Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PRAKTIKUM

PENGINDRAAN JAUH KELAUTAN


PROJECT 2
Pemetaan Tutupan Karang pada tahun 2015 di Pulau Bunaken dengan
Menggunakan Citra Satelit LANDSAT 8
Mata Kuliah : Penginderaan Jauh Kelautan

Disusun Oleh:

Nama : Faisal Adam Nugroho


NIM

: 145080607111008

Kelas : K03

PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG

2016

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.............................................................................................. ii
DAFTAR GAMBAR................................................................................... iii
1 PENDAHULUAN.................................................................................... 1
1.1

Latar Belakang..........................................................................1

1.2

Tujuan........................................................................................ 1

2 TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................2
2.1 Karang.......................................................................................... 2
2.2 Landsat 8...................................................................................... 2
2.3 Rumus Lyzenga............................................................................. 3
3 METODOLOGI...................................................................................... 5
3.1 Langkah Kerja Pemetaan Tutupan Karang.....................................5
4 HASIL DAN PEMBAHASAN..................................................................19
4.1 Hasil Peta Persebaran Terumbu Karang.......................................19
4.2 Hasil Tutupan Karang Hidup dan Karang Mati.............................20
5 PENUTUP........................................................................................... 21
5.1 Kesimpulan................................................................................. 21
5.2 Kritik dan Saran Praktikum..........................................................21
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................22

ii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Load Datasets di ER Mapper...............................................................5


Gambar 2 Duplicate Layer menjadi 7....................................................................5
Gambar 3 Cropping dan save as .ers...................................................................6
Gambar 4 Input Rumus Reflektansi......................................................................6
Gambar 5 Duplicate layer menjadi 7.....................................................................7
Gambar 6 Save as Gambar dalam .ers & .tiff.......................................................7
Gambar 7 Open file Reflectant, klik RGB..............................................................8
Gambar 8 Create Regions....................................................................................8
Gambar 9 Buat 30 Regions, Save Overwrite........................................................9
Gambar 10 Calculate Statistics.............................................................................9
Gambar 11 Area Summary Report......................................................................10
Gambar 12 Var Band 1, Var Band 2, CoVar Band 1 & 2.....................................10
Gambar 13 Nilai a dan Nilai ki/kj.........................................................................11
Gambar 14 Rumus Lyzenga...............................................................................11
Gambar 15 Transform Limit (1)...........................................................................12
Gambar 16 Transform Limit (2)...........................................................................12
Gambar 17 Unsupervised Classification (1)........................................................13
Gambar 18 Unsupervised Classification (2)........................................................13
Gambar 19 Class Display...................................................................................14
Gambar 20 Edit Regions.....................................................................................14
Gambar 21 Edit Class Regions (Darat)...............................................................15
Gambar 22 Edit Class Regions (Karang Hidup)..................................................15
Gambar 23 Edit Class Regions (Karang Mati)....................................................15
Gambar 24 ENVI, load RGB...............................................................................16
Gambar 25 RGB Tool.........................................................................................16
Gambar 26 Create New Regions........................................................................16
Gambar 27 Parallelepiped..................................................................................17
Gambar 28 Minimum Distance...........................................................................17
Gambar 29 Classification to Vector.....................................................................17
Gambar 30 Save file as .shp...............................................................................18
Gambar 31 Layouting di ArcMap (1)...................................................................18
Gambar 32 Peta Persebaran Terumbu Karang...................................................19
Gambar 33 Area Tutupan Karang Hidup.............................................................20
Gambar 34 Area Tutupan Karang Mati...............................................................20

iii

1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan Negara kepulauan dengan luas lautan yang lebih


besar daripada daratan. Keadaan ini menjadikan Indonesia sebagai Negara yang
memiliki kekayaan sumber daya perairan yang tinggi serta sumber daya hayati
perairan yang sangat beragam. Selain itu, Indonesia merupakan negara yang
berilkim tropis dimana suhu hangat yang ada dapat menunjang berbagai
kehidupan khususnya kehidupan di laut. Keanekaragaman sumberdaya perairan
Indonesia meliputi sumberdaya terumbu karang maupun sumberdaya ikan.
Ekosistem terumbu karang merupakan salah satu ekosistem khas pesisir tropis
yang memiliki berbagai peran dan fungsi yang penting, diantaranya yaitu fungsi
ekologis sebagai penyedia nutrien bagi biota perairan, pelindung fisik, tempat
pemijahan biota perairan, tempat bermain, dan asuhan bagi berbagai biota.
Fungsi ekonomis yaitu menghasilkan berbagai produk yang mempunyai nilai
ekonomi penting seperti berbagai jenis ikan karang, udang karang, alga,
teripang, dan kerang mutiara. Sedangkan fungsi jasa yaitu sebagai tempat tujuan
wisata bahari yang dapat memberikan kepuasan dan nilai ekowisata bagi
peminat dan pengunjungnya.
Total persentase tutupan karang dianalisis berdasarkan data dari satelit.
Data pada praktikum kali ini diperoleh dari cira satelit Landsat-8. Pada satelit ini
data yang dbutuhkan dapat diunduh secara gratis di internet dengan tujuan agar
informasi ini dapat diakses oleh publik. Data yang diperoleh merupakan data
mentah yang selanjutnya akan diolah di aplikasi penunjang seperti ER Mapper,
ENVI, dan ArcMap.
1.2 Tujuan

Tujuan dilakukannya pembuatan Project 2 di Praktikum Penginderaan


Jauh Kelautan ini adalah:
1. Untuk mengetahui persebaran terumbu karang dan total tutupan karang
hidup dan mati di Perairan Taman Nasional Bunaken, Sulawesi Utara
2. Untuk mengetahui cara pengambilan dan pengolahan data dari citra Satelit
ke dalam bentuk Peta
3. Untuk menganalisis peta persebaran yang ada di wilayah tersebut

2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Karang

Ekosistem terumbu karang merupakan ekosistem yang ditemukan di


daerah tropis. Ekosistem ini memiliki produktivitas organik yang sangat tinggi,
serta keragaman biota di dalamnya. Ekosistem terumbu karang merupakan salah
satu ekosistem yang menyediakan kebutuhan laut yang melimpah baik bahan
organik dan non-organik. Ekosistem ini adalah rumah bagi biota laut yang
memiliki manfaat yang penting bagi ikan karang yang sering dimanfaatkan.
Terumbu karang di Indonesia memiliki luas 50.875 km 2 yang merupakan 18%
dari total terumbu karang dunia. Namun, pada tahun 2012 total luas terumbu
karang di Indonesia telah berkurang menjadi 39.500 km2 yang merupakan 16%
dari total terumbu karang dunia (Awak et al., 2016).
Terumbu karang (coral reefs) merupakan ekosistem organisme yang
hidup di dasar perairan yang berupa bentukan batuan kapur (CaCO3) yang cukup
kuat menahan gaya gelombang laut. Organismeorganisme yang dominan hidup
disini adalah binatang-binatang karang yang mempunyai kerangka kapur dan
alga yang banyak diantara terumbu karang juga mengandung kapur. Karang
dibedakan menjadi binatang karang atau karang (reef) sebagai organisme
individu atau komponen dari ekosistem dan terumbu karang (coral reefs) sebagai
suatu ekosistem. Terumbu karang memiliki peran yang sangat besar, karena itu
kerusakan ekosistem terumbu karang dapat mengakibatkan terganggunya
seluruh kehidupan di laut dan pantai yang ada di wilayah tersebut. Pencemaran
oleh berbagai macam limbah di pantai dapat mengganggu kelangsungan hidup
terumbu karang yang memerlukan perairan yang bersih (Aulia et al., 2012).
2.2 Landsat 8

Satelit LDCM (Landsat Data Continuity Mission) dijadwalkan diluncurkan


pada tahun 2011 dari VAFB, CA dengan pesawat peluncur Atlas-V-401. Setelah
meluncur di orbitnya, satelit tersebut akan dinamakan sebagai Landsat-8. Satelit
LDCM (Landsat-8) dirancang diorbitkan pada orbit mendekati lingkaran sikronmatahari, pada ketinggian: 705 km, inklinasi: 98.2, periode: 99 menit, waktu liput
ulang: 16 hari. Satelit LDCM (Landsat-8) dirancang membawa Sensor pencitra
OLI (Operational Land Imager) yang mempunyai kanal-kanal spektral yang
menyerupai sensor ETM+ (Enhanced Thermal Mapper plus) dari Landsat-7.
Sensor pencitra OLI ini mempunyai kanal-kanal baru yaitu: kanal-1: 443 nm

untuk aerosol garis pantai dan kanal 9: 1375 nm untuk deteksi cirrus; akan tetapi
tidak mempunyai kanal inframerah termal. Sensor lainnya yaitu Thermal Infrared
Sensor (TIRS) ditetapkan sebagai pilihan (optional), yang dapat menghasilkan
kontinuitas data untuk kanal-kanal inframerah termal yang tidak dicitrakan oleh
sensor pada OLI (Sitanggang, 2010).
Landsat 8 adalah salah satu seri Landsat NASA. Landsat 8 merupakan
satelit observasi bumi Amerika yang diluncurkan pada tanggal 11 Februari 2013.
Ini adalah satelit kedelapan dalam program Landsat; ketujuh untuk berhasil
mencapai orbit. Awalnya disebut Landsat data Continuity Mission, itu adalah
sebuah kolaborasi antara NASA dan Geological Survey Amerika Serikat. Data
satelit Landsat 8 tersedia di situs Earth Explorer dan bebas biaya. Dalam
penelitian ini, para TIR band 10 dan 11 digunakan untuk memperkirakan suhu
kecerahan dan OLI band spektral 2, 3, 4 dan 5 yang digunakan untuk
menghasilkan NDVI dari daerah penelitian. Landsat 8 menyediakan metadata
dari band-band seperti termal konstan, scaling nilai faktor lain, yang dapat
digunakan untuk menghitung berbagai algoritma seperti LST (Rajeshwari, 2014).
2.3 Rumus Lyzenga

Metode Lyzenga digunakan secara luas untuk analisis transfer radiasi


karena kesederhanaan dari aplikasi untuk perairan dangkal ekosistem terumbu
karang dengan informasi yang terbatas dari sifat air. Teori metode Lyzenga dapat
digambarkan sebagai berikut. Di perairan dangkal, sinar diamati oleh satelit
menggunakan sensor cahaya tampak yang terdiri dari empat komponen, yaitu:
hamburan atmosfer, refleksi permukaan, volume air hamburan, dan refleksi
bawah.

Lyzenga

menunjukkan

bahwa

dibawah

pantulan

cahaya

bisa

diasumsikan sebagai fungsi sekitar linear dari reflektansi bawah dan fungsi
eksponensial dari kedalaman air. Fungsi logaritma natural dari nilai cahaya
ditambahkan ke linearize efek pelemahan terhadap kedalaman, dengan
demikian, cahaya diubah menjadi (X ()) yang dapat dibangun. Pada langkah ini
linierisasi, metode Lyzenga juga terlibat koreksi kebisingan

menggunakan

nilai rata-rata dari pancaran pixel dalam air atau NIR Band pancaran (Manessa,
2014).
Algoritma yang digunakan pada pengolahan data adalah algoritma
lyzenga sebagai koreksi kolom air. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
terdiri dari tahapan pengolahan data citra pada tahun 2008 dan 2010 mulai dari
koreksi radiometrik dan geometrik, pemisahan daerah daratan dan perairan,

algoritma lyzenga dengan rumus: Y = [log(b1)] + [nilai ki/kj*log(b2)]. Dalam


penggunaan algoritma Lyzenga untuk mengetahui kondisi lamun diawali dengan
pembuatan training area yang berjumlah minimal 30 region. Penentuan ketiga
puluh region tersebut dilakukan pada obyek atau area pada citra yang secara
visual dapat diduga atau diidentifikasi sebagai bagian dari ekosistem padang
lamun. Kemudian dilakukan penajaman citra dengan mengkombinasikan band 1
untuk mendeteksi daerah peraiaran dan band 2 untuk mendeteksi klorofil
vegetasi

yang

berdasarkan

algoritma

penurunan

standard

exponential

attenuation model yang menghasilkan persamaan yang disebut transformasi


Lyzenga. Hasil dari transformasi Lyzenga berupa tampilan citra baru yang
menampakkan kelas dasar perairan dangkal (Setiawan et al., 2012).

3 METODOLOGI
3.1 Langkah Kerja Pemetaan Tutupan Karang

1. Load datasets citra satelit di aplikasi ER Mapper dengan edit algorithm


dan pilih band 1
4

Gambar 1. Load Datasets di ER Mapper

2. Duplicate layer menjadi 7, beri nama sesuai urutan dan load datasets tiap
band sesuai urutan nama lalu refresh image

Gambar 2. Duplicate Layer menjadi 7

3. Crop wilayah Taman Nasional Bunaken dan save as dalam format .ers

Gambar 3. Cropping dan save as .ers

4. Open file hasil cropping lalu input formula dengan rumus reflektansi
((0.00002*I1)-0.1)/(sun elevation), kemudian klik apply changes

Gambar 4. Input Rumus Reflektansi

5. Duplicate layer menjadi 7, beri nama sesuai urutan lalu refresh image
6

Gambar 5. Duplicate layer menjadi 7

6. Save as dan beri nama reflektan.ers dan reflektan.tiff

Gambar 6. Save as Gambar dalam .ers & .tif

7. Open file reflektan, lalu pada toolbar pilih forestry dan klik RGB pada
menu bar

Gambar 7. Open file Reflectant, klik RGB

8. Aktifkan tools pembuatan region dengan menu edit, lalu create regions

Gambar 8. Create Regions

9. Buat region dengan tools polygon kemudian apply satu per satu region
yang dibuat hingga 30 region. Setelah dibuat 30 region maka di save
overwrite lalu akan keluar jumlah region yang dibuat

Gambar 9. Buat 30 Regions, Save Overwrite

10. Pada menu process, pilih calculate statistics. Saat calculate statistics
ubah subsampling menjadi 1 dan centang force recalculate data lalu ok

Gambar 10. Calculate Statistics

11. Pada menu view, pilih statistic, pilih area summary report. Setelah keluar
tools maka ubah report type menjadi means summary report lalu save file
dalam bentuk all files untuk diolah di Ms. Excel.

Gambar 11. Area Summary Report

12. Buka program Ms. Excel dan open file hasil means summary report region
yang ada. Setelah itu, cari nilai varian dari band 1 dan band 2 dengan
rumus =VAR(keseluruhan band 1 atau 2), kemudian cari nilai covarian
dengan rumus =COVAR(keseluruhan band1 dan band2)

Gambar 12. Var Band 1, Var Band 2, CoVar Band 1 & 2

10

13. Cari Nilai a dengan rumus a =(varband1-varband2)/(2*covar), kemudian


cari nilai ki/kj dengan rumus ki/kj = a+(SQRT(a^2+1))

Gambar 13. Nilai a dan Nilai ki/kj

14. Selanjutnya open file reflektan kemudian ubah formula dengan Rumus
Lyzenga. Rumus: if I1/I2 < then (log(I3)+(ki/kj*log(I2))) else null

Gambar 14. Rumus Lyzenga

11

15. Kemudian ubah urutan menjadi band 5, 3, dan 2 lalu gunakan fitur edit
transform limit untuk memisahkan pulau, daratan, dan tutupan karang

Gambar 15. Transform Limit (1)

Gambar 16. Transform Limit (2)

12

16. Pada menu process, pilih classification, lalu piih ISOCLASS unsupervised
untuk melakukan klasifikasi unsupervised. Masukkan input file reflektan
dan output unsupervised.ers. Ubah nilai max number of classes menjadi
50, max standard deviation 2, distance between menjadi 1, dan
autoregenerate menjadi 5

Gambar 17. Unsupervised Classification (1)

Gambar 18. Unsupervised Classification (2)

13

17. Klik kanan pada layer ubah menjadi class display. Kemudian di menu edit
pilih edit regions

Gambar 19. Class Display

Gambar 20. Edit Regions

14

18. Ubah warna sesuai hasil reflektan dalam format .tiff. Cocokkan laut/darat
menjadi warna putih, karang hidup menjadi pink/magenta, karang mati
menjadi cyan, dan pasir menjadi kuning. Setelah itu save as file dalam
bentuk .tiff untuk diolah di ENVI 4.5

Gambar 21. Edit Class Regions (Darat)

Gambar 22. Edit Class Regions (Karang Hidup)

Gambar 23. Edit Class Regions (Karang Mati

15

19. Buka program ENVI, pilih menu file kemudian open file .tiff, pilih load
RGB

Gambar 24. ENVI, load RGB

20. Pada menu tools, pilih region of interest, lalu pilih RGB tool

Gambar 25. RGB Tool

21. Buat region baru untuk mewakili darat/laut, pasir, karang mati, dan karang
hidup

Gambar 26. Create New Regions

16

22. Klik select all items dan arahkan output file ketempat folder menyimpan
file .ers dan beri nama envi_1 dan envi_2, lalu klik ok

Gambar 27. Parallelepiped

23. Pilih menu classification, pilih supervised, lalu pilih Minimum distance.
Kemudian klik select all items dan arahkan output file ketempat folder
menyimpan file .ers dan beri nama envi_3 dan envi_4, lalu klik ok

Gambar 28. Minimum Distance

24. Pilih menu vector, pilih classification to vector

Gambar 29. Classification to Vector

17

25. Pilih file paralel_klasifikasi pada envi 1 dan klik ok. Setelah itu save file
dalam bentuk .shp untuk dilakukan layouting di ArcMap

Gambar 30. Save file as .shp

26. Lakukan Layouting di ArcMap, add data darat.shp, karang hidup.shp,


karang mati.shp, pasir.shp, kemudian ubah warna sesuai ketentuan

Gambar 31. Layouting di ArcMap (1)

18

4 HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil Peta Persebaran Terumbu Karang

Gambar 32. Peta Persebaran Terumbu Karang

Dari peta persebaran terumbu karang diatas dapat dianalisis bahwa area
tutupan karang hidup adalah lebih banyak atau lebih luas daripada area tutupan
karang mati. Hal ini diduga karena area Bunaken sendiri merukapan Taman
Nasional dimana pastinya merupakan area yang dilindungi, sehingga persebaran
karang hidup di perairan Bunaken masih begitu luas. Selain itu letak Taman
Nasional Bunaken sendiri yang berada di wilayah tropis menjadi salah satu faktor
bagi karang untuk dapat tumbuh dan berkembang dengan baik sehingga potensi
jumlah karang hidup di Bunaken masih tergolong banyak.

19

4.2 Hasil Tutupan Karang Hidup dan Karang Mati

Gambar 33. Area Tutupan Karang Hidup

Gambar 34. Area Tutupan Karang Mati

Dari data area penutupan karang hidup dan karang mati diatas, diperoleh
hasil sebagai berikut. Total area tutupan Karang Hidup = 1.181.700 m 2 dan total
area tutupan Karang Mati = 626.400 m2 .Dari hasil diatas, dapat dilihat bahwa di
perairan Taman Nasional Bunaken memiliki area tutupan karang hidup lebih luas
daripada area tutupan karang mati dengan selisih area seluas 555.300 m 2.
Walaupun begitu, nilai total area tutupan karang mati berjumlah setengah dari
total area tutupan karang hidup, sehingga perlu dilakukan perlindungan serta
konservasi terhadap ekosistem terumbu karang disana agar total area tutupan
karang mati tidak bertambah atau dapat berkurang. Diharapkan peran
masyarakat maupun pemerintah setempat untuk senantiasa menjaga kondisi
lingkungan, terumatama terumbu karang agar tidak sampai terjadi lagi adanya
karang yang mati.

20

5 PENUTUP
5.1 Kesimpulan

Setelah dilakukan berbagai proses menggunakan berbagai macam


software, maka dapat disimpulkan bahwa wilayah perairan Taman Nasional
Bunaken, Sulawesi Utara pada tahun 2015 memiliki luasan area tutupan karang
hidup lebih besar dibandingkan luasan area tutupan karang mati. Hal ini
didukung oleh hasil yang didapat yaitu 1.181.700 m2 untuk area tutupan karang
hidup dan 626.400 m2 untuk area tutupan karang mati. Meskipun begitu, perlu
dipahami bahwa jumlah total area tutupan karang mati adalah setengah dari
jumlah total area tutupan karang hidup, sehingga perlu dilakukan perlindungan
serta konservasi terhadap ekosistem terumbu karang disana agar total area
tutupan karang mati tidak bertambah atau dapat berkurang.
5.2 Kritik dan Saran Praktikum

1. Menggunakan software ER Mapper, ENVI, dan ArcGis mempermudah


praktikan untuk mengetahui persebaran terumbu karang di Taman
Nasional Bunaken, Sulawesi Utara.
2. Asisten harus lebih personal dalam hal mengajarkan materi kepada
praktikan.
3. Perlengkapan praktikum harus ditingkatkan, seperti memiliki software
yang legal dan memiliki sertifikat.

21

DAFTAR PUSTAKA

Aulia, K.N., Kasmara, H., Erawan, T.S., dan Natsir, S.M. 2012. KONDISI
PERAIRAN TERUMBU KARANG DENGAN FORAMINIFERA BENTIK
SEBAGAI

BIOINDIKATOR

BERDASARKAN

FORAM

Index

DI

KEPULAUAN BANGGAI, PROVINSI SULAWESI TENGAH. Jurnal Ilmu


dan Teknologi Kelautan Tropis Vol. 4 (2): 335-345.
Awak, D.S., Gaol, J.L., Subhan, B., Madduppa, H.H., dan Arafat, D. 2016. Coral
reef ecosystem monitoring using remote sensing data: case study in
Owi Island, Biak, Papua. The 2nd International Symposium on LAPANIPB Satellite for Food Security and Environmental Monitoring 2015,
LISAT-FSEM 2015.
Manessa, M., Ariyo, K., Masahiko, S., Eghbert, E., Nuryani, W., dan Abd.
2014.Satellite Imagery: Investigation on the Effects of Improving Noise
Correction Method and Spectral Cover. Journal Remote Sensing.
Yamaguchi

University:

Japan.Rahman.

Shallow-Water

Benthic

Identification Using Mulitispectral


Rajeshwari, A., dan Mani, N. 2014. Estimation of Land Surface Temperature of
Dindigul District Using Landsat 8 Data. Interntional Journal of Research
in Engineering and Technology. Deemed University : India
Setiawan, F., Harahap, S.A., Andriani, Y., dan Hutahaean, A.A. 2012. Deteksi
Perubahan Padang Lamun Menggunakan Teknologi Penginderaan Jauh
dan Kaitannya dengan Kemampuan Menyimpan Karbon di Perairan
Teluk Banten. Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. 3 (3): 275-286.
Sitanggang, G. 2010. Kajian Pemanfaatan Satelit Masa Depan: Sistem
Penginderaan Jauh Satelit LDCM (Landsat-8). Jurnal LAPAN.

22

Anda mungkin juga menyukai