ABSTRAK
Udang vaname (Litopenaues vannamei), merupakan solusi alternatif dalam
memperkaya dan menambah produksi udang budidaya. Kelebihan jenis udang ini
adalah lebih resisten terhadap penyakit dan kualitas lingkungan yang rendah, dengan
padat tebar cukup tinggi. Ada beberapa hal sebagai indikasi keberhasilan dalam
budidaya udang vaname yaitu, besarnya nilai Average Daily Growth (ADG) atau
pertumbuhan rata-rata harian (gram/hari) dan Feed Convertion Ratio (FCR). Tentunya,
dengan ADG tinggi dan FCR rendah diharapkan memperoleh keuntungan yang tinggi.
Penelitian dilakukan untuk menetapkan suatu level factor yang akan
menghasilkan proses budi daya dengan respon sesuai spesifikasi dan keuntungan
maksimal. Faktor budidaya yang dipilih adalah padat tebar, kandungan protein pakan
udang, dan salinitas. Metode respon surface digunakan untuk menganalisis hasil
percobaan untuk memperoleh fungsi persamaan dari respon. Keuntungan dari hasil budi
daya diperoleh dari selisih pendapatan dan biaya. Untuk memperoleh level factor yang
optimal, maka dilakukan optimasi dengan memaksimalkan fungsi keuntungan.
Hasil Penelitian dengan menggunakan metode respon surface dan non linier
programming dalam percobaan menghasilkan keuntungan maksimal dengan
menggunakan level faktor padat tebar 100 ekor/m, kandungan protein 39,96%, dan
salinitas o/oo.
Kata kunci: Litopenaues vannamei, budidaya, ADG, FCR, padat tebar, kandungan
protein, salinitas, respon surface, dan non linier programming.
ABSTRACT
Vaname crab (Litopenaues vannamae) is an alternative solution to enriching and
increasing the cultivation of crab production. The superiority of this kind of crab is that
is more resistant to disease and a low environmental quality, with dense spread quite
high. There are several successful indications, in vaname crab cultivation such as, the
increase in value of Average Daily Growth (ADG) or the average daily growth (Gram
per day) and Feed Conversion Ratio (FCR). Of course, with a high ADG and a low
FCR, it is hoped to receive s huge profit.
Research is done to determine a level factor that will produce the cultivation
process, which responds according to the specifications and maximum profit. The
cultivation factor chosen is dense spread/stock density, protein contents of shrimp feed,
and salinity. Response surface method is used to analyze the experiment results to
obtain the same function from the response. The benefit of the cultivation result is
obtained from the different between income and expenses, to obtain an optimal level
factor, optimation, is done to maximize profit.
ISBN : 979-99735-0-3
The result of the research using surface response method and non linnier
programming in the experiment resulted in a maximum profit by using level factor
dense spread/stock density 100 pcs/m2, protein contents 39.96 %, and salinity 20 o/oo.
Keywords: Litopenaues vannamae, cultivation, ADG, FCR, dense spread/stock density,
protein contents, salinity, response surface, and non linier programing.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sektor perikanan adalah salah satu sektor yang prospektif di Indonesia. Dengan
lautnya yang luas dan garis pantainya yang panjang, Indonesia memiliki potensi sangat
baik untuk pengembangan sektor tersebut.
Menurut catatan Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) tahun 2002,
potensi lahan pertambakan di Indonesia diperkirakan mencapai luas 913.000 hektar,
namun hingga tahun 2001 luas areal yang dimanfaatkan baru sekitar 378.700 hektar
atau 40% dari potensi di atas, terutama tambak udang dengan produktivitas rata-rata 500
Kg per-ha/tahun. Jika mampu dikembangkan tambak seluas 500.000 hektar saja, dengan
produktivitas ditingkatkan rata-rata 2 ton per-ha/tahun, DKP menghitung bisa dihasilkan
udang sedikitnya 1 juta ton per tahun.
Dengan potensi areal yang ada, hitungan itu bukanlah mimpi berlebihan.
Masalahnya tinggal bagaimana membangkitkan kembali minat usaha pertambakan
udang yang belakangan banyak dihantui momok serangan penyakit. Introduksi varietas
udang baru yang lebih unggul dan tahan penyakit tampaknya menjadi salah satu kunci
perwujudan mimpi diatas, selain memperkaya dan menambah alternatif jenis udang
budidaya yang potensial untuk digarap.
Litopenaues vannamei atau dikenal dengan nama udang vaname merupakan
varietas baru yang memiliki sejumlah keunggulan, antara lain lebih resisten/tahan
terhadap penyakit dan kualitas lingkungan yang rendah, padat tebar cukup tinggi,
waktu pemeliharaan lebih pendek yakni sekitar 90-100 hari per-siklus.
ISBN : 979-99735-0-3
A-28-2
ISBN : 979-99735-0-3
A-28-3
METODA
Pengumpulan Data
Adapun data-data yang dikumpulkan adalah: 1. Data Average Daily Growth
(ADG), 2. Data Feed Conversion Ratio (FCR), dan 3. Data Keuntungan. Jumlah petak
keseluruhan dari tambak budidaya tempat penelitian, ada 30 petak yang terbagi atas 3
petak untuk tandon air, 27 petak untuk oprasional produksi. Dari 27 petak operasi, 18
petak sesuai dengan pola Box Behnken Design digunakan untuk pengambilan data
ADG, FCR, dan keuntungan. Secara keseluruhan dari petak operasi terkait dengan
penghitungan biaya tetap. Penelitian dilakukan di PT. XYZ, Situbondo Jawa Timur,
dari tanggal 25 September 2003 hingga 31 Januari 2004.
Penentuan Average Daily Growth (ADG)
ADG adalah besaran yang digunakan untuk mengetahui pertumbuhan rata-rata
harian dari udang vaname selama proses budidaya. ADG dapat diketahui dari:
berat rata-rata per ekor udang (gr)
ADG =
umur udang (hari)
Dalam proses budidaya, nilai ADG diharapkan tinggi, karena ADG yang tinggi
akan mempercepat waktu panen sehingga proses budidaya lebih singkat dan dapat
menghemat biaya operasional budidaya.
Penentuan Feed Conversion Ratio (FCR)
Pakan memiliki peran strategis dalam perikanan budidaya, karena memiliki
dampak fisiologi, ekonomis serta berpengaruh pada ekosistem atau lingkungan. Selain
berpengaruh langsung terhadap percepatan pertumbuhan ikan/udang yang
mengkonsumsinya, secara ekonomis biaya penyediaan pakan dalam perikanan budidaya
mencapai 40-60% dari biaya produksi (Anonim, 2004). Karena itu pakan yang
digunakan harus betul-betul diperhatikan mutunya. Mutu pakan udang terkait dengan
nilai konversi pakan (FCR), semakin rendah nilai FCR pakan semakin bagus mutu
pakan. Penentuan nilai FCR dapat dijelaskan sebagai berikut:
Total Pakan yang dikonsumsi(Kg)
FCR
=
Total Berat Udang yang dihasilkan (Kg)
Terkait dengan biaya pakan, setiap penurunan 0.1 FCR akan menghemat 5 %
dari biaya budidaya, jika FCR turun 0.5 maka penurunan ini akan menghemat 25 % dari
biaya budidaya.
Penentuan Keuntungan
Keuntungan atau Laba adalah selisih antara Total Pendapatan dengan Total
Biaya.
Total Pendapatan = volume(v) x harga per unit(p)
Total Biaya
= Biaya tetap + Biaya variabel
Biaya Tetap diperoleh dari rekapitulasi komponen-komponen biaya tetap
selama satu periode tebar atau 6 bulan operasional, meliputi total gaji karyawan tetap,
biaya logistik, biaya keamanan dan partsipasi sosial, biaya listrik pompa dan
ISBN : 979-99735-0-3
A-28-4
penerangan, biaya rekonstruksi, reklamasi dan pengolahan lahan, biaya transportasi dan
perawatan mobil, serta biaya telepon, administrasi dan biaya lain-lain bersifat tetap.
Biaya variabel (biaya tidak tetap) meliputi biaya benih udang, biaya listrik
aerator dan nilai penyusutannya, serta biaya pakan udang yang dikonsumsi.
Sumber Data dan Penentuan Variabel
Sumber data adalah data hasil panen budidaya udang vaname, di dalamnya
meliputi data luas lahan, jumlah tebar benih udang, umur, SR (survival rate/ prosentase
udang hidup), total berat udang, size udang saat panen (akan diperoleh ADG), dan total
pakan (setelah dikonversi dengan total berat udang akan didapatkan FCR). Setelah
diperoleh total berat udang dikalikan harga saat panen, diperoleh pendapatan.
Selanjutnya pendapatan dikurangi biaya-biaya (biaya tetap dan biaya variabel) akan
didapatkan laba/keuntungan.
Sedangkan data parameter kualitas air dan jenis plankton dipertahankan dalam
batas baku aman (optimal) untuk budidaya udang vaname.
Penentuan Variabel dan Level Variabel
Secara lengkap, penentuan variabel dan level variabel dapat dilihat pada Tabel
berikut:
Tabel 1. Varaiabel dan Level Variabel yang Berpengaruh Terhadap Hasil Uji
No
Variabel
Level 1
Level 2
Level 3
1
2
3
Padat Tebar
Kandungan Protein Pakan
Salinitas
50 ekor / m
33%
10 0/00
100 ekor / m
37%
20 0/00
150 ekor / m
41%
30 0/00
Desain Eksperimen
Desain eksperimen yang dipilih adalah Box Behnken Design.
Analisa Data
Informasi yang diperoleh dari pelaksanaan percobaan yaitu berupa respon
ADG,FCR serta keuntungan. Respon tersebut selanjutnya dianalisa menggunakan
analisis regresi yang meliputi analisis variansi (ANAVA), uji hipotesis, dan uji asumsi
residual. Setelah diperoleh persamaan regresi selanjutnya dilakukan uji permukaan
respon dan uji 0ptimasi dengan metode NonLinier Programming.
ISBN : 979-99735-0-3
A-28-5
Bloks
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
Pdt.Tebar Kd.Protein
1
0
1
0
0
-1
0
-1
0
-1
0
0
1
0
-1
0
1
0
-1
-1
0
0
0
1
0
-1
0
0
0
-1
0
0
0
1
1
1
Salinitas
ADG
FCR
Keuntungan
0
1
1
0
0
0
0
0
0
1
0
-1
-1
0
-1
1
0
-1
0.115
0.122
0.119
0.151
0.156
0.187
0.147
0.154
0.159
0.159
0.149
0.127
0.127
0.149
0.169
0.156
0.132
0.156
2.00
2.00
1.95
1.64
1.66
1.36
1.57
1.66
1.75
1.54
1.60
1.95
1.90
1.54
1.50
1.64
1.72
1.55
14.843
6.601
5.827
37.769
38.498
28.283
36.885
16.285
44.573
15.843
36.394
19.920
21.061
39.029
19.176
32.348
21.141
36.671
ISBN : 979-99735-0-3
A-28-6
ISBN : 979-99735-0-3
A-28-7
ISBN : 979-99735-0-3
A-28-8
Saran
Adapun saran yang diajukan dari penelitian yang telah dilakukan adalah sebagai
berikut:
Perlu adanya penelitian lanjutan terhadap faktor-faktor lainnya yang kiranya juga
berpengaruh terhadap hasil produksi (budidaya), misal faktor ketinggian air, faktor
model atau tipe aerator, faktor kombinasi pakan alternatif dan sebagainya.
Perlu adanya penelitian lanjutan terhadap pengaruh berbagai merk dagang pakan
dengan grade yang sama terkait dengan respon yang diinginkan.
Catatan tambahan
Komposisi prosentase biaya budidaya udang dari penelitian ini adalah: Biaya
tetap sebesar 27 %, biaya pakan 57 %, biaya aerator 9%, dan biaya bibit 7 %. Biaya
perkilogram udang Rp 20.161,-, Umur budidaya 105-110 hari, dan kapasitas aerator
setara 20 HP/Ha.
Rekomendasi
Dari seminar sehari Meningkatkan Efisiensi Produksi Udang Vaname Menuju
Produk yang Kompetitif dalam Persaingan Global di Shangri La Hotel Surabaya, 21
juni 2005 dan World Aquacultur Seminar (WAS) 2005 di Bali Convention Center, Nusa
Dua, 9-13 Mei 2005 oleh Dr.Dean M. Akiyama, konsultan PT. CP Prima Tbk., untuk
budidaya vaname di Indonesia, dia menyarankan:
Produksi Udang = 12 Ton/Ha, stock density/padat tebar = 90 ekor/m2, umur budidaya =
120 hr, ADG = 0.15 gr/hr, SR = 75%, berat = 18 gr (size 55), FCR = 1,4, dan kapasitas
aerator = 20 Hp/Ha. Biaya produksi perkilogram udang Rp 18.610,-.
DAFTAR PUSTAKA
Anonimous, 2004. Hasil Rumusan Temu Nasional Perkembangan Udang Vaname.
Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) Republik Indonesia. Direktorat
Jenderal Perikanan Budidaya.
Hillier, F. S., Liebierman, G. J., (1995), Introduction to Operation Reseach, Second
Edition, Mc. Graw Hill Book Co., Singapore.
Khuri, I and Cornel, I.A., Response Surface, Design and Analysis, Marcel Dekker, Inc.,
1987.
Myers, R. H., and Montgomery, D.C., 2002, Response Surface Methodology, A. Wiley.
Interscience Publication, USA.
Rokhimin Dahuri, 2002. Usaha Pertambakan Udang Vaname Prospektif. Departemen
Kelautan dan Perikanan dalam Bisnis Indonesia, Selasa, 06 Agustus 2002.
ISBN : 979-99735-0-3
A-28-9