Australia.
2. Nilai tukar rupiah terhadap yen Jepang pada minggu terakhir Desember 2017
secara rata-rata nasional juga tercatat menguat 1,10 poin atau 0,91 persen
id
dibanding minggu terakhir November 2017. Penguatan terbesar tercatat di Provinsi
.
go
Lampung, yaitu 2,35 poin atau menguat 1,94 persen.
s.
3. Level tertinggi nilai tukar rupiah terhadap mata uang yen Jepang pada minggu
p
.b
Rp113,50 per yen Jepang, sedangkan level terendah terjadi di Provinsi Maluku
w
Utara sebesar Rp122,03 per yen Jepang. Sementara pada minggu terakhir
//w
Desember 2017, level tertinggi tercatat di Provinsi Nusa Tenggara Timur sebesar
Rp112,50 per yen Jepang, sedangkan level terendah terjadi di Provinsi Sumatera
s:
D. Euro (EUR)
2. Pada minggu pertama Desember 2017, nilai tukar rupiah mengalami depresiasi
id
terbesar di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang mencapai 123,00 poin atau
.
go
melemah sebesar 0,78 persen. Pada minggu terakhir Desember 2017, depresiasi
s.
terbesar terjadi di Provinsi Sulawesi Selatan yang mencapai 433,33 poin atau
p
melemah sebesar 2,73 persen.
.b
w
3. Level terendah nilai tukar rupiah terhadap euro tercatat di Provinsi Sulawesi Barat
w
sebesar Rp16.091,00 per euro pada minggu terakhir November 2017 dan di
//w
Provinsi Sulawesi Selatan sebesar Rp16.325,00 per euro pada minggu terakhir
Desember 2017. Sementara itu, level tertinggi nilai tukar rupiah terhadap euro
s:
(kurs tengah) pada minggu terakhir November 2017 terjadi di Provinsi Papua, yaitu
tp
Rp15.392,63 per euro dan pada minggu terakhir Desember 2017 juga terjadi di
ht
Grafik 13.1
Persentase Perkembangan Kurs Tengah Rupiah Terhadap USD, AUD, JPY, dan EUR
(Desember 2017 dibanding November 2017 M.V)
Persen
1.00
0.00 USD
AUD
JPY
EUR
-1.00
id
.
go
-2.00 s.
Des M.I Des M.II Des M.III Des M.IV
p
.b
w
Grafik 13.2
w
(Minggu Terakhir)
s:
Des Des
2016 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sept Okt Nov 2017
tp
9 000 100
ht
102
10 000 104
106
11 000 108
110
(USD, AUD, EUR)
12 000 112
114
(JPY)
13 000
116
14 000 118
120
15 000 122
124
16 000 126
128
17 000 130
132
USD AUD EUR JPY
PREVALENSI KEKERASAN
TERHADAP PEREMPUAN DI
INDONESIA
. id
go
p s.
.b
w
w
//w
14
s:
tp
ht
PREVALENSI
KEKERASAN
TERHADAP
PEREMPUAN DI
INDONESIA
id
pasangan (orang tua, mertua, kakek,
periode selama hidupnya
.
go
paman, sepupu, tetangga, teman,
guru, orang tak dikenal, dll). s.
Kekerasan fisik dan/atau seksual yang
p
.b
dilakukan pasangan dan selain pasangan dialami oleh 33,4 persen (1 dari 3)
w
perempuan usia 15–64 tahun dalam periode selama hidupnya, dan sekitar 9,4
w
persen (1 dari 10) perempuan usia 15–64 tahun mengalaminya dalam 12 bulan
//w
Grafik 14.1
Prevalensi Kekerasan Fisik dan/atau Seksual Terhadap Perempuan Usia 15–64 tahun oleh
tp
Bila dilihat daerah tempat tinggalnya, perempuan usia 15–64 tahun yang tinggal
di daerah perkotaan lebih banyak mengalami kekerasan daripada perempuan usia
15–64 tahun yang tinggal di daerah pedesaan, baik dalam periode selama hidup
maupun 12 bulan terakhir, yaitu 36,3 persen di perkotaan dan 29,8 persen di
perdesaan dalam periode selama hidup, serta 10,4 persen di perkotaan dan 8,1
persen di perdesaan dalam periode 12 bulan terakhir (Grafik 15.2).
Grafik 14.2
Prevalensi Kekerasan Fisik dan/atau Seksual Menurut Daerah Tempat Tinggal
36,3%
29,8%
Perkotaan Perdesaan
Prevalensi kekerasan fisik dan atau seksual yang dilakukan pasangan dan dialami
oleh perempuan usia 15–64 tahun yang pernah/sedang menikah tercatat sebesar
id
18,3 persen dalam periode selama hidupnya, dan sebesar 4,9 persen dalam
.
go
periode 12 bulan terakhir (Grafik 15.3). Kekerasan fisik merupakan jenis kekerasan
yang paling banyak dilakukan oleh suami/pasangan pada istrinya/pasangan
s.
perempuan. Jika dilihat jenisnya, tindakan kekerasan fisik yang paling banyak
p
.b
Grafik 14.3
Prevalensi Kekerasan Fisik dan/atau Seksual oleh Pasangan
s:
tp
ht
18,3%
fisik fisik & seksual
% seksual
7,7% 6,0%
4,6%
4,9%
Grafik 14.4
Prevalensi Kekerasan Fisik oleh Pasangan Menurut Jenis Tindakan
9,4%
6,2%
4,4%
3,1%
1,4% 1,1%
0,8% 0,6%
id
berkomentar/mengirim pesan bernada seksual (10,0 persen), menyentuh/meraba
.
go
tubuh (7,1 persen), pelaku memperlihatkan gambar seksual (5,1 persen), dan
memaksa berhubungan seksual (2,8 persen) (Grafik 15.6).
p s.
.b
Grafik 14.5
Prevalensi Kekerasan Fisik dan/atau Seksual oleh Selain Pasangan
w
w
//w
seksual
5,2% 14,4%
4,1%
tp
5,6%
ht
Grafik 14.6
Prevalensi Kekerasan Seksual oleh Selain Pasangan Menurut Jenis Tindakan
10,0%
7,1%
5,1%
2,8% 3,2%
1,6%
0,9%
0,2%
id
lebih rendah yaitu 30,6 persen (3 dari 10). Demikian juga pada periode 12 bulan
.
go
terakhir perempuan usia 15–64 tahun dengan latar belakang pendidikan tinggi
mengalami kekerasan fisik dan/atau seksual dengan tingkat prevalensi yang lebih
s.
tinggi (10,5 persen) daripada perempuan usia 15–64 tahun dengan latar belakang
p
.b
Bila dilihat dari status pekerjaan, angka prevalensi kekerasan fisik dan/atau
w
seksual pada perempuan yang tidak bekerja lebih tinggi dibandingkan pada
//w
perempuan yang bekerja, baik pada periode selama hidup maupun 12 bulan
s:
terakhir. Sekitar 35,1 persen perempuan yang tidak bekerja mengalami kekerasan
tp
fisik dan/atau seksual selama hidupnya, sedangkan pada perempuan yang bekerja
ht
Grafik 14.7
Prevalensi Kekerasan Fisik dan/atau Seksual Menurut Pendidikan
39.4%
30.6%
9.3% 10.5%
Grafik 14.8
Prevalensi Kekerasan Fisik dan/atau Seksual Menurut Status Pekerjaan
35,1%
32,1%
11,0%
8,1%
. id
go
C. Prevalensi Kekerasan Terhadap Perempuan Usia 15–64 Tahun Pernah/Sedang
Menikah yang dilakukan oleh Pasangan
ps.
Selain jenis kekerasan fisik dan seksual, pada perempuan usia 15–64 tahun yang
.b
Sekitar 2 dari 5 (41,7 persen) perempuan usia 15–64 tahun yang pernah/sedang
menikah mengalami sedikitnya 1 dari 4 jenis kekerasan (kekerasan fisik, seksual,
emosional, ekonomi) selama hidupnya, sedangkan sekitar 1 dari 6 (16,4 persen)
perempuan mengalaminya dalam 12 bulan terakhir. Sementara itu, sekitar 1 dari
4 (28,3 persen) perempuan yang pernah/sedang menikah pernah mengalami
sedikitnya 1 dari 3 jenis kekerasan (fisik, seksual, emosional) selama hidupnya dan
sekitar 1 dari 10 (10,4 persen) perempuan mengalaminya dalam 12 bulan terakhir
(Grafik 15.9).
Grafik 14.9
Prevalensi Kekerasan Terhadap Perempuan yang Pernah/Sedang Menikah yang Dilakukan
oleh Pasangan
id
Selain kekerasan fisik, seksual, emosional, dan ekonomi, pada perempuan 15–64
.
tahun yang pernah/sedang menikah dicakup juga pembatasan aktivitas yang
go
dilakukan pasangan/suaminya. Jenis tindakan pembatasan aktivitas yang
s.
dilakukan suami/pasangan terhadap istri/pasangan perempuan seperti mencegah
p
.b
berbicara dengan lelaki lain, sering curiga tidak setia, mengharuskan meminta ijin
//w
Grafik 14.10
Prevalensi Pembatasan Aktivitas oleh Pasangan
ht
23,7%
19,5% 20,3%
14,2% 15,4%
9,0% 10,1%
8,3%
6,8%
4,0% 4,6% 4,9%
1,1%2,1% 0,2%0,5%
id
.
go
s.
p
.b
w
w
//w
s:
tp
ht
KETENAGAKERJAAN AGUSTUS
2017
id
.
go
ps.
.b
w
w
//w
15
s:
tp
ht
KETENAGAKERJAAN
AGUSTUS 2017
Tabel 15.1
Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas Menurut Jenis Kegiatan, 2015–2017
id
(juta orang)
.
go
2015 2016 2017
Jenis kegiatan s.
Agustus Februari Agustus Februari Agustus
p
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
.b
2. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (%) 65,76 68,06 66,34 69,02 66,67
3. Tingkat Pengangguran Terbuka (%) 6,18 5,50 5,61 5,33 5,50
s:
2. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) di Indonesia pada Agustus 2017 sebesar
66,67 persen meningkat sebesar 0,33 persen poin jika dibandingkan dengan TPAK
Agustus 2016.
3. Jumlah pekerja tidak penuh (jumlah jam kerja kurang dari 35 jam per minggu) pada
Agustus 2017 sebanyak 33,82 juta orang (27,95 persen), naik sebanyak 1,59 juta
orang dibanding Agustus 2016.
4. Penduduk yang bekerja kurang dari 15 jam per minggu pada Agustus 2017
sebanyak 8,33 juta orang (6,88 persen), naik sebanyak 1,59 juta orang jika
dibandingkan dengan Agustus 2016.
5. Pada Agustus 2017 terdapat 9,14 juta orang (7,55 persen) penduduk bekerja
berstatus setengah penganggur, yaitu mereka yang bekerja tidak penuh dan masih
mencari pekerjaan atau masih bersedia menerima pekerjaan.
2. Pada Agustus 2017, Jumlah penduduk bekerja sebanyak 121,02 juta orang,
bertambah 2,61 juta orang jika dibanding Agustus 2016.
3. Jumlah penganggur mencapai 7,04 juta orang pada Agustus 2017, naik sebanyak
10 ribu orang dibanding setahun yang lalu.
Grafik 15.1
Jumlah Angkatan Kerja, Penduduk yang Bekerja, dan Penganggur
2015–2017 (juta orang)
id
122.38 125.44 124.54
120.65 118.41 121.02
114.82
.
go
p s.
.b
w
w
//w
Tabel 15.2
Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama
2015–2017 (juta orang)
id
8. Keuangan 3,27 3,48 3,53 3,59 3,75
9. Jasa 17,94 19,79 19,46 20,95 20,48
.
go
Kemasyarakatan/Perorangan
Jumlah 114,82 120,65 s. 118,41 124,54 121,02
p
D. Penduduk yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan Utama
.b
1. Secara sederhana kegiatan formal dan informal dari penduduk bekerja dapat
w
w
utama, kegiatan formal mencakup kategori berusaha dengan dibantu buruh tetap
dan kategori buruh/karyawan, sisanya termasuk kegiatan informal. Berdasarkan
s:
identifikasi ini, maka pada Agustus 2017 sebanyak 52,00 juta orang (42,97 persen)
tp
penduduk bekerja pada kegiatan formal dan 69,02 juta orang (57,03 persen)
ht
Tabel 15.3
Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan Utama
2015–2017 (juta orang)
. id
go
E. Penduduk yang Bekerja Menurut Pendidikan
1.
s.
Penyerapan tenaga kerja hingga Agustus 2017 masih didominasi oleh penduduk
p
bekerja berpendidikan rendah, yaitu SD ke bawah sebanyak 50,98 juta orang (42,13
.b
persen) dan Sekolah Menengah Pertama sebanyak 21,72 juta orang (17,95 persen).
w
mencakup 3,28 juta orang (2,71 persen) berpendidikan Diploma dan 11,32 juta
orang (9,35 persen) berpendidikan Universitas.
s:
Tabel 15.4
tp
2. Pada Agustus 2017, TPT Sekolah Menengah Kejuruan menempati posisi tertinggi
yaitu sebesar 11,41 persen, disusul oleh TPT Sekolah Menengah Atas sebesar 8,29
persen, sedangkan TPT terendah terdapat pada tingkat pendidikan SD ke bawah
yaitu sebesar 2,62 persen.
3. Jika dibandingkan keadaan Agustus 2016, TPT yang mengalami peningkatan yaitu
pada jenjang pendidikan Diploma I/II/II, Universitas, dan SMK, masing-masing
sebesar 0,84 poin, 0,31 poin, dan 0,30 poin.
id
Tabel 15.5
.
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas
go
Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan 2015–2017
(persen) s.
p
Pendidikan Tertinggi yang 2015 2016 2017
.b
Tabel 15.6
Jumlah Pengangguran dan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)
Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas Menurut Provinsi 2016–2017
2016 2017
Provinsi Agustus Februari Agustus
Jumlah TPT Jumlah TPT Jumlah TPT
(000 orang) (persen) (000 orang) (persen) (000 orang) (persen)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Aceh 170,9 7,57 172,1 7,39 150,3 6,57
Sumatera Utara 371,7 5,84 430,2 6,41 377,3 5,60
Sumatera Barat 125,9 5,09 151,9 5,80 138,7 5,58
Riau 222,0 7,43 180,2 5,76 184,6 6,22
Jambi 67,7 4,00 65,7 3,67 66,8 3,87
Sumatera Selatan 180,2 4,31 161,2 3,80 181,1 4,39
Bengkulu 32,9 3,30 29,0 2,81 36,3 3,74
Lampung 190,3 4,62 189,1 4,43 176,3 4,33
id
Kep. Bangka Belitung 18,3 2,60 32,5 4,46 26,4 3,78
.
Kepulauan Riau 71,6 7,69 67,8 6,44 69,2 7,16
go
DKI Jakarta 317,0 6,12 292,7 5,36 346,9 7,14
Jawa Barat 1 873,9 8,89
s. 1 922,0 8,49 1 839,4 8,22
Jawa Tengah 801,3 4,63 755,5 4,15 823,9 4,57
p
.b
id
.
go
s.
p
.b
w
w
//w
s:
tp
ht
KEMISKINAN DAN
KETIMPANGAN PENGELUARAN
SEPTEMBER 2017
. id
go
p s.
.b
w
w
//w
16
s:
tp
ht
KEMISKINAN DAN
KETIMPANGAN
PENGELUARAN
SEPTEMBER 2017
id
kemiskinan menurut daerah tempat tinggal
.
dapat dilihat pada Grafik 14.1. dan Tabel 14.1.
go
Grafik 16.1 s.
Perkembangan Persentase Penduduk Miskin Menurut Daerah
p
Maret 2017–September 2017
.b
w
w
13.93 13.47
//w
s:
10.64
10.12
tp
7.72
ht
7.26
Tabel 16.1
Garis Kemiskinan, Jumlah, dan Persentase Penduduk Miskin
Menurut Daerah, Maret–September 2017
Perdesaan
Maret 2017 278 278 83 218 361 496 17,10 13,93
September 2017 284 740 86 169 370 910 16,31 13,47
id
Perkotaan+Perdesaan
.
Maret 2017
go
274 544 99 933 374 478 27,77 10,64
September 2017 283 964 103 196 387 160 26,58 10,12
s.
Sumber: Diolah dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional Konsumsi dan Pengeluaran (Susenas KP) Maret 2017
dan September 2017
p
.b
Beberapa faktor yang terkait dengan tingkat kemiskinan selama periode Maret 2017–
w
a. Selama periode Maret 2017–September 2017, inflasi umum relatif rendah yaitu
sebesar 1,45 persen.
s:
b. Nominal rata-rata upah buruh tani per hari pada September 2017 naik sebesar
tp
1,50 persen dibanding Maret 2017 (dari Rp49 473,- menjadi Rp50 213,-). Sejalan
ht
dengan itu, upah riil buruh tani per hari pada September 2017 naik sebesar 1,05
persen dibanding Maret 2017 , yaitu dari Rp37 318,- menjadi Rp37 711,-.
c. Upah nominal buruh bangunan per hari pada September 2017 naik sebesar 0,78
persen dibanding Maret 2017, yaitu dari Rp83 724,- menjadi Rp84 378,-. Akan
tetapi, upah riilnya per hari pada September 2017 turun sebesar 0,66 persen
dibanding Maret 2017, yaitu dari Rp65 297,- menjadi Rp64 867,-.
d. Pada periode Maret 2017–September 2017, laju pertumbuhan beberapa harga
komoditi pangan cukup terkendali. Harga komoditi beras mengalami kenaikan
0,69 persen dari Rp13 125,- (Maret 2017) menjadi Rp13 215,- (September 2017).
Untuk harga komoditi daging ayam ras naik 4,68 persen dari Rp37 285,- (Maret
2017) menjadi Rp39 031,- (September 2017). Begitu pula untuk harga daging sapi,
kenaikannya hanya 0,43 persen, yaitu dari Rp107 251,- ( Maret 2017) menjadi
Rp107 715,- (September 2017). Akan tetapi, harga eceran gula pasir, cabai rawit,
dan cabai merah mengalami penurunan yang cukup tinggi. Rata-rata harga gula
pasir mengalami penurunan sebesar 9,74 persen, yaitu dari Rp14 441,- per kg pada
Maret 2017 menjadi Rp13 034,- per kg pada September 2017. Harga cabai rawit
mengalami penurunan sebesar 57,69 persen ( dari Rp79 117,- per kg pada Maret
2017 menjadi Rp33 472,- per kg pada September 2017). Harga cabai merah juga
mengalami penurunan sebesar 20,53 persen (dari Rp39 551,- per kg pada Maret
2017 menjadi Rp31 433,- per kg pada September 2017). Terkendalinya harga
beberapa komoditi pokok tersebut selain menekan laju kenaikan GK juga
membantu daya beli masyarakat.
e. Berdasarkan data Susenas September 2017, beras sejahtera (rastra) telah diterima
oleh rumah tangga. Rata-rata setiap bulannya, selama Mei–Agustus 2017 rastra
telah disalurkan kepada sekitar 30 persen rumah tangga.
id
1. Jumlah penduduk miskin sangat dipengaruhi oleh Garis Kemiskinan, karena
.
go
penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita
per bulan di bawah Garis Kemiskinan. Selama periode Maret 2017–September
s.
p
2017, Garis Kemiskinan naik sebesar 3,39 persen, yaitu dari Rp374 478,- per
.b
kapita per bulan pada Maret 2017 menjadi Rp387 160,- per kapita per bulan pada
w
September 2017. Garis Kemiskinan (GK), terdiri dari Garis Kemiskinan Makanan
w
(GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM). Peranan GKM terhadap GK
//w
sangat dominan, yaitu mencapai 73,35 persen pada bulan September 2017.
s:
Tabel 16.2
Daftar Komoditi yang Memberi Sumbangan Besar terhadap
Garis Kemiskinan beserta Kontribusinya (%) Menurut Daerah, September 2017
Perkotaa
Jenis komoditi Jenis komoditi Perdesaan
n
(1) (2) (3) (4)
Makanan: 70,63 Makanan: 76,77
Beras 18,80 Beras 24,52
Rokok kretek filter 9,98 Rokok kretek filter 10,70
Daging sapi 5,71 Telur ayam ras 3,18
Telur ayam ras 3,63 Gula pasir 2,95
Daging ayam ras 3,36 Daging sapi 2,83
Mie instan 2,24 Daging ayam ras 2,22
Gula pasir 2,17 Mie instan 2,11
Kopi bubuk & kopi instan
1,72 Bawang merah 1,83
(sachet)
Perkotaa
Jenis komoditi Jenis komoditi Perdesaan
n
(1) (2) (3) (4)
Roti 1,63 Roti 1,75
Kue Basah 1,58 Kue Basah 1,74
Kopi bubuk & kopi instan
Tempe 1,50 1,70
(sachet)
Bawang merah 1,47 Tempe 1,45
Lainnya 16,84 Lainnya 19,79
id
Perumahan 8,79 Perumahan 7,36
.
go
Bensin 4,24 Bensin 3,18
Listrik 3,85 Listrik
s. 2,04
p
Pendidikan 2,14 Pendidikan 1,24
.b
dewasa
Lainnya 7,17 Lainnya 6,64
s:
Sumber: Diolah dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional Konsumsi dan Pengeluaran (Susenas KP) September
tp
2017
ht
id
14.3).
.
go
Tabel 16.3 s.
Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)
p
di Indonesia Menurut Daerah, Maret 2017–September 2017
.b
w
Perkotaan+
Tahun Perkotaan Perdesaan
w
Perdesaan
(1) (2) (3) (4)
//w
3. Nilai Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) di
daerah perdesaan lebih tinggi daripada di daerah perkotaan. Pada September
2017, nilai Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) untuk daerah perkotaan sebesar
1,24 sementara di daerah perdesaan jauh lebih tinggi, yaitu mencapai 2,43. Pada
periode yang sama nilai Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) untuk perkotaan
adalah 0,30 sedangkan di daerah perdesaan mencapai sebesar 0,65.
Tabel 16.4
Garis Kemiskinan, Jumlah, dan Persentase Penduduk Miskin, September 2017
Perkotaan Perdesaan Total
Jumlah Jumlah Jumlah
Garis Garis Garis
Provinsi Penduduk Penduduk Penduduk
Kemiskinan Kemiskinan Kemiskinan
Miskin P0 Miskin P0 Miskin P0
(Rp/kapita/ (Rp/kapita/ (Rp/kapita/
(000 (000 (000
bulan) bulan) bulan)
orang) orang) orang)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
Aceh 479 872 166,77 10,42 442 869 663,03 18,36 454 124 829,80 15,92
Sumatera Utara 438 894 663,27 8,96 407 157 663,30 9,62 423 696 1 326,57 9,28
Sumatera Barat 475 365 114,59 5,11 441 415 245,41 7,94 455 797 359,99 6,75
Riau 474 626 176,98 6,55 457 368 319,41 7,99 465 181 496,39 7,41
Jambi 465 233 118,49 10,53 366 036 160,11 6,66 396 361 278,61 7,90
Sumatera Selatan 417 828 379,72 12,36 356 020 707,04 13,54 378 248 1 086,76 13,10
Bengkulu
id
490 475 97,15 15,41 449 857 205,47 15,67 462 768 302,62 15,59
Lampung 427 072 211,97 9,13 377 049 871,77 14,56 390 183 1 083,74 13,04
.
go
Bangka Belitung 595 031 23,04 3,00 623 111 53,16 7,92 607 927 76,20 5,30
Kepulauan Riau 540 062 96,77 5,39 507 795 s. 31,66 10,49 536 027 128,43 6,13
DKI Jakarta
p
578 247 393,13 3,78 - - - 578 247 393,13 3,78
.b
Jawa Barat 354 866 2 391,23 6,76 353 103 1 383,18 10,77 354 679 3 774,41 7,83
w
Jawa Tengah 339 692 1 815,58 10,55 337 657 2 381,92 13,92 338 815 4 197,49 12,23
w
DI Yogyakarta 413 631 298,39 11,00 352 861 167,94 15,86 396 271 466,33 12,36
//w
Jawa Timur 372 585 1 455,45 7,13 347 997 2 949,82 15,58 360 302 4 405,27 11,20
Banten 421 137 415,67 4,69 373 039 284,16 7,81 406 988 699,83 5,59
s:
Bali 371 118 96,07 3,46 350 826 80,40 5,42 364 064 176,48 4,14
tp
Nusa Tenggara Barat 363 697 368,55 16,23 343 387 379,57 14,06 352 690 748,12 15,05
ht
Nusa Tenggara Timur 409 382 119,04 10,11 329 136 1 015,70 24,59 346 737 1 134,74 21,38
Kalimantan Barat 401 588 83,89 5,25 394 313 304,92 9,09 396 842 388,81 7,86
Kalimantan Tengah 378 311 48,34 5,01 418 861 89,55 5,41 406 836 137,88 5,26
Kalimantan selatan 434 791 66,21 3,59 407 382 128,35 5,60 419 974 194,56 4,70
Kalimantan Timur 564 801 102,39 4,27 554 497 116,28 9,74 561 868 218,67 6,08
Kalimantan Utara 595 802 21,81 5,39 554 548 26,75 9,14 578 305 48,56 6,96
Sulawesi Utara 331 931 59,95 5,03 340 146 134,90 10,59 336 403 194,85 7,90
Sulawesi Tengah 430 728 81,56 10,39 400 639 341,72 15,59 408 522 423,27 14,22
Sulawesi Selatan 303 834 166,50 4,76 287 788 659,47 12,65 294 358 825,97 9,48
Sulawesi Tenggara 308 624 67,96 7,14 295 496 245,19 14,74 300 258 313,16 11,97
Gorontalo 312 931 21,23 4,90 304 353 179,68 24,29 307 707 200,91 17,14
Sulawesi Barat 318 376 30,02 9,50 315 137 119,45 11,70 315 918 149,47 11,18
Maluku 461 552 47,83 6,58 443 565 272,59 26,60 451 214 320,42 18,29
Maluku Utara 413 797 12,93 3,70 390 914 65,35 7,55 397 340 78,28 6,44
Papua Barat 523 381 19,02 5,16 499 086 193,83 35,12 509 861 212,86 23,12
Papua 508 403 41,06 4,55 446 994 869,36 36,56 464 056 910,42 27,76
INDONESIA 400 995 10 272,55 7,26 370 910 16 310,44 13,47 387 160 26 582,99 10,12
Sumber: Diolah dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional Konsumsi dan Pengeluaran (Susenas KP ) September 2017
id
pendapatan pada kelompok penduduk 40 persen terbawah atau dikenal juga
.
go
dengan ukuran Bank Dunia.
s.
3. Pada September 2017 Gini Ratio tercatat sebesar 0,391 menurun dibandingkan
p
dengan Gini Ratio pada Maret 2017 yang sebesar 0,393. Angka ini menurun pula
.b
jika dibandingkan Gini Ratio pada September 2016 yang sebesar 0,394. Kondisi ini
w
September 2017 sebesar 0,404, turun dibanding Gini Ratio Maret 2017 yang
tp
sebesar 0,407. Angka ini juga turun dibanding Gini Ratio September 2016 yang
ht
sebesar 0,409. Sementara itu, Gini Ratio di daerah perdesaan pada September 2017
sebesar 0,320. Angka ini sama jika dibandingkan Gini Ratio Maret 2017, namun
meningkat jika dibanding Gini Ratio September 2016 yang sebesar 0,316.
Grafik 16.2
Perkembangan Gini Ratio, 2010–September 2017
0.440 0,433
0,422 0,425 0,425 0,431 0,424 0,428 0,428
0,419
0.420 0,410 0,409 0,407
0.404
0,396 0,410 0,413 0,413 0,414
0.400 0,410 0,406 0,406 0,408
0,382 0,402
0,397 0,394
0.380 0,393 0.391
0,388
0,378
0.360
0,340
0,336
0.340 0,334
0,329 0,330 0,327 0,324 0,329 0,327
0,320 0,319 0,320 0.320
0,315 0,316
0.320
id
0.300
.
2010 Maret Sept Maret Sept Maret Sept Maret Sept Maret Sept Maret Sept Maret Sept
go
2011 2011 2012 2012 2013 2013 2014 2014 2015 2015 2016 2016 2017 2017
Perkotaan Perdesaan s. Perkotaan+Perdesaan
p
.b
terbawah adalah sebesar 17,22 persen. Hal ini berarti berada pada kategori
w
//w
2017 yang sebesar 17,12 persen . Pola yang sama jika dibandingkan dengan kondisi
tp
Grafik 16.3
Perkembangan Persentase Pengeluaran Kelompok Penduduk 40 Persen terbawah
September 2016–September 2017
25.00
20.52 20.36 20.25
20.00
17.11 17.12 17.22
16.02 16.04 16.33
15.00
10.00
5.00
. id
go
0.00
Perkotaan Perdesaans. Perkotaan+Perdesaan
8. Berdasarkan provinsi, nilai Gini Ratio September 2017 tertinggi berada di Provinsi
DI Yogyakarta yaitu sebesar 0,440 sementara yang terendah adalah Provinsi
Bangka Belitung sebesar 0,276. Terdapat sembilan provinsi dengan nilai Gini Ratio
di atas angka nasional, yaitu Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (0,440), Sulawesi
id
Selatan (0,429), Jawa Timur (0,415), DKI Jakarta (0,409), Gorontalo (0,405),
.
Sulawesi Tenggara (0,404), Papua (0,398), Sulawesi Utara (0,394), dan Jawa Barat
go
(0,393). s.
p
.b
w
w
//w
s:
tp
ht
Tabel 16.5
Gini Ratio menurut Provinsi, September 2016–September 2017
11 Aceh 0,362 0,296 0,341 0,347 0,293 0,329 0,334 0,299 0,329
12 Sumatera Utara 0,333 0,270 0,312 0,342 0,256 0,315 0,365 0,264 0,335
13 Sumatera Barat 0,323 0,267 0,312 0,336 0,276 0,318 0,309 0,288 0,312
14 Riau 0,368 0,309 0,347 0,353 0,289 0,325 0,343 0,299 0,325
15 Jambi 0,403 0,292 0,346 0,384 0,284 0,335 0,379 0,295 0,334
16 Sumatera Selatan 0,397 0,306 0,362 0,384 0,317 0,361 0,387 0,328 0,365
17 Bengkulu 0,405 0,296 0,354 0,390 0,305 0,351 0,379 0,317 0,349
18 Lampung 0,384 0,311 0,358 0,364 0,297 0,334 0,360 0,301 0,333
id
19 Bangka Belitung 0,318 0,239 0,288 0,303 0,219 0,282 0,288 0,236 0,276
21 Kepulauan Riau 0,346 0,264 0,352 0,327 0,279 0,334 0,355 0,286 0,359
.
go
31 DKI Jakarta 0,397 - 0,397 0,413 - 0,413 0,409 - 0,409
32 Jawa Barat 0,412 0,310 0,402 0,412 0,324
s. 0,403 0,399 0,326 0,393
33 Jawa Tengah 0,382 0,313 0,357 0,386 0,327 0,365 0,383 0,323 0,365
p
34 DI Yogyakarta 0,423 0,343 0,425 0,435 0,340 0,432 0,447 0,317 0,440
.b
35 JawaTimur 0,433 0,313 0,402 0,418 0,326 0,396 0,442 0,317 0,415
w
36 Banten 0,399 0,248 0,392 0,381 0,267 0,382 0,380 0,270 0,379
w
51 Bali 0,378 0,335 0,374 0,382 0,325 0,384 0,385 0,302 0,379
//w
52 Nusa Tenggara Barat 0,410 0,306 0,365 0,413 0,314 0,371 0,413 0,323 0,378
53 Nusa Tenggara Timur 0,344 0,317 0,362 0,362 0,311 0,359 0,365 0,309 0,359
s:
61 Kalimantan Barat 0,361 0,275 0,331 0,356 0,274 0,327 0,360 0,285 0,329
tp
62 Kalimantan Tengah 0,364 0,326 0,347 0,370 0,310 0,343 0,343 0,303 0,327
ht
63 Kalimantan Selatan 0,363 0,298 0,351 0,365 0,292 0,347 0,358 0,285 0,347
64 Kalimantan Timur 0,314 0,313 0,328 0,323 0,298 0,330 0,340 0,280 0,333
65 Kalimantan Utara 0,308 0,280 0,305 0,298 0,268 0,308 0,294 0,296 0,313
71 Sulawesi Utara 0,388 0,350 0,379 0,405 0,355 0,396 0,389 0,346 0,394
72 Sulawesi Tengah 0,372 0,308 0,347 0,379 0,309 0,355 0,367 0,313 0,345
73 Sulawesi Selatan 0,409 0,340 0,400 0,410 0,348 0,407 0,444 0,332 0,429
74 Sulawesi Tenggara 0,395 0,352 0,388 0,403 0,358 0,394 0,408 0,373 0,404
75 Gorontalo 0,402 0,397 0,410 0,417 0,403 0,430 0,398 0,379 0,405
76 Sulawesi Barat 0,441 0,341 0,371 0,424 0,323 0,354 0,392 0,299 0,339
81 Maluku 0,338 0,303 0,344 0,333 0,312 0,343 0,307 0,290 0,321
82 Maluku Utara 0,326 0,251 0,309 0,322 0,265 0,317 0,338 0,277 0,330
91 Papua Barat 0,357 0,394 0,401 0,349 0,392 0,390 0,349 0,386 0,387
94 Papua 0,318 0,392 0,399 0,322 0,395 0,397 0,302 0,407 0,398
INDONESIA 0,409 0,316 0,394 0,407 0,320 0,393 0,404 0,320 0,391
Sumber: Diolah dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional Konsumsi dan Pengeluaran (Susenas KP ) September 2016 - September
2017
INDEKS PEMBANGUNAN
MANUSIA 2016
.id
go
ps.
.b
w
w
//w
17
s:
tp
ht
INDEKS
PEMBANGUNAN
MANUSIA 2016
id
pengetahuan (knowledge), dan standar hidup layak (decent standard of living).
.
go
Selanjutnya dimensi tersebut diukur dengan beberapa indikator. Dimensi
s.
kesehatan diukur melalui Angka Harapan Hidup (AHH), dimensi pengetahuan atau
p
pendidikan diukur dengan Harapan Lama Sekolah (HLS) dan Rata-rata Lama
.b
per kapita.
w
bersumber dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) dan Proyeksi Penduduk
s:
Grafik 17.1
ht
70.18
69.55
68.90
68.31
67.70
67.09
66.53
3. Pada tahun 2016, angka IPM Indonesia sebesar 70,18. IPM Indonesia tumbuh 0,91
persen atau bertambah 0,63 poin dibandingkan IPM tahun 2015. Pertumbuhan
tersebut sedikit lebih rendah dibanding pertumbuhan tahun sebelumnya sebesar
0,93 persen.
Grafik 17.2
Tren Pertumbuhan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia, 2011–2016
0.93
0.91 0.91
0.90
0.87
.id
go
0.84
s.
p
.b
w
w
//w
4. Pertumbuhan yang tinggi pada tahun 2016 dipicu oleh peningkatan semua indeks
komponen pembentuknya. Indeks pendidikan merupakan komponen IPM yang
mengalami akselerasi paling tinggi. Pada tahun 2016, indeks pendidikan mencapai
61,83 atau meningkat 0,83 poin dari tahun sebelumnya. Demikian halnya dengan
indeks standar hidup layak yang mengalami peningkatan 0,80 poin. Sementara itu,
indeks kesehatan yang diwakili oleh angka harapan hidup mengalami peningkatan
yang tidak terlalu signifikan.
Grafik 17.3
Indeks Komponen IPM Indonesia, 2015–2016
78.12 78.31
70.59 71.39
61.00 61.83
.id
Indeks Kesehatan Indeks Pendidikan Indeks Standar Hidup Layak
go
p s.
2015 2016
.b
w
w
//w
Selatan (1,16 persen), dan Provinsi Jawa Timur (1,15 persen). Sebaliknya, pada
tp
periode yang sama, tercatat tiga provinsi dengan kemajuan pembangunan manusia
ht
paling lambat, yaitu Provinsi Riau (0,51 persen), Provinsi Kalimantan Barat (0,44
persen), dan Provinsi Kepulauan Riau (0,33 persen). Berdasarkan status
pencapaiannya, 12 provinsi berada pada kategori pembangunan manusia “tinggi”,
yaitu Provinsi Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Kepulauan Riau, DKI
Jakarta, Jawa Barat, DI Yogyakarta, Banten, Bali, Kalimantan Timur, dan Sulawesi
Utara. Sementara itu, sejak 2010 hingga 2016, masih terdapat satu provinsi yang
berstatus pembangunan manusia “rendah” atau kurang dari 60, yaitu Provinsi
Papua.
Tabel 17.1
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Menurut Provinsi, 2015–2016
id
Kep. Bangka
69,88 69,92 11,60 11,71 7,46 7,62 11 781 11 960 69,05 69,55 0,72
.
Belitung
go
Kepulauan Riau 69,41 69,45 12,60 12,66 9,65 9,67 13 177 13 359 73,75 73,99 0,33
DKI Jakarta 72,43 72,49 12,59 12,73 10,70
p s.
10,88 17 075 17 468 78,99 79,60 0,77
Jawa Barat 72,41 72,44 12,15 12,30 7,86 7,95 9 778 10 035 69,50 70,05 0,79
.b
Jawa Tengah 73,96 74,02 12,38 12,45 7,03 7,15 9 930 10 153 69,49 69,98 0,71
w
DI Yogyakarta 74,68 74,71 15,03 15,23 9,00 9,12 12 684 13 229 77,59 78,38 1,02
w
Jawa Timur 70,68 70,74 12,66 12,98 7,14 7,23 10 383 10 715 68,95 69,74 1,15
//w
Banten 69,43 69,46 12,35 12,70 8,27 8,37 11 261 11 469 70,27 70,96 0,98
Bali 71,35 71,41 12,97 13,04 8,26 8,36 13 078 13 279 73,27 73,65 0,52
s:
Nusa Tenggara
65,38 65,48 13,04 13,16 6,71 6,79 9 241 9 575 65,19 65,81 0,95
Barat
tp
Nusa Tenggara
65,96 66,04 12,84 12,97 6,93 7,02 7 003 7 122 62,67 63,13 0,73
ht
Timur
Kalimantan Barat 69,87 69,90 12,25 12,37 6,93 6,98 8 279 8 348 65,59 65,88 0,44
Kalimantan Tengah 69,54 69,57 12,22 12,33 8,03 8,13 9 809 10 155 68,53 69,13 0,88
Kalimantan Selatan 67,80 67,92 12,21 12,29 7,76 7,89 10 891 11 307 68,38 69,05 0,98
Kalimantan Timur 73,65 73,68 13,18 13,35 9,15 9,24 11 229 11 355 74,17 74,59 0,57
Kalimantan Utara 72,16 72,43 12,54 12,59 8,36 8,49 8 354 8 434 68,76 69,20 0,64
Sulawesi Utara 70,99 71,02 12,43 12,55 8,88 8,96 9 729 10 148 70,39 71,05 0,94
Sulawesi Tengah 67,26 67,31 12,72 12,92 7,97 8,12 8 768 9 034 66,76 67,47 1,06
Sulawesi Selatan 69,80 69,82 12,99 13,16 7,64 7,75 9 992 10 281 69,15 69,76 0,88
Sulawesi Tenggara 70,44 70,46 13,07 13,24 8,18 8,32 8 697 8 871 68,75 69,31 0,81
Gorontalo 67,12 67,13 12,70 12,88 7,05 7,12 9 035 9 175 65,86 66,29 0,65
Sulawesi Barat 64,22 64,31 12,22 12,34 6,94 7,14 8 260 8 450 62,96 63,60 1,02
Maluku 65,31 65,35 13,56 13,73 9,16 9,27 8 026 8 215 67,05 67,60 0,82
Maluku Utara 67,44 67,51 13,10 13,45 8,37 8,52 7 423 7 545 65,91 66,63 1,09
Papua Barat 65,19 65,30 12,06 12,26 7,01 7,06 7 064 7 175 61,73 62,21 0,78
Papua 65,09 65,12 9,95 10,23 5,99 6,15 6 469 6 637 57,25 58,05 1,40
Indonesia 70,78 70,90 12,55 12,72 7,84 7,95 10 150 10 420 69,55 70,18 0,91
id
.
go
s.
p
.b
w
w
//w
s:
tp
ht
. id
go
p s.
.b
w
w
//w
18
s:
tp
ht
INDEKS
PERILAKU ANTI
KORUPSI
(IPAK) 2017
id
Analisis mengenai perilaku anti korupsi dalam survei ini hanya untuk representasi
.
go
level nasional.
2.
s.
SPAK ditujukan untuk mengukur tingkat permisifitas masyarakat terhadap
p
perilaku korupsi dengan menggunakan Indeks Perilaku Anti Korupsi (IPAK) dan
.b
3. IPAK dihitung tiap tahun untuk menggambarkan dinamika perilaku anti korupsi
tp
masyarakat. IPAK Indonesia 2017 sebesar 3,71 dalam skala 0 sampai 5. Angka
ht
tersebut lebih tinggi (0,12 poin) dibandingkan dengan capaian 2015 yang besarnya
3,59. Nilai IPAK yang semakin mendekati angka lima menunjukkan bahwa
masyarakat berperilaku semakin anti korupsi, yang berarti bahwa budaya zero
tolerance terhadap korupsi semakin melekat dan mewujud dalam perilaku
masyarakat. Sebaliknya, nilai IPAK yang semakin mendekati nol menunjukkan
bahwa masyarakat berperilaku semakin permisif terhadap korupsi.
Tabel 18.1
Nilai IPAK Tahun 2012–2017
Tahun IPAK
(1) (2)
2012 3,55
2013 3,63
2014 3,61
2015 3,59
2017 3,71
2. Tabel 18.2 menunjukkan peningkatan Indeks Persepsi dari tahun 2015 ke 2017,
yaitu dari 3,73 menjadi 3,81. Kemudian, pada periode yang sama Indeks
Pengalaman juga mengalami peningkatan dari 3,39 menjadi 3,60. Peningkatan
indeks pada dua dimensi ini memberikan pengaruh terhadap peningkatan angka
IPAK secara keseluruhan dari 3,59 menjadi 3,71.
3. Dari hasil pengukuran IPAK 2017, terlihat fenomena yang menarik untuk dicermati.
Indeks Persepsi menunjukan tren yang cenderung meningkat dari tahun 2012 ke
id
2017. Hal ini menggambarkan pemahaman dan penilaian masyarakat terhadap
.
go
perilaku korupsi semakin baik. Sebaliknya pada dimensi pengalaman terjadi
s.
perubahan dari pola tren yang menurun di tahun 2012–2015 menjadi meningkat
p
untuk tahun 2017.
.b
w
Tabel 18.2
w
Tabel 18.3
IPAK Menurut Wilayah, 2012–2017
id
Karakteristik
2012 2013 2014 2015 2017
Responden
.
go
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Klasifikasi Wilayah:
p s.
Perkotaan 3,66 3,71 3,71 3,71 3,86
.b
Tabel 18.4
IPAK Menurut Pendidikan Tertinggi, 2012–2017
Karakteristik
2012 2013 2014 2015 2017
Responden
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Pendidikan
Tertinggi:
SLTP ke bawah 3,47 3,55 3,52 3,49 3,58
SLTA 3,78 3,82 3,85 3,80 3,99
SLTA ke atas 3,94 3,94 4,01 4,00 4,09
id
Tabel 18.5
.
go
IPAK Menurut Umur, 2012–2017
Umur (Tahun):
w
w
Tabel 18.6
Persentase Masyarakat yang Menilai Beberapa Kebiasaan di Keluarga merupakan Hal yang
Tidak/Kurang Wajar, 2012–2017
id
menggunakan kendaraan dinas untuk 72,95 76,16 78,11 79,05 75,58
.
go
keperluan pribadi
mendapatkan uang saku yang lebih 80,15 82,70 86,07 85,64 87,09
w
banyak
w
//w
Tabel 18.7
Persentase Masyarakat yang Menilai Beberapa Kebiasaan di Komunitas merupakan Hal yang
Tidak/Kurang Wajar, 2012–2017
id
Hari Raya Keagamaan
.
go
Memberi uang/barang kepada ketua
RT/RW/Kades/Lurah ketika suatu
s.
52,97 57,49 60,57 60,37 56,30
p
keluarga melaksanakan hajatan
.b
1. Sekitar 51 persen masyarakat menilai kurang wajar atau tidak wajar terhadap
perilaku memberi uang/barang kepada tokoh masyarakat lainnya ketika suatu
keluarga melaksanakan hajatan (pernikahan, khitanan, kematian).
2. Sekitar 57 persen masyarakat menilai kurang wajar atau tidak wajar terhadap
perilaku memberi uang/barang kepada tokoh masyarakat lainnya ketika menjelang
hari raya keagamaan.
3. Sekitar 56 persen masyarakat menilai kurang wajar atau tidak wajar terhadap
perilaku memberi uang/barang kepada Ketua RT/RW/Kades/Lurah ketika suatu
keluarga melaksanakan hajatan (pernikahan, khitanan, kematian).
4. Sekitar 69 persen masyarakat menilai kurang wajar atau tidak wajar terhadap
perilaku memberi uang/barang kepada Ketua RT/RW/Kades/Lurah ketika
menjelang hari raya keagamaan.
Tabel 18.8
Persentase Masyarakat yang Menilai Beberapa Kebiasaan di Tingkat Publik merupakan Hal
yang Tidak/Kurang Wajar, 2012–2017
id
negeri/swasta
.
go
Memberi uang lebih kepada petugas untuk
mempercepat urusan administrasi (KTP, s.
55,09 57,20 58,34 62,28 65,72
KK)
p
.b
diterima masuk ke sekolah tempat dia 64,45 69,69 70,95 73,32 70,17
mengajar
Sekitar 66 persen masyarakat menilai kurang wajar atau tidak wajar terhadap
perilaku seseorang menjamin keluarga/saudara/teman agar diterima menjadi
pegawai negeri atau swasta demi mempererat hubungan kekeluargaan dan
pertemanan.
Sekitar 89 persen masyarakat menilai kurang wajar atau tidak wajar terhadap
perilaku seseorang yang memberi uang/barang dalam proses penerimaan
menjadi pegawai negeri/swasta.
Sekitar 66 persen masyarakat menilai kurang wajar atau tidak wajar terhadap
perilaku memberi uang lebih kepada petugas untuk mempercepat urusan
administrasi (KTP dan KK).
Sekitar 72 persen masyarakat menilai kurang wajar atau tidak wajar terhadap
perilaku memberi uang lebih kepada polisi untuk mempercepat pengurusan
id
SIM dan STNK.
.
Sekitar 78 persen masyarakat menilai kurang wajar atau tidak wajar terhadap
go
perilaku memberi uang damai kepada polisi.
s.
Sekitar 74 persen masyarakat menilai kurang wajar atau tidak wajar terhadap
p
perilaku petugas KUA meminta uang tambahan untuk transpor ke tempat
.b
Sekitar 70 persen masyarakat menilai kurang wajar atau tidak wajar terhadap
w
//w
Sekitar 89 persen masyarakat menilai kurang wajar atau tidak wajar terhadap
tp
rapor.
Sekitar 90 persen masyarakat menilai kurang wajar atau tidak wajar terhadap
perilaku memberi uang/barang kepada pihak sekolah agar anaknya dapat
diterima di sekolah tersebut.
Sekitar 78-79 persen masyarakat menilai kurang wajar atau tidak wajar
terhadap perilaku membagikan atau mengharapkan uang/barang pada
pelaksanaan PILKADA/PEMILU.
2. Pengalaman Masyarakat
Pengalaman masyarakat dalam IPAK mencakup sepuluh layanan publik yakni
Pengurus RT/RW, Kelurahan/Kecamatan, Kepolisian, Perusahaan Listrik Negara
(PLN), Layanan Kesehatan (Rumah Sakit Negeri), Sekolah Negeri, Pengadilan,
Kantor Urusan Agama (KUA), Kependudukan dan Catatan Sipil (Dukcapil), dan
Pertanahan (BPN). Beberapa indikator yang mengalami perubahan relatif besar
yaitu:
. id
Berdasarkan pengukuran 2012–2017, terlihat sebagian besar masyarakat yang
go
membayar melebihi ketentuan menyatakan melakukan perilaku tersebut karena
s.
tidak ada yang meminta (inisiatif sendiri) dan hal yang lumrah. Pada 2017 angkanya
p
masing-masing sebesar 44,57 persen dan 19,56 persen.
.b
w
Tabel 18.9
w
Tabel 18.10
Alasan Masyarakat Membayar Melebihi Ketentuan, 2012–2017
. id
go
p s.
.b
w
w
//w
s:
tp
ht
id
.
go
s.
p
.b
w
w
//w
s:
tp
ht
id
.
go
ps.
.b
w
w
//w
19
s:
tp
ht
SENSUS
EKONOMI
2016
id
2006 (SE06) jumlah usaha/perusahaan meningkat 17,51 persen dari 22,73 juta
.
menjadi 26,71 juta.
go
Grafik 19.1
p s.
Persentase Usaha/Perusahaan Menurut Kategori Lapangan Usaha Tahun 2016
.b
2.32%
w
0.56% 0.36%
2.42%
//w
16.53%
0.97%
s:
16.72%
tp
ht
5.00%
46.17%
B C D E F G H I J K L M, N P Q R, S, U
2. Dilihat menurut lapangan usaha, usaha perdagangan besar dan eceran mencapai
12,3 juta usaha atau 46,17 persen dari seluruh usaha/perusahaan yang ada, diikuti
usaha penyediaan akomodasi dan makan minum 16,72 pdan industri pengolahan
16,53 persen.
16,2 juta usaha/perusahaan berlokasi di Pulau Jawa atau 60,74 persen terhadap
seluruh perusahaan di Indonesia, selebihnya berada di Kawasan Timur Indonesia
(Pulau Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Papua) dengan
jumlah usaha/perusahaan terbanyak di Pulau Sulawesi (8,09 persen).
id
Sebanyak 44,6 juta orang tenaga kerja berlokasi di Pulau Jawa atau 63,38 persen
.
go
terhadap seluruh perusahaan di Indonesia, selebihnya berada di Kawasan Timur
s.
Indonesia (KTI) dengan jumlah tenaga kerja terbanyak ada di Pulau Sulawesi (6,82
p
persen).
.b
w
w
//w
s:
tp
ht
Tabel 19.1
Jumlah Usaha/Perusahaan Menurut Kategori Lapangan Usaha
dan Skala Usaha Tahun 2016
Distribusi
Lapangan Usaha UMK UMB Jumlah
(%)
(1) (2) (3) (4) (5)
B. Pertambangan dan penggalian 170 150 2 532 172 682 0,65
C. Industri Pengolahan 4 373 821 42 468 4 416 289 16,53
D. Pengadaan Listrik, Gas, Uap/Air Panas
dan Udara Dingin 30 639 3 294 33 933 0,13
E. Pengelolaan Air, Pengelolaan Air
Limbah, Pengelolaan dan Daur Ulang
Sampah, dan Aktivitas Remediasi 92 391 2 439 94 830 0,36
F. Konstruksi 227 564 30 718 258 282 0,97
id
G. Perdagangan Besar dan Eceran;
.
Reparasi dan Perawatan Mobil dan
go
Sepeda Motor 12 151 822 180 839 12 332 661 46,17
H. Pengangkutan dan pergudangan
p s.
1 302 162 32 123 1 334 285 5,00
I. Penyediaan Akomodasi dan
.b
Tabel 19.2
Jumlah Usaha/Perusahaan Menurut Skala Usaha dan Pulau 2016
Distribusi
Wilayah/Pulau UMK UMB Jumlah
(%)
(1) (2) (3) (4) (4)
Sumatera 4 897 457 74 276 4 971 733 18,61
Jawa 15 931 889 291 697 16 223 586 60,74
Bali dan Nusa Tenggara 1 495 526 22 088 1 517 614 5,68
Kalimantan 1 352 324 26 645 1 378 969 5,16
Sulawesi 2 134 579 25 110 2 159 689 8,09
Maluku dan Papua 451 874 7 536 459 410 1,72
Jumlah 26 263 649 447 352 26 711 001 100,00
(98,33) (1,67) (100,00)
. id
go
Tabel 19.3
Jumlah Tenaga Kerja Menurut Kategori Lapangan Usaha dan Skala Usaha 2016
s.
Distribusi
p
Lapangan Usaha UMK UMB Jumlah
(%)
.b
B. Pertambangan dan penggalian 532 109 403 644 935 753 1,33
w
Tabel 19.4
Jumlah Tenaga Kerja Menurut Skala Usaha dan Pulau 2016
Distribusi
Wilayah/Pulau UMK UMB Jumlah
(%)
(1) (2) (3) (4) (4)
Bali dan Nusa Tenggara 3 126 347 551 231 3 677 578 5,23
Maluku dan Papua 989 698 236 155 1 225 853 1,74
id
Jumlah 53 641 524 16 678 942 70 320 466 100,00
.
go
(76,28) (23,72) (100,00)
p s.
.b
Grafik 19.2
Persentase Tenaga Kerja Menurut Kategori Lapangan Usaha 2016
w
w
//w
2.49%
s:
9.16%
1.08% 22.75%
tp
2.45% 0.28%
ht
0.35%
31.81%
3.51%
B C D E F G H I J K L M, N P Q R, S, U
id
.
go
ps.
.b
w
w
//w
20
s:
tp
ht
KEPENDUDUKAN
JUNI 2017
Tabel 20.1
id
Penduduk Indonesia menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin, 2017
.
(ribu orang)
go
Kelompok Laki-
Laki-laki Perempuan
s.
Umur laki+Perempuan
p
(1) (2) (3) (4)
.b
w
Grafik 20.1
Piramida Penduduk Indonesia, 2017
75+
70-74
65-69
60-64
55-59
50-54
45-49
40-44
id
35-39
.
go
30-34
25-29
20-24
s.
15-19
p
10-14
.b
5-9
w
0-4
w
(Ribuan)
s:
Grafik 20.2
Rasio Ketergantungan Penduduk Indonesia, 1971–2017
86.8
id
79.3
.
go
67.8
p s.
.b
w
53.8
w
51.3
//w
48.1
s:
Sumber : Sensus Penduduk 1971, 1980,1990, 2000, 2010 dan Proyeksi Penduduk Indonesia 2010–2035
terbesar adalah Provinsi Kalimantan Utara (3,89 persen), Kepulauan Riau (3,01
persen), dan Papua Barat (2,59 persen). Tiga provinsi dengan laju pertumbuhan
penduduk terkecil terdapat di Provinsi Jawa Timur (0,64 persen), Jawa Tengah
(0,78 persen), dan DKI Jakarta (1,05 persen).
Grafik 20.3
Laju Pertumbuhan Penduduk Indonesia, 1971–2017
2.40
2.20 2.33
2.00
1.97
1.80
. id
1.60
go
1.40
s. 1.49
1.44
p
1.34
.b
1.20
w
1.00
w
Indonesia berdomisili di
6. Penduduk Indonesia sebagian besar
berdomisili di Pulau Jawa, yaitu sebesar Pulau Jawa, yaitu 56,6
7. Kepadatan penduduk Indonesia pada tahun 2017 sebesar 137 jiwa per km2. Jawa
merupakan pulau yang terpadat penduduknya (1.145 per km2), kemudian secara
berurutan Pulau Bali dan Nusa Tenggara (198 per km2), Sumatera (118 per km2),
id
Tenggara yaitu sebesar 97,8. Tiga provinsi dengan rasio jenis kelamin tertinggi,
.
go
yaitu Kalimantan Utara (113,0), Papua Barat (111,2), dan Papua (111,1),
sedangkan yang terendah Nusa s.
Tenggara Barat (94,3), Sulawesi Selatan
p
Penduduk lanjut usia (umur
.b
penduduk, lansia di Indonesia pada tahun 2017 sebesar 9,0 persen. Penduduk
tp
lansia terbesar terdapat di Pulau Jawa (10,3 persen), kemudian berturut-turut Bali
ht
dan Nusa Tenggara (8,7 persen), Sulawesi (8,5 persen), Sumatera (7,2 persen),
Kalimantan (6,5 persen) serta Maluku dan Papua (4,7 persen). Menurut provinsi,
tiga provinsi dengan penduduk lansia terbesar adalah Yogyakarta (13,8 persen),
Jawa Tengah (12,6 persen), dan Jawa Timur (12,2 persen), sedangkan yang terkecil
adalah Papua (3,2 persen), Papua Barat (4,3 persen), dan Kepulauan Riau (4,3
persen).
id
.
go
p s.
.b
w
w
//w
s:
tp
ht
Tabel 20.2
Demografi Penduduk Indonesia, 2017
Laju
Penduduk (ribu) Pertumbuhan Kepadatan Rasio Jenis
Rasio Pendudu Umur
Provinsi Penduduk (%) Penduduk2 Ketergan- k Lansia Harapan
Kelamin
(Jiwa/km ) tungan (%) Hidup
2010 2017 2010─2017
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
id
10. Kepulauan Riau 1 693 2 083 3,01 254 104,2 48,8 4,3 69,8
.
Sumatera 50 860 56 950 1,63 118 102,4 51,6 7,2
go
11. DKI Jakarta 9 640 10 374 1,05 15 624 100,6 40,7 7,2 72,5
12. Jawa Barat 43 227 48 038 1,52
s.
1 358 102,7 47,0 8,7 72,9
13. Jawa Tengah 32 444 34 258 0,78 1 044 98,4 47,7 12,6 73,9
p
14. Yogyakarta 3 468 3 762 1,17 1 201 97,9 45,0 13,8 74,8
.b
15. Jawa Timur 37 566 39 293 0,64 822 97,5 43,8 12,2 70,9
w
16. Banten 10 689 12 448 2,20 1 288 103,9 45,9 5,8 69,6
w
Jawa 137 033 148 173 1,12 1 145 100,1 45,7 10,3
//w
17. Bali 3 907 4 247 1,20 735 101,4 44,7 10,7 71,7
18. NTB 4 516 4 956 1,34 267 94,3 53,0 8,0 65,8
s:
19. NTT 4 706 5 287 1,68 109 98,2 65,3 7,7 66,5
tp
Bali dan Nusa Tenggara 13 130 14 489 1,42 198 97,8 54,6 8,7
ht
20. Kalimatan Barat 4 411 4 932 1,61 33 103,7 50,3 7,3 70,3
21. Kalimantan Tengah 2 221 2 605 2,31 17 109,5 44,9 5,6 67,8
22. Kalimantan Selatan 3 643 4 120 1,77 106 102,9 48,3 7,0 68,2
23. Kalimantan Timur 3 047 3 575 2,31 28 110,2 44,4 5,8 73,7*)
24. Kalimantan Utara 529 691 3,89 9 113,0 50,4 5,9 72,2*)
Kalimantan 13 851 15 924 2,01 29 ,0
106,2 47,6 6,5
24. Sulawesi Utara 2 278 2 461 1,11 178 104,2 46,3 10,4 71,4
25. Sulawesi Tengah 2 646 2 966 1,65 48 104,3 50,0 7,7 68,1
26. Sulawesi Selatan 8 060 8 690 1,08 186 95,5 52,1 9,2 70,2
27. Sulawesi Tenggara 2 244 2 602 2,14 68 101,1 59,4 6,6 70,9
28. Gorontalo 1 045 1 168 1,61 104 100,4 47,9 7,6 67,6
29. Sulawesi Barat 1 165 1 331 1,93 79 100,7 54,8 6,5 64,3
Sulawesi 17 437 19 219 1,40 102 99,3 51,9 8,5
Indonesia 238 519 261 891 1,34 137 101,0 48,1 9,0 71,1
Sumber : Proyeksi Penduduk Indonesia 2010–2035
*) Angka Estimasi
id
.
go
ps.
.b
w
w
//w
21
s:
tp
ht
INDEKS
KEBAHAGIAAN
2017
id
dan Subdimensi Kepuasan Hidup Sosial. Indeks Kebahagiaan Indonesia tahun 2017
.
yang dihitung dengan menggunakan Metode 2014 lebih tinggi dibanding tahun
go
2014. Indeks Kebahagiaan pada tahun 2017 sebesar 69,51, sedangkan pada tahun
s.
2014 sebesar 68,28. Dengan demikian, telah terjadi peningkatan indeks sebesar
p
1,23 poin. Indeks Kebahagiaan Indonesia tahun 2017 yang dihitung dengan
.b
Grafik 21.1
//w
a
Metode 2014: Indeks Kebahagiaan diukur menggunakan 1 (satu) dimensi, yaitu: Kepuasan Hidup.
b Metode 2017: Indeks Kebahagiaan diukur menggunakan 3 (tiga) dimensi, yaitu: Kepuasan Hidup,
Perasaan (Affect), dan Makna Hidup (Eudaimonia).
id
diukur pada skala 0–100.
.
go
4. Indikator penyusun Indeks Kebahagiaan Indonesia yang memiliki nilai tertinggi
s.
adalah Keharmonisan Keluarga 80,05 yang merupakan Subdimensi Kepuasan
p
Hidup Sosial (Grafik 21.2). Sementara itu, indeks indikator terendah adalah
.b
Personal. Pada Dimensi Perasaan (Affect), indikator yang memiliki indeks tertinggi
w
hari pada tingkatan 75,06, sedangkan yang terendah adalah Perasaan Tidak
s:
indikator yang memiliki indeks tertinggi adalah Tujuan Hidup (75,83), sebaliknya
ht
Grafik 21.2
Indeks Indikator Penyusun Indeks Kebahagiaan Indonesia Tahun 2017
. id
go
p s.
.b
w
w
//w
s:
tp
ht
id
Indeks Dimensi Kepuasan Hidup
Perkotaan Perdesaan
Indeks Dimensi Perasaan (Affect)
.
go
Indeks Dimensi Makna Hidup (Eudaimonia)
s.
p
.b
indeks penduduk perempuan (70,30). Dilihat dari tiga dimensi penyusun Indeks
w
Kebahagiaan, terdapat pola yang serupa pada Indeks Dimensi Perasaan (Affect) dan
//w
Indeks Dimensi Makna Hidup (Eudaimonia). Indeks Dimensi Perasaan (Affect) laki-
s:
laki (69,08) lebih tinggi dari perempuan (68,14). Indeks Dimensi Makna Hidup
tp
(Eudaimonia) laki-laki (73,24) lebih tinggi dari perempuan (71,29). Namun, pada
Indeks Dimensi Kepuasan Hidup penduduk perempuan (71,26) mempunyai nilai
ht
Grafik 21.5
Indeks Kebahagiaan Indonesia Menurut Jenis Kelamin, 2017
73.24
69.08
68.14
. id
Laki-Laki Perempuan
go
Indeks Kebahagiaan
s.
Indeks Dimensi Kepuasan Hidup
p
Indeks Dimensi Perasaan (Affect) Indeks Dimensi Makna Hidup (Eudaimonia)
.b
w
w
7. Indeks Kebahagiaan penduduk yang belum menikah (71,53) cenderung lebih tinggi
//w
dibanding penduduk dengan status perkawinan yang lain. Dilihat dari ketiga
s:
berbeda-beda. Pola yang sama terdapat pada Dimensi Makna Hidup (Eudaimonia),
ht
yaitu penduduk yang belum menikah memiliki indeks yang tertinggi dibandingkan
penduduk dengan status perkawinan yang lain. Sementara itu, pada Dimensi
Kepuasan Hidup dan Dimensi Perasaan (Affect), indeks yang paling tinggi terdapat
pada penduduk yang berstatus menikah.
Grafik 21.6
Indeks Kebahagiaan Indonesia Menurut Status Perkawinan, 2017
74.93
72.65
71.53
71.20 71.09 71.38 70.85
69.55 68.83
68.19 69.05 68.14 68.37
67.83
66.56
64.19
. id
Indeks Kebahagiaan Indeks Dimensi Kepuasan Hidup
go
Indeks Dimensi Perasaan (Affect) s. Indeks Dimensi Makna Hidup (Eudaimonia)
p
Grafik 21.7
.b
Indeks Subdimensi Kepuasan Hidup Personal dan Sosial Menurut Status Perkawinan, 2017
w
w
//w
76.47 75.29
74.05 73.46
68.36
s:
66.30
62.81 63.82
tp
ht
Grafik 21.8
Indeks Kebahagiaan Indonesia Menurut Kelompok Umur, 2017
74.01
73.47
72.09
71.29 71.42 71.31
71.13 71.05
70.69 70.30
68.64
69.18
68.75
68.19 68.39 68.54
. id
go
p s.
≤ 24 Tahun 25-40 Tahun 41-64 Tahun ≥ 65 Tahun
.b
Grafik 21.9
s:
Indeks Subdimensi Kepuasan Hidup Personal dan Sosial Menurut Kelompok Umur, 2017
tp
ht
Maluku Utara (75,68), Maluku (73,77), dan Sulawesi Utara (73,69). Sementara itu,
Provinsi Papua (67,52), Sumatera Utara (68,41), dan Nusa Tenggara Timur (68,98)
merupakan tiga provinsi yang memiliki Indeks Kebahagiaan terendah.
Grafik 21.10
Indeks Kebahagiaan Penduduk Menurut Provinsi, 2017
75.68
73.77
Sumber : SP1971, SP1980, SP1990, SP2000, SP2010 dan Proyeksi Penduduk Indonesia 2010–2035
73.69
10. Penduduk Indonesia sebagian besar berdomisili 73.57 di
Pulau Jawa, yaitu sebesar 56,6 persen. 73.33 Kemudian,
73.19
secara berturut-turut diikuti Pulau Sumatera (21,7
persen), Sulawesi (7,3 persen), Kalimantan 73.11 (6,1
id
persen), Bali dan Nusa Tenggara (5,5 persen) 72.93 serta
.
go
Maluku dan Papua (2,7 persen). Menurut 72.48provinsi,
Jawa Barat, Jawa Timur, dan 72.43
s. Jawa Tengah
71.99
merupakan tiga provinsi dengan proporsi penduduk
p
.b
71.91
proporsi penduduk terendah adalah Kalimantan
71.89
s:
11. 71.33
71.22
12. 70.92
70.85
13.
70.77
70.70
14. Kepadatan penduduk Indonesia pada tahun 2017
70.61
sebesar 137 jiwa per km2. Jawa merupakan pulau
70.45
yang terpadat penduduknya (1.145 per km2),
70.08
kemudian secara berurutan Pulau Bali dan Nusa
70.02
Tenggara (198 per km2), Sumatera (118 per km2),
69.83
Sulawesi (102 per km2), Kalimantan (29 per km2),
69.58
dan yang paling jarang penduduknya adalah
69.51
68.98
68.41
67.52
Tabel 21.1
Indeks Kebahagiaan dan Indeks Dimensi Penyusunnya Menurut Provinsi, 2017
id
Sumatera Selatan 71,98 67,01 77,03 72,02 70,61 73,18
.
Bengkulu 70,61 63,96 76,94 70,45 68,52 72,68
go
Lampung 69,51 63,54 75,84 69,69 67,43 71,24
Kep. Bangka Belitung 71,75 68,68 78,24 s.
73,46 69,33 72,23
Kepulauan Riau 73,11 69,23 77,05 73,14 69,11 76,75
p
.b
Tabel 21.2
Indeks Kebahagiaan dan Indeks Dimensi Menurut Karakteristik, 2017
Indeks Dimensi
Kepuasan Hidup
Indeks Indeks Indeks
Karakteristik Dimensi Dimensi
Kebahagiaan Indeks Subdimensi
Perasaan Makna Hidup
Kepuasan Hidup
Total (Affect) (Eudaimonia)
Personal Sosial
id
Jenis Kelamin:
.
go
Laki-Laki 71,12 65,57 76,16 70,86 69,08 73,24
s. 71,26 68,14 71,29
Perempuan 70,30 66,36 76,16
p
Status Perkawinan:
.b
w
Kelompok Umur:
ht
Indeks Dimensi
Kepuasan Hidup
Indeks Indeks Indeks
Karakteristik Dimensi Dimensi
Kebahagiaan Indeks Subdimensi
Perasaan Makna Hidup
Kepuasan Hidup
Total (Affect) (Eudaimonia)
Personal Sosial
Pendidikan Tertinggi
yang Ditamatkan:
Tidak Pernah Sekolah 66,52 59,82 75,21 67,51 65,64 66,32
id
Tidak Tamat 68,84 66,18 68,39
67,86 61,68 76,01
.
go
SD/Sederajat
SD Sederajat 69,20 63,96 76,21
s. 70,08 67,10 70,23
SMP Sederajat 70,41 65,31 76,07 70,69 68,02 72,30
p
.b
Pendapatan Rumah
Tangga:
ht
INDEKS DEMOKRASI
INDONESIA 2016
id
.
go
ps.
.b
w
w
//w
s:
22
tp
ht
INDEKS
DEMOKRASI
INDONESIA
2016
id
“sedang”.
.
go
Capaian IDI dari tahun 2009 hingga 2016 mengalami fluktuasi. Pada awal mula
s.
dihitung tahun 2009, capaian IDI hanya sebesar 67,30. Angka ini terus berfluktuasi
p
.b
hingga mencapai momen tertingginya pada tahun 2014 sebesar 73,04, sebelum
w
akhirnya kembali turun menjadi 72,82 di tahun 2015 dan 70,09 di tahun 2016.
w
Fluktuasi angka IDI adalah cermin dinamika demokrasi Indonesia. IDI sebagai alat
//w
Grafik 22.1
Perkembangan IDI Nasional Tahun 2009 - 2016
100
Baik
80 67,30 73,04 72,82 70.09
Sedang 63.17 65.48 62.63 63,72
60
Buruk
2. Angka IDI 2016 merupakan indeks komposit yang disusun dari nilai tiga aspek yakni
Kebebasan Sipil, aspek Hak-hak Politik dan aspek Lembaga Demokrasi. Untuk
capaian demokrasi 2016 nilai indeks aspek Kebebasan Sipil sebesar 76,45; aspek
Hak-hak Politik sebesar 70,11; dan aspek Lembaga Demokrasi sebesar 62,05.
Grafik 22.2
Perkembangan Indeks Aspek, 2009-2016
100
Baik 86.97
82.53 80.79 82.62
77.94 79.00 80.30
80 74.72 72,24 75.81 76.45
69.28 70.63
id
Sedang 70.11
62.72 63.11
.
63.72 66,87 62.05
go
60 54.60
47.87 47.54 s.46.25
46.33
p
Buruk
.b
w
0
w
Apabila dimaknai secara kategori “baik”, “sedang”, dan “buruk”, pada 2016 tidak
tp
ada lagi indeks aspek yang berkategori “buruk”. Namun, seluruh aspek mengalami
ht
penurunan.
Indeks aspek Kebebasan Sipil pada tahun 2016 mengalami penurunan 3.85 poin
dari 80.30 pada 2015 menjadi 76.45 pada 2016. Hal ini menyebabkan kategori
aspek ini yang pada 2014, 2015 sudah mencapai kategori “baik”, tahun ini menjadi
kategori sedang.
Sementara pada aspek Hak-hak Politik sejak 2009 hingga 2013 stabil pada kategori
“buruk”. Perubahan signifikan terjadi pada 2014-2015, aspek ini menembus
kategori “sedang”. Pada IDI 2016 aspek Hak-hak Politik tetap pada pada kategori
“sedang”, meski sedikit mengalami penurunan sebesar 0.52 poin.
Aspek Lembaga Demokrasi merupakan aspek yang secara kategori stabil. Sejak
pengukuran pada 2009 hingga 2016 aspek Lembaga Demokrasi tetap pada kategori
“sedang”. Namun, pada 2016 aspek ini mengalami penurunan terbesar dari 66.87
pada 2015 menjadi 62.05 pada 2016 atau turun sebesar 4.82 poin.
id
sebesar 5,60 poin dari 53,11 pada 2015 menjadi 47,51 pada 2015. Selebihnya
.
go
menurun tidak terlalu tajam.
s.
Pada Grafik 22.3 dapat diketahui dari lima variabel yang mengalami peningkatan
p
terlihat variabel Kebebasan Berpendapat meningkat secara bermakna sebesar 9,96
.b
poin dari 62,21 pada 2015 menjadi 72,17 pada 2016. Variabel lain yang juga
w
meningkat adalah variabel Peran DPRD. Variabel ini meningkat sebesar 3,86 poin
w
dari 42,90 pada 2015 menjadi 46,76 pada 2016. Meskipun demikian, peningkatan
//w
nilai indeks tidak mengubah posisi variabel Peran DPRD yang masih berada di
s:
kategori “buruk”.
tp
Grafik 22.3
ht
Kebebasan
Berkumpul dan…
Peran Peradilan 100 Kebebasan
yang Independen 80 Berpendapat
Peran Birokrasi 60 Kebebasan
Pemerintah Daerah 40 Berkeyakinan
20
0 Kebebasan dari
Peran Partai Politik
Diskriminasi
id
Namun, pada tahun 2016 masih terlihat masalah kronis yakni terdapat kinerja
.
indikator demokrasi “buruk” (skor di bawah 60). Indikator-indikator yang
go
termasuk dalam kategori tersebut adalah indikator (4) Ancaman/Penggunaan
s.
Kekerasan oleh Masyarakat yang Menghambat Kebebasan Berpendapat, (15)
p
Persentase Perempuan Terpilih terhadap Total Anggota DPRD Provinsi, (16)
.b
memerlukan perhatian khusus dari semua pihak agar nilainya dapat membaik
tp
Jika dilihat menuru provinsi terdapat empat provinsi yang berada di level
kinerja demokrasi kategori “baik”. Posisi pertama ditempati oleh DI Yogyakarta
yang naik dari 83,19 pada 2015 menjadi 85,58 pada 2016. Tiga provinsi lainnya
adalah Kepulauan Bangka-Belitung naik dari 72,31 pada 2015 menjadi 83,00
pada 2016, Nusa Tenggara Timur naik dari 78,47 pada 2015 menjadi 82,49
pada 2016, dan Sumatera Selatan yang naik dari 79,81 pada 2015 menjadi
80,95 pada 2016 (lihat Tabel 22.1). Sedangkan sebanyak 29 provinsi lainnya
berada dalam kinerja demokrasi kategori “sedang”. Hal ini mengindikasikan
kinerja demokrasi yang cukup merata di hampir seluruh wilayah Indonesia.
id
pada tahun 2016 yang masuk dalam kategori “buruk.
.
go
Grafik 22.4
Perkembangan IDI Provinsi, 2015-2016
s.
Maluku 12.30
p
Maluku Utara 11.74
.b
Aceh 4.70
w
4.02
Papua 3.47
Banten 2.90
s:
D.I.Yogyakarta 2.40
Sulawesi Tenggara 1.69
ht
Tabel 22.1
Perkembangan Indeks Demokrasi Indonesia Berdasarkan Aspek dan Provinsi , 2015 - 2016
id
Kep. Bangka Belitung 72.31 81.25 66.95 69.60 83,00 87,65 81,09 80,20
.
Kepulauan Riau 70.26 80.16 65.01 66.13 72,84 85,43 71,28 59,48
go
DKI Jakarta 85.32 89.64 83.19 83.26 70,85 81,11 67,54 63,19
Jawa Barat 73.04 79.10 81.89
p s.
51.37 66,82 73,37 72,34 49,79
Jawa Tengah 69.75 79.44 67.28 61.48 66,71 66,06 67,24 66,69
.b
Jawa Timur 76.90 85.26 67.44 81.39 72,24 73,73 76,49 63,63
w
Nusa Tenggara Barat 65.08 51.59 61.11 88.36 65,41 65,06 62,08 71,13
tp
Nusa Tenggara Timur 78.47 93.19 71.69 70.73 82,49 96,25 81,68 66,46
ht
Kalimantan Barat 76.40 96.81 65.57 67.95 75,28 83,29 75,70 64,54
Kalimantan Tengah 73.46 85.07 68.31 67.05 74,77 84,98 70,66 68,43
Kalimantan Selatan 74.76 54.15 85.77 83.17 73,43 61,04 83,58 72,89
Kalimantan Timur 81.24 93.07 82.74 63.99 73,64 78,25 78,35 60,36
Kalimantan Utara 80.16 98.10 83.65 52.05 76,98 100,00 66,64 64,48
Sulawesi Utara 79.40 86.71 77.92 72.53 76,34 96,31 70,42 60,62
Sulawesi Tengah 76.67 94.60 68.85 66.53 72,20 80,39 67,89 68,76
Sulawesi Selatan 67.90 69.38 64.25 71.84 68,53 75,54 61,51 70,86
Sulawesi Tenggara 69.44 91.14 56.95 61.99 71,13 88,07 55,51 74,66
Gorontalo 76.77 81.35 69.97 81.81 77,48 82,35 75,54 74,42
Sulawesi Barat 68.25 81.88 61.16 62.37 72,37 82,89 69,02 64,47
Maluku 65.90 76.04 63.20 57.43 78,20 87,17 76,18 70,13
Maluku Utara 61.52 73.53 61.00 47.25 73,27 92,27 61,79 67,59
Papua Barat 59.97 92.33 39.48 51.81 60,35 93,67 38,05 53,85
Papua 57.55 82.72 41.81 50.87 61,02 92,15 41,13 53,45
INDONESIA 72.82 80.30 70.63 66.87 70,09 76,45 70,11 62,05
id
.
go
s.
p
.b
w
w
//w
s:
tp
ht
INDEKS PEMBANGUNAN
TEKNOLOGI INFORMASI DAN
KOMUNIKASI (IP-TIK), 2015-2016
. id
go
p s.
.b
w
w
//w
s:
23
tp
ht
INDEKS
PEMBANGUNAN
TEKNOLOGI
INFORMASI DAN
KOMUNIKASI (IP-
TIK), 2015-2016
LBDSE Februari 2018 Edisi 93 213
INDEKS PEMBANGUNAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (IP -TIK), 2015-2016
id
pembangunan teknologi informasi dan
.
go
komunikasi suatu wilayah. IP-TIK sangat penting sebagai ukuran standar tingkat
pembangunan TIK di suatu wilayah yang dapat dibandingkan antarwaktu dan
s.
antarwilayah. Selain itu, IP-TIK juga mampu mengukur pertumbuhan
p
pembangunan TIK, mengukur gap digital atau kesenjangan digital antarwilayah,
.b
Semakin tinggi nilai indeks menunjukkan potensi dan progress pembangunan TIK
w
Pada tahun 2017, BPS melakukan penghitungan IP-TIK tahun 2016 dan melakukan
tp
penghitungan kembali (backcasting) untuk nilai IP-TIK tahun 2015 baik tingkat
nasional maupun provinsi. Penghitungan ini berdasarkan metodologi dari ITU
ht
dengan 11 indikator penyusun IP-TIK yang terbagi dalam tiga subindeks, yaitu
akses dan infrastruktur, penggunaan, dan keahlian.
Penyusunan IP-TIK 2015 dan IP-TIK 2016 ini telah menggunakan indikator rata-rata
lama sekolah yang menggantikan indikator angka melek huruf. Hal ini berdasarkan
metodologi terbaru pada buku Measuring Information Society 2016 yang
dipublikasikan oleh ITU.
IP-TIK Indonesia tahun 2016 sebesar 4,34 dengan skala 0–10, meningkat dibanding
IP-TIK tahun 2015 yang sebesar 3,88. Angka hasil penghitungan BPS untuk IP-TIK
Indonesia ini sejalan dengan angka IP-TIK yang dirilis oleh International
Telecommunication Union (ITU). Di tahun 2016, IP-TIK atau ICT Development
Index yang dirilis ITU sebesar 4,33 dan tahun 2015 sebesar 3,85.
Menurut subindeks penyusun IP-TIK, pola di tahun 2016 serupa dengan
tahun 2015, yaitu nilai subindeks tertinggi adalah subindeks keahlian sebesar 5,54,
diikuti subindeks akses dan infrastruktur sebesar 4,88 serta subindeks
penggunaan sebesar 3,19.
Tabel 23.1
Indeks Pembangunan Teknologi Informasi dan Komunikasi (IP-TIK) Indonesia, 2015−2016
id
2. Pada tahun 2016, peringkat Indonesia mengalami peningkatan sebanyak 4 tingkat,
.
yaitu dari rangking 115 menjadi rangking 111 dari 176 negara. Posisi Indonesia ini
go
berada di atas negara Kamboja, Myanmar, dan Timor Leste. Namun rangking
s.
Indonesia masih berada di bawah negara tetangga seperti Malaysia, Brunei
p
Darussalam, Thailand, Vietnam dan Filipina.
.b
Tabel 23.2
Indeks Pembangunan Teknologi Informasi dan Komunikasi (IP-TIK) Negara-Negara di Dunia,
w
2015−2016
w
2015 2016
//w
Secara umum, terjadi peningkatan IP-TIK dari tahun 2015 ke tahun 2016 untuk
semua provinsi. Di antara 34 provinsi di Indonesia, provinsi dengan IP-TIK tertinggi
adalah DKI Jakarta, yaitu 7,17 di tahun 2015 dan 7,41 di tahun 2016. Sedangkan
provinsi dengan IP-TIK terendah adalah Papua, yaitu sebesar 2,13 di tahun 2015
dan 2,41 di tahun 2016.
IP-TIK 34 provinsi tahun 2015-2016 dikelompokkan menjadi kategori berdasarkan
kuartil nilai IP-TIK masing-masing tahun, yaitu tinggi, sedang, rendah, dan sangat
rendah. Untuk nilai IP-TIK kategori tinggi pada tahun 2015 dan 2016 ditempati oleh
9 provinsi yang sama, yaitu DKI Jakarta, DI Yogyakarta, Kalimantan Timur, Bali,
Kepulauan Riau, Kalimantan Utara, Banten, Sulawesi Utara, dan Jawa Barat.
Grafik 23.1 Grafik 23.2
Indeks Pembangunan TIK (IP-TIK) Provinsi, 2015 Indeks Pembangunan TIK (IP-TIK) Provinsi, 2016
DKI Jakarta 7.17 DKI Jakarta 7.41
id
DI Yogyakarta 5.61 DI Yogyakarta 6.12
Kalimantan Timur 5.24 Kalimantan Timur 5.84
.
go
Kepulauan Riau 5.15 Bali 5.63
Bali 4.97 Kepulauan Riau 5.59
Kalimantan Utara 4.44 Kalimantan Utara
s. 4.95
Banten 4.30 Banten 4.82
p
Sulawesi Utara 4.11 Sulawesi Utara 4.64
.b
id
.
go
ps.
.b
w
w
LAMPIRAN
//w
s:
tp
ht
LAMPIRAN
id
.
go
s.
p
.b
w
w
//w
s:
tp
ht
id
.
go
ps.
.b
w
w
//w
s:
tp
ht
id
.
go
s.
p
.b
w
w
//w
s:
tp
ht
id
.
go
ps.
.b
w
w
//w
s:
tp
ht
id
.
go
s.
p
.b
w
w
//w
s:
tp
ht
id
.
go
ps.
.b
w
w
//w
s:
tp
ht
id
.
go
s.
p
.b
w
w
//w
s:
tp
ht
id
.
go
ps.
.b
w
w
//w
s:
tp
ht