Disusun Oleh:
: 145080607111008
Kelas : K03
2016
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.............................................................................................. ii
DAFTAR GAMBAR................................................................................... iii
1 PENDAHULUAN.................................................................................... 1
1.1
Latar Belakang..........................................................................1
1.2
Tujuan........................................................................................ 1
2 TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................2
2.1 Karang.......................................................................................... 2
2.2 Landsat 8...................................................................................... 2
2.3 Rumus Lyzenga............................................................................. 3
3 METODOLOGI...................................................................................... 5
3.1 Langkah Kerja Pemetaan Tutupan Karang.....................................5
4 HASIL DAN PEMBAHASAN..................................................................19
4.1 Hasil Peta Persebaran Terumbu Karang.......................................19
4.2 Hasil Tutupan Karang Hidup dan Karang Mati.............................20
5 PENUTUP........................................................................................... 21
5.1 Kesimpulan................................................................................. 21
5.2 Kritik dan Saran Praktikum..........................................................21
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................22
ii
DAFTAR GAMBAR
iii
1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Karang
untuk aerosol garis pantai dan kanal 9: 1375 nm untuk deteksi cirrus; akan tetapi
tidak mempunyai kanal inframerah termal. Sensor lainnya yaitu Thermal Infrared
Sensor (TIRS) ditetapkan sebagai pilihan (optional), yang dapat menghasilkan
kontinuitas data untuk kanal-kanal inframerah termal yang tidak dicitrakan oleh
sensor pada OLI (Sitanggang, 2010).
Landsat 8 adalah salah satu seri Landsat NASA. Landsat 8 merupakan
satelit observasi bumi Amerika yang diluncurkan pada tanggal 11 Februari 2013.
Ini adalah satelit kedelapan dalam program Landsat; ketujuh untuk berhasil
mencapai orbit. Awalnya disebut Landsat data Continuity Mission, itu adalah
sebuah kolaborasi antara NASA dan Geological Survey Amerika Serikat. Data
satelit Landsat 8 tersedia di situs Earth Explorer dan bebas biaya. Dalam
penelitian ini, para TIR band 10 dan 11 digunakan untuk memperkirakan suhu
kecerahan dan OLI band spektral 2, 3, 4 dan 5 yang digunakan untuk
menghasilkan NDVI dari daerah penelitian. Landsat 8 menyediakan metadata
dari band-band seperti termal konstan, scaling nilai faktor lain, yang dapat
digunakan untuk menghitung berbagai algoritma seperti LST (Rajeshwari, 2014).
2.3 Rumus Lyzenga
Lyzenga
menunjukkan
bahwa
dibawah
pantulan
cahaya
bisa
diasumsikan sebagai fungsi sekitar linear dari reflektansi bawah dan fungsi
eksponensial dari kedalaman air. Fungsi logaritma natural dari nilai cahaya
ditambahkan ke linearize efek pelemahan terhadap kedalaman, dengan
demikian, cahaya diubah menjadi (X ()) yang dapat dibangun. Pada langkah ini
linierisasi, metode Lyzenga juga terlibat koreksi kebisingan
menggunakan
nilai rata-rata dari pancaran pixel dalam air atau NIR Band pancaran (Manessa,
2014).
Algoritma yang digunakan pada pengolahan data adalah algoritma
lyzenga sebagai koreksi kolom air. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
terdiri dari tahapan pengolahan data citra pada tahun 2008 dan 2010 mulai dari
koreksi radiometrik dan geometrik, pemisahan daerah daratan dan perairan,
yang
berdasarkan
algoritma
penurunan
standard
exponential
3 METODOLOGI
3.1 Langkah Kerja Pemetaan Tutupan Karang
2. Duplicate layer menjadi 7, beri nama sesuai urutan dan load datasets tiap
band sesuai urutan nama lalu refresh image
3. Crop wilayah Taman Nasional Bunaken dan save as dalam format .ers
4. Open file hasil cropping lalu input formula dengan rumus reflektansi
((0.00002*I1)-0.1)/(sun elevation), kemudian klik apply changes
5. Duplicate layer menjadi 7, beri nama sesuai urutan lalu refresh image
6
7. Open file reflektan, lalu pada toolbar pilih forestry dan klik RGB pada
menu bar
8. Aktifkan tools pembuatan region dengan menu edit, lalu create regions
9. Buat region dengan tools polygon kemudian apply satu per satu region
yang dibuat hingga 30 region. Setelah dibuat 30 region maka di save
overwrite lalu akan keluar jumlah region yang dibuat
10. Pada menu process, pilih calculate statistics. Saat calculate statistics
ubah subsampling menjadi 1 dan centang force recalculate data lalu ok
11. Pada menu view, pilih statistic, pilih area summary report. Setelah keluar
tools maka ubah report type menjadi means summary report lalu save file
dalam bentuk all files untuk diolah di Ms. Excel.
12. Buka program Ms. Excel dan open file hasil means summary report region
yang ada. Setelah itu, cari nilai varian dari band 1 dan band 2 dengan
rumus =VAR(keseluruhan band 1 atau 2), kemudian cari nilai covarian
dengan rumus =COVAR(keseluruhan band1 dan band2)
10
14. Selanjutnya open file reflektan kemudian ubah formula dengan Rumus
Lyzenga. Rumus: if I1/I2 < then (log(I3)+(ki/kj*log(I2))) else null
11
15. Kemudian ubah urutan menjadi band 5, 3, dan 2 lalu gunakan fitur edit
transform limit untuk memisahkan pulau, daratan, dan tutupan karang
12
16. Pada menu process, pilih classification, lalu piih ISOCLASS unsupervised
untuk melakukan klasifikasi unsupervised. Masukkan input file reflektan
dan output unsupervised.ers. Ubah nilai max number of classes menjadi
50, max standard deviation 2, distance between menjadi 1, dan
autoregenerate menjadi 5
13
17. Klik kanan pada layer ubah menjadi class display. Kemudian di menu edit
pilih edit regions
14
18. Ubah warna sesuai hasil reflektan dalam format .tiff. Cocokkan laut/darat
menjadi warna putih, karang hidup menjadi pink/magenta, karang mati
menjadi cyan, dan pasir menjadi kuning. Setelah itu save as file dalam
bentuk .tiff untuk diolah di ENVI 4.5
15
19. Buka program ENVI, pilih menu file kemudian open file .tiff, pilih load
RGB
20. Pada menu tools, pilih region of interest, lalu pilih RGB tool
21. Buat region baru untuk mewakili darat/laut, pasir, karang mati, dan karang
hidup
16
22. Klik select all items dan arahkan output file ketempat folder menyimpan
file .ers dan beri nama envi_1 dan envi_2, lalu klik ok
23. Pilih menu classification, pilih supervised, lalu pilih Minimum distance.
Kemudian klik select all items dan arahkan output file ketempat folder
menyimpan file .ers dan beri nama envi_3 dan envi_4, lalu klik ok
17
25. Pilih file paralel_klasifikasi pada envi 1 dan klik ok. Setelah itu save file
dalam bentuk .shp untuk dilakukan layouting di ArcMap
18
Dari peta persebaran terumbu karang diatas dapat dianalisis bahwa area
tutupan karang hidup adalah lebih banyak atau lebih luas daripada area tutupan
karang mati. Hal ini diduga karena area Bunaken sendiri merukapan Taman
Nasional dimana pastinya merupakan area yang dilindungi, sehingga persebaran
karang hidup di perairan Bunaken masih begitu luas. Selain itu letak Taman
Nasional Bunaken sendiri yang berada di wilayah tropis menjadi salah satu faktor
bagi karang untuk dapat tumbuh dan berkembang dengan baik sehingga potensi
jumlah karang hidup di Bunaken masih tergolong banyak.
19
Dari data area penutupan karang hidup dan karang mati diatas, diperoleh
hasil sebagai berikut. Total area tutupan Karang Hidup = 1.181.700 m 2 dan total
area tutupan Karang Mati = 626.400 m2 .Dari hasil diatas, dapat dilihat bahwa di
perairan Taman Nasional Bunaken memiliki area tutupan karang hidup lebih luas
daripada area tutupan karang mati dengan selisih area seluas 555.300 m 2.
Walaupun begitu, nilai total area tutupan karang mati berjumlah setengah dari
total area tutupan karang hidup, sehingga perlu dilakukan perlindungan serta
konservasi terhadap ekosistem terumbu karang disana agar total area tutupan
karang mati tidak bertambah atau dapat berkurang. Diharapkan peran
masyarakat maupun pemerintah setempat untuk senantiasa menjaga kondisi
lingkungan, terumatama terumbu karang agar tidak sampai terjadi lagi adanya
karang yang mati.
20
5 PENUTUP
5.1 Kesimpulan
21
DAFTAR PUSTAKA
Aulia, K.N., Kasmara, H., Erawan, T.S., dan Natsir, S.M. 2012. KONDISI
PERAIRAN TERUMBU KARANG DENGAN FORAMINIFERA BENTIK
SEBAGAI
BIOINDIKATOR
BERDASARKAN
FORAM
Index
DI
University:
Japan.Rahman.
Shallow-Water
Benthic
22