Anda di halaman 1dari 8

REVIEW JURNAL

Tugas Mata Kuliah BioEkonomi Perikanan

Disusun oleh:
JULIA SUHAIMI
E1E021027

PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN


FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2023
DEFINISI DAN RUANG LINGKUP BIOEKONOMI PERIKANAN:

Bioekonomi perikanan merupakan ilmu yang bersifat multi disiplin ilmu.


Bioekonomi perikanan merupakan perpaduan dari beberapa disiplin ilmu, yaitu
biologi, perikanan dan ekonomi, dimana model dasarnya berdasarkan teori dan
konsep biologi perikanan yang selanjutnya dipadukan dengan konsep ekonomi,
termasuk prinsip maksimisasi keuntungan.

Bioekonomi perikanan dapat diaplikasikan pada sektor perikanan tangkap


maupun perikanan budidaya. Namun, selama ini konsep bioekonomi lebih
banyak diaplikasikan pada bidang penangkapan. Hal itu antara lain disebabkan
karena faktor ketidakpastian (uncertainty) yang lebih besar dijumpai pada sektor
penangkapan dibandingkan dengan sektor budidaya.

Konsep bioekonomi perikanan dikembangkan karena adanya kekhawatiran


terjadinya the tragedy of the common atau tragedi kebersamaan pada
sumberdaya perikanan. Apabila suatu sumberdaya menjadi ”milik bersama” atau
tidak jelas kepemilikannya, dimana setiap pihak secara bebas dapat
mengaksesnya, maka eksploitasi terhadap sumberdaya tersebut dikhawatirkan
akan terlalu berlebihan. Sumberdaya perikanan memang dikenal sebagai
sumberdaya yang dapat dipulihkan (renewable resources). Namun, harus diingat
bahwa daya pemulihan sumberdaya perikanan memiliki keterbatasan. Apabila
pemanfaatan sumberdaya perikanan melebihi kemampuan daya pulih
sumberdaya (regenerasi stok), maka stok sumberdaya ikan akan mengalami
penurunan menuju kepunahan sumberdaya. Oleh karena itu, 19 dikembangkan
pendekatan maximum sustainable yield (MSY) atau tingkat tangkapan yang
lestari. Pada level MSY, pemanfaatan sumberdaya perikanan tidak mengganggu
kelestarian sumberdaya, dimana jumlah ikan yang dipanen atau ditangkap
berada pada batasan surplus produksi. Kritik terhadap pendekatan MSY
diantaranya karena belum memperhitungkan nilai ekonomi. Meskipun
pendekatan MSY menghasilkan hasil tangkapan yang optimal dan lestari, namun
oleh para ekonom dinilai masih belum optimal secara ekonomi. Oleh karena itu,
pada perkembangannya ilmuwan dengan kepakaran bidang ilmu biologi dan
ekonomi banyak mengembangkan konsep bioekonomi dengan tujuan untuk
mengupayakan tingkat pemanfaatan sumberdaya perikanan yang optimal secara
ekonomi dengan tetap memperhitungkan faktor kelestarian sumberdaya
perikanan.
I. JURNAL I

Judul ANALISIS BIOEKONOMI PERIKANAN UNTUK CUMI-CUMI


(Loligo sp) YANG TERTANGKAP
DENGAN CANTRANG DI TPI TANJUNGSARI KABUPATEN
REMBANG
Jurnal Journal of Fisheries Resources Utilization Management and Technology
Volume & Halaman Volume 3, Nomor 2, Tahun 2014, Hlm 19 – 28
Tahun 2014
Penulis Godi Prakasa, Herry Boesono, dan Dian Ayunita
Tanggal 05 Desember 2023
Review Jurnal Tujuan dari penelitian untuk menganalisis aspek bioekonomi cumi-
cumi di perairan Rembang menggunakan perhitungan bioekonomi
model Gordon-Schaefer dan Copes, serta menganalisis tingkat
pemanfaatan sumberdaya cumi-cumi di perairan Rembang. Metode yang
digunakan dalam penelitian adalah metode studi kasus dengan analisa
deskriptif. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah metode
multi stages sampling. Metode analisis data dengan melakukan
perhitungan Catch per Unit Effort dari alat tangkap yang digunakan.
Kemudian dihitung nilai MSY, MEY, OA, SO dan nilai tingkat
pemanfaatansumberdaya perikanan tangkap pada tiap tahunnya.
Penangkapan berlebih atau overfishing sudah menjadi kenyataan pada
berbagai perikanan tangkap di dunia. Organisasi Pangan dan Pertanian
Dunia (FAO) memperkirakan 75% dari perikanan laut dunia sudah
tereksploitasi penuh, mengalami tangkap lebih (overfishing) atau stok
yang tersisa bahkan sudah terkuras hanya 25% dari sumberdaya yang
masih berada pada kondisi tangkap kurang (FAO, 2002 dalam Wiadnya
et.al., 2005). Salah satu wilayah perairan di Provinsi Jawa Tengah yaitu
tepatnya di Kabupaten Rembang diketahui telah memberikan kontribusi
yang sangat penting bagi nelayan maupun pemerintah daerah.
Copes (1972) dalam Fauzi (2010), mengembangkan model bioekonomi
statik dengan basis analisis yang berbeda meski sama-sama
menggunakan kerangka dasar biologi model Schaefer. Pengembangan
bioekonomi model Copes ini dikembangkan karena terdapat kelemahan
pada bioekonomi model Gordon-Schaefer antara lain menyangkut
asumsi permintaan yang bersifat elastis sempurna (harga konstan) dan
keterbatasan pada struktur pasar yang bersaing sempurna (perfectly
competitive).

Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode studi kasus


dengan analisa deskriptif. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian
ini menggunakan teknik pengambilan sampel bertingkat (multi stage
sampling). Adapun analisis data yang digunakan pada metode penelitian
ini adalah dengan menentukan Catch Per Unit Effort dapat ditentukan
dengan cara membagi jumlah produksi ikan hasil tangkapan dengan
upaya alat tangkap yang digunakan dalam kurun waktu (time series)
yang telah ditentukan, sehingga dapat diperoleh melalui persamaan,
Analisis bioekonomi statis berbasis model Gordon-Schaefer,
dikembangkan oleh Schaefer menggunakan fungsi pertumbuhan logistik
yang dikembangkan oleh Gordon. Model fungsi pertumbuhan logistik
tersebut dikombinasikan dengan prinsip ekonomi, yaitu dengan cara
memasukkan faktor harga per satuan hasil tangkap dan biaya per satuan
upaya pada persamaan fungsinya. Terdapat tiga kondisi keseimbangan
dalam model Gordon-Schaefer yaitu, MSY (Maximum Sustainable
Yield), MEY (Maximum Economic Yield), dan OAE (Open Access
Equilibrium) (Wijayanto, 2008).

Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:


1. Analisis aspek biologis dan ekonomis pada usaha perikanan tangkap
cumi-cumi dengan alat tangkap cantrangdi perairan Kabupaten
Rembang adalah sebagai berikut:
-Nilai rata-rata Catch per Unit Effort (CPUE) pada tahun 2008-2012 di
perairan Kabupaten Rembangadalah 4,57 kg/jumlah alat tangkap.
-Produksi optimal (Copt) pada Maximum Sustainable Yield (MSY)
model Schaefer sebesar 156.511
kg/tahun dengan effort optimum (Eopt) 15.915 trip/tahun. Keuntungan
yang diperoleh sebesar
Rp 1.956.977.994,-.
-Produksi optimal (Copt) pada Maximum Economic Yield (MEY)
model Schaefer sebesar 155.428 kg/tahun dan effort optimum (Eopt)
sebesar 14.591 trip/tahun. Keuntungan yang diperoleh sebesar
Rp 1.973.232.611,-.
-Produksi optimal (Copt) pada Sole Ownership (SO) model Copes
sebesar 155.428 kg/tahun dan effort optimum (Eopt) sebesar 14.591
trip/tahun. Keuntungan yang diperoleh sebesar Rp 1.973.232.611,-.
-Produksi optimal (Copt) pada Open Access Equilibrium (OAE) model
Copes sebesar 47.758 kg/tahun dan effort optimum (Eopt) sebesar 29.182
trip/tahun. Tidak ada keuntungan yang diperoleh
2. Tingkat pemanfaatan sumberdaya cumi-cumi di perairan Rembang
pada tahun 2008-2012 memiliki rata-rata
nilai sebesar 63%.

II. JURNAL II

Judul PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN BERKELANJUTAN


DI KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA BERBASIS
PENDEKATAN BIOEKONOMI
Jurnal Jurnal Agribisnis Indonesia
Volume & Halaman Volume 6 No 2 & Halaman 86-106
Tahun 2018
Penulis Maria Yanti Akoit dan Mardit Nalle
Tanggal 05 Desember 2023
Review Jurnal Wilayah pesisir memberi peluang kesejahteraan ekonomi, sosial, dan
psikologis. Orang mulai beralih ke laut, karena laut kaya dengan segala
keanekaragaman hayati dan ekosistemnya yang apabila dimanfaatkan
dan dikelola secara baik dan profesional dapat memberikan dampak bagi
kesejahteraan masyarakat (nelayan). Hal ini merupakan ancaman bagi
keberlangsungan sumberdaya perikanan di masa yang akan datang,
maka diperlukan strategi penanggulangan ke-rusakan ekosistem dengan
memperhatikan aspek ekonomi, aspek lingkungan, dan aspek
manajemen sehingga sumberdaya perikanan dapat dimanfaatkan secara
berkelanjutan. Kegiatan perikanan tangkap Wilayah laut Pantai Utara
termasuk Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) IX yang meliputi:
Samudera Hindia, laut Timor bagian barat, selat Bali dan laut Sawu
(Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten TTU) Perairan Wini
merupakan salah satu daerah perikanan yang penting di Kabupaten
Timor Tengah Utara (TTU) dan memiliki potensi yang cukup tinggi. Hal
ini didukung dengan kondisi perairan yang berbatasan dengan Selat
Ombai dan ditunjukkan dengan beragam alat tangkap dan armada
penang-kapan yang digunakan untuk menangkap berbagai jenis ikan
termasuk jenis ikan pelagis kecil.

Jurnal ini mencoba mengulas mengenai seberapa besar tingkat


optimalisasi sumberdaya ikan pelagis kecil di perairan Wini Kecamatan
Insana Utara dengan memperhatikan aspek biologi dan aspek ekonomi,
agar sumberdaya ikan pelagis kecil dapat dimanfaatkan secara
berkelanjutan.

Sentra-sentra atau penghasil utama produk perikanan tangkap di perairan


Wini terletak di Kecamatan Insana Utara diantaranya terdapat di
Kelurahan Humusu C, Dusun Banuru, Dusun Temkuna, dan Desa
Oesoko

Jika potensi perikanan pelagis kecil di perairan Wini dieksploitasi secara


terus-menerus melampaui batas titik Maximum Sustainable Yield
(MSY), maka akan terjadi eksploitasi atau pemanfaatan yang berlebihan
(overfishing) sehingga mengakibatkan kelang-kaan sumberdaya ikan
pelagis kecil. PENDEKATAN BIOEKONOMI PENGELOLAAN
PERIKANAN Dalam konteks pemanfaatan sumber-daya kelautan dan
perikanan oleh daerah memang terdapat keuntungan, tetapi juga
sekaligus menjadi beban dan tanggung jawab daerah dalam
pengendalian dan pengelolaan perikanan berdasarkan pada dua aspek,
yaitu aspek biologi dan aspek ekonomi. Sebagai sumberdaya milik
bersama maka batas-batas tanggung jawab setiap orang yang ada dalam
industri perikanan untuk melakukan kontrol atau pengelolaan
sumberdaya menjadi tidak jelas sehingga akan menyebabkan tangkap
lebih (overfishing).

Kesimpulan dari jurnal ini yaitu

1.Hasil standarisasi dari empat jenis alattangkap yang digunakan untuk


menangkap ikan pelagis kecil yaitu payang, gill net, bagan dan pancing
tonda yang dijadikan sebagai alat tangkap standar adalah payang. Alat
tangkap payang setara dengan 0,7245 trip gill net, 0,6337 trip bagan dan
0,7434 trip pancing tonda.

2. Analisis surplus produksi dengan meng-gunakan model


Schaeferteknik CYP di-peroleh tingkat pertumbuhan alami (r) ikan
pelagis kecil sebesar 0,134 periode 2002-2012. Koefisien kemampuan
tangkap (q) sebesar 0,0001543ton dan daya dukung lingkungan (k)
perairan adalah 2.462.076,68 ton.

3. Pendugaan status secara biologi yang menggunakan model Schaefer


dengan hasil tangkapan maksimum lestari (MSY) sebesar 12.574,12
ton/tahun dan Effort Maximum Sustainable Yield (EMSY) yakni 3.550
trip/tahun dan Productivity Maximum Sustainable Yield (UMSY) 3,94
trip/ton. Tingkat pemanfaatan dalam kondisi underfishing dan tingkat
eksploitasi dalam kondisi berimbang lestari pada perairan Wini
Kecamatan Insana Utara. Keuntungan yang diperoleh sebesar
Rp.573.143.340.523,26 per tahun.

4. Pada kondisi status secara ekonomi di-peroleh Effort Maximum


Economic Yield (EMEY) sebesar 3.428 trip, Maximum Econo-mic Yield
(MEY) sebesar 12.560,19 ton, dan keuntungan sebesar Rp.
573.869.071.242,22 jika dibandingkan dengan tahun 2012 masih dalam
kondisi under eksploited.

5. Analisis bioekonomi berbagai rezim pengelolaan sumberdaya ikan


pelagis kecil yang berdasarkan perhitungan nilai maximum economic
yield (MEY), diperoleh biomas sebesar 1.231.803,06 ton dengan tingkat
produksi (optimal yield) sebesar 82.479,537 ton. Produksi ini dihasilkan
melalui upaya optimal (optimal effort) 433,949 trip/tahun. Perhitungan
berdasar-kan maximum sustainable yield (MSY) diperoleh biomas
sebesar 1.231.083,34 ton dan optimal yield sebesar 82.479,568 ton dengan
optimal effort 434,219 trip/tahun. Pada rezim open acces (OA) diperoleh
biomas sebesar 1.529,43 ton, optimal yield sebesar 204,82 ton, optimal
effort 867,90 trip/tahun dan tingkat keuntungan yang diperoleh = 0.

6. Tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan pelagis kecil pada perairan


Wini Kecamatan Insana Utara dalam kondisi underfishing, dimana rata-
rata produksi aktual ikan pelagis kecil adalah 3.559,47 ton dan berada
dibawah produksi mak-simum lestari (MSY) sebesar 82.479,568 ton,
sedangkan jumlah effort aktual ber-operasi dengan rata-rata 2.835,94 trip
pertahun, dan upaya optimal 433,949 trip.

III. JURNAL III

Judul ANALISIS BIOEKONOMI IKAN PELAGIS


PADA USAHA PERIKANAN TANGKAP
DI PELABUHAN PERIKANAN PANTAI TAWANG
KABUPATEN KENDAL
Jurnal Journal of Fisheries Resources Utilization Management and Technology
Volume & Halaman Volume 2 Nomor 1 & Halaman 1-10
Tahun 2013
Penulis Dhiya Rifqi Rahman, Imam Triarso, dan Adriyanti
Tanggal 05 Desember 2023
Review Jurnal Tujuan penelitian ini adalah: 1. Menganalisis aspek biologi dan ekonomi
tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan pelagis pada usaha perikanan
tangkap di PPP Tawang Kabupaten Kendal yang meliputi produksi ikan
pelagis per usaha penangkapan atau Catch per Unit Effort (CPUE),
Maximum Sustainable Yield (MSY), Maximum Economic Yield
(MEY), dan Open Access Equilibrium (OAE); dan 2. Mengetahui
tingkat pemanfaatan sumberdaya perikanan pelagis pada usaha
perikanan tangkap di PPP Tawang Kabupaten Kendal.

Metode Penelitian Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah


unit usaha perikanan tangkap yang mendaratkan hasil tangkapan ikan
pelagis di PPP Tawang Kabupaten Kendal.Lokasi yang digunakan untuk
penelitian adalah PPP Tawang, desa Gempolsewu, Kecamatan
Rowosari, Kabupaten Kendal. Studi yang dilakukan dalam penelitian ini
bertujuan untuk memberikan gambaran secara mendetail dari suatu
status mengenai jumlah produksi hasil tangkapan ikan pelagis dan upaya
unit alat tangkap yang digunakan dengan cara melakukan pengamatan
langsung di lokasi penelitian, yang meliputi perairan Kabupaten Kendal
dengan kebiasaan nelayan mengoperasikan alat tangkap ikan pelagis
sejauh 3 mil dari garis pantai hingga 12 mil laut. Karakteristik yang ada
di daerah penelitian tersebut, yaitu nelayan yang mempergunakan alat
tangkap dengan target hasil tangkapan ikan pelagis yang berasal dari
daerah perairan Kabupaten Kendal. Diharapkan dengan metode ini, hasil
penelitian yang diperoleh dapat memberikan gambaran hasil yang sesuai
dengan keadaan di lapangan....

Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1.


Analisis aspek biologis dan ekonomis pada usaha penangkapan ikan
pelagis pada usaha perikanan tangkap dengan alat tangkap standar Pukat
Kantong Mini di perairan Kabupaten Kendal adalah sebagai berikut:
Nilai rata-rata Catch per Unit Effort (CPUE) pada tahun 2007-2011 di
perairan KabupatenKendal adalah 0,714 ton/trip. Produksi optimal
(Copt) pada Maximum Sustainable Yield (MSY) sebesar 307,168
ton/tahun dengan effort optimum (Eopt) 490 trip/tahun. Produksi optimal
(Copt) pada Maximum Economic Yield (MEY) sebesar 307,008
ton/tahun dan effort optimum (Eopt) sebesar 479 trip/tahun. Produksi
optimal (Copt) pada OpenAccess Equilibrium (OAE) sebesar 27,342
ton/tahun dan effort optimum (Eopt) sebesar 958 trip/tahun. 2. Tingkat
pemanfaatan sumberdaya ikan pelagis memiliki rata-rata nilai sebesar
85,57% di mana di tahun 2010 dan 2008 memiliki nilai tingkat
pemanfaatan sebesar 105,92% dan 99,92%. Hal ini mengindikasikan
sudah terjadinya keadaan overfishing pada produksi ikan pelagis di
perairan Kabupaten Kendal.

Anda mungkin juga menyukai