Anda di halaman 1dari 10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Dasar Teori
II.1.1 Minyak
Minyak dan lemak besar sekali peranannya dalam metabolisme tubuh. Peranan
minyak dan lemak dalam metabolisme bukan hanya sebagai wahana pengangkut vitaminvitamin yang larut dalam minyak (A, D, E, dan K) dalam darah, melainkan juga peranannya
dalam proses pembentukan otak dan kecerdasan manusia, serta kesehatan tubuh pada
umumnya. Disamping itu, minyak dan lemak dapat merupakan sumber asam lemak esensial
yang sangat diperlukan bagi pertumbuhan anak dan pemeliharaan dan kesehatan kulit wajah.
Minyak adalah bahan yang tidak larut dalam air yang berasal dari tumbuh-tumbuhan
dan hewan. Minyak merupakan komponen yang penting dalam menu manusia dan mampu
memenuhi beberapa fungsi gizi. Minyak merupakan sumber energi yang padat (9 kal/gram)
dan dapat meningkatkan densitas kalori pada makanan. Hal ini menjadi faktor penting,
khususnya pada makanan bagi anak-anak yang masih muda untuk memastikan terjadinya
konsumsi energi tanpa makanannya sendiri (Winarno, 1999).
Minyak goreng adalah minyak yang telah mengalami proses pemurnian meliputi
degumming (suatu proses pemisahan getah atau lender yang terdiri dari fosfatida, protein,
residu, karbohidrat, air dan resin tanpa mengurangi jumlah asam lemak bebas dalam minyak);
netralisasi (suatu proses untuk memisahkan asam lemak bebas dari minyak atau lemak dengan
cara mereaksikan asam lemak bebas dengan basa atau pereaksi lainnya sehingga membentuk
sabun); pemucatan (proses pemurnian untuk menghilangkan zat-zat warma yang tidak disukai
dalam minyak); dan deodorasi (proses pemurnian minyak yang bertujuan untuk
menghilangkan bau dan rasa yang tidak enak dalam minyak) (Ketaren, 1986).

II.1.2 Penentuan Sifat Minyak


Menurut Ketaren (1986), jenis jenis minyak dapat dibedakan berdasarkan sifat
sifatnya. Pengujian sifat minyak ini meliputi :
a. Penentuan angka penyabunan
Angka penyabunan menunjukkan berat molekul lemak dan minyak secara kasar. Minyak
yang disusun oleh asam lemak berantai karbon yang pendek berarti mempunyai berat
molekul yang relatif kecil, akan mempunyai angka penyabunan yang besar dan
II-1

Bab II Tinjauan
sebaliknya bila minya mempunyai berat molekul yang besar, maka angka penyabunan
relatif kecil. Angka penyabunan ini dinyatakan sebagai banyaknya (mg) NaOH yang
dibutuhkan untuk menyabunkan satu gram lemak atau minyak.
b. Penentuan angka ester
Angka ester menunjukkan jumlah asam organik yang bersenyawa sebagai ester. Angka
ester dihitung dengan selisih angka penyabunan dengan angka asam.
c. Penentuan angka Iodine
Penentuan iodine menunjukkan ketidakjenuhan asam lemak penyusunan lemak dan
minyak. Asam lemak tidak jenuh mampu mengikat iodium dan membentuk senyawa
yang jenuh. Banyaknya iodine yang diikat menunjukkan banyaknya ikatan rangkap yang
terdapat dalam asam lemaknya. Angka iodine dinyatakan sebagai banyaknya iodine
dalam gram yang diikat oleh 100 gram lemak atau minyak.
d. Penentuan Berat Jenis
Nilai berat jenis (densitas) minyak merupakan perbandingan antara berat minyak dengan
berat air pada volume air yang sama dengan volume minyak. Semakin besar fraksi berat
yang terkandung dalam minyak, semakin besar pula nilai densitasnya.
e. Penentuan Indeks Bias
Indeks bias merupakan perbandingan antara kecepatan cahaya di dalam udara dengan
kecepatan cahaya di dalam zat tersebut pada suhu tertentu. Pengujian indeks bias dapat
digunakan untuk menentukan kemurnian minyak dan dapat menentukan dengan cepat
terjadinya hidrogenasi katalis. Nilai indeks bias suatu jenis minyak dipengaruhi oleh
suhu, yaitu pada suhu yang lebih tinggi, indeks bias semakin kecil.
f. Kelarutan dalam Alkohol
Minyak dan lemak tidak larut dalam air dingin dan sedikit larut dalam alkohol, terutama
minyak dengan berat molekul rendah, kecuali minyak jarak (castor oil). Sifat dan daya
kelarutan ini digunakan sebagai dasar pada praktek pengujian pengujian analitis dan
ekstraksi minyak dengan pelarut.
II.1.3 Minyak Nabati
Minyak nabati merupakan lipid yang dihasilkan dari tumbuh tumbuhan. Walaupun
kebanyakan bagian dari tumbuh tumbuhan dapat menghasilkan minyak, tetapi biji bijian
merupakan sumber yang utama. Minyak nabati berwujud cair karena mengandung asam
lemak tidak jenuh seperti asam oleat, linoleat dan linolenat. Seperti halnya semua lemak,
minyak nabati merupakan senyawa ester dari gliserin dan campuran dari berbagai jenis asam

LABORATORIUM TEKNOLOGI BIOFUEL, ATSIRI DAN


NABATI

II-2

Bab II Tinjauan
lemak, tidak larut dalam air tetapi larut dalam pelarut organik. Minyak nabati telah banyak
digunakan untuk berbagai keperluan untuk waktu yang lama. (Ketaren, 1986).
II.1.4 Macam Proses
Ekstraksi adalah suatu cara untuk mendapatkan minyak atau lemak dari bahan yang
diduga mengandung minyak atau lemak. Adapun cara ekstraksi ini bermacam-macam, yaitu
1. Rendering (dry rendering dan wet rendering)
2. Mechanical expression
3. Solvent extraction
II.1.4.1 Deskirpsi Proses Rendering
Rendering merupakan suatu cara ekstraksi minyak atau lemak dari bahan yang diduga
mengandung minyak atau lemak dengan kadar air yang tinggi. Menurut pengerjaannya
rendering dibagi dalam dua cara, yaitu:
a. Wet rendering
Cara ini dikerjakan pada ketel yang terbuka atau tertutup dengan menggunakan
temperatur yang tinggi serta tekanan 40 sampai 60 pound tekanan uap (40-60 psi). Bahan
yang akan diekstraksi ditempatkan pada ketel yang dilengkapi dengan alat pengaduk,
kemudian air ditambahkan dan campuran tersebut dipanaskan perlahan-lahan sampai suhu
50oC sambil diaduk. Minyak yang terekstraksi akan naik ke atas dan kemudian dipisahkan.
Peralatan yang dipergunakan adalah autoclave atau digester. Air dan bahan yang akan
diekstraksi dimasukkan ke dalam digester dengan tekanan uap air sekitar 40 sampai 60 pound
selama 4-6 jam.
b. Dry rendering
Dry rendering dilakukan dalam ketel terbuka dan dilengkapi dengan steam jacket serta
alat pengaduk (agitator). Bahan dipanaskan sambil diaduk. Pemanasan dilakukan pada suhu
220oF sampai 230oF (116oC 110oC) (Ketaren, 1986).
Proses saponifikasi yang terjadi didahului dengan proses hidrolisa trigliserida dan
membentuk garam asam lemak dengan alkali yang disebut sabun (Tambun, 2006).
Reaksi :
R1COOH + KOH R1COOK
R2COOH + KO R2COOK
R3COOH + KOH R3COOK
3 Molekul sabun
II.1.4.2 Pengepresan Mekanis (Mechanical Expression)

LABORATORIUM TEKNOLOGI BIOFUEL, ATSIRI DAN


NABATI

II-3

Bab II Tinjauan
Cara pengepresan mekanik dilakukan untuk memisahkan minyak dari bahan yang
berkadar minyak tinggi (30-70%). Dua cara yang umum dalam pengepresan mekanis, yaitu
pengepresan hidraulik dan pengepresan berulir.
a. Pengepresan Hidraulik (Hydraulic Pressing)
Pada cara hydraulic pressing, bahan di press dengan tekanan sekitar 2000 pound/inch2
(136 atm) Banyaknya minyak yang tersisa pada bungkil bervariasi antara 4 sampai 6 persen,
tergantung dari lamanya bungkil ditekan dibawah tekanan hidrolik.

Gambar II.1 Hydraulic Press

Tahap-tahap yang dilakukan dalam proses pemisahan minyak dengan cara


pengepresan mekanis dapat dilihat pada gambar.

Gambar II.2 Skema Cara Memperoleh Minyak dengan Pengepresan

b. Pengepresan Berulir (Expeller Pressing)


Menurut Ketaren (1986), proses pemasakan pada pengepresan berulir berlangsung
pada temperatur 240F (115,5C) dengan tekanan sekitar 15-20 ton/inch 2. Kadar air minyak
atau lemak yang dihasilkan berkisar sekitar 2,5-3,5 persen, sedangkan bungkil yang
dihasilkan masih mengandung minyak antara 4-5 persen.

LABORATORIUM TEKNOLOGI BIOFUEL, ATSIRI DAN


NABATI

II-4

Bab II Tinjauan

Gambar II.3 Expeller Pressing

Cara lain dalam mengekstraksi minyak atau lemak dari bahan yang diduga
mengandung minyak atau lemak adalah gabungan dari proses wet rendering dengan
pengepresan secara mekanik atau dengan sentrifugasi.
Proses hidrolisa yang terjadi secara autokatalis atau dapat dikatalis oleh metal. Reaksi :
H2C-O-CO-R1
HC-O-CO-R2

H-O-H
+

H2C-O-CO-R3
Trigliserida

H-O-H

R1-COOH

R2-COOH

H-O-H
+

Air

H2C-OH
+

R3-COOH
Asam Lemak Bebas

HC-OH
H2C-OH

Gliserol

(Tambun, 2006).

II.1.4.3 Ekstraksi Dengan Pelarut (Solvent Extraction)


Pada cara ini dihasilkan bungkil dengan kadar minyak yang rendah yaitu sekitar 1%
atau lebih rendah. Pelarut minyak atau lemak yang biasa digunakan dalam proses ekstraksi
dengan pelarut menguap adalah petroleum eter, gasoline carbon disulfide, karbon tetra
klorida, benzene dan n-heksan. Perlu diperhatikan bahwa jumlah pelarut menguap atau hilang
tidak boleh lebih dari 5%. Bila lebih, seluruh sistem solvent extraction perlu diteliti lagi.
II.1.5 Hidrogenasi
Hidrogenasi merupakan proses pengolahan minyak atau lemak dengan jalan
menambah hidrogen pada ikatan rangkap dari asam lemak, sehingga akan mengurangi tingkat
ketidak jenuhan minyak atau lemak. Proses hidrogenasi, terutama bertujuan untuk membuat
minyak atau lemak bersifat plastis. Adanya penambahan hidrogen pada ikatan rangkap
minyak atau lemak dengan bantuan katalisator akan mengakibatkan kenaikan titik cair. Juga
dengan hilangnya ikatan rangkap, akan menjadikan minyak atau lemak tersebut tahan
terhadap proses oksidasi.
II.1.6 Inter-Esterifikasi
Interesterifikasi (penukaran ester atau trans esterifikasi) menyangkut pertukaran gugus
asil antartrigliserida. Karena trigliserida mengandung 3 gugus ester per molekul, maka
peluang untuk pertukaran tersebut cukup banyak. Gugus asil dapat bertukar posisinya dalam
LABORATORIUM TEKNOLOGI BIOFUEL, ATSIRI DAN
NABATI

II-5

Bab II Tinjauan
satu molekul trigliserida atau diantara molekul trigliserida. Proses interesterifikasi dilakukan
untuk pembuatan mentega putih, margarin dan enrobing fat. Mentega putih yang dibuat
dengan

penambahan

monogliserida

sering

disebut

super

gliserinated

shortening.

Monogliserida ini bersifat aktif dibagian permukaan minyak atau lemak dan dapat
dipergunakan untuk menyempurnakan dispersi lemak dalam adonan, sehingga menghasilkan
bahan pangan dengan rupa dan konsistensi yang lebih baik (Ketaren, 1986).
II.1.7 Ekstraksi dengan Winterisasi
Winterisasi merupakan proses pemisahan bagian gliserida jenuh atau bertitik cair
tinggi dari trigliserida bertitik cair rendah. Pada suhu rendah, trigliserida padat tidak dapat
larut dalam trigliserida cair. Bermacam-macam lemak berwujud cair pada musim panas,
sedangkan pada musim dingin akan kelihatan seperti susu yang umumnya mengandung
sejumlah tristearin. Gliserida bertitik cair tinggi kadang-kadang mengandung sejumlah asam
stearat dan dapat terpisah pada suhu rendah (pendinginan) dan dikenal dengan nama stearin.
Bagian yang membeku pada suhu rendah (stearin) dipisahkan melalui penyaringan (dilakukan
dalam chill room) sedangkan minyak yang tetap cair disebut winter oil. (Ketaren, 1986).
II.1.8 Adsorpsi
Adsorpsi yaitu peristiwa yang terjadi pada permukaan suatu padatan karena adanya
gaya tarik-menarik antara ion atau molekul yang tak seimbang dengan permukaan padatan
tersebut. Mekanisme pemucatan adalah terjadinya adsorpsi senyawa pengotor, beta karoten
oleh permukaan bentonit yang sesuai dengan rongga dan pori alumina silika. Berdasarkan
mekanisme adsorpsi ada 2 macam yaitu adsorpsi kimia dan adsorpsi fisika. Adsorpsi fisika,
dicirikan molekul-molekul teradsorpsi pada permukaan adsorben dengan ikatan yang lemah
gaya van der waals dan ikatan hidrogen. Ini bersifat reversibel sehingga molekul-molekul
yang teradsorpsi mudah dilepaskan kembali dengan cara menurunkan tekanan gas atau
konsentrasi zat terlarut Adsorpsi kimia dicirikan melibatkan ikatan kovalen dimana terjadi
pemutusan dan pembentukan ikatan, harga panas adsorpsi mempunyai kisaran nilai yang
sama dengan energi untuk berlangsungnya reaksi kimia (Bahri, 2014).
Adsorpsi adalah suatu proses pemucatan dari molekul gas atau cairan pada permukaan
padat. Pada proses adsorpsi terdapat tipe isoterm adsorpsi yang umum digunakan untuk
menggambarkan fenomena adsorpsi padat-cair yaitu tipe isoterm Langmuir dan Freundlich.
Isoterm Langmuir terdiri dari lapisan monolayer sedangkan isoterm Freundlich terdiri dari
multilayer dari molekul-molekul adsorbat pada permukaan adsorben. Proses adsorpsi

LABORATORIUM TEKNOLOGI BIOFUEL, ATSIRI DAN


NABATI

II-6

Bab II Tinjauan
dipengaruhi oleh karakteristik adsorben, karakteristik adsorbat, waktu pengocokan dan pH
(Prasetiowati, 2014).

Teori adsorpsi Langmuir adalah teori situs terlokalisasi (localized site theory) yang
menjelaskan bahwa molekul-molekul zat teradsorpsi hanya dapat diadsorpsi pada tempattempat tertentu sehingga lapisan teradsorpsi hanya dapat setebal satu molekul (monolayer).
Apabila di cermati maka proses adsorpsi warna akan sebanding dengan jumlah adsorben yang
ditambahkan pada suhu 105C dan lama pengadukan kurang lebih satu jam. Secara sekilas
tercirikan bahwa monolayer menjadi komponen utama proses adsorpsi pada proses pemucatan
menggunakan bentonit. Semakin besar massa bentonit dalam volume minyak yang sama akan
semakin besar pula skor kenaikan warna berdasarkan persamaan lovibond teruji. Sementara,
Dalam persentase bentonit yang sama, maka semakin besar volume minyak dalam proses
akan menghasilkan kecenderungan yang sama terhadap peningkatan skor warna, dimana skor
20 adalah mendekati warna preferensi konsumen yaitu kuning (Bahri, 2014).
Adsorpsi secara umum terjadi pada semua permukaan, namun besarnya ditentukan
oleh luas permukaan adsorben yang kontak langsung dengan adsorbat. Besarnya adsorpsi
sebanding dengan luas permukaan spesifik. Makin besar luas permukaan, semakin besar pula
adsorpsi yang terjadi. Adsorpsi dikatakan telah mendekati kesetimbangan karena penambahan
jumlah molekul adsorbat yang teradsorpsi semakin sedikit.
Jadi, adsorpsi bentonit menghasilkan berat adsorben yang teradsorpsi berbanding lurus
dengan konsentrasi adsorbat. Semakin besar konsentrasi adsorbat menyebabkan semakin
banyak adsorbat yang teradsorpsi pada situs aktif adsorben. Akan tetapi, daya serap bentonit
terhadap ion Cd2+ dapat mengalami kejenuhan yang mengakibatkan menurunnya daya
serapnya yaitu akan mencapai kesetimbangan meskipun konsentrasi adsorbat semakin
meningkat (Prasetiowati, 2014).
II.1.9 Bentonit
Bentonit teknis adalah bentonit alam yang telah adalah karbon aktif, silika gel dan
zeolit. Bentonit adalah lempung (clay) yang struktur adsorben yang bersifat non polar
(hidrofobik). Kristalnya terdiri atas montmorillonit dengan tipe Peningkatan performance
permukaan adsorben, 2:1 yaitu 2SiO2:Al2O3. Bentonit dapat aktivasi biasanya diaplikasikan
sebagai

adsorben

karena sifat bertujuan menghilangkan pengotor/impurities

yang

permukaannya yaitu memiliki luas permukaan, menyertai clay alam.


Proses aktivasi clay merujuk berpori dan memiliki situs aktif sehingga bentonit pada
aktivasi zeolit dan prosesnya terdiri dari dua mempunyai sifat sebagai adsorben dan banyak
jenis yakni aktivasi kimia dan aktivasi fisik. Aktivasi kimia merupakan proses yang
LABORATORIUM TEKNOLOGI BIOFUEL, ATSIRI DAN
NABATI

II-7

Bab II Tinjauan
menyertakan reaksi atau reagen kimia sedangkan aktivasi fisik dilakukan dengan cara
pemanasan(Prasetiowati, 2014).
Bentonit merupakan mineral alumina silikat hidrat yang termasuk dalam pilosilikat,
atau silikat berlapis yang terdiri dari jaringan tetrahedral (SiO4)2yang terjalin dalam bidang tak
hingga membentuk jaringan anion (SiO 3)2 dengan perbandingan Si:O sebesar 2:5. Rumus
kimia umum bentonit adalah Al2O3.4SiO2.H2O. Kandungan montmorilonit dalam bentonit
sebesar 85% Pemucatan ini dilakukan dengan memanfaatkan bentonit sebagai pengganti
zeolit alam teraktivasi yang selama ini lazim digunakan sebagai bleaching (Bahri, 2014).
II.1.10 Ciri-ciri Kerusakan pada Minyak
Untuk mendeteksi awal kerusakan minyak dapat dilihat dari ciri-cirinya yakni:
a. Bau dan Rasa
Hal ini berhubungan erat dengan kandungan asam lemak tak jenuh dalam produk yang
nantinya akan memicu terjadinya oksidasi dan berujung pada rancidity minyak, kualitas
minyak akan menurun. Proses oksidasi dapat berlangsung jika terjadi kontak langsung antara
minyak dengan oksigen. Pada proses ini molekul-molekul oksigen akan terikat pada ikatan
rangkap dari asam-asam lemak bebas tidak jenuh. Ikatan rangkap dari asam-asam lemak tidak
jenuh yang telah mengalami proses oksidasi akan pecah membentuk ikatan asam lemak
berantai pendek seperti aldehid dan keton. Proses ketengikan (rancidity) merupakan problem
utama yang dijumpai pada minyak, lemak dan bahan pangan mengandung lemak. Ketengikan
dapat disebabkan oleh aktivitas enzim, proses hidrolisis, maupun proses oksidasi.
b. Kadar air
Kadar air menjadi peran penting dalam ketengikan minyak merupakan salah satu
bentuk kerusakan yang disebabkan oleh aksi oksigen terhadap lemak bebas dalam produk.
Walaupun ketengikan juga dapat disebabkan oleh aktivitas enzim, proses hidrolisis dan
reversi. Air dalam produk minyak biasanya terdapat dalam berbagai bentuk diantaranya air
bebas sebagai molekul yang bergerak aktif dan air yang terikat secara lemah akibat hidrolisis,
air teradsorpsi pada permukaan makromolekuler seperti zat warna, protein, pectin, selulosa
pada pengotor minyak. Pemanasan pada suhu 105C menyebabkan air bebas yang tidak
terikat pada molekul akan dapat teruapkan dan keluar dari produk minyak. Disisi lain, ukuran
pori dan rongga bentonit akan mampu menyerap air bebas maupun terikat pada senyawa lain.
Air merupakan senyawa polar yang dapat dengan mudah berikatan hidrogen dengan
permukaan bentonit selama proses adsorpsi zat warna, jadi ada kecenderungan kompetisi
antara zat warna dan air dalam proses isotherm Langmuir selama proses pemucatan.
Persentase massa bentonit tidak berpengaruh signifikan secara langsung terhadap perubahan
LABORATORIUM TEKNOLOGI BIOFUEL, ATSIRI DAN
NABATI

II-8

Bab II Tinjauan
kadar air dalam produk minyak. Perlu digarisbawahi bahwasanya air yang hilang dikarenakan
proses pemanasan, proses adsorpsi air oleh bentonit tidak dapat dikatakan berpengaruh secara
signifikan dikarenakan ikatan hidrogen yang terjadi lebih lemah dibanding dengan
pendesakan makromolekuler lain pada sisi aktif permukaan bentonit.
c. Asam Lemak Bebas
Menurut Bahri (2014), Free Fatty Acid (FFA) adalah persentase banyaknya asam
lemak bebas (dalam bentuk asam laurat) untuk setiap 100 gram minyak dalam setiap 1 mg
KOH, dihitung dalam bentuk asam laurat karena di dalam minyak inti sawit banyak
terkandung asam laurat, yang berdasarkan tingkat kejenuhannya, maka minyak inti sawit
memiliki derajat ketidakjenuhan rendah yang menyebabkan minyak kelapa tidak mudah
tengik. Lemak dengan kadar asam lemak bebas lebih besar 1%, jika dicicipi akan terasa
membentuk film pada permukaan lidah dan tidak berbau tengik, namun intensitasnya tidak
bertambah dengan bertambahnya jumlah asam lemak bebas.
Semakin tinggi massa bentonit dalam proses pemucatan maka kadar FFA akan
semakin turun, pada perlakuan semakin besar volume minyak kelapa pada massa bentonit
yang sama maka kadar asam lemak bebas terukur dari produk mempunyai kecenderungan
semakin naik. Tidak dapat dikatakan secara langsung dan signifikan bahwa bentonit
berpengaruh terhadap kadar asam lemak bebas, walaupun sisi aktif permukaan bentonit
bersifat sebagai adsorben yang juga mampu untuk mengikat asam asam lemak bebas dalam
produk bukan melalui adsorpsi kimia melainkan hanya mengisi ruang kosong rongga bentonit
yang dapat dengan mudah terusir apabila ada senyawa lain seperti beta karoten, air yang lebih
aktif untuk berikatan secara kimia dengan sisi alumina silika dalam clay bentonit.
Minyak inti sawit sangat berbeda dalam hal kandungan asam lemak yang ada di
dalamnya, sekitar 46-52% adalah asam laurat sedangkan minyak sawit mengandung hampir
50% adalah asam palmitat. Kandungan asam miristat adalah kedua terbesar setelah asam
laurat dalam inti sawit, sedangkan asam palmitat hanya 6-9% saja. Hal ini menjadi bukti
bahwa sifat fisika kimia minyak inti sawit mirip dengan minyak kelapa murni. Apabila
dibandingkan dengan minyak kelapa murni, maka minyak inti sawit dapat digolongkan ke
dalam minyak laurat. Dimana kandungan asam laurat yang terdapat pada minyak kelapa
sekitar 51,7%, dengan total kandungan asam lemak rantai sedang sebesar 67,7%. Asam lemak
pada minyak kelapa terdiri dari 90% asam lemak jenuh dan 10% sisanya adalah asam lemak
tak jenuh berupa oleat dan linoleat. Kandungan asam lemak jenuh dalam minyak kelapa
murni yang dibuat didominasi oleh laurat (51,7%) dan miristat (17,4%). Tingginya asam

LABORATORIUM TEKNOLOGI BIOFUEL, ATSIRI DAN


NABATI

II-9

Bab II Tinjauan
lemak jenuh ini menyebabkan minyak kelapa murni tahan terhadap proses ketengikan akibat
oksidasi.

LABORATORIUM TEKNOLOGI BIOFUEL, ATSIRI DAN


NABATI

II-10

Anda mungkin juga menyukai