KABUPATEN KARIMUN
ii
KATA SAMBUTAN
Puji Syukur saya sampaikan kehadirat Allah SWT, atas berkah dan rahmat-Nya
lah Laporan Hasil Survei Harga Konsumen Tahun 2016 dapat diselesaikan dengan baik.
Peranan data dan informasi terkait harga menjadi semakin penting seiring upaya
pemerintah daerah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dengan
diberlakukannya PP Nomor 78 Tahun 2015, data inflasi menjadi salah satu penentu
kenaikan upah buruh. Hal ini tentu sangat krusial dan perlu disikapi dengan penyediaan
data inflasi yang semakin akurat.
Saya menyambut baik terbitnya laporan ini. Saya berharap informasi yang
disampaikan dapat memberikan masukan berharga bagi program kerja Tim
Penaggulangan Inflasi Daerah (TPID) selanjutnya. Akhirnya, saya mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah mendukung
terselesaikannya publikasi ini, semoga dapat memberikan manfaat bagi kita semua.
H. AUNUR RAFIQ
iii
DAFTAR ISI
I. Pendahuluan 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Maksud dan Tujuan 2
II. Landasan Teori 3
III. Metodologi 5
3.1 Ruang Lingkup 5
3.2 Metode Penghitungan Inflasi 5
3.3 Pembentukan Indeks Harga Konsumen (IHK) Tahun Dasar 8
3.3.1 Relatif Harga (RH) Tahun Dasar 8
3.3.2 Nilai Konsumsi (NK) Tahun Dasar 9
3.3.3 Indeks Harga Konsumen (IHK) Tahun Dasar 9
3.4 Pembentukan Indeks Harga Konsumen (IHK) Bulan Berjalan 10
3.4.1 Relatif Harga (RH) Bulan Berjalan 10
3.4.2 Nilai Konsumsi (NK) Bulan Berjalan 11
3.4.3 Indeks Harga Konsumen (IHK) Bulan Berjalan 11
3.5 Penghitungan Inflasi/Deflasi 12
3.5.1 Inflasi/Deflasi per Bulan 12
3.5.2 Sumbangan Inflasi/Deflasi 12
3.6 Interpretasi 13
IV. Ulasan 14
V. Penutup 24
Lampiran 25
iv
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Indeks Harga Konsumen (IHK) Kabupaten Karimun Tahun 2016 15
Tabel 4.3 Laju Inflasi Year on Year (YoY) Kabupaten Karimun Periode 18
Januari – Juni 2016
v
DAFTAR GAMBAR
vi
I. PENDAHULUAN
1. inflasi domestik yang tinggi menyebabkan tingkat balas jasa riil terhadap aset
finansial domestik menjadi lebih rendah, bahkan seringkali negatif, sehingga
dapat mengganggu mobilisasi dana domestik dan bahkan dapat mengurangi
tabungan domestik yang menjadi sumber dana investasi;
2. inflasi dapat menyebabkan daya saing barang ekspor berkurang dan dapat
menimbulkan defisit dalam transaksi berjalan dan sekaligus dapat
meningkatkan utang luar negeri;
3. inflasi dapat memperburuk distribusi pendapatan dengan terjadinya transfer
sumberdaya dari konsumen dan golongan berpenghasilan tetap kepada
produsen;
4. inflasi yang tinggi dapat mendorong terjadinya pelarian modal ke luar negeri;
dan
5. inflasi yang tinggi dapat menyebabkan kenaikan tingkat bunga nominal yang
dapat mengganggu tingkat investasi yang dibutuhkan untuk memacu tingkat
pertumbuhan ekonomi tertentu.
Inflasi di suatu daerah atau negara pada waktu tertentu dapat berbeda-beda
tergantung pada indikator dan tahun dasar yang digunakan. Salah satu indikator
yang digunakan adalah perubahan Indeks Harga Konsumen (IHK) atau Indeks Biaya
Hidup (IBH).
Pada Tahun 2012 BPS telah melaksanakan Survei Biaya Hidup yang nantinya
akan digunakan sebagai tahun dasar baru yang sebelumnya menggunakan tahun
dasar tahun 2007. Kegiatan SBH ini dilaksanakan pada 33 Ibukota Propinsi serta 51
kabupaten/kota terpilih. Pemantauan data HK meliputi 249-353 jenis barang dan
jasa yang diwakili oleh 1-3 kualitas/merk untuk setiap komoditas. Kualitas/merk
barang dan jasa yang dimaksud umumnya banyak dikonsumsi oleh masyarakat di
kota bersangkutan. Harga setiap jenis barang/jasa ditanyakan kepada tiga sampai
empat responden.
Laporan Hasil Survei Harga Konsumen Tahun 2016 5
Survei Harga Konsumen (SHK) dan Survei Biaya Hidup (SBH) hanya
dilaksanakan di beberapa daerah sampel yang berstatus kota, bukan kabupaten.
Namun demi tersedianya data Inflasi yang dirasakan sangat besar manfaatnya bagi
pengambilan kebijakan pemerintah, maka BPS Kabupaten Karimun bekerja sama
dengan Pemerintah Daerah melalui Bagian Perekonomian Sekretariat Daerah
Kabupaten Karimun melaksanakan SHK. Untuk keperluan penghitungan IHK, Nilai
Konsumsi Dasar yang digunakan adalah angka hasil dari Survei Biaya Hidup (SBH)
tahun 2012 di Tanjungpinang sebagai kota yang memiliki karakteristik paling dekat
dengan Karimun.
Keterangan:
Relatif harga (RH) per bulan pada tahun dasar untuk setiap jenis barang dan
jasa digunakan untuk memperoleh nilai konsumsi (NK) perbulan pada tahun dasar.
RH per bulan pada tahun dasar adalah harga pada setiap bulan di tahun dasar di
bagi dengan rata-rata harga pada tahun dasar tersebut dikalikan 100.
Formula RH per bulan pada tahun dasar (tahun 2012) adalah sebagai
berikut:
̅
= x 100 ; ̅ =
̅
̅ ̅ ̅
̅ =
dimana:
= Relatif harga jenis barang i pada bulan ke-j
(j = Januari 2012, ... , Desember 2012)
̅ = Rata-rata harga barang jenis i dari m kualitas pada bulan
ke-j
(j = Januari 2012, ... , Desember 2012)
= Harga jenis barang i kualitas h1 pada bulan ke-j
(j = Januari 2012, ... , Desember 2012)
= Harga jenis barang i kualitas h2 pada bulan ke-j
(j = Januari 2012, ... , Desember 2012)
= Harga jenis barang i kualitas hm pada bulan ke-j
(j = Januari 2012, ... , Desember 2012)
= Banyaknya kualitas dari jenis barang
̅ = Rata-rata harga jenis barang i pada tahun dasar periode
Januari-Desember 2012)
̅ = Rata-rata harga jenis barang i pada bulan Januari 2012
̅ = Rata-rata harga jenis barang i pada bulan Desember 2012
Nilai konsumsi (NK) per bulan pada tahun dasar, yaitu nilai konsumsi pada
bulan Januari 2012 hingga Desember 2012. NK per bulan pada tahun dasar
diperoleh dengan cara mengalikan NK rata-rata pada tahun dasar yang diperoleh
dari SBH 2012 (Nilai Konsumsi Dasar/NKD) dengan RH per bulan pada tahun dasar
dibagi 100. Formula NK per bulan pada tahun dasar adalah sebagai berikut:
dimana :
∑ ( ) ∑ ( )
= ∑
100 = ∑
100
dimana :
Relatif Harga (RH) pada bulan berjalan adalah perbandingan harga pada
bulan ke-n dengan bulan ke-(n-1) dikalikan 100. Formula RH bulan berjalan adalah
sebagai berikut:
= 100 ; =
( )
dimana :
( )
=
dimana :
= 100
dimana :
( ) = x 100 , atau
=( ) – 100
dimana :
( ) ( ) ( )
( ) = ( ) =∑ 100
( )
3.6 Interpretasi
Inflasi pada bulan ke-t sebesar 1 persen. Artinya, jika harga suatu barang di
bulan t-1 adalah 1000 rupiah, maka pada bulan t terjadi kenaikan harga sebesar 1%
x 1000 = 10, dengan kata lain harga pada bulan t menjadi 1010 rupiah. Sedangkan
deflasi pada bulan ke-t sebesar 1 persen. Artinya, jika harga suatu barang di bulan t-
1 adalah 1000 rupiah, maka pada bulan t terjadi penurunan harga sebesar 1% x
1000 = 10, dengan kata lain harga pada bulan t menjadi 990 rupiah.
Inflasi periode t sebesar 1 persen menggambarkan bahwa bahwa
dibandingkan IHK dengan periode dasar yang menjadi acuan, telah terjadi
perubahan IHK sebesar 1 persen. Jika IHK dibandingkan bulan yang sama antar
tahun, maka disebut Inflasi Year on Year (YoY). Sementara jika IHK dibandingkan
suatu bulan terhadap bulan januari dalam tahun yang sama maka disebut sebagai
Inflasi tahun kalender. Perbandingan antara IHK periode t dengan IHK periode
dasar dikenal sebagai laju inflasi.
Jika inflasi suatu komoditas sebesar 1 persen, maka andil inflasi suatu
komoditas A sebesar 0,5 persen menggambarkan bahwa kenaikan harga sebesar 1
persen tersebut, separuhnya disumbangkan oleh komoditas A.
300
242
250 227 227
204 197
184 190 193
200 173 164 167 179 165 171 164
153 153 163 154 158
140 145 149 131 138
149
136 131 138
150 120 125 120 122 121 129
109 109 118 108 114
101 99 90 92 98 104 97 90 103
102
89 87 83 82 87 88 90
79 76
100 65 66 68 74 64
52 42
50
IHK
Kelompok
Jul’15- Jan’16 Februari Maret
(1) (2) (3) (4)
Umum 121,52 121,75 121,86
1. Bahan Makanan 139,36 140,46 141,31
2. Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau 129,41 129,73 129,61
3. Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar 116,00 115,90 115,85
4. Sandang 120,79 120,89 120,85
5. Kesehatan 110,66 110,69 110,69
6. Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga 117,40 117,40 117,40
7. Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan 105,46 105,46 105,46
IHK
Kelompok
April Mei Juni
(1) (5) (6) (7)
Umum 121,19 122,05 123,79
1. Bahan Makanan 140,98 144,48 149,10
2. Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau 129,84 130,67 131,10
3. Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar 114,58 115,09 117,10
4. Sandang 121,26 121,56 122,60
5. Kesehatan 110,05 110,09 110,38
6. Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga 117,40 117,34 119,17
7. Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan 103,95 103,46 103,53
IHK
Kelompok
Oktober November Desember
(1) (11) (12) (13)
Umum 126,32 127,03 127,28
1. Bahan Makanan 144,23 148,06 148,29
2. Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau 132,38 131,92 132,58
3. Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar 126,18 126,37 126,45
4. Sandang 126,12 125,90 126,31
5. Kesehatan 109,89 111,51 112,03
6. Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga 124,11 123,67 123,73
7. Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan 102,94 102,93 102,99
2.00 1.94
1.50
1.43
1.29
1.17 1.13
1.00 1.04
0.71
0.50 0.56 0.56
0.45 0.45
0.33 0.36 0.29
0.18 0.19
- 0.04 0.07 0.09 0.01
(0.50) (0.55)
(1.00) (1.02)
(1.50)
Inflasi (%)
Kelompok
Jul’15- Jan’16 Februari Maret
(1) (2) (3) (4)
Umum 1,94 0,18 0,09
1. Bahan Makanan 6,07 0,79 0,60
2. Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau 4,73 0,25 -0,09
3. Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar 0,30 -0,09 -0,05
4. Sandang 1,07 0,09 -0,03
5. Kesehatan 0,33 0,03 -0,00
6. Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga 0,54 0,00 0,00
7. Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan -1,37 0,00 0.00
Inflasi (%)
Kelompok
April Mei Juni
(1) (5) (6) (7)
Umum -0,55 0,71 1,43
1. Bahan Makanan -0,24 2,48 3,20
2. Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau 0,18 0,64 0,33
3. Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar -1,09 0,45 1,74
4. Sandang 0,33 0,25 0,85
5. Kesehatan -0,58 0,04 0,27
6. Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga -0,05 0,00 1,56
7. Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan -1,43 -0,47 0,06
Inflasi (%)
Kelompok
Oktober November Desember
(1) (11) (12) (13)
Umum 0,45 0,56 0,19
1. Bahan Makanan -1,05 2,66 0,15
2. Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau -0,67 -0,34 0,50
3. Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar 3,74 0,15 0,06
4. Sandang -0,14 -0,17 0,33
5. Kesehatan -3,90 1,47 0,47
6. Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga -0,64 -0,36 0,05
7. Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan -0,02 -0,01 0,06
5.00
4.00
3.00
2.00
1.00
(1.00)
(2.00)
5.00
4.00
3.00
2.00
1.00
(1.00)
(2.00)
Jul'15-
Feb'16 Mar'16 Apr'16 Mei'16 Jun'16 Jul'16 Ags'16 Sept'16 Okt'16 Nov'16 Des'16
Jan'16
Karimun 1.94 0.18 0.09 (0.55) 0.71 1.43 1.29 0.01 0.29 0.45 0.56 0.19
Batam 3.76 -0.43 0.26 0.85 -0.07 1.46 1.41 -0.34 0.35 0.07 0.96 0.26
TPI 2.18 0.35 0.29 -1.39 0.11 0.66 1.12 0.06 0.13 0.26 0.30 0.21
Berdasarkan grafik diketahui pola pergerakan inflasi di Kabupaten Karimun, Kota Batam
dan Kota Tanjungpinang. Inflasi Juli’15-Januari’16 tidak dapat dibandingkan dengan bulan-
bulan berikutnya, karena tingginya nilai inflasi pada titik tersebut merupakan hasil
penghitungan komulatif sejak Juli 2015 hingga Januari 2016 sebagai akibat tidak adanya
pendataan selama periode Juli sampai Desember 2015.
Selama bulan Februari sampai dengan Desember 2016, inflasi di ketiga daerah ini pada
bulan Juni dan Juli lebih tinggi dibandingkan dengan bulan lainnya. Perubahan harga
barang/jasa menjelang dan selama hari raya menjadi penyebab utama inflasi pada periode ini.
Deflasi di Kabupaten Karimun dan Kota Tanjungpinang hanya terjadi pada bulan April,
sedangkan di Kota Batam mengalami deflasi pada bulan Februari dan Agustus.
Sejak bulan Januari sampai dengan Desember 2016 harga berbagai komoditas barang
dan jasa di Kabupaten Karimun mengalami perubahan harga, baik kenaikan maupun
penurunan. Melalui penghitungan indeks harga konsumen diketahui besaran inflasi yang terjadi.
Selama tahun 2016, inflasi tertinggi terjadi pada bulan Juni, sebesar 1,43 persen, sedangkan
deflasi terendah terjadi pada bulan April sebesar 0,55 persen.
Beberapa kondisi yang mempengaruhi inflasi/deflasi di Kabupaten Karimun
diantaranya:
• Pasokan beras/raskin yang terjaga di awal tahun menyebabkan inflasi cukup terkendali
utamanya pada kelompok bahan makanan
• Adanya penyesuaian harga beberapa administered price seperti elpiji, BBM, tarif listrik
• Adanya kenaikan permintaan beberapa komoditas menjelang perayaan hari besar
keagamaan maupun perayaan tahun baru
• Pengaruh kondisi cuaca:
a. menyebabkan harga ikan sebagai komoditas konsumsi utama bergejolak
b. pasokan sayuran dari daerah asal terhambat karena gagal panen/banjir