A. Definisi
Korio adalah istilah yang diambil dari vili korionik (chorionic villi) yaitu salah satu
komponen dari manusia. Istilah karsinoma pula merujuk kepada kanker yang berasal dal sel-sel
epitelial. Disebabkan kanker ini mempunyai atau berasal dari salah satu komponen dari atau
plasenta maka salah satu ciri khusus kanker ini adalah ia bisa menghasilkan hormon HCG
(Human Chorionic Gonadotrophin) yang sangat tinggi malah lebih tinggi daripada wanitawanita yang hamil. Penyakit koriokarsinoma boleh berlaku kepada siapa yang pernah hamil
termasuk kepada wanita-wanita yang pernah mengalami kehamilan molar. Tidak seperti
kehamilan molar, koriokarsinoma bisa terjadi di berbagai organ tubuh seperti hati, limpa, paruparu, tulang belakang dan otak. Koriokarsinoma bisa juga terjadi di dinding rahim.
Koriokarsinoma adalah sejenis kanker yang agresif tetapi sangat sensitif kepada obat kemoterapi
menjadikannya salah satu kanker yang bisa sembuh sepenuhnya. Koriokarsinoma bisa menjadi
salah satu komplikasi jangkapanjang kehamilan molar. Walau bagaimanapun kemungkinan
berlakunya komplikasi ini adalah sangat kecil di mana cuma 2-3 peratus saja ke koriokarsinoma
berlaku selepas kehamilan molar.
Koriokarsinoma bisa berlaku dalam beberapa bulan hingga beberapa tahun selepas kehamilan
normal, keguguran ataupun kehamilan luar rahim. Koriokarsinoma yang terjadi beberapa tahun
selepas kehamilan normal dikatakan jenis yang paling agresif. Koriokarsinoma adalah tumor
ganas (maligna) dari trofoblast dan biasanya timbul setelah kehamilan mola, kadang-kadang
setelah abortus atau persalinan. Bila dibandingkan dengan jenis kanker ginekologik lainnya
koriokarsinoma mempunyai sifat yang berbeda misalnya :
1. koriokarsinoma mempunyai periode laten yang dapat diukur, yaitu jarak waktu antara
akhir kehamilan dan terjadinya keganasan.
2. sering menyerang wanita muda.
3. dapat sembuh secara tuntas tanpa kehilangan fungsi reproduksi, dengan pengobatan
sitostatik
4. Dapat sembuh tanpa pengobatan melalui proses regresi spontan.
B.
Klasifikasi
C.
Etiologi
Etiologi terjadinya koriokarsinoma belum jelas diketahui. Trofoblas normal cenderung menjadi
invasive dan erosi pembuluh darah berlebih-lebihan. Metastase sering terjadi lebih dini dan
biasanya sering melalui pembuluh darah jarang melalui getah bening. Tempat metastase yang
paling sering adalah paru- paru 75% dan kemudian vagina 50%. Pada beberapa kasus
metastase dapat terjadi pada vulva, ovarium, hepar, ginjal, dan otak Cunningham, 1990.
Wikipedia, 2009 menyebutkan bahwa koriokarsinoma selama kehamilan bisa didahului oleh:
1. Mola hidatidosa ( 50% kasus )
2. Aborsi spontan ( 20% kasus )
3. Kehamilan ektopik ( 2% kasus )
4. Kehamilan normal ( 20-30% kasus )
Faktor-faktor yang menyebabkan antara lain:
1. Faktor ovum
Ovum memang sudah patologik sehingga mati, tetapi terlambat dikeluarkan.
1. Immunoselektif dari trofoblast
Yaitu dengan kematian fetus, pembuluh darah pada stroma villi menjadi jarang dan stroma villi
menjadi sembab dan akhirnya terjadi hyperplasia sel- sel trofoblast.
1. Keadaan sosial ekonomi yang rendah
Keadaan sosial ekonomi akan berpengaruh terhadap pemenuhan gizi ibu yang pada akhirnya
akan mempengaruhi pembentukan ovum abnormal yang mengarah pada terbentuknya mola
hidatidosa.
1. Paritas tinggi
Ibu dengan paritas tinggi, memiliki kemungkinan terjadinya abnormalitas pada kehamilan
berikutnya, sehingga ada kemungkinan kehamilan berkembang menjadi mola hidatidosa dan
berikutnya menjadi koriokarsinoma.
1. Kekurangan protein
Sesuai dengan fungsi protein untuk pembentukan jaringan atau fetus sehingga apabila terjadi
kekurangan protein saat hamil menyebabkan gangguan pembentukan fetus secara sempurna yang
menimbulkan jonjot-jonjot korion
darah sangatlah besar. Apabila mengenai endometrium, akan terjadi perdarahan, kerontokan dan
infeksi permukaan. Masa jaringan yang terbenam di miometrium dapat meluas keluar , muncul
di uterus sebagai nodul-nodul gelap irreguler yang akhirnya menembus peritoneum.
Gambaran diagnostik yang penting pada koriokarsinoma, berbeda dengan mola hidatidosa atau
mola invasif adalah tidak adanya pola vilus. Baik unsur sitotrofoblas maupun sinsitium terlibat,
walaupun salah satunya mungkin predominan. Dijumpai anplasia sel, sering mencolok, tetapi
kurang bermanfaat sebagai kriteria diagnostik pada keganasan trofoblas dibandingkan dengan
pada tumor lain. Pada pemeriksaan hasil kuretase uterus, kesulitan evaluasi sitologis adalah salah
satu faktor penyebab kesalahan diagnosis koriokarsinoma. Sel-sel trofoblas normal di tempat
plasenta secara salah di diagnosis sebagai koriokarsinoma. Metastasis sering berlangsung dini
dan umumnya hematogen karena afinitas trofoblas terhadap pembuluh darah.
Koriokarsinoma dapat terjadi setelah mola hidatidosa, abortus, kehamilan ektopik atau
kehamilan normal . tanda tersering, walaupun tidak selalu ada, adalah perdarahan irreguler
setelah masa nifas dini disertai subinvolusi uterus. Perdarahan dapat kontinyu atau intermitten,
dengan perdarahan mendadak dan kadang-kadang masif. Perforasi uterus akibat pertumbuhan
tumor dapat menyebabkan perdarahan intraperitonium. Pada banyak kasus, tanda pertama
mungkin adalah lesi metatatik. Mungkin ditemukan tumor vagina atau vulva. Wanita yang
bersangkutan mungkin mengeluh batuk dan sputum berdarah akibat metastasis di paru. Pada
beberapa kasus, di uterus atau pelvis tidak mungkin dijumpai koriokarsinoma karena lesi aslinya
telah lenyap, dan yang tersisa hanya metastasis jauh yang tumbuh aktif. Apabila tidak di terapi,
koriokarsinoma akan berkembang cepat dan pada mayoritas kasus pasien biasanya akan
meninggal dalam beberapa bulan. Kausa kematian tersering adalah perdarahan di berbagai
lokasi.
Pasien di golongkan beresiko tinggi jiika penyakit lebih dari 4 bulan, kadar gonadotropin serum
lebih dari 40.000 mIU/ml, metastasis ke otak atau hati, tumor timbul setelah kehamilan aterm,
atau riwayat kegagalan kemoterapi, namun menghasilkan anagka kesembuhan tertinggi dengan
kemoterapi kombinasi yaitu menggunakan etoposid, metotreksat, aktinomisin, siklofosfamid, dan
vinkristin(Schorage et al, 2000).
F.
Stadium Koriokarsinoma
Penatalaksanaan Medis
1. Kemoterapi
Koriokarsinoma merupakan tumor yang sensitif terhadap obat-obatan kemoterapi, dari hasil
survey menunjukkan bahwa dengan kemoterapi pasien dengan koriokarsinoma mengalami
kesembuhan 90-95%.
1. Terapi dengan agen single methotrexate or actinomycin D Terapi ini digunakan untuk
koriokarsinoma yang belum bermetastase meluas ke seluruh tubuh atau dengan skala
ringan.
2. Terapi kombinasi EMACO (etoposide, methotrexate, actinomycin D, cyclosphosphamide
and oncovin) Terapi komplek ini digunakan untuk koriokarsinoma dengan skala sedang
atau berat.
3. Hysterektomi
Biasa dilakukan pada wanita dengan usia 40 tahun atau pada wanita yang memang
menginginkan untuk dilakukan hysterektomi. Hysterektomi juga disarankan pada infeksi berat
dan perdarahan yang tidak terkendali
H. Diagnosa Keperawatan
1.
1. PK anemia b.d. perdarahan berulang
2. Gangguan rasa nyaman: nyeri akut b.d perdarahan, proses penjalaran penyakit.
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d penurunan asupan
oral, ketidaknyamanan mulut, mual sekunder akibat peningkatan kadar -hCG.
4. Ansietas b.d ancaman intregritas biologis aktual atau yang dirasa sekunder akibat
penyakit.
5. Ketidakefektifan pola seksualitas b.d ketakutan terkaitan perdarahan per vagina
2. Intervensi keperawatan yang bisa dilakukan pada diagnosa keperawatan diatas antara
lain :
1. PK anemia b.d. perdarahan berulang
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam klien dapat
mempertahankan keseimbangan cairan.
Kriteria Hasil :
1. Perdarahan tidak ada
Intervensi:
1. Monitor tanda-tanda vital klien dalam batas normal (TD 120/80 mmHg, nadi 88 x/menit,
RR 22 24 x/menit, suhu 36-37 C).
2. Mengawasi turgor kulit rasionalnya juga untuk memonitor adanya tanda-tanda dehidrasi.
3. Monitor intake dan output rasionalnya kita dapat mengetahui dengan segera cairan yang
masuk dan keluar baik lewat peroral maupun parental.
4. Tingkatkan dan pantau keseimbangan cairan dan elektrolit
5. Pantau cairan IV
6. Kolaborasi dokter untuk pemberian therapy rasionalnya adalah untuk mencegah
terjadinya kekurangan cairan lebih lanjut sehingga sesegera mungkin diberikan therapy.
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d penurunan asupan oral,
ketidaknyamanan mulut, mual akibat peningkatan kadar -hCG
Tujuan
Kriteria Hasil
5. Tawarkan makanan porsi kecil tapi sering untuk mengurangi perasaan tegang pada
lambung
6. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk penetapan asupan nutrisi klien
7. Pantau kadar -hCG pasien secara berkala
8. Pantau porsi makan yang dihabiskan klien
4.
Ansietas b.d ancaman intregritas biologis aktual atau yang dirasa sekunder akibat
penyakit
Tujuan
Kriteria Hasil:
1. Klien terlihat tidak cemas akibat penyakitnya
2
Intervensi:
1. Beri kenyamanan dan ketentraman hati.
2. Singkirkan stimulasi yang berlebihan.
3. Bila ansietas telah berkurang dan cukup untuk terjadi pemahaman, bantu klien mengenali
ansietas untuk mulai memahami atau memecahkan masalah.
4. Gali intervensi yang menurunkan ansietas
5. Beri aktivitas yang dapat menurunkan tegangan.
6. Pantau keadaan umum klien
5.
Tujuan
Kriteria Hasil:
Intervensi:
1
Jelaskan pada klien waktu untuk melakukan hubungan seksual sesuai kondisinya
5
Tekankan bahwa penyakitnya tidak mempunyai dampak yang serius pada fungsi
seksualitasnyaPantau keadaan umum klien
Silahkan baca juga Mola Hidatidosa