PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Pemanenan udang merupakan tahap akhir dari satu periode siklus
budidaya, karena dengan dilaksanakannya panen udang dalam suatu tambak maka
tidak ada lagi proses pemeliharaan/perawatan udang pada periode tersebut.
Pemanenan udang secara sedehana dapat diartikan sebagai proses pemungutan
udang di dalam sebuah petakan tambak sebagai hasil proses budidaya dalam satu
periode. Keputusan dilakukannya panen pada sebuah petakan tambak mengacu
pada dasar pertimbangan yang terkait dengan kondisi, ukuran dan kualitas udang
yang ada di dalam tambak tersebut dibandingkan dengan variable biaya produksi
lainnya.
Ditinjau dari faktor penyebabnya, panen udang secara garis besar dapat
dibedakan menjadi 2 (dua) kelompok yaitu : (1) panen normal, dan (2) panen
bermasalah.
1. Panen Normal
Panen normal adalah kegiatan panen yang dilakukan pada suatu petakan
tambak dengan dasar pertimbangan kondisi, ukuran dan kualitas udang di dalam
tambak tersebut dianggap telah memenuhi persyaratan untuk dipanen sehingga
dapat menghasilkan tingkat keuntungan finansial seperti yang diharapkan.
2. Panen Bermasalah
Panen bermasalah adalah kegiatan panen yang dilakukan pada suatu
petakan tambak dengan kondisi udang terkena suatu masalah. Dasar pertimbangan
yang digunakan dalam pengambilan keputusan untuk melakukan panen
bermasalah adalah untuk menekan tingkat kerugian finansial jika tidak segera
dilakukan panen.
Kegiatan akhir dari usaha pembesaran udang adalah pemungutan hasil atau
panen. Pencapaian hasil panen yang optimal dapat diperoleh dengan dukungan
faktor produksi yang baik misalnya pemilihan lokasi yang tepat, padat tebar yang
optimal, kulitas pakan tinggi, pemberian pakan yang optimal dan pencegahan
serta penanggulangan penyakit yang tepat dan benar.
Pada akhir masa pemeliharaan selama kurang lebih 114 dengan padat
penebaran 62 ekor/m2 udang vaname dapat mencapai rata-rata berat 17,7 gram.
Pemanenan dapat dilakukan secara total maupun selektif. Adapun beberapa hal
yang perlu diperhatikan pada saat panen yaitu:
1. Antara 2 3 hari sebelum panen dilakukan perlu diberi kapur 10 - 20 ppm
2. Pada waktu pemanenan pemberian pakan harus dihentikan
3. Tidak melakukan pergantian air 3 4 hari sebelum panen
4. Panen dilakukan dengan pemasangan jaring di pintu pengeluaran
5. Pada saat volume diturunkan secara bertahap sembari melakukan panen
udang.
6. Sebaiknya panen dilakukan pagi atau sore hari untuk menjaga kualitas
udang.
Pada kondisi tertentu (sering dijumpai di lapangan) udang mengalami
penurunan kualitas yang sangat nyata pada saat dilakukan pemanenan, sehingga
secara tidak langsung juga berpengaruh terhadap harga jual dan tingkat
keuntungan yang diperoleh menjadi tidak optimal.
1.2
2. PEMBAHASAN
2.1
Entrepreneur
Entrepreneur merupakan pelaku dari Entrepreneurship, yaitu orang yang
menciptakan
nilai
atau
kemampu
labaan
bagi
perusahaan.
2.2
Non Entrepreneur
Non entrepreneur yaitu berpola fikir konsumtif dan resources disposal.
Hambatan persepsi untuk memulai usaha yaitu merasa terlalu muda atau tua, tidak
memiliki bakat dan tidak memiliki modal padahal semua hal itu salah banyak
sekali yang berhasill padahal mereka tidak memiliki hal tersebut.
1) Pola Pikir Konsumtif
2.3
mempunyai pola pikir non Entrepreneur atau tidak berorientasi pada keuntungan
jangka panjang.
Entrepreneur
Sikap seorang Entrepreneur terhadap udang setelah pemanenan tidak
langsung dipasarkan begitu saja tetapi dilakukan berbagai penanganan terhadap
udang hasil panen guna meningkatkan nilai tambah dari udang yang dipanen.
Langkah-langkah penanganan terhadap udang hasil panenan antara lain:
1) Mindset
Pola seorang entrepreneur terhadap pasca panen dengan adanya pemilahan
atau sortir terhadap udang yang sudah di panen agar lebih memudahkan dalam
proses penentuan udang kualitas 1, kualitas 2 maupun kualitas 3 serta penentuan
harga untuk tiap kualitas tersebut.
2) Kreatifitas
Seorang Entrepreneur selalu mempunyai tingkat kreatifitas dalam
Menghasilkan produk baru dengan cara baru, Menemukan peluang pasar baru
dengan menghasilkan produk baru pula. Mengkombinasikan faktor-faktor
produksi dengan cara baru, Mendukung budaya yang mendorong eksperimen
yang kreatif.
3) Inovatif
Pandangan Entrepreneur dalam mengolah udang hasil panen selalu ingin
menghasilkan produk-produk baru agar dapat meningkatkan nilai ekonomis dari
produk atau udang hasil panenan.
4) Mengelola resiko
Seorang entrepreneur dalam menjalankan suatu usaha berani mengambil
resiko atau mengelola resiko yang akan dihadapai dalam usahanya, misalnya
mengantisispasi sifat udang yang mudah mengalami kemunduran kualitas karena
sifat biologi dan kimiawi.
5) Motivasi
Motivasi diri seorang entrepreneur sangat tinggi dalam meningkatkan
kegiatan usahanya. Dalam keadaan sulit seorang Entrepreneur mampu
membangun kembali dirinya untuk meningkatkan kualitas usahanya.
6) Gagasan dan Layak ekonomi
Seorang entrepreneur dalam menjalankan usahanya selalu memunculkan
ide-ide atau gagasan yang mampu mendukung dan mencari jalan keluar dalam
setipa masalah yang menimpah usahanya. Dimana gagasan tersebut mampu
memunculkan produk-produk yang layak dan memiliki nilai ekonomis.
Non Entrepreneur
Sikap seorang Non Entrepreneur terhadap udang setelah pemanenan
langsung dikemas dan dipasarkan secara sederhana.
Langkah-langkah penanganan terhadap udang hasil panenan antara lain:
1) Mindset
Pola seorang non entrepreneur terhadap pasca panen hanya berpikir
tentang berapa hasil panen udang yang diterima dan keuntungan yang didapat.
2) Kreatifitas
Seorang Non entrepreneur
Udang yang telah diangkut dari dasar tambak, kemudian dibawa ke area
pencucian, udang yang telah diangkat dari dasar tambak yang berada didalam
keranjang kemudian dituangkan kedalam bak fiber pencucian. Hal ini bertujuan
agar membersihkan udang dari tanah yang melekat pada udang tersebut.
UDANG
ES
UDANG
ES
UDANG
ES
10
11
3. PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Dari hasil pembahasan tentang penanganan pasca panen yang ditinjau dari
3.2
Saran
Saran yang dapat diberikan pada seorang Non-Entrepreneur yaitu, agar
12