Anda di halaman 1dari 12

Jurnal Riset dan Aplikasi: Akuntansi dan Manajemen, 4(3), September 2020, 360-371

Akuntansi Kelautan dan Perikanan Biru Berbasis Konsep Hasil Maksimum


Lestari Wilayah
Whedy Prasetyo
Universitas Jember, Jl. Kalimantan No.37, Krajan Timur, Sumbersari, Kec. Sumbersari, Kabupaten
Jember, Jawa Timur 68121
whedy.p@gmail.com doi.org/10.33795/jraam.v4i3.011

Informasi Artikel Abstract


Tanggal masuk 20-08-2019 The purpose of this study is to determine the balance of the calculation
of fishermen's catch of fish. Descriptive quantitative method using data
Tanggal revisi 20-01-2020
(econometrics) was selected to produce a calculation formula. The
Tanggal diterima 21-06-2020 results showed that the production function pattern in the fishermen's
catch followed the concept of the maximum sustainable yield of the
Keywords: region. It is a concept of marine and blue fisheries accounting
treatment based on fishermen exchange rates, namely the preservation
Fisherman Exchange Rates of biodiversity in the catch. Calculation of the balance condition
Marine and Fisheries Blue between equality in the opportunity sacrificed in the form of additional
Accounting units of effort and catch value.
Maximum Sustained Yield

Kata kunci: Abstrak


Akuntansi Kelautan dan Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan keseimbangan
Perikanan Biru perhitungan hasil tangkapan ikan nelayan pola hasil maksimum
Hasil Maksimum Lestari lestari. Metode kuantitatif deskriptif menggunakan data
Nilai Tukar Nelayan (ekonometrika) dipilih untuk menghasilkan rumusan perhitungan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola fungsi produksi pada
tangkapan nelayan mengikuti konsep hasil maksimum lestari wilayah.
Merupakan konsep perlakuan akuntansi kelautan dan perikanan biru
berdasarkan nilai tukar nelayan, yaitu pelestarian keanekaragaman
hayati pada hasil tangkapan. Persamaan dengan menggunakan harga
sekarang dengan lag untuk harga kesepakatan hasil tangkapan dan
usaha pelestarian keanekaragaman hayati. Perhitungan kondisi
keseimbangan antara kesamaan dalam peluang yang dikorbankan
berupa satuan tambahan usaha dan nilai tangkapan.

1. Pendahuluan ketidakpastian perhitungan harga. (Tabloid


Awal tahun 2019 diwarnai dengan Mingguan Kontan 11 Maret 2019: Fokus
meningkatnya hasil tangkap ikan, namun Pada Industri Perikanan).
melimpahnya tangkapan diikuti dengan Penjelasan yang merupakan identitas
gejolak perhitungan harga beli kepada “natural” yang dimiliki nelayan dalam
nelayan, sehingga nelayan mengalami menjual hasil tangkapan. Identitas ini

360
Prasetyo, Akuntansi Kelautan dan Perikanan Biru... 361

sebagai persoalan klasik di tingkat mikro Hoogervorst [5] dengan menggunakan data
atas gejolak harga jual. Gejolak yang belum time series telah menduga fungsi produksi
dapat diselesaikan sebagai dampak kelautan (yield function) dengan model yang
mekanisme pasar pengepul atau pedagang sangat sederhana, yaitu hasil tangkapan
besar [1][2]. Mekanisme yang tak terbatas adalah fungsi kuadratik dari jumlah perahu.
pada jumlah hasil tangkap dengan Hasilnya menunjukkan bahwa hasil
perolehannya. Oleh karenanya nelayan tidak tangkapan ikan tahunan di seluruh daerah
mampu memaksimumkan keuntungannya telah banyak yang mendekati SY. Model
sesuai dengan usaha penangkapan ikan yang lain yang serupa telah digunakan pula oleh
dilakukannya [3]. Lebih lanjut menurut Bailey et.al [8] untuk menduga fungsi
Bueger, kondisi ini disebabkan nelayan produksi ikan Sardin di Spanyol, Hasilnya
dalam perolehan ikan yang bersifat bebas menunjukkan bahwa hasil tangkapan Sardin
terbuka (open access fishery) akan tetap yang diperoleh telah melampaui SY. Model
memilih untuk bertahan selama biaya rata- sejenis ini juga telah digunakan oleh Sartika
ratanya sama dengan penerimaan rata- [2] untuk melihat fungsi produksi udang di
ratanya[4]. Konsep tersebut bertentangan Sidoarjo.
dengan perilaku memaksimumkan profit Dalam akses pendugaan fungsi
dari seorang produsen (firm) yang umum penawaran, karena kelautan dan perikanan
diterangkan dalam teori mikroekonomi, adalah sumber daya bebas-masuk semua
dimana produsen berusaha untuk orang (open access resources) dimana
menyamakan marginal revenue dan pengguna boleh masuk secara tak terbatas
marginal costnya. untuk bersaing yang bisa mengantarkan
Penelitian-penelitian ekonomi berbasis pada overfishing atau over eksploitasi dan
kelautan dan atau perikanan pada umumnya penggunaan sumber daya yang tidak efisien,
telah mengacu pada aspek kelestarian maka penurunan fungsi penawaran untuk
sumber daya ikan dengan mengembangkan hasil tangkap kelautan dan perikanan
model pertumbuhan dan ketersedian umumnya didasarkan pada asumsi yang
persedian hasil tangkapan nelayan. ekstrim dan belum banyak peneliti yang
Hoogervorst [5] dan Bueger [4] serta Anita mengkajinya. Secara empiris ada tiga
[6] menunjukkan penjelasan umum bahwa kelompok ekstrem dalam menduga fungsi
pertumbuhan populasi hasil tangkapan ikan penawaran hasil tangkap nelayan, yaitu;
yang hidup dalam lingkungan konstan, kelompok yang menduga melalui fungsi
artinya nilai suplai makanan yang terbatas biaya rata-rata, kelompok yang menduga
adalah fungsi dari jumlah populasinya yang melalui marginal cost (biaya marginal), dan
berbentuk keterhubungan. Selanjutnya kelompok yang menduga melalui input
Bateman dan Bergin [7] menunjukkan compensated-supply function (fungsi
bagaimana dengan hanya menggunakan data penawaran yang terkompensasi dengan
hasil tangkapan dengan usaha (yang input) [9].
diproyeksi dengan jumlah kapal) Ketiga kelompok tersebut menunjukkan
menemukan bahwa pertumbuhan yang ekonomi kelautan dan perikanan berbasis
sifatnya logistik dari stok atau populasi ikan pada fungsi suplai atau penawaran, tanpa
dan bersifat hasil yang semakin menurun menggunakan model ekonomi dengan
(decreasing return) terhadap usahanya, pendekatan wilayah secara kuantitatif.
sehingga dapat menentukan hasil maksimum Pendekatan ini dinamakan Hasil Maksimum
lestari (sustainable yield = SY) dari sektor Lestari (Maximum Sustained Yield atau
kelautan. MSY). Konsep dengan merumuskan
Hasil penelitian tersebut dikuatkan karakteristik wilayah dengan fungsi
kembali dengan studi lanjut oleh produksi berbentuk linier pada hasil
362 Jurnal Riset dan Aplikasi: Akuntansi dan Manajemen, Vol. 4, No. 3, bulan 2020, hlm. 360 – 371

tangkapan (sebagai proksi Nilai Tukar teridentifikasi secara tepat (exactly


Nelayan). Hasil yang merupakan integrasi identified); sedangkan apabila kondisinya
secara langsung kondisi keseimbangan (K-M) < (G-1), maka persamaan tersebut
antara pertumbuhan dan populasi ikan. tidak teridentifikasi (unidentified). Hasil
Kedua faktor sesuai dengan open access identifikasi untuk setiap persamaan
resources hasil tangkapan ikan yang berbeda struktural harus exactly identified atau over
setiap wilayah (cluster). Pola inilah yang identified [9] [10].
dirumuskan sebagai tujuan dalam penelitian
ini, yaitu menentukan keseimbangan 3. Hasil dan Pembahasan
perhitungan hasil tangkap ikan nelayan pola Produksi Hasil Tangkap Ikan. Data
hasil maksimum lestari. Pola yang Badan Pusat Statistik tahun 2019
mewujudkan kebijakan pembangunan sektor menunjukkan bahwa jumlah nelayan di Jawa
Kelautan dan Perikanan berbasis Timur pada tahun 2018 berjumlah 423.251
kewilayahan. orang. Selanjutnya untuk produksi perikanan
merujuk pada data Dinas Kelautan dan
2. Metode Perikanan Jawa Timur (2018), bahwa
Model ekonometrika yang dirumuskan produksi perikanan tangkap sebesar
dalam penelitian ini sebagai pendekatan 509.888.95 ton per tahun, sedangkan
kuantitatif persamaan struktural yang produksi perikanan budi daya sebesar
bersifat simultan. Dengan demikian perlu 2.159.168.53 ton per tahun dan produksi
dilakukan terlebih dahulu identifikasi model olahan hasil perikanan sebesar 2.368.956 ton
(formula) sebelumnya. Indentifikasi ini per tahun. Hasil produksi laut dan perikanan
sebagai syarat mutlak untuk menentukan yang lain dari sumber dan tahun yang sama,
perumusan model dengan tetap mendasarkan menunjukkan bahwa produksi rumput laut
pada parameter-parameternya. Hal yang sebesar 645.263 ton, produksi garam sebesar
lebih difokuskan yaitu terpenuhinya 99.490 ton, produksi udang sebesar
spesifikasi tanda aljabar dan besaran 98.265.30 ton, dan produksi benih ikan
penduga parameter model yang telah sebesar 31.021.052.67 ribu ekor. Data
ditentukan secara apriori, dan cukup produksi hasil tangkap dapat dilihat pada
reprensentatifnya hasil pendugaan model Tabel 1.
dalam ekonomi perikanan [9]. Tabel 1. Data Produksi Hasil Tangkap (dalam
Hasil pendugaan model tersebut ribuan)
dilakukan dengan menggunakan metode Uraian Angka Tahun
order condition, dengan rumusan persamaan 2015 2016 2017 2018
(K - M) > (G - 1) Tuna 192.12 268.67 244.32 298.89
Prosentase 52.93 65.88 50 58.62
Dimana: Udang 81.17 44.26 127.402 87.22
K = Total peubah dalam model, yaitu Persentase 22.36 10.85 26.07 17.11
peubah endogen dan peubah Lain-Lain 89.68 94.88 116.99 123.77
predetermined, Persentase 24.71 23.27 23.93 24.27
M = Jumlah peubah endogen dan eksogen Total 362.988 407.83 488.72 509.88
yang termasuk dalam suatu persamaan Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Jawa
tertentu dalam model, dan Timur (2019)
G = Total persamaan dalam model, yaitu Kontribusi sektor kelautan dan
jumlah peubah endogen dalam model. perikanan pada PDRB tahun 2018 mencapai
Jika suatu persamaan menujukkan Rp. 44,89 triliun atau sebesar 3,48 %
kondisi (K-M)>(G-1), maka persamaan (persen) 1 . Jika dibandingkan dengan tiga
tersebut dinyatakan teridentifikasi berlebih sektor unggulan lain di Jawa Timur, seperti
(over identified); jika menujukkan kondisi 1
Jumlah yang mendasarkan pada Data Dinas
(K-M) =(G-1), maka persamaan tersebut Kelautan dan Perikanan Jawa Timur (2019).
Prasetyo, Akuntansi Kelautan dan Perikanan Biru... 363

industri, perdagangan, dan pertanian, bahwa usaha perikanan dalam setiap


persentase sektor kelautan dan perikanan wilayah dipengaruhi terikat antara bionomik
sangat jauh lebih kecil. Padahal melihat hidup ikan dan hasil tangkapan. Kedua hal
potensi kelautan Jawa Timur, menurut ini sebagai kenyataan bahwa dalam bidang
Yusuf [11] dapat di dorong kenaikan tiap perikanan dan kelautan menunjukkan
tahunnya hingga 10 % (persen). Tujuan kelestarian sumber daya ikan berhubungan
utama kenaikan ini untuk meningkatkan dengan produksi dan usaha nelayan
kesejahteraan nelayan yang dapat diukur [12][13][14]. Mereka menyatakan bahwa
melalui Nilai Tukar Nelayan (NTN). NTN usaha perikanan dalam setiap wilayah
menunjukkan tingkat kemampuan tukar atas dipengaruhi terikat antara bionomik hidup
barang-barang (produk) yang dihasilkan ikan dan hasil tangkapan. Kedua hal ini
nelayan terhadap barang dan atau jasa yang sebagai kenyataan bahwa dalam bidang
dibutuhkan untuk konsumsi rumah tangga perikanan dan kelautan menunjukkan
dan keperluan dalam proses produksi kelestarian sumber daya ikan berhubungan
perikanan tangkap [2][6][11]. Fokus utama dengan produksi dan usaha nelayan.
menaikkan NTN berarti meningkatkan hasil Hasil penelitian di atas memberikan
tangkap nelayan. Tren kenaikan NTN di asumsi bahwa dalam produksi tangkap ikan
Jawa Timur berbanding lurus dengan hasil yang mempengaruhi adalah ketersediaan
tangkap dan harga ikan. Penjelasan ini sumber daya ikan. Ketersediaan ini
didasarkan pada ilustrasi data Dinas dipengaruhi oleh bionomik wilayah ikan itu
Kelautan dan Perikanan Jawa Timur bahwa sendiri. Oleh karenanya, perhitungan nilai
kenaikan persentase nilai tangkap dari setiap tukar nelayan tidak mampu untuk
tahunnya. Kenaikan tersebut disebabkan memaksimumkan keuntungan. Perhitungan
kenaikan rata-rata indeks harga yang keuntungan yang diasumsikan dengan
diterima nelayan lebih besar dari kenaikan pengertian hasil tangkapan nelayan. Asumsi
rata-rata indeks harga yang dibayarkan. sebagai dasar pendapatan individual yang
Perhitungan ini sebagaimana formula (3) diterima sesuai dengan hasil aktivitas
yaitu Xt=k–(qk/r).Et sehingga akan penangkapan di wilayah tersebut. Penjelasan
menghasilkan persamaan (5) bahwa yang disebabkan sebagaimana merujuk pada
Qt=f(Et). hasil penelitian Prasetia [9] bahwa wilayah
Persamaan (5) akan tercapai apabila mempengaruhi hasil tangkap ikan yang
keseimbangan biologis ikan terjamin bersifat alamiah atau terbuka. Sifat ini
(keanekaragaman hayati, seperti terumbu menghasilkan perhitungan ekonomik yang
karang, padang lamun, hutan bakau, muara sama antara biaya rata-rata dengan
dan lahan basah) sehingga usaha penerimaannya, sehingga bertentangan
penangkapan ikan adalah menangkap dengan perilaku produsen lainnya untuk
surplus pertumbuhan ikan bukan populasi memaksimumkan keuntungan dengan
ikan. Dengan demikian hasil penangkapan menyamakan marginal revenue dan costnya.
ikan merupakan ekonomi produksi lestari Kenyataan tersebut telah dibuktikan
(MSY). Konsep keseimbangan bionomik ini dengan penelitian Hoogervorst [5] bahwa
mengembangkan rumusan formula yang fungsi dari hasil tangkap ikan (Qt) selalu
dihasilkan riset Hoogervorst [5] untuk sama dengan kapasitas wilayah bionomik
menunjukkan bahwa produk ikan ikan. Kesamaan yang memberikan pengaruh
mempunyai kaitan yang erat dengan pada tingkat eksploitasi nelayan yang
lingkungan bionomik tumbuhnya ikan, melebihi sumber daya bionomik ikan
artinya ikan dalam suatu wilayah tangkap tersebut. Hal senada juga dinyatakan dalam
mempunyai karakteristik yang berbeda. hasil penelitian Solihuddin [13] bahwa
Penjelasan ini sejalan dengan pernyataan perhitungan produksi tanpa mendasarkan
364 Jurnal Riset dan Aplikasi: Akuntansi dan Manajemen, Vol. 4, No. 3, bulan 2020, hlm. 360 – 371

pada ekspoitasi penangkapan memberikan Tiongkok menangkap 13,8 juta ton (1,327
nilai berbeda. Perbedaan yang lebih lanjut ton per km2). Angka ini jika kita asumsikan
diungkapkan oleh Soemokaryo dan Anita kalau semua nelayan Indonesia menangkap
[6][12] pendapatan bagi nelayan bukan di wilayah laut kita sendiri dan rasio
perhitungan harga berdasarkan biaya, namun tangkapan ini telah maksimal, maka timbul
ketersediaan ikan menjadi faktor utama. pertanyaan dari mana jumlah tangkapan
Ketersediaan ikan ini berkorelasi positif Tiongkok yang begitu besar?
dengan overfishing atau over eksploitasi. Menjawab pertanyaan tersebut dengan
Nilai inilah yang memberikan pengaruh menggunakan asumsi bahwa Tiongkok
besar dalam merumuskan pendapatan kelebihan tangkapan sebesar 7,02 juta ton
nelayan. dari seharusnya, dimana ada selisih 6,84 juta
Fenomena overfishing atau over ton dari tangkapan riil yang seharusnya,
eksploitasi hasil tangkapan ikan merupakan sepadan dengan luas laut sebesar 10,18 juta
bukti produktivitas tinggi. Situasi yang km2. Data ini terjelaskan dengan asumsi
didukung dengan wilayah penangkapan dan open access resources dan pernyataan
sifat ikan bebas untuk ditangkap dalam Prasetia [15] bahwa Tiongkok memiliki
berbagai ukuran. Sifat berantai ini alternatif untuk menangkap ikan ke arah
memberikan hubungan antara penawaran timur di Samudera Pasifik, dan yang lebih
dan permintaan ikan [4]. Perumusan menggiurkan yaitu menangkap ikan di
hubungan ketersediaan produktivitas ikan kawasan Indonesia. Kondisi laut kawasan
untuk memperoleh jumlah maksimum hasil timur Indonesia ialah kawasan yang paling
tangkapan dari segi berat. Tetapi kenyataan, mudah dimasuki dengan memutar arah dari
sebagaimana dinyatakan Prasetia [15] bahwa perairan Tiongkok ke Samudera Pasifik
ikan mempunyai hubungan dengan Barat, kemudian ke arah selatan menuju ke
pelestarian lingkungan hidupnya untuk Maluku. Mereka dapat pula mengambil
meningkatkan jumlah tangkapan, sehingga risiko lebih dengan menyusuri Laut
ekosistem pendukung keanekaragaman Tiongkok Selatan dan masuk ke laut
hayati seperti terumbu karang, hutan bakau, Indonesia lewat Laut Natuna.
dan lahan basah haruslah diperhatikan. Nilai Tukar Nelayan (NTN). Konsep
Pusat-pusat ekonomi keanekaragaman kewilayahan tangkap memberikan pengaruh
hayati laut ini menjadi lokasi penting pada hasil tangkap sebagai Nilai Tukar
pertumbuhan dan penangkapan ikan di laut. Nelayan (NTN) dengan tersedianya
Perwujudan konsekuensi ekonomi keanekaragaman hayati lautan. NTN
keanekaragaman hayati laut menjadi potensi merupakan proksi perhitungan peningkatan
besar keberadaan hidup ikan. Kondisi ini pendapatan bagi nelayan. Penjelasan nilai ini
sebagaimana lebih lanjut dinyatakan Prasetia dijelaskan oleh Yusuf [11] bahwa nilai tukar
[15] bahwa Indonesia mempunyai nelayan adalah cara meningkatan
keanekaragaman hayati yang besar kesejahteraan nelayan pada tingkat
dibandingkan dengan negara lain sehingga kemampuan tukar. Kemampuan atas barang-
menjadi sumber habitat ikan. Walau begitu barang (produk) yang dihasilkan terhadap
Rudiyanto [16] menyatakan Indonesia masih barang atau jasa yang dibutuhkan konsumsi
kalah dengan Tiongkok. Pernyataan ini rumah tangga, dan keperluan proses
sejalan dengan data tangkapan dari FAO produksi perikanan tangkap.
bahwa Indonesia berada di urutan kedua Fokus utama NTN ialah meningkatkan
dunia dalam hal jumlah ikan tangkapan dan hasil tangkap nelayan. Hasil ini berbanding
ini jauh dari urutan pertama, yang hampir lurus dengan hasil tangkap dan harga ikan.
tiga kali lipat lebih banyak. Tahun 2012, Oleh karena itulah faktor yang menjadi
Indonesia hanya menangkap 5,4 juta ton penentu naiknya NTN terdapat pada
ikan (0,672 ton per km2) sementara konsekuensi manfaat ekonomi kelestarian
Prasetyo, Akuntansi Kelautan dan Perikanan Biru... 365

hayati lautan. Perhatian faktor pelestarian Kondisi ini menciptakan persaingan hasil
lingkungan menjadikan titik sentral tangkapan ikan akibat berlakunya akses
ketersediaan ikan. Hal ini sebagaimana terbuka, akibatnya berat dan biaya sama
dinyatakan Sulistiyono dan Yety [12] serta dengan pendapatan. Oleh karenanya hasil
Solihudin [13] bahwa tiga faktor pelestarian tangkap tidak membuktikan perhitungan
lingkungan berhubungan dengan jumlah keuntungan. Peristiwa ini sejalan dengan
tangkapan ikan di laut yaitu; harga ikan hasil hasil penelitian Sulistiyono dan Yety [12]
tangkapan yang dapat diterima pembeli, serta Anita [6] bahwa timbulnya overfishing
biaya produksi dalam memperoleh ikan, dan sebagai kewajaran atas kondisi alamiah laut
ekspektasi harga nelayan dalam sebagai sumber ikan bebas. Kondisi alamiah
memperhatikan hasil tangkapan yang yang membuat naik dan turunnya hasil
diperoleh. Ketiga faktor yang tangkapan nelayan, sehingga menumbuhkan
mempengaruhi ketersediaan pasokan ikan kesadaran untuk menerima berapapun hasil
dalam suatu wilayah. tangkapan. Kesadaran ini didasarkan pada
Perhatian yang sama juga dilakukan asumsi bahwa selama biaya rata-rata sama
pada hasil penelitian Anita [6] dengan dengan jumlah penerimaan rata-ratanya.
menguji ketiga faktor di atas berdasarkan Kenyataan seperti ini membawa implikasi
analisis komparatif. Hasil menunjukkan sebagaimana merujuk pada Prasetia [15] dan
bahwa perhatian pelestarian lingkungan [11] bahwa hubungan pengaruh langsung
berhubungan positif dengan kelestarian jumlah armada tangkap (atau kapal) yang
sumber daya ikan. Kelestarian yang oleh dioperasikannya terhadap nilai hasil dan
Prasetia [15] sebagai kaitannya dengan biayanya. Hubungan hasil dan biaya
tingkat ekonomi pendapatan atas hasil ditentukan atas jumlah ketersediaan ikan,
tangkap ikan. Perhitungan didasarkan pada artinya semakin besar maka keuntungan
aspek usaha nelayan dengan penggunaan naik. Persamaan yang menghasilkan
armada dan alat tangkap. Perhatian kedua produktivitas tanpa kelestarian ekosistem
aspek ini menunjukkan hubungan persamaan hidup ikan.
sebab akibat, yang dapat dirumuskan Fungsi ekonomi penangkapan ikan
sebagai berikut: ditunjukkan dengan menghasilkan
Populasi Ikan: Xt = Xtb + rXtb – Qt (6) penerimaan rata-rata tanpa kenaikan apabila
Produksi Ikan: Qt = f(Vi . Atj). Xt) (7) kelestarian tidak terjaga [2][5][6][8]. Nilai
Dimana: kelestarian ini berfungsi sebagai kelestarian
Vi =Jumlah tersedianya armada tangkap sumber daya ikan dalam berkembang biak
i, [13]. Berdasarkan uraian tersebut maka
Atj = Pengguna alat tangkap j dan landasan dalam mengembangkan produksi
Xtb = Jumlah ikan tercatat ikan (Qt) adalah sama dengan. kelestarian
Penggunaan persamaan rumus (6) di wilayah keanekaragaman hayati (Qi) sebagai
atas digunakan untuk mengimplikasikan hasil dari perumusan Nilai Tukar Nelayan
bahwa jika tetap mempertahankan (NTN). Hasil dalam hubungan, akan
kelestarian sumber daya ikan, maka rXtb = menghasilkan konsep hasil maksimum
Qt. Selanjutnya persamaan (7) menunjukkan lestari (maximum sustained yield atau MSY)
hubungan langsung produksi dengan usaha berbasis wilayah. Dengan pendekatan ini
dan sumber daya ikan. maka peningkatan pendapatan akan
Perumusan persamaan (6) dan (7) memiliki hubungan dengan kelestarian laut
menunjukkan nilai mutlak (absolut) biru. Biru di sini tidak lain merujuk pada
pengaruh sumber daya ikan sebagai simbol laut dan tentunya ekonomi kelautan
komoditas bebas masuk bagi semua nelayan, dan perikanan yang berbasis
artinya aktivitas penangkapan bersifat bebas. keanekaragaman hayati laut.
366 Jurnal Riset dan Aplikasi: Akuntansi dan Manajemen, Vol. 4, No. 3, bulan 2020, hlm. 360 – 371

Dasar perumusan kajian konsep MSY Jumlah Armada Tangkap:


tersebut berdasarkan kenyataan bahwa V= f (HT,HU, Tren, HIL, W, I) (8)
konsekuensi ekonomi ditunjukkan dengan Dimana:
terjaganya keanekaragaman hayati laut HT = Harga tuna,
mempengaruhi ketersediaan dan jumlah HU = Harga udang,
tangkapan [6][12][13][15]. Oleh karenanya HIL = Harga ikan lainnya,
formula yang dirumuskan perlu W = Biaya tenaga kerja,
ditambahkan dengan faktor pelestarian dari I = Tingkat suku bunga
ekosistem pendukung keanekaragaman Selanjutnya dengan tetap
hayati, seperti terumbu karang, padang mengasumsikan bahwa pendapatan dan
lamun, hutan bakau, muara dan lahan biaya adalah sama sebagaimana dinyatakan
basah[9]. Faktor ekosistem ini sejalan Anita [6] dan Prasetia [15] maka tenaga
dengan Rudiyanto bahwa kesadaran hayati kerja pada sektor kelautan dan perikanan
laut merupakan faktor perhatian yang harus ditentukan sebagai nilai fixed proportion
dipertahankan untuk meningkatkan produksi sebagai berikut:
tangkap ikan laut[16]. Kerusakan laut berarti Tenaga Kerja: Li = Ki . Vi (9)
kerusakan hasil tangkap. Fenomena yang Dimana:
lebih lanjut didukung dalam penjelasan Li = Tenaga kerja,
Prasetia bahwa pemecahan masalah daya Ki = Tenaga kerja per unit armada
tangkap laut dengan menyatakan kelestarian tangkap.
lingkungan laut sebagai nilai mutlak sumber Dengan demikian penggunaan tenaga
daya ikan berkelanjutan[15]. kerja terhadap tingkat tangkapan ikan dapat
Untuk mencapai MSY langkah pertama dirumuskan:
menggunakan persamaan (6) dan (7). L = Σ Li (10)
Penggunaan persamaan ini merujuk bahwa Lebih lanjut dengan mendasarkan
sifat alamiah kelautan dan perikanan adalah kondisi penangkapan yang bebas sebagai
sumber daya bebas masuk, sehingga bisa dampak lingkungan perairan, maka
mengantarkan pada situasi overfishing atau menimbulkan pula terjadinya akses investasi
over eksploitasi dan penggunaan sumber pihak lain atas hasil tangkapan ikan. Konsep
daya yang tidak efisien, tanpa dukungan ekonomik yang didasarkan pada keuntungan
memperhatikan keseimbangan biologis ikan usaha penangkapan sumber daya kelautan
sendiri [5][6][12]. Fakta yang memberikan dan perikanan [9][11][14]. Kondisi ini
hasil bahwa nelayan menangkap populasi membuat model produksi (persamaan 8)
ikan bukan laju ketersediaannya, sehingga menjadi turunan dalam perumusan usaha
keuntungan pendapatan tidak pernah penangkapan. Perumusan yang didasarkan
tercapai. Fenomena ini membawa pengaruh pada keterlibatan pihak lain terhadap
positif dengan ketersediaan jenis armada fluktuatif tingkat suku bunga dan nilai tukar,
tangkap. Definisi yang membenarkan maka fungsi usaha nelayan adalah:
hubungan hasil dengan armada sebagai Jumlah Armada Tangkap: (11)
hubungan sebab akibat. Oleh karenanya Vkf = f(HT, HU, Tren, HIL, I, E, DF, IF)
armada dan alat tangkap menjadi bersifat Dimana:
terikat satu sama dengan pendapatan dan IF = Suku bunga asing,
biayanya, akibatnya harga ikan bergeser E = Nilai tukar,
mengikuti operasional armada tangkap DF = Kebijakan investasi.
sebesar 9.19. Nilai yang terbukti absolut Hasil perumusan persamaan (11)
dalam keterhubungan variabel, sehingga merupakan penentu nilai tangkapan ikan
jumlah armada yang dioperasikan sangat hasil maksimum lestari (maximum
ditentukan hasil tangkapan dan biaya dengan sustainable yield). Nilai ini diturunkan
perumusan adalah: berdasarkan hasil sumber daya ikan tangkap
Prasetyo, Akuntansi Kelautan dan Perikanan Biru... 367

nelayan, maka model produksi bioeconomic JI = Jaring insang,


hasil penelitian dirumuskan: QUL = Produksi udang antar tahun.
Populasi Ikan: Formula hasil tangkap yang
Xtij = Xtbij + rXtbij - QtTij (12) memberikan pengaruh langsung pada Nilai
Produksi ikan: Tukar Nelayan (NTN) untuk menunjukkan
Qtij = f(Vijk, ATijl, Xtij) (13) produksi total:
Jumlah armada tangkap:
Vdij = f (Plij, I, W, Tren) (14) Produksi: QISi = Σ Qt Tij + QITij (20)
Kapal domestik: Dimana:
Vdijk = (PI, I, W, Tren) (15) QISi = Jumlah ikan total jenis i
Kapal asing: penangkapan
Vkfij = (PI, I, E, IF, W, DF) (16) QtTij = Ikan hasil laut jenis i pada wilayah
Tenaga kerja: j,
Lijk = Kk Vk (17) QITij = Lingkungan biologis ikan jenis i
Dimana: pada wilayah j.
Subskrip i menunjukkan wilayah, Hasil persamaan (20) ini menunjukkan
Subskrip j menunjukkan jenis ikan, formula empiris pendugaan model ekonomi
Subskrip k menunjukkan jenis armada biru dengan mempertimbangkan
tangkap, keanekaragaman hayati, seperti terumbu
Subskrip l menunjukkan jenis alat tangkap, karang, padang lamun, hutan bakau, muara
Subskrip d menunjukkan domestik, dan lahan basah produksi ikan terjaga.
Subskrip kf menunjukkan armada tangkap Produksi yang didasarkan pada peningkatan
asing. pendapatan nelayan berhubungan dengan
Persamaan (12) sampai (17) kelestarian laut. Dengan demikian
berdasarkan pada hasil tangkapan jenis ikan identifikasi model bahwa (K - M) = (G - 1)
yaitu tuna, udang dan ikan lainnya (merujuk terbukti.
tabel 1). Hasil tuna dan udang dijadikan Kesamaan nilai tersebut membuat
variabel terikat berdasarkan jumlah penjelas yang dimasukkan dalam persamaan
tangkapan yang besar pada periode perilaku nelayan. Perilaku ini mampu
pengamatan, sedangkan ikan lainnya sebagai menjelaskan dengan baik pengaruh
residu. Persamaan perilaku nelayan atas keragaman setiap pengubah endogennya.
hasil tangkap tuna dan udang sebagai Selanjutnya, variabel pengubah yang
berikut: ditetapkan dalam perumusan model
Produksi tuna: mempunyai parameter dugaan terbukti
QT = f (VG,VVG,PS, PC, QTL) (18) signifikan terhadap harapan hasil maksimum
Produksi udang: lestari (maximum sustainable yield
QU = f (VG, VVG, PU, PK, JI, QUL) (19) =msyrtinya hasil tangkap berhubungan
Dimana: dengan surplus pertumbuhan ikan. Hasil ini
QT = Produksi tuna; berkorelasi positif dengan upaya pemerintah
QU = Produksi udang; provinsi Jawa Timur bahwa hasil tangkap
VG = Daya armada tangkap; dan harga ikan berbanding lurus
VVG = Pangkat dua dari daya armada bioeconomic keanekaragaman hayati yang
tangkap; terus terjaga, melalui infrastruktur dan
PS = Purse seiner; sarana prasarana pendukung perikanan laut
PC = Pancing; atau tangkap yang tidak merusak habitat
QTL = Produksi tuna antar tahun; ikan [17].
PU = Pukat udang; Korelasi membuat efisiensi pencapaian
PK = Pukat kantong, marginal revenue dan marginal cost.
368 Jurnal Riset dan Aplikasi: Akuntansi dan Manajemen, Vol. 4, No. 3, bulan 2020, hlm. 360 – 371

Pencapaian ini sejalan dengan yang Respon produksi seperti tuna tersebut
dinyatakan Anita [6] bahwa representatif memberikan pengaruh positif terhadap
persamaan pendapatan dan biaya ketersediaan kapal tangkap. Kapal tangkap
menghasilkan fenomena ketergantungan yang mendukung penggunaan purse seiner
hasil nelayan dengan bioeconomic tempat untuk meningkatkan hasil nelayan. Indikasi
keberadaan ikan. Fenomena yang lebih ini dibuktikan dengan memasukkan pada
lanjut menyatakan bahwa perubahan hasil persamaan 2 bahwa: Produksi Ikan:
tangkap adalah berkorelasi positif dengan Qt=q.Et.Xt, artinya berapapun nilai jumlah
peubah lingkungan kelestarian laut [6]. Hal tangkap memberikan respon elastis indikasi
ini memberikan implikasi bahwa harga ikan penambahan kapal atau inovasi teknologi
dan udang dapat digunakan sebagai fungsi efektif dalam meningkatkan produksi.
intervensi meningkatnya upaya kelestarian, Elastisitas persamaan ini mendukung hasil
dan hal ini ditingkatkan dengan cara penelitian Anita [6] bahwa produksi tuna
perbaikan kualitas tangkap. Kondisi yang terhadap penambahan kapal mempunyai
terhubung dapat memberikan intrepretasi nilai lebih tinggi dari 0.5, artinya setiap
dalam penelitian ini bahwa sewaktu HT, HU tambahan kapal berpengaruh pada hasil
dan HIL (persamaan 11) meningkat, maka tangkap dengan lingkungan bioeconomic
respon armada tangkap (kapal) atau alat laut yang terjaga. Lingkungan ini
tangkap akan sangat agresif sehingga QIT memberikan nilai 1.29 diatas 1 bersifat
akan menurun dengan drastis, dan produksi elastis dari memasukkan nilai 0.5 pada
tuna atau udang ataupun ikan lainnya akan persamaan 2 yang berarti arah positif.
menurun. Fenomena seperti itu terdapat hubungan
Produksi Tuna, Udang dan Ikan antara hasil tangkap dengan konsekuensi
lainnya. Hasil pendugaan (sesuai Tabel 1) ekonomi pendapatan nelayan dari
atas seluruh persamaan hasil tangkap tuna keanekaragaman hayati lautan. Hubungan
dan udang dengan besaran elastisitasnya yang dibuktikan dengan meningkatnya 0.5
formula 18 dan 19 memperoleh tanda dan kelestarian lingkungan meningkatkan dua
besaran parameter pola pengaruhnya, yaitu kali jumlah tangkap ikan tuna. Perhitungan
respon produksi terhadap perubahan alat ini berasumsi bahwa dimensi lingkungan
tangkap. Kondisi ini ditujukan sebagai laut dianggap berpengaruh pada
peubah lag, artinya bahwa angka hasil rata- ketersediaan ikan. Asumsi ini sejalan dengan
rata menjelaskan selisih penurun dari tahun Prasetia [15] dan [17] bahwa kelestarian laut
ke tahun. Selisih ini menunjukkan respon (biru laut) dapat diterima karena ikan akan
alat tangkap adalah negatif. berada. Perhitungan kelestarian yang
Hasil negatif mempengaruhi persamaan memberikan pengaruh atas persamaan
18 bahwa produksi tuna menurun perlu produksi ikan tangkap.
adanya pengurangan alat tangkap yang Persamaan tersebut memberikan
sesuai dengan kondisi bioeconomic tempat dampak untuk menerapkan standar biru
keberadaan ikan. Penurunan hasil tangkap dalam operasinya di ekonomi kelautan dan
tuna berpengaruh pada lingkungan dengan perikanan. Standar biru bermakna bahwa
alat tangkap sebagai variabel pendukung nelayan melakukan kegiatan operasional
[2][6][8][12][13][14]. Mereka menyatakan yang patuh terhadap standar energi dan alat
bahwa pengaruh yang lebih lanjut dijelaskan tangkap. Selain itu, nelayan mempunyai
tentang alat tangkap (purse seiner) bersifat kesadaran untuk menyemai kembali laut
elastis dan tanda parameternya yang dapat sebagai sumber daya ikan terjaga
efektif menangkap tuna. Oleh karena itu keberlanjutannya. Harapan hasil tangkapan
perlu kelestarian habitat tuna dengan nelayan dipengaruhi penetapan harga ikan
pemanfaatan purse seiner yang lebih pada sendiri dan selisih harga saat ini dengan
single operation. selisihnya atas ekonomi terjaganya
Prasetyo, Akuntansi Kelautan dan Perikanan Biru... 369

keanekaragaman hayati laut [2,12,13,18]. sebagai investasi lingkungan [19], karena


Perhitungan hasil tangkap tuna, udang dan memiliki potensi manfaat ekonomi dan non
ikan lainnya nelayan tersebut mendukung ekonomi yang pasti bagi nelayan.
persamaan 20, bahwa Produksi: QISi = Σ Qt Konsekuensi ini memberikan kemudahan
T
ij + QITi, artinya Qt dan QIT sebagai bagi nelayan untuk meningkatkan tonase
peubah-ubah adalah positif. Produksi ini produksi tangkapannya bahkan fungsi
dipengaruhi keseluruhan persamaan dan alat ekonomi pariwisata. Selanjutnya untuk non
tangkap yang digunakan, yaitu pancing atau ekonomi menciptakan kondisi lingkungan
purse seine single operation. Dalam laut yang biru, yaitu kondusif dan lestari
penyusunan model didekati dengan fungsi dalam menjamin peningkatan kualitas dan
linear untuk meningkatkan NTN atas hasil kesejahteraan sosial masyarakat nelayan.
yang dicapai, sehingga QIS adalah positif Kedua manfaat tersebut merupakan
penjumlahan QT dan QIT, dengan lag antara suatu proses perumusan akuntansi kelautan
0 sampai 1, artinya 0  QT, QIT  1. dan perikanan biru. Perumusan yang
Nilai 0 sampai 1 dalam persamaan di didasarkan variabel penghitungan,
atas menunjukkan nilai maksimum yang pencatatan, pengukuran nilai, peringkasan,
terpenuhi dari suatu persamaan Kuncoro pembuktian, pelaporan dan penyampaian
[10], misalnya tangkapan ikan banyak maka informasi keuangan secara tepat atas suatu
keanekaragaman hayati lautan terjaga. kejadian ekonomi. Kejadian ekonomi
Kedua dimensi ini sejalan dengan yang keanekaragaman hayati laut terhadap hasil
dinyatakan Prasetia [15] bahwa produksi tangkapan nelayan. Hasil ini setara dengan
ikan tuna tergantung pada ekosistem informasi pendapatan nelayan (diproksi
pendukung keanekaragaman hayati hidup dengan Nilai Tukar Nelayan (NTN)), artinya
ikan tersebut, artinya jika ingin NTN tuna tren kenaikan NTN berbanding lurus dengan
meningkat maka langkah ini memang harus pencapaian hasil tangkap dan harga ikan.
diambil. Akhirnya dalam perspektif proses Lebih lanjut pencapaian ini dihitung secara
akuntansi kelautan dan perikanan biru, terpadu dalam konsep ekonometrika hasil
peringkasan terhadap konsep maximum maksimum lestari (MSY) berbasis wilayah.
sustained yield untuk produksi jumlah ikan Hasil penelitian perumusan konsep
(Persamaan 20) adalah: ekonometrika yang memberikan informasi
data secara terpadu (persamaan) bagi
Pelestarian Keanekaragaman Hayati xxx kehadiran proses akuntansi. Pencapaian ini
Hasil Tangkapan xxx menghasilkan konsep akuntansi kelautan
dan perikanan biru secara sistematik,
Berdasarkan jurnal tersebut mudah, terperinci, relevan, dan dapat
pengorbanan sumber daya ekonomi untuk dibuktikan serta dipertanggungjawabkan.
pelestarian dari ekosistem pendukung Konsep yang menghubungkan dengan
keanekaragaman hayati sepadan dengan perhatian kepada aspek ekonomi kelestarian
hasil tangkap nelayan (sebagai pengukur keanekaragaman hayati laut. Hasil
Nilai Tukar Nelayan). Mekanisme perumusan ini berguna bagi pengembangan
pelestarian ekosistem yang terjaga dan kehadiran pengetahuan akuntansi berbasis
optimal, berdampak langsung pada kelautan dan perikanan berdasarkan potensi
keberlanjutan sumber daya tuna, udang dan ekonomi nelayan Indonesia. Potensi dengan
ikan lainnya terjaga. Keberlanjutan sumber keterkaitan aktivitas kelestarian sumber
ikan meningkatkan produksi dan memasok hayati laut (biru) sebagai tempat hidup ikan
nutrisi bagi ikan. untuk mencapai peningkatan pendapatan
Kondisi ekosistem terjaga dari nelayan. Kesejahteraan yang selanjutnya
pendekatan akuntansi lingkungan diakui menunjukkan tingkat kemampuan tukar atas
370 Jurnal Riset dan Aplikasi: Akuntansi dan Manajemen, Vol. 4, No. 3, bulan 2020, hlm. 360 – 371

hasil tangkap terhadap konsumsi dan doi:10.1016/j.sbspro.2015.02.422.


keperluan dalam proses peningkatan [7] Bateman, Sam; Bergin A. New
produksi bidang kelautan dan perikanan. Challenges For Maritime Security In
The Indian Ocean - An Australian
4. Simpulan Perspective. Journal of the Indian
Perumusan akuntansi kelautan dan Ocean Region 2011;7(1):117–125.
perikanan biru mengintegrasikan doi: 10.1080/19480881.2011.587335
konsekuensi ekonomi pelestarian dari [8] Bailey, Megan. et al. Towards Better
ekosistem keanekaragaman hayati laut. Management of Coral Triangle Tuna.
Konsekuensi yang menghasilkan nilai Ocean & Coastal Management.
ekonomi dan non ekonomi dalam 2012;63:30–42.
meningkatkan Nilai Tukar Nelayan (NTN). doi:10.1016/j.ocecoaman.2012.03.010
Persamaan fungsi ekonometrika yang [9] Solihuddin T. A Drowning Sunda
menunjukkan nilai korelasi konsep hasil Shelft Model During Last Glacial
maksimum lestari (maximum sustainable Maximum (LGM) and Holocene: A
yield = MSY), artinya surplus pertumbuhan Review. Indonesian Jounal on
ikan yang terpenuhi dengan memperhatikan Geoscience. 2014;1(2):99–107.
kelestarian ekosistemnya. Kelestarian yang doi: 10.17014/ijog.v1i2.182
memberikan pengaruh atas pencatatan [10] Fenstand J, Dahl and Kongsvik T.
persamaan akuntansi, yaitu pelestarian Shipboard Safety: Exploring
keanekaragaman hayati hasil tangkapan. Organizational and Regulatory
Factors. Maritime Policy &
Daftar Rujukan Management. 2016;43(5):552–568.
[1] Arifin B. Ekonomi Perikanan dan doi:10.1080/03088839.2016.1154993
Identitas Benua Matim. Harian [11] Sampson H, Tang L. Strange Things
Kompas 2012;16 Apr. Happen at Sea: Training and New
[2] Sartika I. Evaluasi Kebijakan Tecnology ini a Multi-billion Global
Pemberdayaan Nelayan. JIANA Industry. Journal of Education and
(Jurnal Ilmu Administrasi Negara) Work 2015;29(8):980-994.
2015;11(2):111-124. doi:10.1080/13639080.2015.1102213
[3] Basri AF. Visi Maritim Sebagai [12] Soemokaryo S. Model Ekonometrika
Acuan Pembangunan Ekonomi Perikanan Indonesia: Analisis dan
Nasional. Tinjauan Pembangunan Simulasi Kebijakan Pada Era
Maritim Indonesia. Menggapai Liberalisasi Perdagangan. Edisi I, C.
Negara Maritim 2013;2:73–78. Malang: Penerbit AGRITEK; 2001.
[4] Bueger C. What is maritime security? [13] Prasetia A. Ekonomi Maritim
Marine Policy 2015;53:159–164. Indonesia. Cetakan 1. Yogakarta:
doi: 10.1016/j.marpol.2014.12.005. Diandra Kreatif; 2016.
[5] Hoogervorst TG. Ethnicity and [14] Burritt R, Christ K. Industry 4.0 and
aguatic Lifestyles: Exploring Environmental Accounting: A New
Southeast Asia’s Past and Present Revolution? Asian Journal of
Seascapes. Water Hist 2012;4:245– Sustainability and Social
265. Responsibility. 2016;1:23–38.
doi:10.1007/s12685-012-0060-0. doi:10.1186/s41180-016-0007-y.
[6] Anita J. Constraints to Greening the [15] Vachon S, Hajmohammad S. Supply
Environment in Muara Angke Fishing Chain Uncertainty and Environmental
Settlement, North Jakarta. Procedia- Management. Asian Journal of
Social Behavioral Science. Sustainability and Social
2015;179:195–203. Responsibility. 2016;1:77–89.
Prasetyo, Akuntansi Kelautan dan Perikanan Biru... 371

doi:10.1186/s41180-016-0005-0. Relations in the History of Java


[16] Kuncoro M. Metode Penelitian Island, Indonesia. Jounal of Marine
Kuantitatif dalam Bisnis. Yogyakarta: and Island Cultures 2013;2(2):115–
Penerbit BPFE; 2015. 27.
[17] Yusuf S. Perubahan Berkelanjutan: doi:10.1016/j.imic.2013.10.002
Gotong Royong Memakmurkan Jawa [19] Rudiyanto A. Mendorong Kebijakan
Timur. Cetakan 1. Surabaya: Penerbit Pembangunan Kelautan dan
Airlangga University Press; 2017. Perikanan Berbasis Kewilayahan.
[18] Sulistiyono ST Rochwulaningsih Y. Harian Kompas. 2019;26 Jul.
Contest for hegemony: The Dynamics
of Island and Maritime Cultures

Anda mungkin juga menyukai