FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS JAMBI 2023 DEFINISI DAN RUANG LINGKUP BIOEKONOMI PERIKANAN:
Bioekonomi perikanan merupakan ilmu yang bersifat multi disiplin ilmu.
Bioekonomi perikanan merupakan perpaduan dari beberapa disiplin ilmu, yaitu biologi, perikanan dan ekonomi, dimana model dasarnya berdasarkan teori dan konsep biologi perikanan yang selanjutnya dipadukan dengan konsep ekonomi, termasuk prinsip maksimisasi keuntungan.
Bioekonomi perikanan dapat diaplikasikan pada sektor perikanan tangkap
maupun perikanan budidaya. Namun, selama ini konsep bioekonomi lebih banyak diaplikasikan pada bidang penangkapan. Hal itu antara lain disebabkan karena faktor ketidakpastian (uncertainty) yang lebih besar dijumpai pada sektor penangkapan dibandingkan dengan sektor budidaya.
Konsep bioekonomi perikanan dikembangkan karena adanya kekhawatiran
terjadinya the tragedy of the common atau tragedi kebersamaan pada sumberdaya perikanan. Apabila suatu sumberdaya menjadi ”milik bersama” atau tidak jelas kepemilikannya, dimana setiap pihak secara bebas dapat mengaksesnya, maka eksploitasi terhadap sumberdaya tersebut dikhawatirkan akan terlalu berlebihan. Sumberdaya perikanan memang dikenal sebagai sumberdaya yang dapat dipulihkan (renewable resources). Namun, harus diingat bahwa daya pemulihan sumberdaya perikanan memiliki keterbatasan. Apabila pemanfaatan sumberdaya perikanan melebihi kemampuan daya pulih sumberdaya (regenerasi stok), maka stok sumberdaya ikan akan mengalami penurunan menuju kepunahan sumberdaya. Oleh karena itu, 19 dikembangkan pendekatan maximum sustainable yield (MSY) atau tingkat tangkapan yang lestari. Pada level MSY, pemanfaatan sumberdaya perikanan tidak mengganggu kelestarian sumberdaya, dimana jumlah ikan yang dipanen atau ditangkap berada pada batasan surplus produksi. Kritik terhadap pendekatan MSY diantaranya karena belum memperhitungkan nilai ekonomi. Meskipun pendekatan MSY menghasilkan hasil tangkapan yang optimal dan lestari, namun oleh para ekonom dinilai masih belum optimal secara ekonomi. Oleh karena itu, pada perkembangannya ilmuwan dengan kepakaran bidang ilmu biologi dan ekonomi banyak mengembangkan konsep bioekonomi dengan tujuan untuk mengupayakan tingkat pemanfaatan sumberdaya perikanan yang optimal secara ekonomi dengan tetap memperhitungkan faktor kelestarian sumberdaya perikanan. I. JURNAL I
Judul ANALISIS BIOEKONOMI PERIKANAN UNTUK CUMI-CUMI
(Loligo sp) YANG TERTANGKAP DENGAN CANTRANG DI TPI TANJUNGSARI KABUPATEN REMBANG Jurnal Journal of Fisheries Resources Utilization Management and Technology Volume & Halaman Volume 3, Nomor 2, Tahun 2014, Hlm 19 – 28 Tahun 2014 Penulis Godi Prakasa, Herry Boesono, dan Dian Ayunita Tanggal 05 Desember 2023 Review Jurnal Tujuan dari penelitian untuk menganalisis aspek bioekonomi cumi- cumi di perairan Rembang menggunakan perhitungan bioekonomi model Gordon-Schaefer dan Copes, serta menganalisis tingkat pemanfaatan sumberdaya cumi-cumi di perairan Rembang. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode studi kasus dengan analisa deskriptif. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah metode multi stages sampling. Metode analisis data dengan melakukan perhitungan Catch per Unit Effort dari alat tangkap yang digunakan. Kemudian dihitung nilai MSY, MEY, OA, SO dan nilai tingkat pemanfaatansumberdaya perikanan tangkap pada tiap tahunnya. Penangkapan berlebih atau overfishing sudah menjadi kenyataan pada berbagai perikanan tangkap di dunia. Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO) memperkirakan 75% dari perikanan laut dunia sudah tereksploitasi penuh, mengalami tangkap lebih (overfishing) atau stok yang tersisa bahkan sudah terkuras hanya 25% dari sumberdaya yang masih berada pada kondisi tangkap kurang (FAO, 2002 dalam Wiadnya et.al., 2005). Salah satu wilayah perairan di Provinsi Jawa Tengah yaitu tepatnya di Kabupaten Rembang diketahui telah memberikan kontribusi yang sangat penting bagi nelayan maupun pemerintah daerah. Copes (1972) dalam Fauzi (2010), mengembangkan model bioekonomi statik dengan basis analisis yang berbeda meski sama-sama menggunakan kerangka dasar biologi model Schaefer. Pengembangan bioekonomi model Copes ini dikembangkan karena terdapat kelemahan pada bioekonomi model Gordon-Schaefer antara lain menyangkut asumsi permintaan yang bersifat elastis sempurna (harga konstan) dan keterbatasan pada struktur pasar yang bersaing sempurna (perfectly competitive).
Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode studi kasus
dengan analisa deskriptif. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampel bertingkat (multi stage sampling). Adapun analisis data yang digunakan pada metode penelitian ini adalah dengan menentukan Catch Per Unit Effort dapat ditentukan dengan cara membagi jumlah produksi ikan hasil tangkapan dengan upaya alat tangkap yang digunakan dalam kurun waktu (time series) yang telah ditentukan, sehingga dapat diperoleh melalui persamaan, Analisis bioekonomi statis berbasis model Gordon-Schaefer, dikembangkan oleh Schaefer menggunakan fungsi pertumbuhan logistik yang dikembangkan oleh Gordon. Model fungsi pertumbuhan logistik tersebut dikombinasikan dengan prinsip ekonomi, yaitu dengan cara memasukkan faktor harga per satuan hasil tangkap dan biaya per satuan upaya pada persamaan fungsinya. Terdapat tiga kondisi keseimbangan dalam model Gordon-Schaefer yaitu, MSY (Maximum Sustainable Yield), MEY (Maximum Economic Yield), dan OAE (Open Access Equilibrium) (Wijayanto, 2008).
Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Analisis aspek biologis dan ekonomis pada usaha perikanan tangkap cumi-cumi dengan alat tangkap cantrangdi perairan Kabupaten Rembang adalah sebagai berikut: -Nilai rata-rata Catch per Unit Effort (CPUE) pada tahun 2008-2012 di perairan Kabupaten Rembangadalah 4,57 kg/jumlah alat tangkap. -Produksi optimal (Copt) pada Maximum Sustainable Yield (MSY) model Schaefer sebesar 156.511 kg/tahun dengan effort optimum (Eopt) 15.915 trip/tahun. Keuntungan yang diperoleh sebesar Rp 1.956.977.994,-. -Produksi optimal (Copt) pada Maximum Economic Yield (MEY) model Schaefer sebesar 155.428 kg/tahun dan effort optimum (Eopt) sebesar 14.591 trip/tahun. Keuntungan yang diperoleh sebesar Rp 1.973.232.611,-. -Produksi optimal (Copt) pada Sole Ownership (SO) model Copes sebesar 155.428 kg/tahun dan effort optimum (Eopt) sebesar 14.591 trip/tahun. Keuntungan yang diperoleh sebesar Rp 1.973.232.611,-. -Produksi optimal (Copt) pada Open Access Equilibrium (OAE) model Copes sebesar 47.758 kg/tahun dan effort optimum (Eopt) sebesar 29.182 trip/tahun. Tidak ada keuntungan yang diperoleh 2. Tingkat pemanfaatan sumberdaya cumi-cumi di perairan Rembang pada tahun 2008-2012 memiliki rata-rata nilai sebesar 63%.
DI KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA BERBASIS PENDEKATAN BIOEKONOMI Jurnal Jurnal Agribisnis Indonesia Volume & Halaman Volume 6 No 2 & Halaman 86-106 Tahun 2018 Penulis Maria Yanti Akoit dan Mardit Nalle Tanggal 05 Desember 2023 Review Jurnal Wilayah pesisir memberi peluang kesejahteraan ekonomi, sosial, dan psikologis. Orang mulai beralih ke laut, karena laut kaya dengan segala keanekaragaman hayati dan ekosistemnya yang apabila dimanfaatkan dan dikelola secara baik dan profesional dapat memberikan dampak bagi kesejahteraan masyarakat (nelayan). Hal ini merupakan ancaman bagi keberlangsungan sumberdaya perikanan di masa yang akan datang, maka diperlukan strategi penanggulangan ke-rusakan ekosistem dengan memperhatikan aspek ekonomi, aspek lingkungan, dan aspek manajemen sehingga sumberdaya perikanan dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan. Kegiatan perikanan tangkap Wilayah laut Pantai Utara termasuk Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) IX yang meliputi: Samudera Hindia, laut Timor bagian barat, selat Bali dan laut Sawu (Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten TTU) Perairan Wini merupakan salah satu daerah perikanan yang penting di Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU) dan memiliki potensi yang cukup tinggi. Hal ini didukung dengan kondisi perairan yang berbatasan dengan Selat Ombai dan ditunjukkan dengan beragam alat tangkap dan armada penang-kapan yang digunakan untuk menangkap berbagai jenis ikan termasuk jenis ikan pelagis kecil.
Jurnal ini mencoba mengulas mengenai seberapa besar tingkat
optimalisasi sumberdaya ikan pelagis kecil di perairan Wini Kecamatan Insana Utara dengan memperhatikan aspek biologi dan aspek ekonomi, agar sumberdaya ikan pelagis kecil dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan.
Sentra-sentra atau penghasil utama produk perikanan tangkap di perairan
Wini terletak di Kecamatan Insana Utara diantaranya terdapat di Kelurahan Humusu C, Dusun Banuru, Dusun Temkuna, dan Desa Oesoko
Jika potensi perikanan pelagis kecil di perairan Wini dieksploitasi secara
terus-menerus melampaui batas titik Maximum Sustainable Yield (MSY), maka akan terjadi eksploitasi atau pemanfaatan yang berlebihan (overfishing) sehingga mengakibatkan kelang-kaan sumberdaya ikan pelagis kecil. PENDEKATAN BIOEKONOMI PENGELOLAAN PERIKANAN Dalam konteks pemanfaatan sumber-daya kelautan dan perikanan oleh daerah memang terdapat keuntungan, tetapi juga sekaligus menjadi beban dan tanggung jawab daerah dalam pengendalian dan pengelolaan perikanan berdasarkan pada dua aspek, yaitu aspek biologi dan aspek ekonomi. Sebagai sumberdaya milik bersama maka batas-batas tanggung jawab setiap orang yang ada dalam industri perikanan untuk melakukan kontrol atau pengelolaan sumberdaya menjadi tidak jelas sehingga akan menyebabkan tangkap lebih (overfishing).
Kesimpulan dari jurnal ini yaitu
1.Hasil standarisasi dari empat jenis alattangkap yang digunakan untuk
menangkap ikan pelagis kecil yaitu payang, gill net, bagan dan pancing tonda yang dijadikan sebagai alat tangkap standar adalah payang. Alat tangkap payang setara dengan 0,7245 trip gill net, 0,6337 trip bagan dan 0,7434 trip pancing tonda.
2. Analisis surplus produksi dengan meng-gunakan model
Schaeferteknik CYP di-peroleh tingkat pertumbuhan alami (r) ikan pelagis kecil sebesar 0,134 periode 2002-2012. Koefisien kemampuan tangkap (q) sebesar 0,0001543ton dan daya dukung lingkungan (k) perairan adalah 2.462.076,68 ton.
3. Pendugaan status secara biologi yang menggunakan model Schaefer
dengan hasil tangkapan maksimum lestari (MSY) sebesar 12.574,12 ton/tahun dan Effort Maximum Sustainable Yield (EMSY) yakni 3.550 trip/tahun dan Productivity Maximum Sustainable Yield (UMSY) 3,94 trip/ton. Tingkat pemanfaatan dalam kondisi underfishing dan tingkat eksploitasi dalam kondisi berimbang lestari pada perairan Wini Kecamatan Insana Utara. Keuntungan yang diperoleh sebesar Rp.573.143.340.523,26 per tahun.
4. Pada kondisi status secara ekonomi di-peroleh Effort Maximum
Economic Yield (EMEY) sebesar 3.428 trip, Maximum Econo-mic Yield (MEY) sebesar 12.560,19 ton, dan keuntungan sebesar Rp. 573.869.071.242,22 jika dibandingkan dengan tahun 2012 masih dalam kondisi under eksploited.
5. Analisis bioekonomi berbagai rezim pengelolaan sumberdaya ikan
pelagis kecil yang berdasarkan perhitungan nilai maximum economic yield (MEY), diperoleh biomas sebesar 1.231.803,06 ton dengan tingkat produksi (optimal yield) sebesar 82.479,537 ton. Produksi ini dihasilkan melalui upaya optimal (optimal effort) 433,949 trip/tahun. Perhitungan berdasar-kan maximum sustainable yield (MSY) diperoleh biomas sebesar 1.231.083,34 ton dan optimal yield sebesar 82.479,568 ton dengan optimal effort 434,219 trip/tahun. Pada rezim open acces (OA) diperoleh biomas sebesar 1.529,43 ton, optimal yield sebesar 204,82 ton, optimal effort 867,90 trip/tahun dan tingkat keuntungan yang diperoleh = 0.
6. Tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan pelagis kecil pada perairan
Wini Kecamatan Insana Utara dalam kondisi underfishing, dimana rata- rata produksi aktual ikan pelagis kecil adalah 3.559,47 ton dan berada dibawah produksi mak-simum lestari (MSY) sebesar 82.479,568 ton, sedangkan jumlah effort aktual ber-operasi dengan rata-rata 2.835,94 trip pertahun, dan upaya optimal 433,949 trip.
III. JURNAL III
Judul ANALISIS BIOEKONOMI IKAN PELAGIS
PADA USAHA PERIKANAN TANGKAP DI PELABUHAN PERIKANAN PANTAI TAWANG KABUPATEN KENDAL Jurnal Journal of Fisheries Resources Utilization Management and Technology Volume & Halaman Volume 2 Nomor 1 & Halaman 1-10 Tahun 2013 Penulis Dhiya Rifqi Rahman, Imam Triarso, dan Adriyanti Tanggal 05 Desember 2023 Review Jurnal Tujuan penelitian ini adalah: 1. Menganalisis aspek biologi dan ekonomi tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan pelagis pada usaha perikanan tangkap di PPP Tawang Kabupaten Kendal yang meliputi produksi ikan pelagis per usaha penangkapan atau Catch per Unit Effort (CPUE), Maximum Sustainable Yield (MSY), Maximum Economic Yield (MEY), dan Open Access Equilibrium (OAE); dan 2. Mengetahui tingkat pemanfaatan sumberdaya perikanan pelagis pada usaha perikanan tangkap di PPP Tawang Kabupaten Kendal.
Metode Penelitian Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
unit usaha perikanan tangkap yang mendaratkan hasil tangkapan ikan pelagis di PPP Tawang Kabupaten Kendal.Lokasi yang digunakan untuk penelitian adalah PPP Tawang, desa Gempolsewu, Kecamatan Rowosari, Kabupaten Kendal. Studi yang dilakukan dalam penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran secara mendetail dari suatu status mengenai jumlah produksi hasil tangkapan ikan pelagis dan upaya unit alat tangkap yang digunakan dengan cara melakukan pengamatan langsung di lokasi penelitian, yang meliputi perairan Kabupaten Kendal dengan kebiasaan nelayan mengoperasikan alat tangkap ikan pelagis sejauh 3 mil dari garis pantai hingga 12 mil laut. Karakteristik yang ada di daerah penelitian tersebut, yaitu nelayan yang mempergunakan alat tangkap dengan target hasil tangkapan ikan pelagis yang berasal dari daerah perairan Kabupaten Kendal. Diharapkan dengan metode ini, hasil penelitian yang diperoleh dapat memberikan gambaran hasil yang sesuai dengan keadaan di lapangan....
Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1.
Analisis aspek biologis dan ekonomis pada usaha penangkapan ikan pelagis pada usaha perikanan tangkap dengan alat tangkap standar Pukat Kantong Mini di perairan Kabupaten Kendal adalah sebagai berikut: Nilai rata-rata Catch per Unit Effort (CPUE) pada tahun 2007-2011 di perairan KabupatenKendal adalah 0,714 ton/trip. Produksi optimal (Copt) pada Maximum Sustainable Yield (MSY) sebesar 307,168 ton/tahun dengan effort optimum (Eopt) 490 trip/tahun. Produksi optimal (Copt) pada Maximum Economic Yield (MEY) sebesar 307,008 ton/tahun dan effort optimum (Eopt) sebesar 479 trip/tahun. Produksi optimal (Copt) pada OpenAccess Equilibrium (OAE) sebesar 27,342 ton/tahun dan effort optimum (Eopt) sebesar 958 trip/tahun. 2. Tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan pelagis memiliki rata-rata nilai sebesar 85,57% di mana di tahun 2010 dan 2008 memiliki nilai tingkat pemanfaatan sebesar 105,92% dan 99,92%. Hal ini mengindikasikan sudah terjadinya keadaan overfishing pada produksi ikan pelagis di perairan Kabupaten Kendal.